Makalah Askep Obesitas Pada Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN OBESITAS PADA ANAK



Disusun Oleh : Kelompok 1 1 Rio Suhada (195140106) 2. Putri Alira Ayu F (195140079) 3. Liviana (195140058) 4. Riska Apriza (195140084)



DOSEN PEMBIMBING : Ns IDA SUBARDIAH,P., M.Kep



PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MITRA INDONESIA



  KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT  yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah IT. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Obesitas” . Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca khususnya.



Bandar Lampung,



April 2021



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB 2   TINJAUAN TEORI 2.1      Definisi Obesitas 2.2      Etiologi Obesitas 2.3      Patofisiologi Obesitas 2.4      Manifestasi Klien 2.5      Komplikasi 2.6      Pemeriksaan Penunjang 2.7      Penatalaksanaan 2.8      Konsep Askep Obesitas 2.9      Diagnosa Keperawatan yang mungkin Muncul 2.10    Perencanaan DAFTAR PUSTAKA



BAB







TINJAUAN TEORI 2.1         Definisi Obesitas Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak   berlebihan, sehingga dapat mengganggu  kesehatan. Obesitas



terjadi



bila



besar



dan  jumlah  sel



lemak  bertambah  pada  tubuh seseorang.  Bila  seseorang  bertambah berat  badannya,  maka  ukuran  sel  lemak akan  bertambah  besar  dan kemudian jumlahnya bertambah  banyak. Obesitas merupakan  suatu kelainan kompleks pengaturan



nafsu



makan



dan



metabolisme



energi



yang  dikendalikan  oleh  beberapa  faktor  biologik  spesifik.  Faktor genetik  diketahui  sangat  berpengaruh  bagi  perkembangan  penyakit ini.  Secara fisiologis,  obesitas  didefinisikan  sebagai  suatu  keadaan dengan   akumulasi  lemak   yang   tidak   normal   atau   berlebihan   di jaringan  adiposa  sehingga dapat  mengganggu  kesehatan.  Keadaan obesitas ini, terutama obesitas sentral, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular   karena keterkaitannya dengan sindrom metabolik atau sindrom  resistensi  insulin yang   terdiri dari resistensi 10 insulin/hiperinsulinemia, hiperuresemia, gangguan fibrinolisis, hiperfibrinogenemia dan hipertensi (Sudoyo, 2009). Obesitas timbul sebagai akibat masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Bila energi dalam jumlah besar (dalam bentuk makanan) yang masuk ke dalam tubuh melebihi jumlah yang dikeluarkan, maka berat badan akan bertambah dan sebagian besar kelebihan energi tersebut akan di simpan sebagai lemak. Oleh karena itu, kelebihan adipositas (obesitas) disebabkan masukan energi yang melebihi  pengeluaran  energi.  Untuk  setiap  kelebihan  energi



sebanyak



9,3



kalori yang masuk ke tubuh, kira-kira 1 gram lemak akan disimpan. Lemak disimpan terutama di aposit pada jaringan subkutan dan rongga intraperitoneal, walaupun



hati



dan



jaringan



tubuh   lainnya  seringkali   menimbun   cukup   lemak   pada  orang obesitas.



Perkembangan obesitas pada orang dewasa juga terjadi akibat penambahan jumlah adiposit dan peningkatan ukurannya. Seseorang dengan obesitas yang ekstrem dapat memiliki adiposit sebanyak empat kali normal, dan setiap adiposit memiliki lipid dua kali lebih banyak dari orang yang kurus (Guyton, 2007). 2.2         Etiologi Obesitas Penyebab  obesitas  sangatlah  kompleks.  Meskipun  gen dalam



menentukan



asupan



berperan



makanan



penting dan



metabolisme  energi,   gaya   hidup   dan  faktor   lingkungan   dapat berperan  dominan  pada  banyak  orang  dengan obesitas.  Diduga



bahwa



sebagian



antara



besar



obesitas



disebabkan



oleh



karena



interaksi



faktor  genetik  dan  faktor lingkungan,  antara lain  aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional (Guyton, 2007 ) a. Genetik Obesitas jelas menurun dalam keluarga. Namun peran genetik yang pasti untuk menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan, karena anggota keluarga umumnya memiliki kebiasaan makan dan pola aktivitas fisik yang sama. Akan tetapi, bukti terkini menunjukkan bahwa 20-25% kasus obesitas dapat disebabkan faktor genetik. Gen dapat berperan dalam obesitas dengan menyebabkan kelainan satu atau lebih jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi serta penyimpanan lemak. Penyebab monogenik (gen tunggal) dari obesitas adalah mutasi MCR-4, yaitu penyebab monogenik tersering untuk obesitas yang ditemukan sejauh ini, defisiensi leptin kongenital, yang diakibatkan mutasi gen, yang sangat jarang dijumpai dan mutasi reseptor leptin, yang juga jarang ditemui. Semua bentuk penyebab monogenik tersebut hanya terjadi pada sejumlah kecil persentase dari seluruh kasus obesitas. Banyak variasi gen sepertinya berinterakasi dengan



faktor



untuk  mempengaruhi  jumlah  dan  distribusi  lemak (Guyton, 2007).



lingkungan



b. Aktivitas fisik Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada orang obesitas, peningkatan aktivitas fisik dipercaya



dapat



meningkatkan



pengeluaran



melebihi  asupan  makanan,  yang  berimbas penurunan  berat



badan



energi (Guyton,



2007). Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh. Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor: 1) tingkat aktivitas dan olahraga secara umum; 2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua faktor tersebut metabolisme



basal



memiliki



tanggung



jawab



dari  pengeluaran  energi orang  normal.  Meski  aktivitas  fisik



duapertiga hanya



mempengaruhi sepertiga pengeluaran energi seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami penurunn metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya metabolisme normal (Guyton, 2007). c. Perilaku makan Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena lingkungan dan sosial.



Hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi obesitas di negara maju. Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis, dimana



perilaku



makan



agaknya



dijadikan



sebagai  sarana  penyaluran stress.  Perilaku  makan  yang  tidak baik pada masa kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam obesitas,



hal



ini



didasarkan



karena   kecepatan   pembentukan   sel-



sel   lemak   yang   baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin besar kecepatan penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak.



Oleh



karena



itu,



obesitas



pada



kanak-kanak



cenderung   mengakibatkan   obesitas   pada   dewasanya   nanti (Guyton, 2007). d. Neurogenik Telah  dibuktikan  bahwa  lesi  di  nukleus  ventromedial



hipotalamus



dapat



menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan menjadi obesitas. Orang dengan tumor hipofisis yang menginvasi hipotalamus seringkali mengalami obesitas yang progresif. Hal ini memperlihatkan bahwa, obesitas pada manusia juga dapat timbul akibat kerusakan pada hipotalamus. Dua bagian hipotalamus yang



mempengaruhi



penyerapan



makan



yaitu  hipotalamus  lateral  (HL)   yang menggerakkan  nafsu makan (awal atau pusat makan) dan hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas menintangi nafsu makan (pemberhentian atau pusat kenyang). Dan hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur maka individu menolak untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM, maka seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan. Dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian ventromedial dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan obesitas, serta terjadi perubahan yang nyata pada neurotransmiter di hipotalamus berupa



peningkatan



oreksigenik



seperti  NPY dan  penurunan  pembentukan  zat  anoreksigenik seperti leptin dan α-MSH pada hewan obesitas yang dibatasi makannya (Guyton, 2007) .



e. Hormonal Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida usus. Leptin adalah sitokin yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit yang bekerja melalui aktivasi reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan mengakibatkan penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi. Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui berhubungan langsung dalam penyimpanan dan penggunaan energi



pada



sel



adiposa.



Kortisol



adalah  glukokortikoid  yang  bekerja  dalam mobilisasi  asam lemak  yang  tersimpan  pada  trigliserida,  hepatic



glukoneogenesis,



dan



proteolisis (Wilborn et al, 2005). f. Dampak penyakit lain Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari penyakit lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah hypogonadism,



Cushing



craniophryngioma



dan



menyatakan



bahwa



syndrome,



hypothyroidism,



insulinoma,



gangguan lain  pada  hipotalamus.  Beberapa  anggapan berat



badan



seseorang



diregulasi



baik



oleh



endokrin  dan  komponenen  neural.  Berdasarkan anggapan  itu maka sedikit saja kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan (Flieretal,2005). 2.3         Patofisiologi Obesitas Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran kalori dari tubuh  serta  penurunan  aktifitas  fisik  (sedentary  life  style)  yang menyebabkan penumpukan  lemak  di  sejumlah  bagian  tubuh  (Rosen,2008). Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan dan tingkat kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral (neurohumoral)



yang



dipengaruhi



oleh



genetik,



nutrisi,lingkungan,   dan   sinyal   psikologis.  Pengaturan   keseimbangan



energi



diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu pengendalian rasa lapar



dan



kenyang,



mempengaruhi



energi  dan  regulasi  sekresi  hormon.  



laju



pengeluaran



Proses  dalam  pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adiposa, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik  (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan  pengeluaran  energi)  dan  dapat  pula  bersifat  katabolik(anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam



peningkatan



rasa



lapar.



derived hormon  leptin  dan  insulin



Sinyal  panjang yang



mengatur



diperankan  oleh  fatpenyimpanan



dan



keseimbangan energi (Sherwood, 2012). Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Kemudian, leptin merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptida Y (NPY) sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan (Jeffrey, 2009). 2.4         Manifestasi Klien Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada anak biasanya timbul menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama anak wanita, selain berat badan meningkat dengan pesat, juga pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat (ternyata jika periksa usia tulangnya), sehingga pada akhirnya remaja yang cepat tumbuh dan matang itu akan mempunyai tinggi badan yang relative rendah dibandingkan dengan anak yang sebayanya. Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka penderita obesitas : a. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif kecil dengan jari – jari yang berbentuk runcing.



b. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil dengan dagu yang berbentuk ganda. c. Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip dengan payudara yang telah tumbuh pada anak pria keadaan demikian menimbulkan perasaan yang kurang menyenangkan. d. Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng, kadang – kadang terdapat strie putih atau ungu. e. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan biasanya pada biseb dan trisebnya. Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang mungkin merupakan penyebab atau keadaan dari obesitas. Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk. Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki. 2.5         Komplikasi Mortalitas  yang  berkaitan  dengan  obesitas,  terutama  obesitas  apple shaped, sangat erat hubungannya dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan satu kelompok kelainan metabolik selain obesitas, meliputi resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, abnormalitas lipid dan hemostasis, disfungsi endotel dan hipertensi yang kesemuanya secara sendiri-sendiri atau bersama-sama merupakan faktor resiko terjadinya aterosklerosis dengan manifestasi penyakit



jantung koroner dan/atau stroke. Mekanisme dasar bagaimana komponenkomponen sindrom metabolik ini dapat terjadi pada seseorang dengan obesitas apple shaped dan bagaimana komponen-komponen ini dapat menyebabkan terjadi gangguan vaskular, hingga saat ini masih dalam penelitian (Soegondo,2007). 2.6         Pemeriksaan Penunjang Diagnosis OA biasanya dilakukan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik, tetapi evaluasi radiografi juga diperlukan. Radiografi adalah sensitif dan murah sehingga dapat dijadikan sebagai pemeriksaan rutin untuk OA (Siddiqui & Laborde, 2009).       Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang   gizi,   maka   antropometri   gizi   adalah   berhubungan   dengan  berba gai macam  pengukuran  dimensi  tubuh  dan  komposisi  tubuh  dari  berbagai tingkat umur  dan  gizi. Pada  pemeriksaan  antropometri  tujuan  yang  hendak  dicapai adalah: 1)   Penapisan   status   gizi,   yang   diarahkan   untuk   orang   dengan  keperluan khusus. 2)   Survei status gizi, yang ditujukan untuk memperoleh gambaran status gizi masyarakat pada saat tertentu serta faktor yang berkaitan. 3)   Pemantauan  status  gizi,  yang  digunakan  untuk  memberikan  gambaran perubahan status gizi dari waktu ke waktu. Pemeriksaan  antropometri  dilakukan  dengan  mengukur  ukuran  fisik,  seperti tinggi badan, berat badan serta lingkar beberapa bagian tubuh tertentu. 2.7         Penatalaksanaan a. Merubah gaya hidup Diawali dengan merubah kebiasaan makan. Mengendalikan kebiasaan ngemil dan makan bukan karena lapar tetapi karena ingin menikmati makanan dan meningkatkan aktifitas fisik pada kegiatan sehari-hari. Meluangkan waktu berolahraga secara teratur sehingga pengeluaran kalori akan meningkat dan jaringan lemak akan dioksidasi (Sugondo,2008).



b. Terapi Diet Mengatur   asupan   makanan   agar   tidak   mengkonsumsi   makanan dengan jumlah kalori yang berlebih, dapat dilakukan dengan diet yang terprogram secara benar.



Diet



rendah



kalori



dapat



dilakukan



dengan



mengurangi   nasi   dan  makanan   berlemak,   serta   mengkonsumsi



makanan



yang cukup memberikan rasa kenyang tetapi tidak menggemukkan karena jumlah kalori



sedikit,



misalnya



dengan



yang  mengandung  serat  tinggi  seperti  sayur  dan  buah  yang  tidak



menu terlalu



manis (Sugondo, 2008). c. Aktifitas Fisik Peningkatan   aktifitas   fisik   merupakan   komponen   penting   dari program penurunan  berat  badan,  walaupun  aktifitas  fisik  tidak menyebabkan  penurunan berat  badan  lebih  banyak  dalam  jangka waktu enam bulan.



Untuk



penderita



obesitas,



terapi



harus



secara  perlahan,  dan  intensitas  sebaiknya ditingkatkan  secara



dimulai bertahap.



Penderita obesitas dapat memulai aktifitas fisik dengan berjalan selama 30 menit dengan



jangka



waktu



3



kali



seminggu



dan



dapat ditingkatkan  intensitasnya  selama  45  menit  dengan  jangka waktu 3 kali seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu 5 kali seminggu (Sugondo, 2008). d. Terapi perilaku Untuk



mencapai



penurunan



berat



badan



dan



mempertahankannya,



diperlukan suatu  strategi  untuk  mengatasi  hambatan  yang  muncul pada saat terapi diet dan aktifitas fisik. Strategi yang spesifik meliputi pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan aktifitas fisik, manajemen stress, stimulus control, pemecahan masalah, contigency management, cognitive restructuring dan dukungan sosial (Sugondo,2008).



e. Farmakoterapi Farmakoterapi merupakan salah satu komponen penting dalam program manajemen berat badan. Sirbutramine dan orlistat merupakan obat-obatan penurun berat badan yang telah disetujui untuk penggunaan jangka panjang. Sirbutramine ditambah diet rendah kalori dan aktifitas fisik efektif menurunkan berat badan dan mempertahankannya. Orlistat menghambat absorpsi lemak sebanyak



30   persen.  Dengan   pemberian   orlistat,   dibutuhkan   penggantian



vitamin  larut  lemak karena  terjadi  malabsorpsi  parsial  (Sugondo,2008).



2.8         Konsep Askep Obesitas 1.  Pengkajian Identitas Pasien Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register. 2.    Riwayat kesehatan Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini Riwayat Kesehatan masa lalu           : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang pernah menderita obesitas Riwayat kesehatan keluarga   : kaji apakah ada ada di antara keluarga yang mengalami penyakit serupa atau memicu Riwayat psikososial,spiritual  : kaji kemampuan interaksi sosial , ketaatan beribadah , kepercayaan. 3.    Pemerikasaan fisik : Sistem kardiovaskuler     :Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung. Sistem respirasi               :Untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan napas Sistem hematologi           :Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang merupakan tanda  adanya infeksi dan pendarahan, mimisan.



Sistem urogenital            : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang. Sistem musculoskeletal   :Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak. Sistem kekebalan tubuh  :Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening. 4.    Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak normal, misal : hipotiroidisme, hipopituitarisme, hipogonadisme, sindrom cushing (peningkatan kadar insulin). Pola fungsi kesehatan a) Aktivitas istirahat :Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan / kurang keinginan untuk beraktifitas. b) Sirkulasi               :Pola hidup mempengaruhi pilihan makan, dengan makan akan dapat  menghilangkan perasaan tidak senang. c) Makanan / cairan  : Mencerna makanan berlebihan d) Kenyamanan        :Pasien obesitas akan merasakan ketidaknyamanan berupa nyeri dalam menopang berat badan atau tulang belakang e) Pernafasan            : Pasien obesitas biasanya mengalami dipsnea f) Seksualitas            : Pasien dengan obesitas biasanya mengalami gangguan menstruasi dan amenouria. 2.9         Diagnosa Keperawatan yang mungkin Muncul 1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan denganintake makanan yang lebih. 2. Gangguan pencitraan diri yang berhubungan dengan  biofisika atau psikosial pandangan px tehadap diri. 3. Hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan ungkapan atau tampak tidak nyaman dalam situasi sosial. 4. Pola napas tak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, nyeri, ansietas, kelemahan dan obstruksi trakeobronkial.



2.10     Perencanaan Setelah pengumpulan data, megelompokkan dan menentukan diagnosa keoerawatan yang mungkin muncul, maka tahapan selanjutnya adalah menentukkan prioritas, tujuan dan rencana tindakkan keperawatan. Diagnosa 1 Perubahan nutrisi : Lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake makanan yang lebih. Tujuan : Kebutuhan nutrisi kembali normal. Kriteria hasil : Perubahan pola makan dan keterlibatan individu dalam program latihan Menunjukan penurunan berat badan. Intervensi : 1. Kaji penyebab kegemukan dan buat rencana makan dengan pasien 2. Timbang berat badan secara periodik 3. Tentukan tingkat aktivitas dan rencana program latihan diet 4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentujan keb kalori dan nutrisi penurunan berat badan 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat penekan nafsu makan (ex.dietilpropinion) Rasional : 1.  Mengidentifikasi / mempengaruhi penentuan intervensi 2.  Memberikan informasi tentang keefektifan program 3.  Mendorong px untuk menyusun tujuan lebih nyata dan sesuai dengan rencana 4.  Kalori dan nurtisi terpenuhi secara normal 5.  Penurunan berat badan Diagnosa 2 Gangguan pencitraan diri b.d biofisika atau psikosial pandangan px tehadap diri Tujuan : Menyatakan gambaran diri lebih nyata



Kriterian hasil : Menunjukkan beberapa penerimaan diri dari pandangan idealisme Mengakui indiviu yang mempunyai tanggung jawab sendiri Intervensi : 1.      Beri privasi kepada px selama perawatan 2.      Diskusikan dengan px tentang pandangan menjadi gemuk dan apa artinya bagi px trsebut 3.      Waspadai mitos px / orang terdekat 4.      Tingkatkan komunikasi terbuka dengan px untuk menghondari kritik 5.      Waspadai makan berlebih 6.      Kolaborasi dengan kelompok terapi Rasional : 1.      Individu biasanya sensitif terhadap tubuhnya sendiri 2.      Pasien mengungkapkan beban psikologisnya 3.      Keyakinan tentang seperti apa tubuh yang ideal atau motifasi dapat menjadi upaya penurunan berat badan 4.      Meningkatkan rasa kontrol dan meningkatkan rasa ingin menyelesaikan masalahnya : a.       Pola makan terjaga b.      Kelompok terapi dapat memberikan teman dan motifasi Diagnosa 3 Hambatan interaksi sosial b.d ungkapan atau tampak tidak nyaman dalam situasi sosial Tujuan : Mengungkapkan kesadaran adanya perasaan yang menyebabkan interaksi sosial yang buruk Kriteria hasil : Menunjikan



peningkatan



perubahan



positif



dalam



interpersonal Intervensi : 1.      Kaji perilaku hubungan keluarga dan perilaku sosial 2.      Kaji penggunaan ketrampilan koping pasien



perilaku



sosial



dan



3.      Rujuk untuk terapi keluarga atau individu sesuai dengan indikasi Rasional : 1.      Keluarga dapat membantu merubah perilaku sosial pasien 2.      Mekanisme koping yang baik dapat melindungi pasien dari perasaankesepian isolasi 3.      Pasien mendapat keuntungan dari keterlibatan orang terdekat untuk memberi dukungan Diagnosa 4 Pola napas tak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, nyeri , ansietas , kelemahan dan obstruksi trakeobronkial Tujuan : Mengembalikan pola napas normal Kriteria hasil : Mempertahankan ventilasi yang adekuat Tidak mengalami sianosis atau tanda hipoksia lain Intervensi : 1.      Awasi , auskultasi bunyi napas 2.      Tinggikan kepala tempat tidur 30 derajat 3.      Bantu lakukan napas dalam, batuk menekan insisi 4.      Ubah posisi secara periodik 5.      Berikan O2 tambahan / alat pernapasan lain Rasional : 1.      Peranapasan mengorok/ pengaruh anastesi menurunkan ventilasi, potensial atelektasis, hipoksia. 2.      Mendorong pengembangan diafragma sehingga ekspansi paru optimal, pasien lebih nyaman. 3.      Ekspansi paru maksimal, pembersihan jalan  napas, resiko atelektasis minimal. 4.      Memaksimalkan sediaan O2 untuk pertukaran dan penurunan kerja napas.



DAFTAR PUSTAKA                                                                   Ayu, R., & Sartika, D. (2011). FAKTOR RISIKO OBESITAS PADA ANAK 5-15 TAHUN DI INDONESIA, 15(1), 37–43. Hariyanto, D., Madiyono, B., Sjarif, D. R., & Sastroasmoro, S. (2009). Hubungan Ketebalan Tunika Intima Media Arteri Carotis dengan Obesitas pada Remaja,11(3).