Makalah Asuhan Kala III [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyebab utama masih tingginya angka kematian ibu di indonesia sekitar 307 per 100.000 kelahiran hidup adalah karena perdarahan, baik itu pada masa kehamilan, persalinan maupun pada masa nifas. Perdarahan post partum masih menjadi salah satu dari penyebab kematian ibu. Era global. Sebanarnya perdarahan post partum dapat diturunkan dengan penanganan yang optimal dari tenaga kesehatan. Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta/uri. Rata-rata lama kala III berkisar 15-30 menit, baik pada primida maupun multipara. Tempat implantasi plasenta sering pada dinding depan dan belakang korpus uteri atau dinding depan dan belakang korpus uteri atau dinding lateral. Sangat jarang terdapat pada fundus uteri. Bila terletak pada segmen bawah rahim/SBR, keadaan ini disebut plasenta previa. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa fisiologi kala III ? 2. Apa Saja Manajemen Aktif Kala III ? 3. Bagaimana pemeriksaan plasenta ? 4. Bagaimana pemantauan kala III ? 5. Apa saja kebutuhan ibu pada kala III ? 6. Apa saja Pendokumentasian Kala III?



1.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui fisiologi kala III 2. Untuk mengetahui Manajemen Aktif Kala III 3. Untuk mengetahui Bagaimana pemeriksaan plasenta 4. Untuk mengetahui pemantauan kala III 5. Untuk mengetahui kebutuhan ibu pada kala III 6. Untuk mengetahui Pendokumentasian Kala III



1



BAB II PEMBAHASAN 2.1.



Fisiologi Persalinan Kala III Pada



kala tiga



persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti



penyusupan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Kala III persalinan adalah periode yang dimulai ketika bayi lahir dan berakhir pada saat plasenta seluruhnya sudah dilahirkan. Kala III pada primigravida berlangsung 10 menit, sedangkan multigravida 10 menit.Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta/uri. Rata-rata lama kala III berkisar 15-30 menit, baik pada primida maupun multipara. Tempat implantasi plasenta sering pada dinding depan dan belakang korpus uteri atau dinding depan dan belakang korpus uteri atau dinding lateral. Sangat jarang terdapat pada fundus uteri. Bila terletak pada segmen bawah rahim/SBR, keadaan ini disebut plasenta previa.



2.2.1. FASE-FASE KALA III a. Pelepasan Plasenta Setelah bayi lahir, terjadi kontraksi uterus. Hal ini mengakibatkan volume rongga uterus berkurang. Dinding uterus menebal. Pada tempat implantasi plasenta juga terjadi penurunan luas area. Ukuran plasenta tidak berubah, sehingga menyebabkan plasenta terlipat, menebal dan akhirnya terlepas dari dinding uterus. Plasenta terlepas sedikit demi sedikit. Terjadi pengumpulan perdarahan diantara ruang plasenta dan desidua basalis yang disebut retroplacenter hematom. Setelah plasenta terlepas, plasenta akan menempati segmen bawah uterus atau vagina.



b. Macam pelepasan plasenta: 1. Mekanisme Schultz: pelepasan plasenta yang di mulai dari sentral/bagian tengah sehingga plasenta lahir diikuti oleh pengeluaran darah. Cara pelepasan ini paling sering terjadi. Tanda pelepasan dari tengah ini mengakibatkan perdarahan tidak terjadi sebelum plasenta lahir. 2. Mekanisme Duncan: terjadi pelepasan plasenta dari pinggir atau bersamaan dari pinggir dan tengah plasenta. Hal ini mengakibatkan terjadi semburan darah sebelum plasenta lahir.



2



3. Terjadi Bersamaan Pada keadaan normal, menurut caldeyro Barcia plasenta akan lahir spontan dalam waktu kurang lebih enam menit setelah anak lahir lengkap. c. Tanda –tanda pelepasan plasenta: 1. Perubahan bentuk uterus. Bentuk uterus yang semula discoid menjadi globuler akibat dari kontraksi uterus ataupun uterus menjadi berbentuk bundar. 2. Terjadi Semburan darah tiba-tiba. 3. Tali pusat memanjang atau tali pusat bertambah panjang. 4. Perubahan posisi uterus.uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim. Setelah plasenta lepas dan menempati segmen bawah rahim, maka uterus muncul pada rongga abdomen.



d. Pengeluaran plasenta Plasenta yang sudah lepas dan menempati segmen bawah rahim, kemudian melalui serviks, vagina dan dikeluarkan ke intruitus vagina.



e. Pemeriksaan pelepasan plasenta Kustner: tali pusat diregangkan dengan tangan kanan, tangan kiri menekan atas sympisis. Penilaian: 1. Tali pusat masuk bearti belum lepas. 2. Tali pusat bertambah panjang atau tidak masuk berarti lepas.



f. Pengawasan perdarahan 1. Selama hamil aliran darah ke uterus 500-800 ml/menit. 2. Uterus tidak kontraksi dapat menyebabkan kehilangan darah sebanyak 350-500 ml. 3. Kontraksi uterus akan menekan pembuluh darah uterus di antara anyaman miometrium.



3



2.2.



Manajemen aktif kala III Syarat: janin tunggal/memastikan tidak ada lagi janin di uterus. Tujuan: membuat kontraksi uterus efektif. Keuntungan:  Lama kala III lebih singkat.  Jumlah perdarahan, berkurang sehingga dapat mencengah perdarhan postpartum.  Menurunkan kejadian retensio plasenta.



2.2.1. Manajeman Aktif Kala III Manajemen aktif kala III terdiri dari : a. Pemberian oksitosin Pemberian oksitosin 10 U 1. Sebelum memberikan oksitosin, Bidan harus melakukan pengkajian dengan melakukan palpasi pada abdomen untuk meyakinkan hanya ada bayi tunggal, tidak ada bayi ke dua. 2. Dilakukan pada 1/3 pada bagian luar. 3. Bila 15 menit plasenta belum lahir, maka berikan oksitosin ke-2, evaluasi kandung kemih apakah penuh. Bila penuh, lakukan keterisasi. 4. Bila 30 menit belum lahir, maka berikan oksitosin ke-3 sebanyak 10 mg dan rujuk pasien.



b. Penengangan tali pusat terkendali 1. Klem dipindahkan 5-10 cm dari vuiva. 2. Tangan kiri diletakkan diatas perut memeriksa kontraksi uterus. Ketika menengangkan tali pusat, tahan uterus. 3. Saat ada kontraksi uterus, tangan diatas perut melakukan gerakan dorso cranial dengan sedikit tekanan. Cegah agar tidak terjadi inversion uteri. 4. Ulangi lagi bila plasenta belum lepas. 5. Pada saat palsenta sudah lepas, ibu dianjurkan sedikit meneran dan penolong sambil terus menegangkan tali pusat. 6. Bila plasenta sudah tampak lahir di vulva, lahirkan dengan-2 tangan. Perlu diperhatikan bahwa selaput plasenta mudah tertinggal sehingga untuk 4



menjengah hal itu maka plasenta telangkupkan dan diputar dengan hatihati searah dengan jarum jam.



c. Masase fundus uteri 1. Tangan diletakkan diatas fundus uteri. 2. Gerakan tangan dengan pelan, sedikit ditekan, memutar searah jarum jam. Ibu di minta bernafas untuk mengurangi ketengangan atau rasa sakit. 3. Kaji kontraksi uterus 1-2 menit, bombing pasien dan keluarga untuk melakukan masase uterus. 4. Evaluasi kontraksi uterus setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan 30 menit pada jam ke-2.



2.2.2. Tindakan Yang Keliru Dalam Pelaksanan Manajemen Aktif Kala III a. Melakukan masase fundus uteri pada saat plasenta belum lahir. b. Mengeluarkan plasenta, padahal plasenta belum semuanya lepas. c. Kurang kompeten dalam mengevaluasi pelepasan plasenta. d. Rutinnitas katerisasi. e. Tidak sabar menunggu saat terlepasnya plasenta.



2.2.3. Kesalahan Tindakan Manajemen Aktif Kala III a. Terjadi inverso uteri pada saat penegangan tali pusat terkendali terlalu kuat sehingga uterus tertarik keluar dan berbalik. b. Tali pusat terputus. Terlalu kuat dalam penarikan tali pusat sedangkan plasenta belum lepas. c. Syok.



2.3. Pemeriksaan Plasenta Pemeriksaan plasenta meliputi : 1. Selaput ketuban utuh atau tidak. 2. Plasenta: ukuran plasenta 



Bagian maternal: jumlah kontiledon (20 rata-rata kontiledonnya).







Bagian fetal: utuh atau tidak.



5



3. Tali pusat: jumlah arteri dan vena, adakan arteri atau vena yang terputus untuk mendeteksi plasenta suksenturia. Insersi tali pusat, apakah sentral, marginal serta panjang tali pusat.



2.4. Pemantauan Kala III Periksalah kembali uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus berkontraksi, jika uterus masih belum berkontraksi dengan baik, ulangi masase fundus uteri. Ajarkan ibu dan keluarganya cara melakukan masase uterus sehingga mampu untuk segera mengetahui jika uterus berkontraksi dengan baik.periksa uterus setiap 15 menit pada satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit pada jam kedua persalinan. Selain itu, hal yang juga penting untuk dilakukan adalah mengetahui apakah terjadi robekan jalan lahir dan perineum dengan cara melakukan pemeriksaan dengan menggunakan ibu jari telunjuk dan tengah tangan kanan yang telah dibalut kasa untuk memeriksa bagian dalam vagina. Bila ada kecurigaan robekan pada serviks dapat dilakukan pemeriksaan dengan speculum untuk memastikan lokasi robekan serviks. Laserasi perineum dapat diklafikasikan menjadi empat yaitu sebagai berikut: a. Derajat satu : mukosa vagina, komisura posterior, dan kulit. b. Derajat dua : derajat satu, otot perineum. c. Derajat tiga : derajat dua, otot spingter ani eksterna. d. Derajat empat : derajat tiga, dinding depan rectum. Pemantauan kala III yang penting harus diperhatikan: a. Perdarahan. Jumlah darah diukur, disertai dengan bekuan darah atau tidak. b. Kontraksi uterus: bentuk uterus, intensitas. c. Robekan jalan lahir/laserasi, rupture perineum. d. Tanda vital: 



Tekanan darah bertambah tinggi dari sebelum persalinan.







Nadi bertambah cepat.







Temperature bertambah tinggi.







Respirasi: berangsur normal.







Gastrointestinal: normal, pada awal persalinan mungkin muntah.



e. Personal hygiene.



6



Catatan: Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 unit oksitosin dosis kedua. Periksa kandung kemih, jika penuh, gunakan kateter, ulangi kembali kembali PTT dan tekanan dorsokranial. Nasihati keluarga jika plasenta belum lahir dalam 30 menit mungkin diperlukan rujukan. Pada menit ke-30, coba lagi melahirkan plasenta dengan melakukan PTT untuk terakhir kalinya. Jika plasenta tidak lahir, segera rujuk.



2.5. Kebutuhan Ibu Pada Kala III Segera setelah bayi lahir, letakkan bayi di perut ibu untuk mengeringkan tubuhnya kecuali kedua telapak tangan, selanjutnya bayi akan diselimuti diletakkan di dada ibu selanjutnya berusaha mencari puting susu ibu. Selama kala III, ibu sangat membutuhkan kontak kulit dengan bayi, dengan IMD maka kontak kulit yang terjalin dapat memberikan ketenangan sendiri pada ibu. Selain itu, manfaat IMD lainnya adalah menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat, dan dapat membantu kontraksi uterus melalyui tendangan-tendangan lembut dari kaki bayi. Asuhan yanga dapat dilakukan pada ibu adalah:  memberikan kesempatan pada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui segera.  Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.  Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III.  Ketertarikan ibu pada bayi Ibu mengamati bayinya, menanyakan apa jenis kelaminnya, jumlah jari-jari dan mulai menyentuh bayi.  Perhatian pada dirinya Bidan perlu menjelaskan kondisi ibu, perlu penjahitan atau tidak, bimbingan tentang kelanjutan tindakan dan perawatan ibu.  Tertarik plasenta Bidan menjelaskan kondisi plasenta, lahir lengkap atau tidak.



7



2.6. Pendokumentasian Kala III Hal-hal yang perlu dicatat selama kala III sebagai berikut: 1. lama kala III 2. pemberian oksitosin berapa kali. 3. Bagaimana pelaksanaan penegangan tali pusat terkendali. 4. Perdarahan. 5. Kontraksi uterus. 6. Adakah laserasi jalan lahir. 7. Vital sign ibu. 8. Keadaan bayi baru lahir.



2.7. Gambar Plasenta



\



8



Plasenta adalah organ yang menyediakan oksigen dan nutrisi bagi bayi untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangan dalam kandungan. Oksigen dan nutrisi yang dibawa melalui aliran darah ibu kemudian menembus plasenta. Dari sini, tali pusar yang terhubung ke bayi membawa oksigen dan nutrisi tersebut untuk bayi. plasenta terbentuk pada Saat usia kehamilan 3 minggu, folikel yang ada dalam indung telur (bernama korpus luteum) meluruh, kemudian mulai memproduksi hormon progesteron dan menyediakan nutrisi untuk janin selama trimester pertama kehamilan. Pada usia kehamilan 4 minggu, massa sel menempel di dinding rahim. Setelah bayi lahir dan tali pusar dipotong, plasenta juga akan “dilahirkan” oleh tubuh Anda karena sudah tidak diperlukan. Tubuh Anda masih akan melakukan kontraksi sesaat setelah bayi lahir yang bertujuan untuk mendorong plasenta keluar dari tubuh Anda.



9



BAB III PENUTUP 3.1.



Kesimpulan Kala III persalinan adalah periode yang dimulai ketika bayi lahir dan berakhir pada saat plasenta seluruhnya sudah dilahirkan. Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta/uri. Rata-rata lama kala III berkisar 15-30 menit, baik pada primida maupun multipara. Tempat implantasi plasenta sering pada dinding depan dan belakang korpus uteri atau dinding depan dan belakang korpus uteri atau dinding lateral. Sangat jarang terdapat pada fundus uteri. Bila terletak pada segmen bawah rahim/SBR, keadaan ini disebut plasenta previa. Plasenta yang sudah lepas dan menempati segmen bawah rahim, kemudian melalui serviks, vagina dan dikeluarkan ke intruitus vagina. Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 unit oksitosin dosis kedua. Periksa kandung kemih, jika penuh, gunakan kateter, ulangi kembali kembali PTT dan tekanan dorsokranial. Nasihati keluarga jika plasenta belum lahir dalam 30 menit mungkin diperlukan rujukan. Pada menit ke-30, coba lagi melahirkan plasenta dengan melakukan PTT untuk terakhir kalinya. Jika plasenta tidak lahir, segera rujuk.



3.2.



Saran Kami



menyadari



dalam



pembuatan



makalah



ini



masih



banyak



kekurangan.Oleh karena itu, kami kelompok mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dan terutama kepada dosen pembimbing kami.Demi perbaikan makalah selanjutnya.



10