4 0 440 KB
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) Survey yang dilakukan
pada
tahun
2007,
angka
kematian ibu AKI di Indonesia
sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, meskipun demikian angka tersebut masih terhitung tertinggi
di
yang telah diteteapkan oleh nasional
(RPJMN)
(Diakses
selasa
didapatkan dari
Negara rencana
ada
07
April
Dinas
bagian
provinsi jambi pada tahun
pembangunan
sebesar 2015.
Kesehatan
Sementara target jangka
226/100.000
Safitri, Provinsi
2010
asia.
adalah
penyebab terbesar AKI di provinsi jambi
menengah
kelahiran
hidup
2013).Berdasarkan data yang jambi
Tahun 2014, AKI di
228/100.000
KH.
Dimana
pada tahun 2013 adalah 40%
disebabkan oleh perdarahan. Sedangkan pada tahun 2014 penyebab kematian ibu
di
provinsi
langsung
jambi
kematian
adalah
ibu
34%
terkait
disebabkan
kehamilan
perdarahan. Penyebab
dan
persalinan
terutama
adalah perdarahan. Pada sebuah laporan oleh chikaki, dkk disebutkan perdarahan obstetric terdiri
yang
sampai
menyebabkan
kematian
maternal
atas solusio plasenta 19%, koagulopati 14%, robekan jalan lahir
termasuk rupture uteri 16%, plasenta previa 7% dan plasenta akreta atau inkreta
dan
perkreta
6%
Perdarahan antepartum tidak
terlampau
previa.
yang
sulit
Plasenta
dan
atonia
bersumber
untuk
previa
uteri
(Prawirohardjo,
pada
2008).
kelainan plasenta dan
menentukannya
adalah
plasenta
ditemukan kira-kira dengan frekuensi 0,3 –
0,6% dari seluruh persalinan.Kejadian
plasenta
previa
meningkat
dikarenakan kehamilan dengan umur dan paritas ibu yang berisiko. Umur yang
aman
untuk
kehamilan
dan persalinan adalah 20-35 tahun jika
dilihat dari paritasnya, yang paling aman untuk kehamilan dan paritas 2-3, sedangakan paritas
1
atau
paritas
lebih
dari
3 mempunyai angka
kematian ibu yang lebih tinggi. Karena hal ini pada usia yang kurang 20
tahun
rahim
belum
sempurna
terutama
pada
dari
lapisan
1
endometriumnya, dan pada usia diatas 35 tahun (endometrium) biasanya
sudah
masih
mulai
takut
dan
kurang cemas
subur. dalam
keadaan
Dan
pada
menghadapi
rahim
paritas 1 ibu kehamilan
dan
persalinan, sedangkan pada paritas tinggi akan membuat uterus menjadi teggang, sehingga dapat menyebabkan kelainan letak janin dan plasenta previa
yang
akhirnya akan berpengaruh bentuk, pada proses persalinan
(Prawirohardjo, 2008).Rumah
Sakit
Raden
Mattaher
(RSUD) merupakan
Rumah sakit Rujukan di provinsi jambi, dan dari hasil Surveyawal yang peneliti lakukan pada tahun 2013 angka kejadian plasenta previa di ruang kebidanan
sebanyak
plasenta
previa
setahun.Penelitian
71 orang, sedangkan pada mengalami
ini
betujuan
peningkatan untuk
tahun
2014 kejadian
menjadi 76 orang dalam
mengetahui hubungan usia dan
paritas ibu dengan kejadian plasenta previa di ruang kebidanan RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun 2015. 1.2 Tujuan Makalah 1. Tujuan Umum Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan plasenta previa 2. Tujuan Khusus a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien plasenta previa. b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien plasenta previa. c. Dapat membuat perencanaan pada klien plasenta previa. d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien plasenta previa.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Plasenta Previa Plasenta previa adalah komplikasi kehamilan di mana plasenta terletak dibagian bawah rahim, sebagian atau seluruhnya menutupi leher rahim. Hal ini menyebabkan perdarahan vagina tanpa rasa sakit dan beberapa mengarah ke perdarahan. Dalam plasenta previa, perdarahan lebih mungkin terjadi selama trimester ketiga, sebagai konsekuensi dari perkembangan segmen bawah rahim dan pelebaran leher rahim yang disebabkan oleh kontraksi uterus, pemeriksaan vagina juga dapat menyebabkan perdarahan antepartum. Plasenta previa berhubungan dengan konsekuensi yang merugikan bagi ibu dan anak, seperti Intra-Uterine Growth Restriction (IUGR), kelahiran prematur, antenatal dan intra-partum perdarahan, transfusi darah ibu dan histerektomi darurat. Plasenta Previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian /seluruh ostium uteri internum (implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding depan, dinding belakang rahim atau di daerah fundus
3
uteri).(Yuni Kusmiyati dkk, 2009, Perawatan Ibu Hamil, hal.
158-159
2.2
Etiologi Plasenta Previa Faktor-faktor predisposisi meliputi: a. Multiparitas (80% klien yang menderita adalah multipara) b. Usia ibu lanjut (lebih dari 35 tahun pada 33% kasus) c. Kehamilan multipel d. Riwayat kelahiran sesar sebelumnya e. Insisi uterus f. Riwayat plasenta previa sebelumnya (insidennya adalah 12 kali lebih besar pada wanita dengan riwayat plasenta previa sebelumnya)
4
Penyebab dari plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang diduga kuat menimbulkan kelainan ini. Salah satu penyebab plasenta previa yaitu vaskularisasi desidua yang tidak memadai, sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Multiparitas dan cacat rahim juga berhubungan dengan kejadian plasenta previa. Hal ini berkaitan dengan proses peradangan dan atrofi di endometrium, misalnya bekas bedah caesar, kuretase, dan miomektomi. Cacat bekas bedah caesar bahkan dapat menaikkan insiden dua sampai tiga kali lebih besar. Usia lanjut juga meningkatkan angka kejadian plasenta previa. Penelitian yang dilakukan di Parkland Hospital, Dallas, Amerika Serikat terhadap 169.000 kelahiran yang terjadi pada tahun 1988-1999 menyimpulkan bahwa insiden 1 : 1.500 pada ibu berusia 19 tahun atau lebih muda, dan 1 : 100 untuk ibu berusia 35 tahun atau lebih tua. Insidensi plasenta previa meningkat hingga dua kali lipat pada wanita perokok. Hipoksemia akibat zat karbon monoksida hasil pembakaran rokok menyebabkan hipertrofi plasenta sebagai upaya kompensasi. Penyebab lainnya antara lain plasenta yang terlalu besar, misalnya pada kehamilan ganda dan kasus erotroblastosis fetalis. Kelainan tersebut menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum.
2.3
Patofisiologi Plasenta Previa Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebihbanyak tempat untuk berimplantasi. Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas. Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada
5
kehamilan 40 minggu. Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari vili tidak berubah akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang dan hanya ditemukan sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya lebih besar dan lebih mendekati lapisan tropoblast (Kay, 2003). Menurut Manuaba (2008) Implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat disebabkan: a) Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi b) Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi janin c) Villi korealis pada korion leave yang persisten Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saai itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna merah segar berlainan dengan darah yang disebabkan solusio plasenta yang berwarna kehitam-hitaman. Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai (Oxorn, 2003). Terjadinya plasenta previa biasa terjadi pada tahap pertama setengah dari kehamilan, dan persistensinya terhadap istilah akan tergantung padausia kehamilan dan definisi yang digunakan untukhubungan yang tepat dari os serviks interna ke plasenta di TVS. Dalam panduan ini, terminologi berikut
6
dianjurkan untuk menggambarkan hubungan ini: kapan tepi plasenta tidak mencapai os internal, jaraknya dilaporkan dalam milimeter dari os internal; ketika tepi plasenta tumpang tindih os internal dengan jumlah apapun, jarak digambarkan sebagai milimeter tumpang tindih. Sebuah tepi plasentayang persis mencapai os internal digambarkan oleh pengukuran 0 mm.Untuk tepi plasenta mencapai atau tumpang tindih os internal,Mustafa et al. menemukan dalam sebuah studi longitudinal sebuah kejadian42% antara 11 dan 14 minggu, 3,9% antara 20 dan 24 minggu, dan 1,9% pada saat. Dengan tumpang tindih antara 23 mm11 dan 14 minggu, mereka memperkirakan bahwa probabilitas plasenta previa pada saat itu adalah 8%. Demikian pula Hill et al. Melaporkan kejadian 6,2% untuk plasenta yang membentang di atasOs internal antara 9 dan 13 minggu. Dalam seri mereka 1252pasien, 20 (1,6%) memiliki tumpang tindih tepi plasenta16 mm atau lebih, dan hanya 4 yang memiliki plasenta previa bertahan sampai term (0,3%). Dua studi tambahan yang ada memeriksa berbagai jarak tumpang tindih antara 9 dan16 minggu23,24 sepakat bahwa persistensi plasenta previa adalahsangat tidak mungkin jika tingkat tumpang tindih plasenta tidak lebih dari 10 mm. Dua penelitian meneliti nilai cut-off di18 sampai 23 minggu gestasi.25,26 Ini menemukan kejadian serupa dari plasenta mencapai atau tumpang tindih internalOs hingga 2%, dan keseluruhan kurang dari 20% ini bertahan sebagai plasenta previa Kemungkinan plasenta persisten previa efektif nol saat tepi plasenta tercapainamun tidak tumpang tindih os (0 mm) dan meningkat secara signifikan melebihi 15 mm tumpang tindih sehingga jarak> 25 mm, tumpang tindih memiliki kemungkinan adanya plasenta previa saat melahirkan antara 40% dan 100%. 2.4
Manifestasi Klinis Plasenta Previa Kay (2003) menyebautkan bahwa gejala plasenta previa mencakup satu atau kedua hal berikut: 1) Tiba-tiba, tanpa rasa sakit pendarahan vagina yang berkisar dari ringan sampai berat. Darah sering berwarna merah terang. Pendarahan
7
dapat terjadi pada awal minggu ke-20 kehamilan tetapi yang paling umum selama trimester ketiga. 2) Gejala persalinan prematur. Satu dari 5 wanita dengan tanda-tanda plasenta previa juga memiliki kontraksi rahim. Perdarahan plasenta previa mungkin taper off dan bahkan berhenti untuk sementara. Tapi itu hampir selalu dimulai lagi hari atau minggu kemudian. Beberapa wanita dengan plasenta previa tidak memiliki gejala apapun. Dalam kasus ini, plasenta previa hanya dapat didiagnosis oleh USG dilakukan untuk alasan lain (Kay, 2003). Apabila janin dalam presentasi kepala, kepalanya akan di dapatkan belum masuk ke dalam pintu-atas panggul yang mungkin karena plasenta previa sentralis; mengolak ke samping karena plasenta previa posterior; atau bagian terbawah janin sukar ditentukan karena plasenta previa anterior. Tidak jarang terjadi kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang (Scearce, 2007). Gejala klinis yang muncul : -
Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri Perdarahan ini biasanya terjadi pada trimester ketiga, darah biasanya berwarna merah segar. Dapat juga dipicu oleh trauma, coitus
(penetrasi
penis),
maupun
pemeriksaan
bimanual/spekulum. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.Perdarahan ini umumnya akan berhenti tanpa penanganan khusus sebelum kembali terjadi pada beberapa hari atau beberapa minggu kemudian -
Bagian terdepan janin tinggi (floating). sering dijumpai kelainan letak janin.
2.5
Janin biasanya masih baik
Penatalaksanaan Plasenta Previa
8
Penatalaksanaan
plasenta
previa dibagi dua, yaitu
ekspektatif
(konservatif) dan aktif. -
Konservatif : Dilakukan bila perdarahan sedikit, keadaan ibu dan janin baik, berat janin < 2500 gram atau usia gestasi < 36 minggu. Bila terjadi perdarahan banyak atau gawat janin, dilakukan tindakan aktif. Pemberian tokolitik hanya pada kasus terpilih.
-
Aktif
: Dilakukan bila TBJ ³ 2500 gram atau usia gestasi ³ 36
minggu. Bila terjadi perdarahan banyak lakukan resusitasi cairan, atasi anemia (transfusi), dan PDMO. Plasenta yang terletak dua sentimeter dari OUI merupakan indikasi kontra persalinan per vaginam (RCOG Evidence Base Level III). Cara persalinan harus berdasarkan keputusan klinik disesuaikan dengan fasilitas yang ada. Pada kasus sulit dengan kemungkinan terjadi plasenta akreta, sebaiknya didampingi spesialis obstetri dan ginekologi senior. Penatalaksanaan/Terapi Spesifik 1. Terapi ekspektatif Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir prematur, pasien dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melaui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.Syarat pemberian terapi ekspektatif : a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti. b. Belum ada tanda-tanda in partu. c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal) d. Janin masih hidup. Penatalaksanaan yang dilakukan antara lain : -
Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis.
-
Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi placenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak, dan presentasi janin.
9
-
Berikan tokolitik bila ada kontriksi : a) MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam b) Nifedipin 3 x 20 mg/hari c) Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin
-
Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari test amniosentesis.
-
Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu placenta masih berada di sekitar ostinum uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
-
Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 mingu masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai RS lebih dari 2 jam) dengan pesan segera kembali ke RS apabila terjadi perdarahan ulang.
2. Terapi aktif (tindakan segera) Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.Untuk diagnosis placenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDOM jika : -
Infus / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap
-
Kehamilan ≥ 37 minggu (BB ≥ 2500 gram) dan in partu
-
Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor (misal : anensefali)
-
Perdarahan dengan bagian terbawah jsnin telah jauh melewati PAP (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar)
Cara menyelesaikan persalinan dengan placenta previa adalah : 1. Seksio Cesaria (SC)
10
Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan hidup tindakan ini tetap dilakukan.Tujuan SC antara lain : -
Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan
-
Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada cervik uteri, jika janin dilahirkan pervaginam Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi
sehingga cervik uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi placenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri. Pada saat melakukan SC siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu dan lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan dan elektrolit. 2. Melahirkan pervaginam Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada placenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : a) Amniotomi dan akselerasi b) Umumnya dilakukan pada placenta previa lateralis / marginalis dengan pembukaan > 3cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, placent akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah akselerasi dengan infus oksitosin. 3. Versi Braxton Hicks Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan tamponade placenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup. 4. Traksi dengan Cunam Willet Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif
untuk
menekan
placentadan
seringkali
menyebabkan
11
perdarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.
12
A. Pathway Plasenta Previa
Nifas
Uterus
Psikologis
Segmen bawah uterus melebar dan menipis
Ancaman kematian diri
sendiri dan janin Sinus uterus robek
Kurang informasi tentang penyakit
13
Perdarahan KURANG PENGETAHUAN
Hipovolemik
ANSIETAS
Anemia Suplai O2 menurun
KEKURANGAN VOLUME CAIRAN
Hb O2 menurun
Metabolisme anaerob GANGGUAN PERFUSI JARINGAN
Asam laktat meningkat Keletiahan
INTOLERANSI AKTIFITAS
2.7 Konsep Asuhan Keperawatan 1) Pengkajian 1. Pemeriksaan Fisik a) Umum Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil : 1) Rambut dan kulit Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra. Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha. Laju pertumbuhan rambut berkurang. 2) Wajah Mata : pucat, anemis, Hidung, Gigi dan mulut 3) Leher 4) Buah dada / payudara -
Peningkatan pigmentasi areola putting susu
-
Bertambahnya ukuran dan noduler
14
5) Jantung dan paru Volume darah meningkat, Peningkatan frekuensi nadi, Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembuluh darah pulmonal, Terjadi hiperventilasi selama kehamilan, Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas, Diafragma meningkat, Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada. 6) Abdomen Menentukan letak janin, Menentukan tinggi fundus uteri 7) Vagina Peningkatan
vaskularisasi
yang
menimbulkan
warna
kebiruan ( tanda Chandwick), Hipertropi epithelium 8) Sistem musculoskeletal Persendian tulang pinggul yang mengendur, Gaya berjalan yang canggung, Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal b. Khusus 1) Tinggi fundus uteri 2) Posisi dan persentasi janin 3) Panggul dan janin lahir 4) Denyut jantung janin c. Pemeriksaan Penunjang 1) Laboratorium 2) Pemeriksaan USG, Hb, dan Hematokrit Dengan USG dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium. Bila jarak tepi kurang dari 5 cm disebut plasenta letak rendah. Bila tidak dijumpai plasenta previa, dilakukan pemeriksaan inspekulo untuk melihat sumber perdarahan lain (Oyelese, 2006). 3) Pemeriksaan inspekulo
15
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uetri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai (Johnson, 2003). 4) Transvaginal sonography (TVS) TVS digunakan untuk menyelidiki lokasi plasenta kapan saja saat hamil dan saat lokasi plasenta berada dianggap rendah. Sonographers didorong untuk melaporkan jarak sebenarnya dari tepi plasenta ke os serviks internal di TVS. 2) Diagnosa a) Penurunan cardiac output berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah yang besar. b) Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya pengetahuan mengenai efek perdarahan dan menejemennya. c) Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah abnormal, kerusakan system imun. 3) Intervensi No. DX 1.
Tujuan/ Kriteria Hasil Setelah dilakukanya
Intervensi
Rasional
1. Kaji dan catat TTV, 1. Pengkajian yang akurat
Tindakan keperawatan 2 X 24
TD
jam diharapkan penurunan
perdarahan.
kardiak output tidak terjadi atau 2. Bantu
serta
jumlah
mengenai
status
hemodinamik
pemberian
merupakan dasar untuk
teratasi dengan kriteria
pelayanan kesehatan
perencanaan,
hasil: Volume darah
atau mulai sarankan
intervensi, evaluasi.
intravaskuler dan kardiak
terapi cairan IV atau 2. Memperbaiki
output dapat diperbaiki
terapi
transfuse
vaskuler membutuhkan
sampai nadi, tekanan darah,
darah
sesuai
terapi IV dan intervensi
nilai hemodinamik, serta
kebutuhan.
volume
farmakologi.
nilai laboratorium
Kehilangan
menunjukkan tanda normal.
darah harus diperbaiki 16
volume
untuk
mencegah
komplikasi
seperti
infeksi, gangguan janin dan gangguan vital ibu 2.
Setelah
dilakukan
nnnhamil bersama 1. Kehadiran perawat dan
tindakan 1. Terapi
keperawatan selama 3 x 24
pasangan
diharapkan
menyatakan
empati merupakan alat
perasaan.
terapi yang
ansietas
dapat
berkurang dengan kriteria hasil:
dan
pemahaman
Pasangan dapat mengungkapkan 2. Menentukan tingkat
untuk
harapannya
pasangan
dengan
kata-kata
pemahaman
tentang manajemen yang sudah
pasangan
direncanakan, sehingga
situasi
dapat mengurangi
manajemen
kecemasan pasangan.
sudah direncanakan. 3. Berikan informasi manajemen
secara potensial
mempersiapkan untuk
tentang
menanggulangi situasi
dan
yang tidak diharapkan.
yang pasangan tentang yang
sudah direncanakan.
Hal
yang
diberikan
perawat
akan
memperkuat penjelasan dokter
dan
memberitahu jika
ada
untuk dokter
penjelasan
yang penting. 2. Pendidikan pasien yang diberikan merupakancara
yang
efektif mencegah dan menurunkan
rasa
cemas. 3. Pengetahuan
akan
mengurangi ketakutan akan hal-hal yang tidak 1.
Setelah
dilakukan
tindakan 1. Kaji jumlah darah
diketahui. 1. Hemoragi
berlebihan
keperawatan selama 3 x 24 2. Catat suhu, hitung
dan
diharapkan resiko tinggi cedera
mengancam
SDP, dan bau serta
menetap
17
dapat hidup
(janin) b/d Hipoksia jaringan /
warna rabas vagina,
klien
organ, profil darah abnormal,
dapatkan kultur bila
mengakibatkan infeksi
kerusakan system imun dapat
dibutuhkan
pasca partum, anemia
berkurang dengan kriteria hasil: Menunjukkan
profil
darah
dengan hitung SDP, Hb, dan pemeriksaan normal.
koagulasi
3. Catat
atau
masukan/
pasca
partum,
KID,
keluaran urin. Catat
gagal
ginjal,
atau
berat jenis urin.
nekrosis hipofisis yang
DBN 4. Berikan
heparin,
bila diindikasikan
disebabkan
oleh
hipoksia jaringan dan
5. Berikan antibiotic
malnutrisi.
secara parenteral
2. Kehilangan
darah
berlebihan
dengan
penurunan
Hb
meningkatkan klien
risiko
untuk
terkena
infeksi. 3. Penurunan ginjal
perfusi
mengakibatkan
penurunan
haluaran
urin. 4. Heparin
dapat
digunakan pada KID di kasus kematian janin, atau
kematian
satu
janin pada kehamilan multiple,
atau
memblok
untuk siklus
pembekuan
dengan
melindungi
factor-
faktor pembekuan dan menurunkan hemoragi sampai
terjadi
perbaikan pembedahan
18
5. Mungkin diindikasikan untuk mencegah atau meminimalkan infeksi.
19
2.8 ASUHAN KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA ASUHAN KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA 1. Pengkajian A. Identitas 1. Pasien Nama Pasien
: Ny. “S”
Umur Pasien
: 27 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Jetisharjo, Cokrodiningratan, Jetis, DIY
Status Perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMU
Pekerjaan
: Swasta
Tanggal Masuk
: 15 November 2014
Diagnosa medis
: Plasenta previa totalis primigravida 32 minggu dengan ISK
2. Penanggung jawab Nama
: Tn. “S"
Alamat
: Jetisharjo, Cokrodiningratan, Jetis, DIY
Hubungan dengan pasien : Ayah B. Riwayat Kesehatan 1.
Alasan masuk RS Pasien adalah rujukan dari RS Sakina Idaman dengan diagnosa medis plasenta previa totalis. Pasien pernah rawat inap di RS Sakina Idaman dari tanggal 7-11 November 2014 dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir. Pasien telah diberikan terapi dexamethasone 2x8mg dalam 2 hari. Pasien kemudian dirujuk ke RSS. Pasien merasa hamil 8 bulan, mengeluhkan perdarahan dari jalan lahir ±100 cc. Perdarahan sudah sejak 1 bulan sebelum masuk RS. Pasien pernah memeriksakan diri ke dokter spesialis obsgyn dengan diagnosa plasenta previa totalis.
20
2.
Keluhan utama Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah, nyeri bertambah saat bayi dalam kandungan bergerak aktif, nyeri seperti tertekan, skala nyeri 3 dari 0-10, nyeri terasa hilang timbul.
3.
Riwayat kesehatan sekarang Selain nyeri, pasien mengeluh mual, demam hingga menggigil, sempat muntah 1x pada tanggal 16 November 2014 dan perdarahan pada jalan lahir, berwarna merah segar.
4.
Riwayat kehamilan a. Primigravida G1P0A0 1) HPMT
: 30 Maret 2014
2) HPL
: 7 Januari 2015
3) Usia Kehamilan : 32 minggu b. Keluhan yang muncul selama kehamilan ini 1) Trimester I
: Pasien mengatakan tidak ada keluhan
2) Trimester II
: Pasien mengatakan pada usia kandungan 6
bulan merasakan nyeri perut, mual, muntah, pusing, lemas dan terjadi perdarahan pada jalan lahir. 3) Trimester III
: Pasien mengatakan terjadi perdarahan,
merasa demam hingga menggigil, mual, muntah dan lemas. c. Riwayat imunisasi Pasien mengatakan mendapatkan imunisasi TT calon pengantin sudah sekitar 1 tahun yang lalu C. Riwayat Kesehatan Dahulu 1. Riwayat penyakit Pasien menyatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung maupun alergi. Pada usia kehamilan 6 bulan pasien memeriksakan diri ke RS Sakinah sebanyak 3 kali karena perdarahan pada jalan lahir. 2. Riwayat reproduksi
21
a. Menstruasi Menarche 12 tahun, siklus menstruasi 28 hari, lamanya 3-6 hari, tidak dismenhore, sifat darah khas darah menstruasi, tidak ada keputihan. b. Menikah Pasien mengatakan sudah menikah satu kali yaitu sudah selama 1 tahun yang lalu. c. Kehamilan yang dulu Pasien menyatakan ini adalah anak pertama, belum pernah keguguran. d. Keluarga Berencana Pasien mengatakan belum menggunakan program keluarga berencana, namun pasien ingin menggunakan KB suntik. 3. Riwayat kesehatan keluarga a. Genogram
Pasien Keterangan : : laki-laki
:garis keturunan
: perempuan
:tinggal serumah.
: garis perkawinan b. Penyakit keluarga
22
Pasien menyatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung maupun alergi. D. Kebutuhan Dasar 1. Nutrisi a. Sebelum sakit Pasien mengatakan makan 2-3 kali sehari sebanyak 1 porsi tiap kali makan, pasien mengatakan lebih banyak makan cemilan. Sedangkan pola minum pasien yaitu pasien minum air putih sebanyak 3000 cc tiap hari. Pasien menyatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan tertentu. b. Selama sakit Pasien menyatakan makan 3x sehari hanya beberapa sendok tiap kali makan. Pola minum pasien, pasien lebih banyak minum air putih yaitu 3100 cc, dan susu ibu hamil sebanyak 2 gelas setiap hari. Pasien menyatakan nafsu makan menurun karena setiap kali makan pasien merasakan mual. Pasien mengatakan merasakan mual apabila mencium bau makanan yang menyengat. 2. Eliminasi a. Buang air kecil 1) Sebelum sakit Pasien menyatakan BAK sebanyak 4 kali sehari dengan jumlah yang banyak setiap berkemih ±250 cc. Tidak ada keluhan saat berkemih. 2) Selama sakit Pasien terpasang kateter dengan jumlah urin 600cc warna kuning jernih. b. Buang air besar 1) Sebelum sakit Pasien menyatakan BAB rutin 1x sehari dengan konsistensi lunak. 2) Selama sakit
23
Pasien menyatakan belum BAB selama 3 hari semenjak dirawat di RSS. 3. Aktivitas dan Latihan a. Sebelum sakit Pasien menyatakan sebelum sakit dalam melakukan kegiatan sehari-hari meliputi mandi, makan, BAB/BAK, dan berpakaian pasien melakukannya secara mandiri dan tidak menggunakan alat bantu. b. Selama sakit Pasien menyatakan kegiatannya sehari-hari di RSS hanya berbaring saja, pasien tidak dianjurkan untuk turun dari tempat tidur. Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4 Makan/minum √ Toileting √ Berpakaian √ Mobilitas di tempat tidur √ Ambulasi/ROM √ Ket: 0:mandiri, 1:alat bantu, 2:dibantu orang lain, 3:dibantu orang lain dan alat, 4:tergantung total 4. Istirahat dan Tidur a. Sebelum sakit Pasien menyatakan sedikit sulit tidur, dalam sehari pasien tidur selama ±4-5 jam. Pasien tidak pernah tidur siang. b. Selama sakit Pasien menyatakan makin sulit untuk tidur, sering terbangun, tidur mulai pukul 19.00 WIB, 1 jam tidur kemudian bangun, begitu seterusnya. Pasien menyatakan sulit tidur karena nyeri dan demam yang dirasakan tidak nyaman bagi pasien. 5. Persepsi dan Kognitif a. Status mental : baik b. Sensasi
: tidak ada gangguan pengecapan
c. Pendengaran : tidak ada gangguan pendengaran. d. Berbicara
: tidak ada gangguan berbicara. 24
e. Penciuman
: pasien dapat membedakan bau-bauan.
f. Perabaan
: pasien dapat membedakan dingin, panas, kasar
g. Kejang
: pasien menyatakan tidak ada riwayat kejang
h. Nyeri
: pasien menyatakan nyeri pada perut bagian bawah, nyeri bertambah saat bayi dalam kandungan bergerak aktif, nyeri seperti tertekan, skala nyeri 3 dari 0-10, nyeri terasa hilang timbul.
i. Kognitif
: Pasien menyatakan mengerti mengenai plasenta previa, yaitu plasenta yang turun hingga menutupi jalan lahir.
E. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
1. Tanda-tanda Vital a. Tekanan darah
: 100/60 mmHg
b. Nadi
: 90 x/menit
c. Temperatur
: 38,5oC
d. Respirasi
: 22 x/menit
e. DJJ
: 153 x/menit
2. Status Gizi a. Berat badan sebelum hamil
: 45 kg
b. Berat badan terakhir
: 55 kg
c. Tinggi badan
: 161 cm
d. IMT
: 55/(1,61)2= 21,21 kg/m2 (Normal)
3. Kulit, rambut, dan kuku a. Kulit
: kulit lembab tidak kering.
b. Kuku dan rambut
: kuku pendek dan bersih, rambut hitam.
4. Kepala dan leher a. Wajah
: tidak oedem, tidak pucat, pasien terlihat meringis kesakitan, pasien terlihat melindungi area nyeri
b. Mata
: sklera putih, konjungtiva tidak anemis, terdapat lingkaran hitam di sekitar mata, terlihat sayu.
25
c. Telinga
: simetris, tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
d. Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan JVP.
5. Mulut, dan hidung a. Mulut
: Membran mukosa lembab, bibir tidak kering.
b. Hidung
: Tidak ada lesi, tidak ada cairan keluar dari hidung.
6. Thoraks a. Inspeksi
: simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi
b. Palpasi
: tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
c. Perkusi
: suara sonor.
d. Auskultasi
: terdengar suara vesikuler, tidak ada suara
tambahan. 7. Payudara Payudara simetris. Areola terlihat hiperpigmentasi. Puting menonjol. 8. Jantung a. Inspeksi
: iktus cordis tidak terlihat.
b. Palpasi
: iktus cordis teraba.
c. Perkusi
: suara redup.
d. Auskultasi
: suara jantung S1 dan S2 reguler.
9. Abdomen Inspeksi
: Perut tampak membuncit, tidak terdapat striae gravidarum terlihat linea alba.
Palpasi
: Teraba gerakan janin aktif. Janin tunggal, memanjang, presentasi kepala 5/5 bagian, TFU 22cm, teraba HIS 1x selama 15 detik dalam 10 menit dengan kekuatan sedang
Auskultasi : Terdengar bising usus 6 kali/menit, terdengar DJJ 153 x/menit 10. Ekstremitas Ekstremitas lengkap, tidak terlihat oedem maupun lesi. Akral teraba hangat. CRT 160 serta