Makalah Bahasa Indonesia (Selesai) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH BAHASA INDONESIA ”BAHASA INDONESIA BAKU SEBAGAI TOLAK UKUR KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA”



DOSEN : Drs. A.A. KARANG MAYURA, M.Pd OLEH : KELOMPOK 3



IDA AYU PUTRI MIRAYANTI



(01.18.11.017)



ANGEL LINGKAN MARTOYO



(01.18.11.018)



ROGENIA NETO CASTRO



(01.18.11.019)



AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI BALI TAHUN AJARAN 2018/2019



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul ”Bahasa Indonesia Baku Sebagai Tolak Ukur Kesalahan Berbahasa Indonesia”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini juga sebagai pengalaman untuk tugas makalah pada waktu mendatang.



Denpasar, 25 Oktober 2018



Kelompok III



2



DAFTAR ISI Kata Pengantar................................................................................................................ 2 Daftar Isi.......................................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN



4



1.1.Latar Belakang....................................................................................................... 4 1.2. Rumusan Masalah................................................................................................. 5 1.3. Tujuan................................................................................................................... 5 BAB II PEMBAHASAN



6



2.1. Sifat Bahasa Indonesia Baku...............................................................................



6



2.2. Fungsi Bahasa Indonesia Baku............................................................................



7



2.3. Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku..........................................................................



12



2.4. Ragam Kesalahan Bahasa Indonesia.................................................................... 12 2.5. Faktor Penyebab Timbulnya Kesalahan Berbahasa Indonesia............................ BAB III PENUTUP



17 23



3.1 Kesimpulan .........................................................................................................



23



Daftar Pustaka………………………………………………………………………....... 24



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada hakikatnya, bahasa Indonesia itu beragam. Ditinjau dari segi situasi kebahasaan yang, dikenal adanya dua ragam bahasa Indonesia, yaitu ragam bahasa Indonesia baku dan ragam bahasa Indonesia non-baku. Ragam bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam situasi formal atau dalam wacana ilmiah (karangan ilmiah) dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku. Selanjutnya, ragam bahasa Indonesia nonbaku adalah ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam situasi non-formal dan tidak sepenuhnya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, tetapi lebih banyak mengikuti kaidah bahasa Indonesia non-baku. Uraian lebih lanjut tentang sifat dan fungsi bahasa Indonesia baku dianaogikan dan disarikan dari Alwi (2003:13-16). Disamping istilah bahasa Indonesia baku, dikenal juga istilah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dibandingkan istilah bahasa Indonesia baku, istilah bahasa Indonesia yang baik dan benar jauh lebih populer di masyarakat. Ada dua ungkapan yang perlu dijelaskan dalam kaitannya dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, yaitu bahasa Indonesia yang baik dan bahasa



indonesia yang benar. Bahasa



Indonesia yang baik



mengacu pada



pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi kebahasaan yang ada, sedangkan bahasa Indonesia yang benar mengacu pada pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah bahasa. Dengan demikian, bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat dijelaskan sebagai ragam pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi kebahasaan dan kaidah kebahasaan yang ada. Kaidah kebahasaan digolongkan menjadi dua, ada yang tergolong sebagai kaidah baku dan ada pula yang tergolong kaidah non-baku. Jika situasi kebahasaannya tergolong resmi, hendaknya digunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah baku, sedangkan jika situasi kebahasaan tergolong tidak resmi, dapat digunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah non-baku. Dengan demikian, dalam situasi resmi atau dalam kaitannya dengan penulisan wacana ilmiah, pengertian bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat disamakan dengan pengertian bahasa Indonesia baku, tetapi dalam situasi tidak resmi, pengertian bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak bisa diisamakan dengan pengertian bahasa Indonesia baku. Dengan kata lain, pengertian bahasa Indonesia



4



yang baik dan benar dapat mencakup bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia non-baku. Di sinilah letak kaitan bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan bahasa Indonesia baku. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.2.1 Apa sifat bahasa Indonesia baku ? 1.2.2 Apa fungsi bahasa Indonesia baku ? 1.2.3 Apa ciri-ciri bahasa Indonesia baku ? 1.2.4 Apa ragam kesalahan bahasa Indonesia ? 1.2.5 Apa saja faktor penyebab timbulnya kesalahan berbahasa Indonesia ? 1.3 Tujuan Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk : 1.3.1 Mengetahui apa sifat bahasa Indonesia baku. 1.3.2 Mengetahui apa fungsi bahasa Indonesia baku. 1.3.3 Mengetahui apa ciri-ciri bahasa Indonesia baku. 1.3.4 Mengetahui apa ragam kesalahan bahasa Indonesia. 1.3.5 Mengetahui apa saja faktor penyebab timbulnya kesalahan berbahasa Indonesia.



5



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sifat bahasa Indonesia baku. Ada tiga sifat bahasa Indonesia baku (Cf.Alwi, 2003:13), yaitu: 1) Memiliki kemantapan dinamis Kemantapan dinamis dimaksudkan bahasa Indonesia baku memiliki aturan yang tetap atau ajeg. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat hal ni antara lain tampak pada proses nasalisasi prefiks meN-ketika bergabung dengan bentuk dasar. Kemantapan tampak dalam perubahan bentuk prefiks meN- menjadi men-, mem-, meny, meng-, menge-, dan me-. Variasi bentuk prefiks men-nhanya muncul jika prefiks meN dihubungkan dengan bentuk dasar yang berfonem awal /d/ dan /t/ seperti pada kata mendaki dan menulis. Variasi bentuk mem- hanya muncul jika prefiks meNdihubungkan dengan bentuk dasar yang berfonem awal /p/, /b/, dan /f/ seperti tampak pada kata memakai, membawa, dan memfitnah. Variasi bentuk meny- hanya muncul jika prefiks meN- dihubungkan dengan bentuk dasar yang berfonem awal /s/, /j/, dan /c/ seperti tampak pada kata menyaring, mencuci, dan menjawab. Variasi bentuk menghanya muncul jika prefiks meN- dihubungkan dengan bentuk dasar yang berfonem awal /g/, /k/, dan /h/ seperti tampak pada kata menggoreng, mengarang, menghukum, dan mengaduk. Selanjutnya, variasi bentuk me- muncul jika prefiks meN- dihubungkan dengan bentuk dasar yang berfonem awal /y/, /l/, /w/, /r/, /ny/, /m/, /n/ dan /ng/ seperti tampak



pada



kata-kata



meyakini,



melawat,



mewarnai,



maraba,



menyanyi,



meninabobokan, dan menganga. Di pihak lain, kemantapan itu tidak kaku, tetapi cukup luwes sehingga memungkinkan perubahan yang bersistem dan teratur di bidang kosakata dan peristilahan serta mengizinkan perkembangan berjenis ragam yang diperlukan dalam kehidupan modern. Misalnya, di bidang peristilahan muncul keperluan untuk membedakan pelanggan ‘orang yang berlanggan(an)’ dan langganan ‘orang yang tetap menjual barang kepada orang lain: hal menerima terbitan atau jasa atas pesanan secara teratur’. Contoh lain tampak pada pasangan kata peninju dan petinju, penyepak bola dan pesepak bola, penyuruh dan pesuruh. Ragam baku yang lain antara lain, dalam 6



penulisan laporan, karangan ilmiah, undangan, dan percakapan telepon perlu dikembangkan lebih lanjut. 2) Bersifat cendekia Ciri kedua yang menandai bahasa baku ialah sifat kecendekiaan-nya. Perwujudannya dalam kalimat, pragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. Proses kecendekiaan bahasa itu amat penting karena pengenalan ilmu dan teknologi mederen, yang kini umumnya masih bersumber pada bahasa asing, harus dapat dilangsungkan lewat buku bahasa indonesia. Akan tetepi, karena proses penalar secara cendekian bersifat semesta dan bukan monopoli suatu bangsa semata-mata, pencendekiaan bahasa Indonesia tidak perlu diartikan sebagai pemberatan bahasa. 3) Adanya keseragaman Baku atau standar berperaggapan adanya keseragaman proses pembakuan sampai taraf tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa, atau penyeragaan variasi bahasa. Itulah ciri ketiga ragam bahasa yang baku.



2.2 Fungsi bahasa Indonesia baku. Sebelum berbicara fungsi bahasa Indonesia baku, akan dikemukakan terlebih dahulu fungsi bahasa baku secara umum. Bahasa baku mendukung empat fungsi, tiga diantaranya bersifat pelambang, atau simbolik, sedangkan yang satu lagi bersifat objektif.



1.



Fungsi Pemersatu Dengan fungsi pemersatu, bahasa baku memperhubungkan semua penutur berbagai



dialek



bahasa



itu.



Dengan



demikian,



bahasa



baku



mampu



mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa dan meningkatkan proses identifikasi penutur orang seorang dengan seluruh masyarakat itu. Dengan kata lain, sesungguhnya penggunaan ragam bahasa baku, dalam hal ini ragam bahasa Indonesia baku dapat dijadikan modal untuk mewujudkan integrasi nasional dan harmoni sosial.



7



2.



Fungsi Pemberi Kekhasan Fungsi



pemberi



kekhasan



yang



diembun



oleh



bahasa



baku



memperbedakan bahasa itu dari bahasan yang lain. Karena fungsi itu, bahasa baku memperkuat perasaan kepribadian masyarakat Indonesia. Hak itu terlihat pada penutur bahasa Indonesia. Yangmeragukan sebgian orang adalah apakah perasaan itu bertalian atau lebih erat dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional ataubahasa baku. Yang jelas ialah pendapat orang banyak bahwa bahasa Indonesia brbeda dari bahasa Malaysia atau dari bahasa Melayu di singapura dan Brunei Darussalam. Bahkan bahasa Indonesia dianggap sudah jauh berbeda dari bahasa Melayu Riau-Johor yang menjadi induknya.



3.



Fungsi Pembawa Kewibawaan Pemilikan bahasa baku membawa serta wibawa atau prestise. Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan bahasa baku senidri. Ahli bahasa dari beberapa kalangan di Indonesia pada umumnya berpendapat bahwa perkembangan bahasa Indonesia dapat di jadikan teladan bagi bangsa lain di Asia Tenggara ( dan mengkin juda di Afrika ) yang juga memerlukan bahasa yang modern. Disini pun harus dikemukakan bahwa prestise itu mungkin lebih dimiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional daripada sebagai bahasa baku. Dapat juga dikatakan nahwa fungsi pembawa wibawa itu beralih dari pemilikan bahasa baku yang nyata ke pemilikan bahasa yang berpotensi menjadi bahasa baku. Walaupun begitu, menurut pengalaman, sudah dapat disaksikan di beberapa tempat bahwa penutur yang mahir berbahasa Indonesia dengan baik dan benar memperoleh wibawa di mata orang lain.



4.



Fungsi Sebagai Kerangka Acuan Bahasa baku selanjutnya berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa dengan adannya noram dan kaidah yang (kodifikasi) secara jelas. Norma dan kaidah itu menjadi tolak ukur bagi batul tidaknya pemakaian bahasa orang 8



seseorang atau golongan. Dengan demikian, penyimpangan norma dan kaidah dapat dinilai. Bahasa baku juga menjadi kerangka acuan bagi fungsi estetika bahasa yang tidak saja terbatas pada bidang susastra, tetapi juga mencangkup segala jenis pemakaian bahasa yang menarik perhatian karena bentuknya yang khas, seperti di dalam pemakaian kata, iklan, dan tajuk berita. Fungsi ini di dalam bahasa Indonesia baku belum berjalan dengan baik.



Bahasa Indonesia bukanlah sebuah system yang tunggal, sebagai bahasa yang hidup, bahasa Indonesia mempunyai variasi-variasi yang masing-masing mempunyai fungsi tersendiri dalam prosesn komunbikasi. Variasi-variasi tersebut sejajar, dalam pengertian tidak ada yang lebih baik atau lebih tinggi daripada yang lain. Salah satu variasi tersebut diangkata untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu. Variasi tersebut dinamakan bahasa standar atau bahsa baku.



Adapun fungsi bahasa Indonesia baku adalah sebagai berikut: 1. Dipergunakan dalam wacana teknis seperti dalam karangan-karangan ilmiah, buku-buku pelajaran, danb laporan-laporan ilmiah. 2. Sebalai alat komunnkasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instalasi resmi, undanganundangan, surat menyurat, keputusan, dan sebagainya. 3. Dipakai dalam pembicaraan-pembicaraan yang bersifat keilmuan atau penyampaian ide-ide seperti mengajar, berceramah, berseminar, dan berdebat. 4. Pemakaian fungsi gramatikal ( subjek, predikat, dan sebagainya ) eksplisit dan konsisten. Contoh :



Bahasa Indonesia Nonbaku



Bahasa Indonesia Baku



a. Kemarin saya dari Solo.



a. Kemarin saya datang dari Solo.



b. Ia akan keluar bulan depan.



b. Ia akan keluar bulan depan.



c. Kepada



c. Kepada hadirin diminta berdiri



hadirin



diminta berdiri



sejenak.



sejenak.



9



5. pemakaian konjungsi bahwa



atau karena (bila ada) secara eksplisit dan



konsisten. Contoh : Bahasa Indonesia Nonbaku



Bahasa Indonesia Baku



a. Dia sudah tahu kamu akan datang. b. Ia tidak percaya kepada saya, saya dianggapnya akan menipu.



a. Dia sudah tahu bahwa kamu akan datang. b. Ia tidak percaya kepada saya, karena saya dianggapnya akan menipu.



6.



Pemakaian awalan meN- atau ber (bila ada) secara eksplisit dan konsisten. Contoh: Bahasa Indonesia Nonbaku



Bahasa Indonesia Baku



a. Ia sekarang kerja di pabrik roti.



a. Ia sekarang bekerja di pabrik roti.



b. Sudah lama ia tak dapat jalan.



b. Sudah lama ia tidak dapat berjalan.



c. Dialah yang ambil barang itu tadi.



c. Dialah yang mengambil barang itu



d. Siapakah yang bawa sepeda motor ini ?



tadi. d. Siapakah yang membawa sepeda motor ini ?



7. Pemakaian partikel lah,kah,pun (bila ada) secara konsisten Contoh: Bahasa Indonesia Nonbaku



Bahasa Indonesia Baku



a. Baca buku itu sampai selesai.



a. Bacalah buku itu sampai selesai.



b. Di mana letak Gunung Merapi itu ?



b. Di manakah letak Gunung Merapi



c. Ia pergi ke desanya kembali.



itu ? c. Ia pun pergi ke desanya kembali.



8.



Pemakaian kata depan yang tepat. Contoh:



Bahasa Indonesia Nonbaku



Bahasa Indonesia Baku



10



a. Saya



bertemu



sama



adikmu



a. Saya



kemarin.



bertemu



dengan



adikmu



kemarin.



b. Di zaman dahulu orang belum



b. Pada zaman dahulu orang belum



mengenal pakaian.



mengenal pakaian.



c. Ia benci sekali dengan orang itu.



c. Ia benci sekali kepada orang itu.



9. pemakaian pola aspek-pelaku-tindakan secara konsisten. Contoh : Bahasa Indonesia Nonbaku a. Mengenai



hal



itu



Bahasa Indonesia Baku



saya



akan



a. Mengenai



terangkan nanti.



hal



itu



akan



saya



terangkan nanti.



b. Novel itu saya sudah baca.



b. Novel itu sudah saya baca.



c. Uang itu kau belum serahkan.



c. Uang itu belum kau serahkan.



10. memakai konstruksi sintetis. Contoh : Bahasa Indonesia Nonbaku



Bahasa Indonesia Baku



a. Dia punya saudara



a. Saudaranya



b. Dikasih komentar



b. Dikomentari



c. Dibikin bersih



c. Dibersihkan



d. Dia punya harga



d. Harganya



11. menghindari pemakaian unsur-unsur leksikal yang terpengaruh oleh bahasabahasa dialek atau bahasa sehari-hari. Contoh : Bahasa Indonesia Nonbaku



Bahasa Indonesia Baku



a. Gimana



a. Bagaimana



b. Kenapa



b. Mengapa



c. Bilang



c. Mengatakan



d. Nggak



d. Tidak



11



e. Pigi



e. Pergi



f. Situ



f. Anda, Saudara



g. Tapi



g. Tetapi



2.3 Ciri-ciri bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia baku mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Dari segi bahasa lisan, bahasa Indonesia baku memulai ucapan atau lafal baku. Sampai sekarang memang belum ada ketentuan bagaimana pelafalan atau ucapan baku dalam bahasa Indonesia. Sebagai pegangan, ucapan baku adalah ucapan yang tidak terpengaruh oleh ucapan daerah setempat. Pada masyarakat suku Jawa, misalnya, muncul bunyi-bunyi sengau seartikulasi pada bunnyi-bunyib /b/,/d/,/j/, dan /g/ seperti tampak pada kata-kata mBandung, mBali,nDenpasar, nyJepara, nyJember, dan ngGombong. 2. Dari segi bahasa tulis, bahasa Indonesia baku memakai ejaan resmi (sekarang Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, yang diperbarui menjadi EYD Terbaru) 3. Terbatasnya unsur bahasa daerah, baik leksikal maupun gramatikal. Unsur leksikal ialah unsur bahasa yang berupa kata, seperti : Ketemu seharusnya bertemu Tapak asma seharusnya tanda tangan Unsur gramatikan ialah unsur yang bersifat ketatabahasaan. Contoh: Bahasa Indonesia Nonbaku



Bahasa Indonesia Baku



a. Rumahnya orang itu bagus.



a. Rumah orang itu bagus.



b. Ia benci sama saya.



b. Ia benci kepada saya.



c. Ia pandai sendiri di kelasnya.



c. Ia paling pandai di kelasnya.



d. Saya tidak tahu kalau hari ini ada



d. Saya tidak tahu bahwa hari ini ada



ujian.



ujian.



2.4 Ragam kesalahan bahasa Indonesia. Pembentukan kata, kelompok kata, dan kalimat bahasa baku selalu mengikuti kaidah tata bahasa dari bahasa yang bersangkutan. Jadi, bahasa Indonesia baku adalah bahasa 12



Indonesia yang mengikuti kaidah tata bahasa Indonesia.Pemilihan kata dalam rangka penyusunan kalimat baku dilakukan secara cermat agar informasi yang hendak disampaikan dapat diterima secara baik oleh pembaca atau mantra bicara. Karangan ilmiah, laporan kerja, surat lamran atau sejenis komunikasi lain, seluruhnya harus menggunakan kalimat yang baik dan benar. Baik memungkinkan tulisan itu dapat diterima oleh siapapun dan benar artinya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah dibakukan. Kesalahan kalimat dapat berakibat fatal, salah pengertian, maupun salah tindakan. Untuk membuat atau menyusun kalimat dengan baik dan benar tidaklah mudah. Dari sejumlah penelitian yang telah dilakukan, ditemukan berbagai kesalahan umum yang biasa dilakukan oleh para pemakai bahasa Indonesia dalam penyusunan kalimat dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kesalahan-kesalahan itu menurut Widjono (2005:153) dapat dirinci sebagai berikut: a. Kesalahan struktur 1. Kalimat aktif tanpa subjek. Contoh: 



Menurut ahli hokum menyatakan bahwa krisis ekonomi di Indonesia segera berakhir jika hukum ditegakkan. (salah)







Ahli hukum menyatakan bahwa krisis ekonomi di Indonesia segera berahkhir jika hukum ditegakkan. (benar)



2. Menempatkan kata depan di depan subjek, dengan kata depan ini subjek berubah fungsi menjadi keterangan. Contoh: 



Di Pekalongan memiliki pusat perdagangan batik terbesar di Indonesia. (salah)







Di Pekalongan terdapat pusat perdagangan batik terbesar di Indonesia. (benar)



3. Tanpa unsur predikat menempatkan kata yang di depan predikat, dengan kata ini predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek. Contoh: 



Dokter yang bekerja di rumah sakit. (salah)







Dokter bekerja di rumah sakit. (benar)



13



4. Menempatkan kata depan di depan objek, seharusnya kata kerja transitif langsung diikuti objek dan tidak disisipi kata depan. Contoh: 



Mereka mendiskusikan tentang keselamatan di jalan. (salah)







Mereka mendiskusikan keselamatan di jalan. (benar)



5. Menempatkan kata penghubung intra kalimat tunggal pada awal kalimat. Contoh: 



Ia rajin. Sehingga selalu mendapat juara kelas. (salah)







Ia rajin belajar sehingga selalu mendapat juara kelas. (benar)



6. Berupa anak kalimat atau klausa, atau penggabungan anak kalimat. Contoh: 



Meskipun sudah kaya raya, tetapi ia tetap bekerja keras. (salah)







Meskipun sudah kaya raya, ia tetap bekerja karas. (benar)



7. Salah urutan. Contoh: 



Majalah itu saya baca. (salah)







Saya sudah membaca majalah itu. (benar)



b. Kesalahan diksi 1. Diksi kalimat salah jika : a. Menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frasa: agar-supaya, adalahmerupakan, bagi-untuk, demi-untuk, naik - ke atas, turun - ke bawah, dan lainlain. Contoh: 



Ia selalu minum obat agar supaya penyakit yang sedang diderita sembuh. (salah)







Ia selalu minum obat supaya penyakit yang sedang diderita sembuh. (benar)



14



b. Menggunakan kata Tanya yang tidak menanyakan sesuatu: di mana, yang mana, bagaimana, mengapa, dan lain-lain. Contoh: 



Desa di mana kami dilahirkan tiga puluh tahun yang lalu,kini telah menjadi kota. (salah)







Desa tempat kami dilahirkan tiga puluh tahun yang lalu,kini telah menjadi kota. (benar)



c. Menggunakan kata berpasangan yang tidak sepadan: tidak hanya – tetapi seharusnya tidak … tetapi atau tidak hanya – tetapi juga, bukan hanya – tetapi juga seharusnya bukan hanya – melaikan juga. Contoh: 



Ia tidak hanya cantik melainkan juga sopan santun. (salah)







Ia tidak hanya cantik tetapi juga sopan santun. (benar)



d. Menggunakan kata berpasangan (verba berpreposis) secara idiomatic yang tidak sesuai. Misalnya: Benar



Salah



Bergantung kepada/pada



Tergantung dari Tergantung dari pada Bergantung dari



Berbeda dengan



Berbeda dari/ daripada



Disebabkan oleh



Disebabkan karena



Hormat akan/kepada/terhadap



Hormat atas/sama



Berdasar pada/kepada



Berdasarkan



atas/pada



kepada (berdasarkan) Terdiri atas (dari)



Terdiri



15



Sesuai dengan



Sesuai



Contoh: 



Model pakaian itu sesuai bagi minat orang tersebut. (salah)







Model pakaian itu sesuai dengan minat orang tersebuat. (benar)



e. Penempatan numeralia distrubituf Kata setiap, tiap-tiap, dan masing-masing termasuk numeralia distributif. Kata setiap atau tiap-tiap memiliki arti yang sangat mirip dengan kata masing-masing. Perbedaannya adalah kata masing-masing berdiri sendiri tanpa nomina, sedangkan kata setiap dan tiap-tiap tidak bisa berdiri sendiri tanpa nomina. Contoh: 



Masing-masing mahasiswa dianjurkan memiliki buku ajar. (salah)







Setiap mahasiswa dianjurkanmemiliki buku ajar. (benar)



2. Diksi atau kalimat kurang baik (kurang santun) a) Menonjolkan akunya dalam suasana formal, misalnya: aku dan saya. b) Pilihan kata yang mengekspresikan data secara subjektif, misalnya: menurut pendapat saya… sebaiknya menggunakan data menunjukkan bahwa… penelitian membuktikan bahwa…, pengalaman membuktikan bahwa… c) Menggunakan kata yang tidak jelas maknanya. d) Diksi tidak sesuai dengan situasi yang dihadapi. e) Penolakan dan pembuktian tanpa makna yang pasti (eksak).



c. Kesalahan ejaan Kesalahan ejaan berpengaruh terhadap kalimat efektif, bukan hanya memperkecil kualitas kalimat melainkan juga dapat mengakibatkan kesalahan kalimat. Oleh karena itu, penggunaan ejaan perlu diperhatikan dalam keseluruhan penulisan (lebih lanjut lihat Buku Ejaan Yang Disempurnakan).



16



Jenis kesalahan ejaan: 1) Penggunaan huruf capital, huruf kecil, huruf miring, huruf tebal, 2) Pemenggalan kata, 3) Penulisan kata baku, 4) Penulisan unsure serapan 5) Penulisan kata asing tidak dicetak miring, 6) Penggunaan tanda baca: titik, koma, tanda petik, titik dua, titik koma, tanda petik satu(‘…’), tanda penyngkatan (‘…), dan lain-lain 7) Penulisan kalimat atau paragarf: induk kalimat dan anak kalimat,kutipan langsung, kutipan tidak langsung, 8) Penulisan keterangan tambahan, penulisan aposisi. 9) Penulisan judul buku, judul makalah, skripsi, disertasi, tesis, surat kabar, majalah, jurnal, 10) Penulisan judul bab, subbab, bagian, subbagian, 11) Penulisan: daftar pustaka dalam teks, catatan kaki, dan bibliografi.



2.5 Faktor penyebab timbulnya kesalahan berbahasa Indonesia.



Faktor yang menyebabkan kesalahan berbahasa Ada beberapa faktor kemungkinan penyebab timbulnya kesalahan. Dalam bagian ini, pada garis besarnya, faktor-faktor itu dibedakan atas tiga macam yaitu faktor pemakai bahasa, faktor lingkungan, dan faktor bahasa.



Faktor Pemakai Bahasa Pemakai bahasa amat besar peranannya dalam usaha menanggulangi kesalahan-kesalahan dalam berbahasa. Betapapun sempurnanya aturan bahasa, aturan-aturan itu tidak akan ada artinya jika pemakai bahasa itu sendiri tidak mau memahami dan sekaligus menerapkan di dalam kegiatan berbahasa. Pembicaraan yang menyangkut faktor pemakai bahasa ini akan dirinci sebagai berikut.



17



1. Kurang Adanya Kesadaran Pihak Pemakai Bahasa Jika kita amati pemakaian bahasa seseorang khususnya pelajar, mahasiswa, pemukapemuka masyarakat, terlihatlah bahwa banyak di antara mereka berbahasa diluar aturan yang telah ada. Dengan kata lain, mereka sering berbuat kesalahan dalam berbahasa Indonesia. Masalah bahasa Indonesia, misalnya, bukanlah hanya masalah para pakar bahasa atau guru-guru bahasa Indonesia, melainkan masalah seluruh warga Negara Indonesia. Oleh karena itu, seluruh bangsa Indonesia dituntut bersikap positif terhadap bahasa Indonesia (suharianto, 1981:15). Menurutnya, beberapa sikap positif yang diterapkan antaraa lain (1) merasa bangga berbahasa nasional bahasa Indonesia, (2) mempunyai rasa setia bahasa, dan (3) merasa bertanggung jawab atas perkembangan bahasa Indonesia. Berdasarkan tiga sikap positif di atas, kesalahan atau penyimpangan yang dibuat oleh pelajar, mahasiswa, maupun pemuka-pemuka masyarakat seperti dikemukakan di atas disebabkan oleh faktor tidak atau kurang adanya sikap positif terhadap bahasa Indonesia, terutama sikap positif yang kedua dan ketiga. Kebanyakan di antara mereka tidak atau kurang mempunyai rasa setia bahasa. Mereka kurang mengindahkan kaidah-kaidah atau aturan-aturan dalam berbahasa. Di samping itu, mereka kurang merasa bertanggung jawab atas perkembangan bahasa Indonesia. 2. Kekurangpahaman terhadap Aturan Bahasa Indonesia Pengetahuan tentang aturan bahasa yang benar amat penting artinya bagi pemakai bahasa dalam berbahasa secara taat asas. Ajakan pemerintah Indonesia untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar akan tidak pernah menjadi kenyataan jika para penutur bahasa Indonesia tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang kaidah-kaidah bahasa Indonesia baku. Oleh karena itu, sudah sepatutnyalah pemakai bahasa berusaha mempelajari aturan-aturan yang selama ini diakui kebenarannya dalam berbahasa Indonesia. Di samping itu, kesalahan bisa juga muncul karena pemakai bahasa tidak mengetahui benar situasi kebahasaan yang ada. Pemakai bahasa tidak bisa membedakan antara situasi resmi dengan situasi tidak resmi sehingga memungkinkan terjadinya pilihan pemakaian ragam bahasa yang tidak mendukung situasi kebahagiaan tersebut.



18



3. Ketidaksengajaan Pemakaian Bahasa Biasanya, kesalahan yang tidak disengaja ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pembicaraan yang terlalu cepat sehingga tidak sempat mengontrol pemakaian bahasa tersebut; pembicara belum berpengalaman atau belum biasa berbicara di depan orang banyak dalam dituasi resmi sehingga ia menjadi gugup. Situasi tenang sulit diciptakan. Konsentrasi pikiran tercipta. Dengan seringnya berlatih berbicara di depan orang banyak dan mengurangi kecepatan dalam berbahasa, kemungkinan besar kesalahan itu bisa dikurangi. 4. Ingin Gagah Badudu (1993:62) mengatakan bahwa keslahan juga bisa terjadi karena pemakai bahasa ingin gagah, ingin hebat. Dengan tercapainya keinginan tersebut, pemakai bahasa akan merasa puas dan bangga. Munculnya pemakaian kata seperti : enggak bener, pinter, hadlir, dan bathin boleh jadi disebabkan oleh rasa ingin gagah atau rasa ingin hebat dalam diri pemakai bahasa. Faktor Psikologis Walaupun jumlahnya tidak terlalu besar, ada kalanya kesalahan itu muncul karena adanya semacam rasa enggan untuk menggunakan ragam bahasa yang benar dan akhirnya lari ke ragam bahasa yang salah. Hal ini terutama terjadi apabila kesalahan itu demikian meluas atau membudaya sehingga seolah-olah tidak tampak lagi atau tidak dirasakan lagi keslahannya oleh masyarakat luas. Misalnya huruf c, x, dan y biasa diucapkan orang [se], [iks], dan [ae].oleh karena itulah, kita sering mendengar ucapan [we-se] untuk singkatan wc. [iks] kuadrat ditambah [ae] kuadrat/ untuk perhitungan matematika x2 + y2. Ucapan yang benar adalah [we-ce], dan /eks/ kuadrat, [ye] kuadrat/. Faktor Lingkungan Lingkungan sekolah memang besar artinya dalam rangka pembinaan bahasa Indonesia karena sekolah merupakan lembaga pendidikan formal tempat dilakukannya proses pendidikan dan pengajaran. Di samping faktor sekolah, pemuka-pemuka masyarakat atau pejabat pemerintah mulai dari tingkat tertinggi sampai terendah tidak kalah pentingnya dalam rangka pembinaan bahasa Indonesia. Masyarakat yang kurang pengetahuannya 19



tentang bahasa Indonesia akan menganggap bahwa apa yang mereka dengar atau mereka baca dari berbagai media massa ini selalu baik dan benar. Guru ataupun pejabat pemerintah memang merupakan teladan bagi siswa maupun masyarakat secara luas. Oleh karena itu, sewajarnyalah mereka memberikan contoh pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pembinaan bahasa Indonesia tidak bisa hanya dilakukan atau diserahkan kepada guru bahasa Indonesia, tetapi juga dilakukan oleh seluruh waraga Negara Indonesia. Oleh karena itu pula, pembinaan terhadap bahasa Indonesia sesungguhnya merupakan tanggung jawab seluruh warga Negara Indonesia. Faktor Bahasa Kesalahan dalam berbahasa juga bisa disebabkan oleh faktor bahasa yang dalam hal ini karena kesulitan bahasa Indonesia itu sendiri dan pengaruh bahasa lain terhadap bahasa Indonesia. 1. Kesulitan Bahasa Dari hasil pengalaman pengalaman penulis mengasuh mata kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa pada mahasiswa S1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha, ternyata mahasiswa paling sulit memahami kalimat tanpa subyek dan atau predikat. Sebagian besar mahasiswa menyatakan bahwa sulit memahami kaidah yang menyangkut hakikat subjek dan predikat. Oleh karena itu, ketika mengerjakan soal yang menyangkut kalimat tanpa subjek dan atau predikat, mereka kebanyakan tidak bisa menjawab. 2. Pengaruh Bahasa Lain terhadap Bahasa Indonesia Pengaruh bahasa lain terhadap bahasa Indonesia tidak semuanya bersifat posotof, tetapi ada juga yang berifat negatif atau merusak perkembangkat bahasa Indonesia. Pengaruh inilah yang menimbulkan kesalahan dalam berbahasa. 3. Pengaruh Bahasa Daerah Bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua (B2) bagi sebagian penduduk Indonesia Bahasa pertama (B1) mereka adalah bahasa daerah mereka sendiri seperti bahasa Bali, Jawa, Sunda, Madura, Dayak, dan Bugis. Jadi, sebelum menguasai B2 (bahasa Indonesia) sebagian besar penduduk Indonesia menggunakan bahasa daerahnya sendiri sebagai alat komunikasi.



20



Dalam belajar B2 (bahasa Indonesia), pengaruh B1 (bahasa daerah) rupanya sulit dihindari karena kebiasaan ber-B1 itu sudah begitu melekat pada diri pemakai bahasa. Pengaruh yang dimaksudkan di sini menyangkut kosakata, struktur, dan ucapan. Pengaruh ini baru jelas diketahui apabila antara bahasa daerah dan bahasa Indonesia itu dicari perbedaan aturan-aturannya. Kesalahan dalam berbahasa Indonesia bisa muncul apabila pemakai bahasa terlalu kuat dengan kebiasaan berbahasa daerahnya dan membawa kebiasaan itu ke dalam berbahasa Indonesia. 4. Pengaruh Bahasa Asing Di antara sekian bahasa asing yang ada, bahasa Inggris yang paling besar pengaruhnya terhadap bahasa Indonesia. Dewasa ini, kata-kata bahasa Inggris yang terpakai pada bahasa Indonesia hampir tak terhitung jumlahnya. Pengaruh yang semacam inilah yang dapat merusak perkembangan bahasa Indonesia atau menghambat usaha pembinaan bahasa Indonesia itu sendiri. Kalimat Rina adalah seorang guru mendapat pengaruh struktur kalimat bahasa Inggris Rina is a teacher. Dalam bahasa Inggris, is sebagai bagian to be harus hadir dalam kalimat itu. Memang is bisa diartikan adalah atau ialah, tetapi kedua kata ini tidak perlu hadir dalam kalimat di atas. Dengan demikian, kalimat di atas cukup ditulis Rina seorang guru.



7. Cara Menanggulangi Kesalahan Berbahasa Masalah utama yang kita hadapi dalam budaya pencampuran dua bahasa ini adalah masalah psikologi. Remaja berpikir bahwa hal seperti itu adalah hal yang keren. Namun pada dasarnya jika kita cermati lebih dalam, bahasa yang seperti itu akan sangat merugikan jika terus dipakai. Karena bahasa yang seperti itu hanya akan bisa dipahami oleh orang tertentu saja. Maka dari itu adapun beberapa yang dapat kita lakukan untuk menanggulangi kesalahan dalam berbahasa : a) Memberikan pengertian kepada para remaja bahwa berkomunikasi dengan bahasa seperti itu adalah sia-sia dan tidak berguna. Karena bukanlah bahasa standar. Sama saja sperti preman-preman yang biasa menggunakan bahasa-bahasa yang mereka buat.



21



b) Memunculkan budaya berbahasa indonesia yang sesuai, agar menjadi kebiasaan sehari – hari. Ini seperti yang dikatakan Pak Amir kepada pemerintah lewat tulisan beliau dalam menaggapi masalah yang terjadi di Indonesia, maka dengan budaya yang baik, pasti akan bisa terubah walaupun butuh waktu yang sagat lama. c) Melalui media pendidikan para guru dapat menggunakan bahasa yang baku dalam proses belajar sehingga siswa akan mampu menyerap bahwa bahasa yang mereka dengan adalah bahasa baku sehingga dalam penyampaiannya di lingkungannya masing-masing tidak akan menyimpang dari aturan bahasa baku. d) Melalui tatap muka atau berlatih berbicara di forum resmi. Dengan cara seperti itu kita belajar untuk mengurangi kesalahan dalam berbahasa, dapat diwujudkan dengan melatih diri untuk berbicara di depan orang banyak dengan menggunakan bahasa baku. e) Peran serta keluarga, masyarakat dan pemerintah. Peran keluarga sangat penting dalam mendidik anak sejak dini khusunya dalam berbahasa Indonesia, adanya didikan dari orang tua mengenai bahasa Indonesia sejak kecil disertai dengan lingkungan masyarakat yang dapat menerima bahasa tersebut dengan baik, hal ini akan sangat berdampak positif bagi pemerintah sebab hal itu dapat meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai bahasa Indonesia baku. Pemerintah dalam mengurangi angka kesalahan dalam berbahasa dapat dilakukan dengan mengadakan suatu seminar atau lomba-lomba yang mengikutsertakan seluruh warga Negara Indonesia untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, harapannya dapat meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai bahasa Indonesia baku.



22



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Ditinjau dari segi situasi kebahasaan yang ada, dikenal adanya dua ragam bahasa Indonesia, yaitu ragam baku dan ragam nonbaku. Ragam bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam siituasi formal atau dalam wacana ilmiah (karangan ilmiah) dan sesuai dengan kaidah bahasa baku. Ada tiga sifat bahasa Indonesia baku yaitu : (1) memiliki kemantapn dinamis, (2) bersifat cendekia, dan (3) adanya keseragaman. Kemantapan dinamis dimaksudkan sebagai kepemilikan aturan yang tetap atauajeg, tetapi tidak kaku, dan cukup luwes sehingga memungkinkan perubahan yang bersistem dan teratur di bidang kosa kata dan peristilahan serta mengizinkan perkembangan berjenis ragam yang diperlukan dalam kehidupan modern. Sifat kecendikiaan dimaksudkan bahwa perwujudannya di dalam kalimat, paragraph, dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pikiran yang teratur,logis,dan masuk akal. Keseragaman dimaksudkan bahwa proses pembakuan sampai taraf tertentu berarti proses penyeragaman kaidah,bukan penymaan ragam bahasa, atau penyeragaman variasi bahasa. Adapun fungsi bahasa Indonesia baku ialah (1) dipergunakan dalam wacana teknis seperti dalam karangan-karangan ilmiah, buku-buku pelajaran, dan laporan-laporan resmi; (2) sebagai alat komunikasi resmi, yakni dalam surat-menyurat



resmi,



pengumuman-pengumuman yang dikelurkan oleh istansi resmi, undang-undang, suratsurat keputusan, dan sebagainya; (3) dipakai dalam pembicaraan-pembicaraan yang bersifat keilmuan atau penyampaian ide-ide, seperti mengajar, berceramah, berseminar,dan berdebat, serta (4) dipakai dalam pembicaraan dengan orang yang dihormati, termasuk dengan orang yang belum akrab benar atau baru kenal. Sebagai kerangka acuan atau tolak ukur kesalahan, bahasa Indonesia baku dapat dijadikan pegangan (pedoman) dalam menentukan benar salahnya pemakaian bahasa Indonesia baik lisan maupun tertulis. Sebagai tolak ukur kesalahan, bahasa Indonesia baku memiliki beberapa ciri ditinjau dari segi logika, struktur, leksikon, pelafalan, dan tata penulisan.



23



DAFTAR PUSTAKA Arifin. E. Z. dan Farid Hadi. 1991. Seribu Satu Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Akademika Pressindo. Baduda, J. S. 1993. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima. Halim, Amran. 1979. Pembinaan Bahasa Nasional. Jakarta: Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia. Masnur M. dan Suparno 1987. Bahasa Indonesia: Kedudukan. Fungsi. Pembinaan dan pengembangannnya. Bandung: Jemmars. Kridalaksana, Harimurti. 1978. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende – Flores: Nusa Indah. Moeliono, Anton M. (pen.). 1997. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Susandi, I Nengah. 1996. Analisis Kesalahan Berbahasa. Singaraja: Fakultas Keguruan dan Pendidikan Uiniversitas Udayana . Sudira, I Nyoman Seloka. 2006. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Modul(tidak diterbitkan).singaraja : Univers itas Pendidikan Ganesha. Suharianto, S. 1981. Kompas Bahasa: Pengantar Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar. Surakarta: Widya Duta. Tobing, Sumita. 2000. Pemanfaatan Media Radio dan Televisi dalam Pembinaan Bahasa Indonesia (dalam Hassan Alwi Ed.) Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdiknas



24