Makalah Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA LAUT (BBPBL)LAMPUNG TAHUN 2020



Disusun Oleh: KELOMPOK 2



YPLP KABUPATEN PGRI TANGGAMUS SMA PGRI 1 PUGUNG 2020



LAPORAN HASIL KUNJUNGAN PADA BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA LAUT (BBPBL) LAMPUNG TAHUN 2020



Karya Tulis Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir di SMA PGRI 1 Pugung Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2019/2020



Disusun Oleh: KELOMPOK 2



YPLP KABUPATEN PGRI TANGGAMUS SMA PGRI 1 PUGUNG 2020



PENGESAHAN Karya Tulis ini telah disetujui dan disyahkan sebagai salah satu Tugas Akhir di SMA PGRI 1 Pugung Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung, pada: Hari



: _______________________________



Tanggal



: _______________________________



Oleh



:



Mengetahui,



Guru Pembimbing:



Kepala SMA PGRI 1 Pugung Kabupaten Tanggamus, Hendri.F.Spd



Novitri Damayanti.Spd



DAFTAR KELOMPOK 2 No



Nama



Jabatan



1



Nur Lena



Ketua



2



Neng Lina



Sekretaris



3



Reni Santika Sari



Bendahara



4



Nur Leni



Anggota



5



Okta Dwi Jayanti



Anggota



6



Reynaldi



Anggota



7



Riska Maylinda



Anggota



8



Samsul Arifin



Anggota



Tanda Tangan 1 2 3 4 5 6 7 8



Tangkit Serdang, 29 Januari Pembimbing HENDRI.F.S.pd



MOTTO “ Pendidikan merupakan senjata ampuh dan modal penting untuk merubah dunia dan meraih kesuksesan"



PERSEMBAHAN Karya Tulis ini kami persembahkan kepada: 1. Allah Subhana Watta’alla 2. Bapak dan Ibu Orang tua kami 3. Ibu Kepala SMA PGRI 1 Pugung Kabupaten Tanggamus 4. Dewan Guru SMA PGRI 1 Pugung Kabupaten Tanggamus 5. Bapak Hendri.F,Spd.Selaku guru pembimbing 6. Teman-teman, Kakak Kelas dan Adik Kelas SMP PGRI 1 Pugung Kabupaten Tanggamus 7. Perpustakaan SMP PGRI 1 Pugung Kabupaten Tanggamus 8. Ketua Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan do’a kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, taufiq dan hidayah-Mu penulis dapat menyusun laporan Kunjungan ini, sebagai salah satu tugas akhir di SMP PGRI 1 Pugung Kabupaten Tanggamus, dengan baik tanpa halangan yang berarti. Penulisan laporan Laporan Kunjungan ini ini dapat diselesaikan berkat dorongan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak dan Ibu, selaku orang tua yang telah memberikan segalanya demi pendidkan kami. 2. Ibu Novitri Damayanti.Spd selaku Kepala SMA PGRI 1 Pugung Kabupaten Tanggamus 3. Bapak Hendri.F, S.Pd, selaku Guru Pembimbing kelompok 2 di SMA PGRI 1 Pugung Kabupaten Tanggamus 4. Bapak Pimpinan Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung 5. Rekan-rekan kelas XII, sebagai teman diskusi selama proses penyusunan laporan ini. Kepada mereka penulis tidak dapat membalas semua yang telah diberikan, kecuali ucapan terimakasih yang sebanyak-banyaknya dan dengan setulus hati, semoga Allah SWT yang akan memberikan balasan dan semoga semua bantuan itu menjadi amal jariyah yang diteima oleh Allah SWT. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna dan masin banyak sekali kekurangannya, oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun, dari mana saja



datangnya akan penulis terima dengan segala kerendahan hati demi lebih sempurnanya laporan-laporan dimasa datang. Untuk itu penulis haturkan terima kasih, dan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita.



Tangkit Serdang, Januari Penulis,



KELOMPOK 2



DAFTAR ISI Halaman Halamam Judul



…………………………………………………….



Pengesahan



………………………….………………………….



Daftar Anggota Kelompok Motto



……….………...…………………………………………….



Persembahan



………………………...…………………………….



Kata Pengantar Bab I



........……………………………….



………………………...…………………………….



Pendahuluan



……………………………………………..



1.1 Latar Belakang



………………………….………….



1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 manfaat penelitian



…….………………………………. …………………………….



1.4 Sistematika Laporan Bab II Laporan Hasil Penelitian 2.1 Profil BBPBL



……………………. …………………………………….



2.2 Teknologi Budidaya ikan Blue Devil ……………………………………………. 2.3 Pembenihan Ikan Bawal Bintang 2.4 Kultur Pakan Hidup



…………………………………….



……………….……………………



2.5 Penanganan penyakit pada usaha budidaya ikan laut .................. Bab III Kesimpulan …..……………………………….. 3.1 Kesimpulan



…………………………………………….



3.2 Penutup ……………………………………………………. Daftar Pustaka



……………………………………………………



BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung yang beralamat Jalan Yos Sudarso desa Hanura Padang cermin pesawaran Lampung yang dulu nya bernama Balai Budidaya Laut (BBL) berdiri sejak tahun 1982.Pada awalnya BBL memperoleh bantuan teknis dari FAO UNDP melalui seafarming Development projects INS/81/008 selama 6 tahun(1983-1989).BBL di tetapkan secara resmi berdasarkan Mentri pertanian nomor 347/Kpts/OT.210/8/1986 tanggal 5 Agustus 1986,SK pertanian nomor 347/Kpts/OT.210/5/1994 tanggal 6 Mei 1994 dan di sempurnakan dengan SK menteri kelautan dan perikanan nomor KEP.26F/MEN/2001.sejak 1 Januari 2001 Balai Budidaya Laut berubah menjadi Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) berdasarkan peraturan menteri kelautan dan perikanan nomor PER/07/ MEN/2006 Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung mempunyai tugas pengelolaan produksi, pengujian laboratorium , mutu pakan ikan, kesehatan ikan dan lingkungan kehidupan ikan,serta bimbingan teknis Perikanan Budidaya Laut . Dari tugas di atas Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung juga bertugas untuk melayani masyarakat tentang info benih atau bibit ikan, dan bimbingan teknologi untuk para pengusaha peternak ikan.Oleh karena itu Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung sering di kunjungi oleh berbagai tamu yang memiliki berbagai tujuan dan kepentingan seperti mencari informasi tentang cara Budidaya ikan sampai dengan rapat dan seminar tentang kelautan.Tamu yang berkunjung ke Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung dari berbagai golongan dari mulai



Perguruan tinggi, instansi swasta sampai dengan dinas pemerintah.Untuk pendaftaran kunjungan ke Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung masyarakat juga harus datang ke BBPBL Lampung untuk mendaftar dan untuk layanan masyarakat yang ingin melihat informasi tentang uji laboratorium, info tentang ikan dan lainnya mereka harus datang langsung ke Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung dan melihat informasi tentang budidaya perikanan dan kelautan di papan pengumuman yang di sediakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Berdasarkan uraian di atas,maka penulis tertarik untuk membuat laporan akhir dengan judul"Aplikasi Pelayanan Publik pada Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung".



1.2.Makssud dan Tujuan Penelitian Maksud dan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesesuaian perairan maitam untuk Budidaya ikan Bawal Bintang dan Blue Devil.



1.3.Manfaat penelitian



Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang kondisi perairan di pulau maitam . sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan budidaya ikan Bawal Bintang dan Blue Devil.



.



BAB II LAPORAN PENELITIAN 2.1. Profil BBPBL



Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung (BBPBL) adalah salah satu Unit Pelaksanaan Teknis Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menjadi tempat PKL,Magang dan Prakterin bagi siswa dan mahasiswa dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Terletak di Jln. Yos Sudarso, Desa Hanura, Kec. Teluk Pandan Pesawaran 35351.Untuk menunjang pelaksanaan program pengembangan budidaya laut di Indonesia berdasarkan KEPPRES RI NO. 23 Tahun 1982 yang pelaksanaannya tertuang dalam SK. Menteri Pertanian Nomor 473/KPts/um/7/1982, maka Direktorat Jenderal Perikanan telah merintis pembangunan Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung sejak tahun 1982. Pada awalnya BBPBL membutuhkan bantuan teknis dari FAO/UNDP melalui proyek pengembangan kelautan INS/81/008 selama 6 tahun (1983 – 1989). Ditetapkan secara resmi berdasarkan SK menteri pertanian Nomor 347/KPts/OT.210/8/1986 tanggal 5 agustus 1986, SK menteri pertanian Nomor 347/KPts/OT.210/5/1994 tanggal 6 mei 1994, SK menteri eksplorasi laut dan perikanan Nomor 61 tahun 2000 tanggal 31 juli 2000 dan disempurnakan dengan SK menteri kelautan dan perikanan Nomor KEP. 26 F/MEN/2001.



2.2 Pembenihan Ikan Bawal Bintang (Trachinotus Blochii) Ikan Bawal Bintang merupakan salah satu jenis yang mudah di budidayakan dan mempunyai pangsa pasar lokal cukup bagus serta menjadi pilihan pembudidaya. Selain benihnya telah dapat diproduksi secara masal, Bawal Bintang juga tergolong bandel dan mudah beradaptasi sehingga mudah dibudidayakan. Hal ini yang menyebabkan semakin meningkatnya permintaan benih Bawal Bintang setiap tahunnya. BBPBL Lampung adalah salah satu UPT Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya yang telah berhasil mengembangkan teknik produksi masal benih ikan Bawal Bintang. Hasil produksi



masal benih ikan Bawal Bintang selain digunakan untuk kegiatan perekayasaan, juga untuk bantuan benih dan disebarluaskan ke masyarakat pembudidaya. Pemeliharaan dan pematangan induk di BBPBL Lampung dilakukan di laut menggunakan Karamba Jaring Apung (KJA) 3m X 3m X 3m dan di darat menggunakan bak diberi 15 m³. Induk yang digunakan berukuran antara 2 – 3 kg/ekor atau dengan kepadatan selama pemeliharaan 3 – 4 kg/induk/m³. Pakan yang diberikan berupa ikan segar, cumi – cumi dan pakan buatan yang diberikan dua kali sehari dengan dosis 3 – 5 % TBW. Selain itu pakan juga diperkaya dengan multivitamin serta penambahan vitamin E untuk mempercepat proses pembentukan dan kematangan gonadnya. Pemijahan ikan Bawal Bintang dilakukan pemijahan alami dengan metode perangsangan hormonal dan pemijahan alami dapat dilakukan di KJA menggunakan hapa atau dalam bak pemeliharaan induk. Metode perangsangan hormonal dengan penyuntikan hanya dilakukan pada induk – induk yang telah siap dan matang gonad. Untuk mengetahui tingkat kematangan gonad pada induk jantan dilakukan dengan cara melakukan striping dibagian perut dan induk jantan yang siap dipijahkan akan mengeluarkan sperma berwarna putih keruh dan kental. Sedangkan untuk mengetahui tingkat kematangan gonad pada induk betina dilakukan dengan menggunakan selang kanulasi dan induk betina yang siap memijah memiliki diameter telur 300 – 500 mc dan menyebar (tidak mengharapkan). Hormon yang digunakan pada pemijahan perangsangan hormonal Bawal Bintang di BBPBL Lampung adalah HCG ( Human Chorionic Gonadotropin). Penyuntikan dilakukan 2 kali dengan dosis 300 IU/ekor pada hari pertama dan 500 IU/ekor pada hari kedua. Penyuntikan dilakukan dibagian pangkal sirip dada dan perbandingan antara jantan dan betina adalah 1 : 1. Pemijahan biasanya terjadi antara 8 – 12 jam setelah penyuntikan hari kedua. Pemanenan sekaligus seleksi telur dapat dilakukan pada keesokan harinya yang kemudian ditampung dalam wadah penetasan. Wadah untuk pemeliharaan larva dapat terbuat dari bahan fiber atau pasangan bata volume 10 m³ yang ditempatkan dalam ruangan tertutup atau Hatchery. Kepadatan larva adalah 100.000 sampai 150.000 atau 10 – 15 ekor/liter. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan berupa rotifer mulai D2 – D15 dengan kepadatan 1 – 6 individu/mL. Naupli artemia mulai diberikan pada D11 – D22 dengan dosis 0,5 – 1 individu/mL yang diberikan pada pagi dan sore hari. Selain pakan hidup diatas juga diberikan pakan buatan mulai D11 hingga panen yang ukurannya disesuaikan dengan bukaan mulut benih. Setelah 22 hari pemeliharaan, benih dapat dipanen secara total dan siap untuk didederkan. Pendederan benih dilakukan diruangan terbuka yang dilengakapi atap. Wadah pemeliharaan dapat terbuat dari bahan fiber atau pasangan bata bervolume 1 – 2 m³. Padat penebaran awal benih 5.000 ekor/m³ yang kemudian dijarangkan seiring dengan perkembangan benih. Pakan yang diberikan selama pemdederan sepenuhnya menggunakan pakan buatan yang ukurannya disesuaikan dengan bukaan mulut benih. Teknik pemberiannya dilakukan secara adlibitum (pemberian hingga kenyang) sebanyak 5 – 6 kali sehari. Penyeragaman ukuran dilakukan 5 – 7 hari sekali atau saat dijumpai adanya perbedaan ukuran benih yang dipelihara. Untuk menjaga kualitas air tetap terjaga, dilakukan penyiponan dan pergantian air secara total pada pagi dan sore hari setelah pemberian pakan. Metode pendederan menggunakan sistem air mengalir selama pemeliharaan. Selama 2 – 2,5 bulan pemeliharaan, benih telah mencapai ukuran 5 – 7 cm dan siap dibesarkan di KJA laut.



2.3 Teknologi Budidaya Ikan Blue Devil (Chrysiptera Chandra) Blue Devil (Chysiptera ceanea) atau Demselfish adalah akan hias air laut yang sangat agresif dan mempunyai nilai ekonomis tinggi Blue Devil merupakan satu dari 5 species anggota genus Chysiptera, family pomacentridae, subfamili pomacentrinae. Spesies yang dikembangkan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut(BBPBL) Lampung adalah Chysiptera ceanea. Beberapa alasan sehingga ikan Blue Devil sangat diminati sebagai penghias akuarium karena disamping keindahan warna tubuhnya yaitu biru laut dengan kombinasi warna Oranye di bagian ekor pada induk jantan dan induk betina ada bercak hitam di bagian atas sirip. BBPBL Lampung sebagai salah satu UPT DJPB mempunyai tugas mengadakan perekayasaan dibidang budidaya ikan laut agar bisa diterapkan kepada masyarakat pembudidaya/stakeholder. Induk dipelihara di bak serat kaca volume 500 liter dengan dasar double bottom berupa pasir dan dihubungkan dengan bak penampungan larva di bagian pembuangan atau outlet. Induk yang siap memijah berukuran 7-8 cm untuk mantan dan 6-7 cm untuk induk betina dan dipijahkan secara massal dengan kepadatan induk 1-2 cm/liter dengan perbandingan jantan dan betina 1:1.induk dipelihara dengan sistem air mengalir(Flow through).



Pada



bak



peliharaan



induk



dilengkapi



dengan



selter



dari



kulit



kekerangan(Kerang Mutiara) dan paralon sebagai tempat penempelan telur Blue Devil bila memijah. Induk aan memijah setiap 5-7 hari sekali dengan jumlah telur berkisar 500-1000 butir dengan diameter berkisar 700-800 mikrom.setelah 5-7 hari telur akan menetes dan ditampung dalam kolektor larva yang dihubungkan dengan saluran pembuangan/outlet.



Larva yang telah menetes dipanen dari wadah penampungan larva kemudian dipindahkan ke bak pemeliharaan larva terbuat dari serat kaca ukuran 500 liter. Padat penebaran yang dilakukan sebanyak 1.000-2.000ekor/bak.untuk hari pertama pakan alami berupa fitoplankton ditambah ke dalam bak dengan kepadatan 10.000 sel/ml hingga hari ke 15 dengan kepadatan yang dipertahankan yaitu 15.000-20.000 sel/ml.Brachionus sp, mulai diberikan pada hari ke-3 dengan kepadatan 2-3 individu/ml dan mulai ditingkatkan seiring dengan bertambahnya usia larva yaitu 5-7.Naupli Artemis diberikan pada hari ke 15 sampai hari ke 30 dan larva Diaphanosoma sp. Diberikan pada hari ke 20 sampai ke 30.pergantian air mulai dilakukan pada saat larva berumur 7 hari sebanyak 10%-20% tergantung dari kondisi air dan larva. Volume pergantian air mulai ditingkatkan seiring dengan bertambahnya usia larva yang dipelihara dengan volume 30%-50%.pada saat larva memasuki hari ke 15-17 warna biru laut dari larva mulai terlihat. Setelah benih berukuran 3 cm persentase pemberian pakan buatan ditingkatkan hingga 75% dari pada cacing darah karena hanya sebagai pelengkap nutrisi pertumbuhan ikan Blue Devil tergolong lambat bila dibandingkan dengan ikan konsumsi tetapi hal ini sesuai dengan ukuran ikan dewasa atau induk yang panjangnya hanya mencapai 7-8 cm. Untuk mencapai ukuran dewasa/induk memerlukan waktu 10-12 bulan. Umur (Hari) H1 H5 H10 H20 H30 H40 H60



Panjang



Sintasan



(Cm) 0,1-0,2 0,4-0,5 0,6-0,7 1,2-1,5 1,7-2 2,3-2,8 3,0-3,5



(%) 4-6 50-75 50-75



Pengelolaan kualitas air tidak banyak berbeda dengan pemeliharaan ikan laut pada umumnya, diperlukan penyimpanan kotoran dan sisa pakan di dasar wadah. Pergantian air minimal 1 kali sehari sekitar 30%-50% atau bila diperlukan. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan kualitas air optimal dan tetap jernih. Kisaran parameter kualitas air pemeliharaan ikan Blue Devil secara lengkap disajikan sebagai berikut:



PARAMETER Suhu(°C) Salinitas Do(ppm) pH Amoniak(ppm) Nitrit 2.4. Kultur Pakan Hidup



KISARAN NILAI 28-32 27-32 4,0-6,5 7,8-8,5 0,030-0,082



Pada kegiatan pembenihan ikan laut, pakan alami merupakan kunci keberhasilan yang mutlak harus ada terutama pada stadia awal larva ikan laut. Keberadaannya sudah tersedia di alam. Cukup memperbanyak sesuai kebutuhan. Apa saja peralatan yang dibutuhkan? Dalam hal penyediaan pakan alami untuk benih ikan laut, Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung telah lama berhasil melakukan kultur pakan alami. Menurut Emi Rusyani dari BBPBL Lampung, pakan alami yang ada di BBPBL Lampung terbagi



menjadi



dua



kelompok,



yaitu



fitoplankton



dan



zooplankton. Jenis-jenis fitoplankton yang sudah dibudidayakan secara massal di antaranya Nannochloropsis oculata, Chlorella vulgaris, Botryococcus sp., Tetraselmis chuii, Dunaliella salina, Spirulina plantensis, Chaetoceros calcitrans, Thallasiosira sp., Nitzschia sp., Isochrysis sp. dan Pavlova sp.



Sementara



ragam



jenis



zooplankton



yang



sudah



bisa



dibudidayakan secara massal antara lain Rotifera (Brachionus plicatilis); Kopepoda (Akartia sp., Oithona sp., dan Tigriopus sp.); dan kutu air laut (Diaphanosoma sp.).



Fitoplankton dibudidayakan untuk pakan zooplankton dan pakan teripang. Sementara zooplankton digunakan sebagai pakan larva ikan kakap (kakap merah dan kakap putih), kerapu (kerapu macan dan kerapu bebek), cobia, bawal bintang, dan ikan hias nemo, blue devil, dan cardinal banggai). Waktu pemeliharaan pakan alami berbeda untuk tiap skala atay tahapannya.



Untuk



skala



laboratorium,



lama



pemeliharaan



berkisar 7—14 hari, skala menengah atau semimassal 5—10 hari, dan pada skala massal 4—5 hari. Ragam alat kultur Keberhasilan



kultur



pakan



alami



yang



telah



dilakukan



BBPBLLampung tak lepas dari sarana dan prasarana yang mendukung proses budidaya. Lebih lanjut Emi mengatakan bahwa peralatan yang dibutuhkan dalam kultur pakan alami tertera pada Tabel Alat KulturPakan Alami.



2.4 Penanganan Penyakit pada Usaha Budidaya Ikan Laut



Teknologi budidaya ikan saat ini telah banyak dikembangkan guna memperoleh hasil yang maksimal. Namun hal ini terhadang oleh



berbagai



permasalahan



terutama



penyakit



sehingga



menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Ikan yang terserang



penyakit



pemeliharaan



lebih



menjadi lama,



lambat



konversi



tumbuh,



pakan



tinggi,



periode bahkan



kematian. Kendalikan dengan Prinsip Timbulnya



serangan



penyakit



pada



ikan



merupakan



hasil



interaksi yang tidak seimbang antara lingkungan (air, tanah dan udara), ikan (yang dibudidayakan), dan mikroorganisme patogen (parasit, bakteri, virus, dan cendawan). Pengetahuan mengenai sumber penyakit akan sangat membantu petani dalam upaya pengendalian munculnya penyakit, penyebaran, dan pengobatan ikan sedini mungkin. Identifikasi atau diagnosis penyakit pada ikan dapat diketahui dari kelainan yang terdapat pada organ tubuh, seperti adanya bercak putih atau merah pada tubuh, sirip gripis (rusak/rontok), mata menonjol, dan insang pucat. Tanda lain dapat dilihat dari nafsu makan yang turun, dan cara berenang yang tidak normal serta perubahan pada organ dalam (hati, jantung, limpa).



Peneguhan diagnosis dapat dilakukan dengan menggunakan uji Polimerase



Chain



Sedangkan



untuk



Reaction



(PCR)



pengendalian



atau



penyakit



uji



bakteriologi.



infeksi



dilakukan



pengobatan dengan memperhatikan tiga prinsip sebagai berikut:



1. Penyakit yang disebabkan oleh virus. Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat mengatasinya. Untuk mengatasinya, antara lain dengan



mengurangi faktor-faktor yang mendukung



penyebaran penyakit, seperti kualitas air, pakan yang baik disertai pemberian Vitamin C, multivitamin lengkap, maupun imunostimulan untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Bila perlu, berikan antibiotika untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder. 2. Untuk penyakit bakteri, penggunaan antibiotika yang tepat dan dosis yang sesuai anjuran sangatlah disarankan. Pilihlah antibiotika yang memang khusus digunakan untuk ikan dan telah teregistrasi. Pemanfaatan antibiotika yang tidak sesuai dosis dan ilegal akan berdampak pada timbulnya resistensi bakteri dan pencemaran air. Jenis antibiotika yang diizinkan beredar untuk pengobatan ikan dan udang antara lain ampicillin,



oxytetracyclin,



doxycycline,



enrofloxacin,



erythromycin,



gentamycin, kanamycin, neomycin, dan lincomycin. 3. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit, cendawan, atau hama dapat ditanggulangi dengan menggunakan bahan kimia atau disinfektan dan insektisida. Disinfektan yang biasa digunakan



adalah



benzalkonium



chloride,



chlorine,



formaldehyde, dan iodine. Dalam pemberian antibiotika maupun disinfektan, yang terpenting dan harus diperhatikan adalah dosis dan cara pemakaian serta waktu henti obatnya (with drawal time). Perhatikan Kualitas air Selain



mendiagnosis



dan



mengendalikan



pertumbuhan



organisme penyebab penyakit, media hidup ikan, yakni air, juga harus mendapat perhatian karena bisa



menjadi salah satu



faktor pencetus timbulnya penyakit. Lingkungan perairan tempat ikan dipelihara sebaiknya terus dijaga kualitasnya. Caranya, antara



lain



dengan



memberikan



probiotik,



menjaga



agar



parameter kualitas air seperti oksigen terlarut, salinitas, dan keasaman (pH) dalam batas yang bisa ditoleransi ikan. Bila kondisi ikan menurun akibat keracunan pakan atau kekurangan



gizi,



sistem



penyimpanan



pakan



sebaiknya



diperbaiki dan kandungan gizi pakan ditingkatkan. Jika perlu, tambahkan vitamin, mineral, dan asam amino sebagai imbuhan pakan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah saat penanganan (handling) ikan, baik pada saat penangkapan, sampling, dan transportasi. Perlakuan yang kurang baik dapat menyebabkan ikan luka dan memar. Luka dan memar merupakan pintu masuk bakteri penyebab penyakit ke dalam tubuh ikan. Contoh, ikan kerapu yang menderita ulcus syndrome



akibat serangan



bakteri Vibrio sp. Faktor-faktor tersebut sebaiknya selalu menjadi perhatian para pembudidaya sehingga serangan penyakit pada ikan dapat ditanggulangi secepat mungkin. Hal ini akan



terwujud bila



pelaku budidaya memiliki pengetahuan, pemahaman, penerapan cara budidaya ikan yang baik.



dan



BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampug adalah tempat pembudidayaan biota laut yang begitu banyak memberikan manfaat bagi pembelajaran Siswa, Masyarakat, Daerah, dan Negara serta laut ketapang merupakan tempat wisata yang begituu banyak biota laut di dalam nya dan dapat di sipulkan bahwa laut ketapang lampung adalah salah satu laut yang memiliki keaneka ragaman biota laut,serta BBPBL, sebagai pengembangan dan pembudidayaan nya.



DAFTAR PUSTAKKA Brosur BBPBL. 2005. Pembenihan biota laut.penerbit : BBPBL Internet. BBPBL BLOK. Hasil Laporan siswa yang telah lebih dahulu berkunjungke BBPBL.



LAMPIRAN Ikan Blue Devil



Ikan Bawal Bintang



Foto Anggota Kelompok