Makalah Bioteknologi Kel.3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH BIOTEKNOLOGI FARMASI Vaksin Human Papillomavirus (HPV)



Di Susun Oleh: KELOMPOK III : 1. LISNA



F201902007



2. HAJAH NINGSIH INTA F201902008 3. I GUSTI KETUT PUTRA F201902006 4. HERMAN MAMAN



F201802032



PROGRAM STUDI S-1 FARMASI UNIVERSITAS MANDALA WALUYA KENDARI 2021 1



DAFTAR ISI DAFTAR ISI...................................................................................................................................2 KATA PENGANTAR.....................................................................................................................3 BAB I...............................................................................................................................................4 PENDAHULUAN...........................................................................................................................4 A. Latar Belakang......................................................................................................................4 B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5 C. Tujuan...................................................................................................................................5 BAB II.............................................................................................................................................6 PEMBAHASAN..............................................................................................................................6 A. Vaksin Human Papilloma Virus (HPV)...............................................................................6 B. Pengembangan Vaksin Human Papilloma Virus (HPV)......................................................8 C. Gen Pengkode Vaksin Human Papilloma Virus (HPV).......................................................9 D. Kloning Vaksin Human Papilloma Virus (HPV)...............................................................11 E. Mekanisme Kerja Vaksin Human Papilloma Virus (HPV) ...............................................11 F.



Produksi Vaksin Human Papilloma Virus (HPV)……………………………………….12



G.



Proses Purifikasi dan Pengemasan Produk Vaksin Human Papilloma Virus (HPV)……13



BAB III..........................................................................................................................................18 KESIMPULAN..............................................................................................................................18 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19



2



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Aplikasi Pengembangan Bioteknologi di Bidang Farmasi”. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.Baik itu yang datang dari diri peyusun maupun yang datang dari luar.Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.Walaupun makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.



Penulis



Kelompok 3



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bioteknologi mengacu pada penerapan sistem biologi, organisme hidup atau turunannya dalam membuat atau memodifikasi produk atau proses untuk penggunaan khusus. Bioteknologi digunakan di berbagai bidang termasuk pertanian, ilmu makanan dan Pharmaceutical. Perusahaan farmasi menggunakan bioteknologi untuk obat manufaktur, pharmacogenomics, terapi gen dan pengujian genetik. Bioteknologi perusahaan membuat produk bioteknologi (lebih spesifik kata produk farmasi biotek) dengan memanipulasi dan memodifikasi organisme, biasanya pada tingkat molekul. Bioteknologi farmasi perusahaan menggunakan teknologi DNA rekombinan, yang memerlukan manipulasi genetik sel atau antibodi monoklonal untuk membuat produk bioteknologi mereka. Produk-produk farmasi biotek yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan biotek yang banyak digunakan dalam pencegahan, diagnosis atau pengobatan berbagai jenis penyakit tentunya agar kita selalu menerapkan healthy lifestyle kita agar menjadi lebih baik lagi. Formulasi farmasi konvensional adalah molekul relatif sederhana diproduksi terutama melalui teknik trial and error untuk mengobati gejala-gejala penyakit atau penyakit. Di sisi lain, biopharmaceuticals adalah molekul biologis yang kompleks, yang umum dikenal sebagai protein, yang biasanya bertujuan menghilangkan mekanisme yang mendasari untuk mengobati penyakit. Bioteknologi farmasi pada dasarnya, adalah digunakan untuk membuat molekul yang lebih besar yang kompleks dengan bantuan sel-sel hidup (seperti yang ditemukan dalam tubuh manusia seperti sel-sel bakteri, ragi sel, hewan atau tumbuhan sel). Tidak seperti molekul kecil yang diberikan kepada pasien melalui tablet, molekul besar yang biasanya disuntikkan ke dalam tubuh pasien. Ketika dua disiplin-farmasi dan bioteknologi-datang bersama-sama, mereka menghasilkan banyak keuntungan bagi manusia dalam hal kesehatan. Hal ini dimungkinkan melalui Pharmacogenomics (berasal dari 'farmakologi' dan 'genomics') yang merujuk kepada studi tentang bagaimana warisan genetik mempengaruhi respon tubuh manusia individu untuk obat. biofarmasi obat bertujuan untuk merancang dan memproduksi obat-obatan yang disesuaikan dengan genetik masing-masing orang. 4



Dengan demikian perusahaan bioteknologi farmasi dapat mengembangkan obat-obatan khusus dibuat untuk efek terapi yang maksimal. Selain itu, obat-obatan bioteknologi dapat diberikan kepada pasien dalam dosis yang tepat sebagai dokter akan tahu genetika pasien dan bagaimana proses dan tubuh memetabolisme obat. Salah satu manfaat lebih dari bioteknologi farmasi adalah dalam bentuk vaksin yang lebih baik. Biotek perusahaan desain dan memproduksi vaksin yang lebih aman oleh organisme yang ditransformasi melalui rekayasa genetik. Vaksin-vaksin biotek meminimalkan risiko infeksi. Human Papillomavirus (HPV) Vaccines merupakan salah satu vaksin yang sedang banyak digunakan di Amerika Serikat. Terdapat dua jenis vaksin HPV yang sedang dikembangkan dan disetujui di Amerika Serikat bahkan juga negara lainnya. Kedua vaksin tersebut berdasarkan rekombinan virus seperti partikel dari protei HPV L1 (VLP), komponen L1 dari membran kapsid terluar virus yang secara alami merakit sendiri untuk membentuk partikel mirip dengan struktur kapsid terluar dari HPV. B. Rumusan Masalah 1. Apa Yang Dimaksud Dengan Vaksin Human Papilloma Virus (HPV)? 2. Bagaimana Pengembangan Vaksin Human Papilloma Virus (HPV)? 3. Bagaimana Gen Pengkode Vaksin Human Papilloma Virus (HPV)? 4. Bagaimana Kondisi Kloning Vaksin Human Papilloma Virus (HPV)? 5. Bagaimana Mekanisme Kerja Vaksin Human Papilloma Virus (HPV)? 6. Bagaimana Proses Produksi Vaksin Human Papilloma Virus (HPV)? 7. Bagaimana Proses Purifikasi dan Pengemasan Produk Vaksin Human Papilloma Virus (HPV) ? C. Tujuan 1. Mengetahui Definisi Vaksin Human Papilloma Virus (HPV). 2. Mengetahui Pengembangan Vaksin Human Papilloma Virus (HPV) 3. Mengetahui Gen Pengkode Vaksin Human Papilloma Virus (HPV) 4. Mengetahui Kondisi Kloning Vaksin Human Papilloma Virus (HPV) 5. Mengetahui Mekanisme Kerja Vaksin Human Papilloma Virus (HPV) 6. Mengetahui Bagaimana Proses Produksi Vaksin Human Papilloma Virus (HPV) 7. Mengetahui Proses Purifikasi dan Pengemasan Produk Vaksin Human Papilloma Virus (HPV) 5



BAB II PEMBAHASAN A. Vaksin Human Papilloma Virus (HPV) Vaksin adalah suspensi mikroorganisme yang dilemahkan atau dimatikan, yang diberikan untuk mencegah, meringankan, atau mengobati penyakit-penyakit menular. Imunitas dihasilkan dari produksi antibodi seseorang atau sel T sebagai hasil infeksi atau pajanan alami suatu antigen. Pada beberapa kasus, suntikan ulangan diberikan untuk menstimulasi ulang memori imun dan mempertahankan tingkat perlindungan yang tinggi. Vaksinasi adalah memasukkan vaksin kedalam tubuh dengan tujuan menginduksi kekebalan. Vaksin HPV adalah vaksin kedua di dunia yang dapat mencegah terjadinya kanker. Sebelumnya,



terdapat vaksin hepatitis B untuk mencegah kanker hati.



Di



Indonesia, vaksinasi HPV telah masuk kedalam program imunisasi yang dianjurkan. Vaksin kanker pada awal perkembangannya dimulai dari lisan tumor sendiri, kemudian berkembang dengan sasaran tumor associated antigen, yaitu molekul yang diekspresikan oleh tumor dan tidak oleh sel normal. Selanjutnya digunakan peptida atau DNA sebagai antigen. Antigen DNA biasanya lemah dan untuk memperkuat potensi imunogeniknya dilakukan dengan berbagai rekayasa. Vaksin dibuat dengan teknologi rekombinan, vaksin berisi VLP (virus like protein) yang merupakan hasil cloning dari L1 (viral capsid gene) yang mempunyai sifat imunogenik kuat. Dengan diketahuinya infeksi HPV sebagai penyebab kanker serviks, maka terbuka peluang untuk menciptakan vaksin dalam upaya pencegahan kanker serviks. Dalam hal ini dikembangkan 2 jenis vaksin: 1. Vaksin pencegahan untuk memicu kekebalan tubuh humoral agar dapat terlindung dari infeksi HPV. 2. Vaksin Pengobatan untuk menstimulasi kekebalan tubuh seluler agar sel yang terinfeksi HPV dapat dimusnahkan. Respon imun yang benar pada infeksi HPV memiliki karakteristik yang kuat, bersifat lokal dan selalu dihubungkan dengan pengurangan lesi dan bersifat melindungi terhadap infeksi HPV genotif yang sama . Dalam hal ini, antibody humoral sangat 6



berperan besar dan antibodi ini adalah suatu virus neutralising antibodi yang bisa mencegah infeksi HPV dalam percobaan invitro maupun invivo. Kadar serum neutralizing hanya setelah fase seroconversion dan kemudian menurun. Kadar yang rendah ini berhubungan dengan infeksi dari virus. HPV yang bersifat intraepitelial dan tidak adanya fase keberadaan virus di darah pada infeksi ini. Selanjutnya protein L1 diekspresikan selama infeksi produktif dari virus HPV dan partikel virus tersebut akan terkumpul pada permukaan sel epitel tanpa ada proses kerusakan sel dan proses radang dan tidak terdeteksi oleh antigen presenting cell dan makropag. Oleh karena itu partikel virus dan kapsidnya terdapat dalam kadar yang rendah pada kelenjar limfe dan limpa, di mana kedua organ tersebut adalah organ yang sangat berperan dalam proses kekebalan tubuh. Meskipun dalam kadar yang rendah, antibodi tersebut bersifat protektif terhadap infeksi virus HPV, sehingga dikembangkan suatu vaksin yang didasarkan pada mekanisme kerja virus neuralising antibodi terhadap protein kapsid yang bersifat mencegah terhadap infeksi HPV. Imunodominant neutralising epitopes terlokalisasi pada protein kapsid L1, yang kemudian bergabung menjadi suatu kapsid yang kosong atau virus like particle yang secara bentuk dan antigenic sangat identik dengan virion aslinya. Kemudian dengan bantuan teknologi yang canggih, dikembangkan suatu HPV L1 VLP subunit vaksin. Cervarix dari Glaxo Smith Kine merupakan vaksin dwivalen (dua antigen) yang mengandung rekombinan sel serangga (sistem vektor baculovirus). Protein kapsid HPV L1 berasal dari HPV tipe 11 dan HPV tipe 16, sehingga tersedia agen proteksi bagi untai HPV yang berasosiasi dengan kanker servik. Gardasil dari Merck merupakan vaksin quadravalen (empat antigen) yang tersusun dari protein kapsid rekombinan HPV L1 berdasarkan VLPs dari empat untai berbeda dari HPV (HPV-6, HPV-11, HPV-16, dan HPV-18) diekspresikan oleh Saccharomyces cereviciae (yeast), sehingga dapat menyediakan agen proteksi pada untai HPV yang berasosiasi dengan dua kanker yaitu kanker servik dan kelamin. Banyak sekali beberapa perusahaan dari beberapa negara yang mengembangkan vaksin dari HPV ini, terlebih pada industri farmasi di Amerika Serikat terlihat dari luasnya pemasaran dengan dukungan R&D yang profesional.



7



B. Perkembangan Vaksin Human Papilloma Virus (HPV) Menurut Pradipta & Sungkar (2007), teknologi untuk memproduksi vaksin HPV adalah dengan rekombinan DNA. Terdapat 3 jenis teknologi yang digunakan untuk memproduksi vaksin HPV, yaitu: a.



Viral Like Particles Vaccines (VLP) Vaksin dibentuk dengan protein virus, L1, yang bertanggung



jawab dalam



membentuk kapsid virus. Protein tersebut memiliki fungsi untuk membentuk dirinya sendiri menjadi partikel yang menyerupai virus. Partikel tersebut tidak mengandung DNA virus sehingga tidak bersifat infeksius dan dapat menghilangkan risiko seseorang terkena infeksi dari vaksin itu sendiri. Partikel tersebut dapat menstimulasi produksi antibodi yang dapat mengikat dan menetralkan virus yang bersifat infeksius. Saat ini penelitian mengenai penambahan polipeptid nonstruktural dari protein virus ke protein minor L1 dan L2 sedang dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan sifat proteksi vaksin. b.



Recombinant Fusion Proteins and Peptides Teknologi ini merupakan gabungan ekspresi antigen dengan peptida sintetik yang dapat berespons terhadap epitop imunogenik protein virus. Pada binatang percobaan vaksin ini memiliki kapasitas untuk menginduksi respons antitumor. Vaksin ini diharapkan dapat memberikan efek terapeutik terhadap



subyek yang sudah



terinfeksi. c.



Live Recombinant Vectors. Vaksin berasal dari virus hidup yang direkombinan dengan virus vaccinia untuk mengekspresikan gen HPV tipe 16 dan 18. Pengembangan vaksin saat ini lebih menitikberatkan pada penggunaan teknologi



VLP dengan tujuan utama melindungi manusia terhadap infeksi HPV tipe 16 dan 18. Terdapat dua jenis vaksin yang telah dipasarkan dan sudah melewati uji klinis yakni vaksin bivalen (untuk HPV tipe 16 dan 18) dan vaksin quadrivalen (untuk HPV tipe 6, 11, 16, dan 18). Pemikiran terbaru adalah penambahan VLP dari HPV tipe lain. Meskipun demikian, penambahan VLP pada satu vaksin tunggal ditakutkan akan memberikan persoalan teknis dalam produksi vaksin.



8



Pada tanggal 8 Juni 2006, FDA (The U.S. Food and Drug Administration) telah mengesahkan vaksin HPV dan sudah mendapat izin edar dari BPOM RI di Indonesia. Pada awalnya vaksin ditujukan bagi remaja wanita ini, namun saat ini pemberian vaksin diupayakan dapat diperluas untuk remaja pria (Depkes RI). Pemberian vaksin HPV sebagai pencegahan kutil kelamin pada pria telah disahkan oleh FDA pada tanggal 16 Oktober 2009. C. Gen Pengkode Vaksin HPV Pada vaksin HPV Cervarix gen yang disisipkan adalah gen pengkode protein L1. Protein L1 merupakan protein yang berfungsi dalam pembentukan kapsid bagi Human Papiloma Virus atau sering disebut mayor viral coat protein. Gen pengkode protein L1 memiliki



sekuen



DNA



yang



mengkode



5’CCACATGTCTCTTTGGCTGCCTAGCG-3’



protein dan



L1



adalah 5’-



GCGGCCGCTCGAGTTACAGCTTAC GTTTTTTGC-3’. (San Millán, Sebastián, Nuñez, Veramendi, & Escribano, 2009). Vektor kloning yang digunakan sebagai media agar target DNA dapat diperbanyak untuk selanjutnya diekspresikan menjadi protein yang diinginkan adalah pGEM-T. Kemudian enzim restriksi yang digunakan adalah AfI1 dan NotI. Setelah itu, plasmid kloning dimasukan ke dalam E. Coli.(Deschuyteneer et al., 2010; San Millán et al., 2009). Sementara vektor ekspresi yang digunakan adalah Autographa californica nucleopolyhedrovirus (AcMNPV) yang merupakan jenis Baculovirus Expressing sistem. Baculovirus Exspresssing Vector System merupakan virus yang menginfeksi serangga, salah satu protein penting yang disandi oleh genom virus ini adalah polihedrin, yang akan terakumulasi dalam jumlah sangat besar didalam nuclei sel-sel serangga yang diinfeksi karena gen tersebut mempunyai promoter yang sangat aktif. Promoter ini dapat digunakan untuk memacu overekspresi gen-gen asing yang diklon ke dalam genom baculovirus sehingga akan diperoleh produk protein yang sangat banyak jumlahnya di dalam kultur sel-sel serangga yang terinfeksi. Nantinya protein yang diekspresikan dalam sel serangga akan dimurnikan dan berubah menjadi VLP (Virus Like Partikel). (Deschuyteneer et al., 2010). 9



Baculovirus tersebut akan diekspresikan didalam sel serangga (Eukaryota) yaitu Trichoplusia nii. Lebih tepatnya diinfeksikan ke sel Trichoplusia nii Hi-5 Rix4446. Penggunaan organisme eukaryota pada pengekspresian protein tersebut karena dengan diproduksi pada sel insecta maka akan menghasilkan vaksin dengan imun respon humoral yang lebih baik dan lebih tinggi serta jumlah yang lebih banyak. (Deschuyteneer et al., 2010). Human Papilloma Virus (HPV) (Rekombinan) merupakan rangkaian yang dimodifikasi dengan 3-monophosphoryl lipid A (MPL) yang telah dihilangkan kadar keasamannya ditambah adjuvant (zat yang dapat meningkatkan respon kekebalan tubuh terhadap antigen) aluminum [AS(04)]. Pembuatan vaksin ini menggunakan prinsip pengekspresian gen L1 menjadi Kapsid yang kosong (Virus Like Partikel). Di mana telah kita ketahui L1 berfungsi dalam membentuk kapsid dari HPV16. HPV-16 L1 cDNA diisolasi terlebih dahulu



dari virus HPV. Gen L1 ini



diamplifikasi dengan PCR dengan primer 5’CCACATGTCTCTTTGGCTGCCTAG CG3’ dan 5’-GCGGCCGCTCGAGTTACAGCTTACG



TTTTT



TGC-3’.



Gen L1



kemudian disisipkan pada vektor klonning pGEM-T yang dimasukkan ke bakteri E.coli untuk memastikan protein yang diisolasi sudah benar. Kemudian gen disisipkan pada vektor ekspresi Autographa californica nucleopolyhedrovirus (AcMNPV) (salah satu jenis dari vektor baculovirus) dengan enzim restriksi AfI1 dan NotI. Kemudian setelah vektor tersisipi oleh gen L1, vector baculovirus dimasukkan ke dalam sel insekta yaitu Trichoplusia ni yakni pada sel Hi-5 Rix4446. Setelah menginfeksi sel serangga, salah satu protein penting yang disandi oleh genom virus ini adalah polihedrin, yang akan terakumulasi dalam jumlah sangat besar didalam nuclei sel-sel serangga yang diinfeksi karena gen tersebut mempunyai promoter yang sangat aktif. Promoter ini dapat digunakan untuk memacu overekspresi gen-gen asing yaitu gen L1 yang diklon ke dalam genom baculovirus sehingga akan diperoleh produk protein L1 yang sangat banyak jumlahnya di dalam kultur sel-sel serangga yang terinfeksi. Selanjutnya dilakukan ekstraksi untuk mengeluarkan protein L1 yang sudah diekspresikan. Protein ini akan menjadi VLP (Virus Like Partikel) yang berupa kapsid virus kosong dimana didalamnya tidak terdapat materi genetik virus. 10



D. Kondisi Kloning Vaksin HPV Vaksin yang digunakan untuk mencegah kanker serviks adalah vaksin HPV, yang pertamakali di temukan dan dikenalkan oleh Profesor lan frazer dari Australia tahun 2006. Setelah melewati riset yang cukup panjang, akhirnya pada 29 Juni 2006, U.S Food and Drug Administration (FDA) mengesahkan vaksin pertama dalam mencegah kanker servik dan penyakit lain yang terkait dengan HPV. Vaksin ini dikenal dengan sebutan quadrivalent vaccine, efektif melawan 4 tipe HPV(6,11,16, 18), tipe yang menyebabkan 70 % kanker servik dan 90% genital wart. Vaksin HPV merupakan vaksin dengan teknologi rekombinan. Vaksin berisi VLP ( Virus Like Protein ) yang merupakan kloning dari LI ( Viral Capsid gene) yang mempunyai sifat imunogenik kuat. Vaksin HPV merupakan vaksin profilaksis bukan vaksin terapetik. Di Dunia Proporsi remaja putri yang mendapatkan satu atau lebih dosis vaksin HPV hanya 49 %, dan proporsi mendapatkan semua tiga dosis 32 % ( WHO, 2010 ). Kanker serviks disebabkan oleh infeksi kronik human papillomavirus (HPV) dengan genotipe HPV-16 sebagai HPV tersering yang menginfeksi epitel serviks. Protein penyelubung virus yang disebut kapsid mayor (L1) mempunyai peranan penting dalam menginfeksi epitel serviks. Gen diamplifikasi dengan polymerase chain reaction menggunakan primer spesifik. Infeksi HPV-16 pada jaringan kanker dikonfirmasi dengan menggunakan kit komersial untuk tes genotipe HPV. Fragmen L1 kemudian diklon dan diinsersikan ke dalam pJET1.2/L1-16, kemudian dipotong dengan enzim BamHI dan BgIII untuk kemudian divalidasi dan disekuensing. Hasil sekuensing menunjukkan amplikon gen L1 HPV-16 sebesar 1.595 pasang basa. Analisis dari dua amplikon gen L1 HPV-16 menggunakan software BIOEDIT dan Basic Local Alignment Search Tool menunjukkan kesamaan ho mologi 99% dan 97% dengan sekuens L1 HPV- 16 asal Thailand yang terregistrasi pada GenBank. E. Mekanisme Kerja Vaksin HPV Vaksin HPV bekerja seperti imunisasi lain. Para peneliti berhipotesis bahwa komponen permukaan yang unik dari HPV dapat membuat respon antibodi yang mampu melindungi tubuh terhadap infeksi, dan komponen ini dapat digunakan untuk membentuk 11



dasar vaksin. Komponen permukaan HPV dapat berinteraksi satu sama lain untuk membentuk Virus-Like Partikel (VLP) yang tidak menular, karena mereka tidak memiliki DNA. Namun, VLP ini dapat menempel pada sel-sel dan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi yang dapat mencegah papillomavirus menginfeksi sel dimasa mendatang. Meskipun vaksin HPV dapat membantu mencegah infeksi HPV masa depan, mereka tidak bisa membantu menghilangkan infeksi HPV yang ada. Artinya mereka hanya berfungsi untuk mecegah terjadinya kanker serviks bukan untuk mengobati. Vaksin bekerja dengan mengajari sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan menyerang bakteri atau virus yang dapat menyebabkan penyakit dalam badan manusia. Semua perempuan mulai usia 9 tahun. Ada juga ahli yang bilang, semua perempuan dibawah 27 tahun. Untuk yang usianya lebih dari 27 tahun berkonsultasilah dulu ke dokter Spesialis Kebidanan dan penyakit Kandungan,untuk pemeriksaan pre-vaksinasi. Vaksinasi HPV diberikan melalui suntikan sebanyak 3 kali dengan jarak antara suntikan pertama dengan ke dua 1 bulan dan jarak antara suntikan ke dua dengan suntikan ke tiga adalah enam bulan sesudahnya. Vaksin HPV didesain untuk mencegah infeksi oleh HPV tipe 6, 11, 16, dan 18. Sayangnya, terdapat banyak tipe lain yang dapat menyebabkan kanker serviks dan juga kutil didaerah kelamin serta perubahan pra kanker yang lain dari leher rahim, vagina, atau pukas, dengan alasan itu, tes Pap masih direkomendasikan sebagai metode pemeriksaan dini untuk penyakit. F. Proses Produksi Vaksin HPV Vaksin HPV sebagai vaksin kanker serviks adalah vaksin kedua di dunia yang dapat mencegah terjadinya kanker. Sebelumnya terdapat vaksin hepatitis B untuk mencegah kanker hati. Teknologi untuk memproduksi vaksin HPV adalah rekombinan DNA. Proses produksinya adalah diawali dengan proses fermentasi yang melibatkan pertumbuhan independen dari S.cerevisiae, bergabung dengan masing-masing HPV strain



12



Protein L1 pada media kimia yang meliputi vitamin, asam amino, garam mineral, dan karbohidrat. VLP dilepaskan dari sel-sel ragi dengan menghancurkan sel dan kemudian dimurnikan dengan serangkaian metode kimia dan fisik. VLP yang telah dimurnikan, diserap pada alumunium preformed yang mengandung ajuvan (aluminium amorf hydroxyphosphate sulfat; tawas). Quadrivalent vaksin HPV VLP adalah suspensi cair steril disiapkan dengan menggabungkan VLP yang terserap dari setiap jenis HPV dan jumlah tambahan dari alumunium yang mengandung ajuvan dan kemudian diakhiri dengan pemurnian buffer. G. Proses Purifikasi dan Pengemasan Produk Vaksin HPV Proses Purifikasi Vaksin HPV Untuk mendapatkan vaksin HPV (pemurnian / purifikasi) dilakukan dengan beberapa cara, sesuai dengan sumber atau vektor penghasil vaksinnya anntara lain (Perez-Filgueira et al., 2006) : 



Sel Serangga Proses pemurnian vaksin HPV yang diperoleh dari sel serangga dilakukan dengan cara:Sel serangga yang masih dalam tahap berkembang diberikan 50 mg / mL gentamisin, 50 unit / MLE penisilin dan 50 mg / mL streptomisin. masukkan dalam labu ukur 75ml Kemudian pellet yang dihasilkan disentrifugasi dalam 1000g selama 5 menit. 500 mg pellet yang telah terinfeksi sel serangga diresuspensi dalam 8 mL PBS-HS dan disonikasi selama 2 menit. Sel-sel yang sudah resisten atau terekombinan terhadap antibiotik tersebut, pelletnya disentrifugasi pada 1000 g selama 5 menit. Sedangkan untuk ekstrak dilakukan dengan penambahan sukrosa 40% dan disentrifugasi dalam rotor ayun (Kontron TST4114) selama 2 jam pada 140000 g pada 40 C. Pelet yang dihasilkan diresuspensi dalam CsCl pada larutan PBS-HS dan disentrifugasi selama 20 jam pada 260.000 g dalam ember berayun rotor pada 100 C. Fraksi yang dihasilkan diukur dengan refraktometer. 13







Larva Untuk mengekstraksi vaksin HPV dari larva, dilakukan dengan cara: 500mg larva ditambahkan dengan 8mL PBS-HS kemudian dihomogenisasi dengan blender dan disonikasi selama 2 menit. Selanjutnya disentrifugasi dalam 20000gr selama 5 menit pada suhu 4 derajat celcius. Supernatan yang dihasilkan ditambahkan dengan sukrosa 40%. Proses selanjutnya dilakukan sama seperti pemurnian vaksin HPV pada sel serangga.







Mikroskop electron dan pelabelan immunoglobulin Sampel fraksi dinyatakan positif apabila dalam gradient CsCl yang didialisis dengan PBS-HS mengambang pada filter (ukuran pori 0.2 um, Millipore). Sehingga sampel harus ditempatkan ke grid tembaga yang berlapis karbon (ukuran 400 jala), ditutupi dengan membran Formvar dan diwarnai dengan uranil asetat 1% selama 1 menit. Sampel diperiksa di bawah Zeiss EM 910 Transmisi Mikroskop Elektron (TEM) yang beroperasi pada 60 dan 80 kV.







Analisis perakitan L1 dengan pengendapan sukrosa Untuk mengidentifikasi bentuk perakitan dari L1, ekstrak yang larut dari sel serangga dan larva disiapkan untuk keperluan Blotting Barat. Sampel dimasukkan ke dalam gradient yang berupa sukrosa. Setelah 2 jam sampel disentrifugasi pada 150.000 g dalam ember rotor berayun, ditentukan densitasnya dengan refraktometri dan dianalisis dengan ELISA Vir-1 Antibodi Cam (Abcam). Hasil sedimentasi L1 dikalibrasi dengan katalase hati sapi sebagai penandanya. Sapi tersebut diimunisasi secara injeksi intraperitoneal dengan CsCl dari larva yang telah dimurnikan (menggunakan Adjuvant Freund lengkap). Serum yang dihasilkan selanjutnya dititrasi dengan VLPs yang telah dimurnikan (Gardasil, Merck) dengan ELISA di piring microtitre pada 4 0 C dan 14



diencerkan dengan PBS (pH 7,4). Tahapan yang terakhir dilakukan adalah piring diinkubasi selama 1 jam pada 370 C dengan anti-IgG dari kambing (antibodi horseradish peroksidase yang terkonjugasi). Tahap pencucian dalam analisis perakitan L1 ini harus dilakukan setiap langkah ketika menggunakan PBS-T. Sehingga bisa didapatkan absorbansi pada panjang gelombang 405 nm yang diukur dengan pembacaan plat pada mikrotiter. Titer antibodi dinyatakan sebagai pengenceran serum tertinggi yang dapat menghasilkan dua kali absorbansi yang merata utuk serum praimun. Pengemasan Produk Vaksin HPV  GARDASIL



Pabrik



Merck Sharp & Dohme



Komposisi



Quadrivalent human papillomavirus (types 6, 11, 16, 18) recombinant vaccine. Pencegahan displasia serviks derajat tinggi (CIN 2/3), karsinoma serviks, lesi displastik vulva derajat tinggi (VIN 2/3) & kondiloma akuminata yang berhubungan dengan HPV tipe 6, 11, 16 & 18.



Indikasi



Dosis



3 dosis terpisah, masing-masing 0.5 mL secara IM, diberikan pd bulan ke 0, 2 & 6.



Kontra Indikasi



Penyakit febris akut berat. Hipersensitivitas.



15



Perhatian Khusus



Penyakit menular seksual. Tidak untuk pengobatan kanker serviks, lesi serviks, vulva & displastik vagina derajat tinggi atau kondiloma akuminata & untuk pencegahan timbulnya lesi lain yang berhubungan dengan HPV. Trombositopenia atau ggn koagulasi darah. Individu dg ggn respon imun. Vaksinasi hrs ditunda selama hamil.



Reaksi Simpang Obat



Sakit kepala, demam, mual, pusing; reaksi lokal pd tempat inj. Lihat Formulir Pemantauan Reaksi Simpang Obat



Interaksi Obat



Vaksin & imunosupresan lain.



Kategori Kehamilan (US FDA)



Hati-hati untuk Penggunaan Penyimpanan



Kelas MIMS



Klasifikasi Obat



Kategori B: Studi terhadap reproduksi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin tetapi tidak ada studi terkontrol yang dilakukan terhadap wanita hamil, atau studi terhadap reproduksi binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping (selain penurunan fertilitas) yang tidak dikonfirmasikan dalam studi terkontrol pada wanita pada kehamilan trimester 1 (dan tidak ada bukti risio pada trimester selanjutnya). For caution against possible variation of physical aspect of medicine. Lihat informasi mengenai penyimpanan Gardasil secara rinci untuk memastikan waktu simpan yang optimal.



Vaksin, Antiserum, & Imunologikal



G



Sediaan/Kemasan Form Packing/Price Gardasil



(pre-filled syringe) 0.5 mL x 1's (Rp928,125/pre-filled syringe) 16



vaccine 0.5 mL Pabrik:



Merck Sharp & Dohme



 CERVARIX



Cervarix merupakan jenis vaksin bivalen HPV 16/18 L1 VLP vaksin yang diproduksi oleh Glaxo Smith Kline Biological, Rixensart, Belgium. Pada preparat ini, Protein L1 dari HPV diekspresikan oleh vektor rekombinan baculovirus dan VLP dari kedua tipe ini diproduksi yang kemudian dikombinasikan sehingga menghasilkan suatu vaksin yang sangat merangsang sistem imun . Preparat ini diberikan secara intramuskuler dalam tiga kali pemberian yaitu pada bulan ke 0, kemudian diteruskan bulan ke 1 dan ke 6 masing-masing 0,5 ml. Vaksin ini diberikan dengan cara intramuskuler 0,5 cc diulang tiga kali, produk Cervarix diberikan bulan ke 0,1 dan 6 sedangkan Gardasil bulan ke 0, 2 dan 6 (Dianjurkan pemberian tidak melebihi waktu 1 tahun). Pemberian booster (vaksin ulangan), respon antibodi pada pemberian vaksin sampai 42 bulan, untuk menilai efektifitas vaksin diperlukan deteksi respon antibodi. Bila respon antibodi rendah dan tidak mempunyai efek penangkalan maka diperlukan pemberian Booster. BAB III 17



KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan dapat dismpulkan bahwa: 1. Vaksin



adalah suspensi mikroorganisme yang dilemahkan atau dimatikan, yang



diberikan untuk mencegah, meringankan, atau mengobati penyakit-penyakit menular. Vaksin HPV adalah vaksin kedua di dunia yang dapat mencegah terjadinya kanker. Sebelumnya, terdapat vaksin hepatitis B untuk mencegah kanker hati. Di Indonesia, vaksinasi HPV telah masuk kedalam program imunisasi yang dianjurkan. 2. Human Papilloma Virus (HPV) Vaccines merupakan salah satu vaksin yang termasuk golongan pavovavirus yang merupakan virus DNA yang dapat bersifatmemicu terjadinya perubahan genetik. 3. Terdapat 3 jenis teknologi yang digunakan untuk memproduksi vaksin HPV, yaitu: Viral Like Particles Vaccines (VLP), Recombinant Fusion Proteins and Peptides dan Live Recombinant Vectors. 4. Vaksin HPV berisi VLP ( Virus Like Protein ) yang merupakan kloning dari LI ( Viral Capsid gene) yang mempunyai sifat imunogenik kuat. 5. Vaksin ini dikenal dengan sebutan quadrivalent vaccine, efektif melawan 4 tipe HPV(6,11,16, 18), tipe yang menyebabkan 70 % kanker servik dan 90% genital wart. 6. Untuk mendapatkan vaksin HPV (pemurnian / purifikasi) dilakukan dengan beberapa cara, sesuai dengan vektor penghasil vaksinnya anntara lain sel serangga, larva, Analisis perakitan L1 dengan pengendapan sukrosa dan Mikroskop elektron dan pelabelan immunoglobulin. 7. Gardasil dan Cervarix sangat efektif dalam mencegah infeksi dengan jenis HPV yang targetkan.



DAFTAR PUSTAKA 18



Deschuyteneer, M., Elouahabi, A., Plainchamp, D., Plisnier, M., Soete, D., Corazza, Y., Lockman, L., Giannini, S., & Deschamps, M. 2010. Molecular and structural characterization of the L1 virus-like particles that are used as vaccine antigens in CervarixTM, the AS04-adjuvanted HPV-16 and -18 cervical cancer vaccine. Landes Bioscience, 6(5): 407–419. Ernández San Millán, A., Gómez Sebastián, S., Núñez, M. C., Veramendi, J., & Escribano, J. M. 2010. Human papillomavirus-like particles vaccine efficiently produced in a nonfermentative system based on insect larva. Gondo, Harry Kurniawan. Vaksin dan Human Papiloma Virus (HPV) untuk Pencegahan Kanker Serviks Uteri. Surabaya : Fakultas Kedokteran wijaya Kususma. Purnadanti, Sinta. 2012. Ekspresi Protein Fusi E6/GFP dan E7/GFPpada Sel HeLa. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Depok : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Biologi Universitas Indonesia. Pradipta, Bram dan Saleha Sungkar. 2007. Penggunaan Vaksin Human Papilloma Virus dalam Pencegahan Kanker Serviks. aj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 11, 10 Maret 2014. Nurcahyo, Heru. 2011. Diktat Bioteknologi. Yogyakarta: Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Smith, J. E. 2009. Biotechnology Fifth Edition. New York: Cambridge University Press. Sudjadi. 2008. Bioteknologi kesehatan. Yogyakarta: Kanisius



19