Makalah Bpi - KLPK 7 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • nina
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah Bimbingan Dan Penyuluhan Islam



Analisis Kasus, Bentuk Pendekatan dan Pengembangan Masyarakat Islam BPI Sebagai Tehnik dan Pendekatan Dakwah



Oleh :



Kelompok 7



1. 2. 3. 4. 5.



Nurul Mutmainnah Fitrawati Nurul Julia Utami Nurul Cahaya Muh. Akbar



(50200118061) (50200118041) (50200118052) (50200118057) (50200118065)



JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2019



1



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat mengerjakan dan menyelesaikan tugas makalah Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang berjudul “Analisis Kasus, Bentuk Pendekatan dan Pengembangan Masyarakat Islam”. “BPI sebagai Tehnik dan Pendekatan Dakwah” dengan segala kemampuan dan keterbatasan kami, alhamdulillah dapat terselesaikan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ke depan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta merupakan wujud sebuah pengabdian kami kepada Allah SWT. Aamiin.



Samata, November 2019



Penulis



i



DAFTAR ISI Kata Pengantar ........................................................................................................i Daftar Isi ...................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1 A. Latar Belakang ...............................................................................................1 B. Rumusan Masalah ..........................................................................................2 C. Tujuan Makalah ..............................................................................................2 BAB II Pembahasan .................................................................................................3 A. Pengertian Masyarakat Islam .........................................................................3 B. Definisi Pengembangan Masyarakat Islam ....................................................4 C. Konsep Dasar dan Strategi Pengembangan Masyarakat Islam ......................5 D. Peran BPI dalam Dakwah .................................................................... .......9 BAB III Penutup ......................................................................................................14 A. Kesimpulan ....................................................................................................14 B. Saran ...............................................................................................................14 Daftar Pustaka ..........................................................................................................15



ii



BAB I PENDAHULUAN



A.



LATAR BELAKANG Islam pada hakikatnya adalah ajaran revolusi yang senantiasa menuntut adanya perubahan total kepada para penganutnya, baik dalam keyakinan, perilaku maupun seluruh sistem kehidupan mereka. Di antara ajaran Islam yang penuh dengan ajaran revolusi adalah reformasi atas aktivitas-aktivitas masyarakat yang lebih cenderung dogmatis puritan serta tidak terlalu memihak kepada mereka yang membutuhkan pengayoman. Kekeliruan terbesar dalam masyarakat Islam yang menyebabkan lemahnya mereka adalah karena kebodohan dan kekeliruannya dalam memahami



ajaran



Islam



yang



sebenar-benarnya.



Mereka



tidak



menggunakan pesan-pesan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai dasar utama aktivitas mereka pada keseluruhan pemikiran dalam aspek kehidupan, sehingga



kejumudan,



penyelewengan



bid’ah



mencemari



keindahan



peradaban Islam. (Qardhawy, 1980: 44) Untuk mengantisipasi pudarnya nilai-nilai Islam maka perlu dibentuk masyarakat Islam. Ia adalah masyarakat yang rabbani di mana berpegang pada nilai-nilai Ilahi, manusiawi, dan seimbang (harmonis). Umat Islam diharapkan dapat menciptakan masyarakat Islam guna memantapkan kehidupan agama, menampilkan jati diri bahkan merekapun dapat hidup total secara Islami dalam naungan masyarakat Islam. Masyarakat Islam tidaklah memandang manusia dari kacamata tanah air, warna kulit, ras, atau kelas sosial. Melainkan dari pandangan akidah



1



dalam memandang sesama umat Islam dan dari sudut ikatan humanisme terhadap orang-orang non muslim. Maka loyalitas kehidupan hanya untuk Allah, Rasul, dan orang-orang mukmin. Selalu berbuat kebajikan dan berlaku adil terhadap setiap umat manusia selama mereka tidak memerangi umat Islam. Dalam realitas sosial masyarakat Islam akan lebih mudah untuk memikul tanggung jawab mulia dalam menumbuhkan persatuan umat secara islami sebagai pengejawantahan dari pengembanan amanat yang telah Allah percayakan kepada mereka di muka bumi ini.



B.



RUMUSAN MASALAH 1. Apa Pengertian Masyarakat Islam? 2. Apa Definisi Pengembangan Masyarakat Islam? 3. Apa Konsep Dasar dan Strategi Pengembangan Masyarakat Islam? 4. Bagaimana Peran BPI dalam dakwah?



C.



TUJUAN MAKALAH 1. Agar pembaca dapat mengetahui apa itu masyarakat Islam. 2. Agar pembaca mengetahui definisi pengembangan masyarakat Islam. 3. Dapat memahami konsep dasar dan strategi pengembangan masyarakat Islam. 4. Dapat mengetahui peran BPI dalam dakwah. 5. Sebagai wujud pelaksanaan tugas makalah mata kuliah Bimbingan dan Penyuluhan Islam.



2



BAB II PEMBAHASAN



A.



PENGERTIAN MASYARAKAT ISLAM Masyarakat berasal dari kata Arab yaitu syaraka, yusyariku, masyarakatan yang berarti berserikat, berkumpul. Secara terminologi, kata masyarakat menurut Koentjaraningrat adalah kesatuan hidup dari makhlukmakhluk manusia yang terkait oleh suatu sistem atau adat istiadat tertentu. Sedang menurut Quraisy Shihab, masyarakat adalah kumpulan sekian banyak individu yang terkait oleh adat, hukum, dan hidup bersama. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang secara idiologis merupakan himpunan anggota-anggota masyarakat seperti apa yang dicitacitakan oleh Rasulullah saw. Pada awal Islam disampaikan atau sekurangkurangnya dapat dikatakan bahwa masyarakat Islam adalah suatu kelompok manusia yang beragama Islam yang hendak mewujudkan sistem nilai dan kemasyarakatan yang didasarkan pada al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. Secara idiologis masyarakat Islam adalah masyarakat yang diikat oleh aturan yang didasarkan pada ajaran Islam yang bersumber dari alQur’an dan Sunnah Rasul yang secara sosiologis merupakan himpunan dari anggota-anggota masyarakat disatu tempat atau satu komunitas tertentu.



3



B.



DEFINISI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM



Secara faktual, masyarakat Islam didefinisikan sebagai masyarakat yang secara nyata ada dalam suatu kelompok yang beragama Islam dengan sejumlah indikasi memiliki kebiasaan, tradisi, sikap yang sama seperti halnya masyarakat Islam yang menghuni bangsa ini. (Machendrawaty dan Agus Ahmad Syafi’i, 2001: 8). Secara sederhana pengembangan masyarakat Islam dapat diartikan mentransformasi dan melembagakan semua segi ajaran Islam dalam kehidupan secara kaffah baik dalam kehidupan keluarga (usrah), kelompok sosial (jama’ah) dan masyarakat (ummah). Menurut Amarullah Ahmad, pengembangan masyarakat Islam adalah system tindakan nyata yang menawarkan alternatif modern pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam perspektif Islam. Menurut Abdurrahman Wahid pengembangan masyarakat Islam adalah usaha untuk membina dan mengembangkan masyarakat Islam dalam aspek



kesejahteraan



sosial



melalui



pengkajian,



penelitian



untuk



mewujudkan SDM yang bermutu dan berkualitas. Pengembangan diri dan masyarakat menjadi agent perubahan sosial dan kesejahteraan dalam sosial pembangunan masyarakat Islam.



4



C.



KONSEP



DASAR



DAN



STRATEGI



PENGEMBANGAN



MASYARAKAT ISLAM



1.



Konsep Dasar Pengembangan Masyarakat Islam Beberapa asumsi yang dapat digunakan dalam rangka mewujudkan



pengembangan masyarakat sebagai berikut: Pertama, pada intinya upaya-upaya pengembangan masyarakat dapat dilihat sebagai peletakan sebuah tatanan sosial di mana manusia secara adil dan terbuka dapat melakukan usahanya sebagai perwujudan atas kemampuan dan potensi yang dimilikinya sehingga kebutuhannya (material dan Spritual) dapat dipenuhi. Pengembangan masyarakat, tidak terwujud tawaran sebuah proyek usaha kepada masyarakat, tetapi sebuah pembenahan struktur sosial yang mengedepankan keadilan, pengembangan masyarakat pada dasarnya merencanakan dan menyiapkan sesuatu perubahan sosial yang berarti bagi peningkatan kualitas kehidupan manusia. Kedua, Pengembangan masyarakat tidak dilihat sebagai suatu proses pemberian dari pihak yang memiliki sesuatu kepada pihak yang tidak memiliki. Kerangka pemahaman ini akan menjerumuskan kepada usahausaha yang sekedar memberikan kesenangan sesaat. Misalnya pemberian bantuan dana segar kepada masyarakat hanya akan mengakibatkan hilangnya kemandirian dalam masyarakat tersebut atau timbulnya ketergantungan. Akibatnya timbul mental meminta, padahal meminta itu tingkatannya lebih rendah dari yang memberi. Ketiga, Pengembangan masyarakat mesti dilihat sebagai sebuah proses pembelajaran kepada masyarakat agar mereka secara mandiri melakukan



upaya-upaya



perbaikan



5



kepada



kualitas



kehidupannya.



Pengembangan masyarakat sesungguhnya merupakan sebuah proses kolektif dimana kehidupan berkeluarga, bertetangga tidak sekedar menyiapkan penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan sosial yang mereka lalui, tetapi secara aktif mengarahkan perubahan tersebut pada terpenuhinya kebutuhan bersama. Keempat, Pengembangan masyarakat, tidak dilakukan tanpa keterlibatan secara penuh oleh masyarakat itu sendiri. Partisipasi bukan sekedar diartikan sebagai kehadiran mereka untuk mengikuti sesuatu kegiatan melainkan diharapkan kontribusi mereka dalam setiap tahapan yang mesti dilalui oleh suatu program-program kerja pembangunan masyarakat, terutama dalam tahapan perumusan kebutuhan yang mesti dipenuhi. Karena itu, masyarakatlah yang yang paling mengetahui kebutuhan dan permasalahan yang mereka hadapi. Kelima, Pengembangan masyarakat selalu ditangani dengan adanya pemberdayaan masyarakat. Masyarakat seharusnya diberi suatu kepercayaan bahwa tanpa ada keterlibatan mereka secara penuh, perbaikan kualitas kehidupan mereka tidak akan membawa hasil yang berarti. Dari kelima asumsi dasar tersebut, lahirlah hak, nilai dan keyakinan



dalam



masyarakat



yang



harus



dihormati.



Mengingat



perkembangan masyarakat itu sendiri adalah membina dan meningkatkan kualitas. Ada beberapa tahap pengembangan masyarakat Islam yakni tahap takwin, tanzin, dan taudi’.



6



1. Tahap Takwin Takwin adalah tahap pembentukan masyarakat Islam, kegiatan pokoknya adalah dakwah bil lisan sebagai ikhtiar sosialisasi aqidah, ukhuwah, dan taawun. 2. Tahap Tanzim Tahap tanzim yakni tahap pembinaan dan penataan masyarakat. Pada fase ini internalisasi dan eksternalisasi Islam muncul dalam bentuk institusionalisasi Islam secara komprehensif dalam realitas sosial. Tahap ini dimulai dengan hijrahnya Nabi ke Madinah. Fase hijrah dimulai dengan pemahaman karakteristik sosial masyarakat Madinah, baik melalui informasi dari Mus’ab bin Umair maupun interaksi Nabi dengan jemaah haji peserta Bai’at Aqbah. Dalam prespektif strategi dakwah, hijrah dilakukan ketika tekanan kultur, struktural, dan militer sudah demikian mencekam sehingga jika tidak hijrah, bisa terjadi involusi kelembagaan dan menjadi lumpuh.



3. Tahap Taudi’ Yang dimaksud dengan taudi’ adalah tahap keterlepasan dan kemandirian. Pada tahap ini, umat telah siap menjadi masyarakat mandiri, terutama secara manajerial. 2.



Strategi Pengembangan Masyarakat Secara umum, ada empat strategi pengembangan masyarakat yaitu:  The Crowt Strategy Penerapan strategi ini pada umumnya dimaksudkan untuk mencapai peningkatan yang cepat dalam nilai ekonomi, melalui



7



peningkatan perkapita penduduk, melalui peningkatan penduduk, produktivitas, pertanian, permodalan dan kesempatan kerja yang dibarengi dengan kemampuan komsumsi masyarakat terutama di pedesaan.  The Welfare Strategy Strategi kesejahteraan ini pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi karena tidak dibarengi pembangunan kultur dan budaya mandiri dalam diri masyarakat



maka



yang



terjadi



adalah



sikap



ketergantungan



masyarakat kepada pemerintah.  The Responsitive Strategy Strategi ini merupakan reaksi terhadap strategi kesejahteraan yang dimaksudkan



untuk



menanggapi



kebutuhan



yang



dirumuskan



masyarakat sendiri dengan bantuan luar (self needassistance) untuk memperlancar usaha mandiri melalui pengadaan teknologi serta sumber-sumber yang sesuai bagi kebutuhan proses pembangunan.  The Integrateg or holistic Strategy Untuk mengatasi dilema pengembangan masyarakat karena kegagalan ketiga strategi seperti dijelaskan, maka konsep kombinasi dari unsur-unsur pokok etika strategi di atas menjadi alternatif terbaik. Strategi ini secara sistematis mengintegrasikan seluruh komponen dan unsur yang diperlukan, yakni ingin mencapai secara simultan tujuantujuan yang menyangkut kelangsungan pertumbuhan, persamaan, kesejahteraan, dan partisipasi aktif massyarakat dalam proses pembangunan masyarakat.



8



D. PERAN



BIMBINGAN



DAN



PENYULUHAN



ISLAM



DALAM



DAKWAH 1. Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan Islam Istilah bimbingan merupakan terjemahan kata dari kata bahasa Inggris yaitu “guidance” yang berarti menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang lebih bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa yang akan datang (Arifin, 1994: 1). Menurut Walgito (1995: 4) bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam mengatasi problem di kehidupannya agar individu atau sekolompok individu ini dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. Adapun bimbingan Islam menurut Musnamar (1992: 5) adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu selaras dengan ketentuan Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan demikian dapat diperoleh pemahaman bahwa tidak ada perbedaan dalam proses pemberian bantuan terhadap individu, namun dalam bimbingan Islam konsepnya bersumber pada al-Qur’an dan al-Hadits. Istilah konseling berasal dari bahasa Inggris yaitu “counseling”. Yang artinya memberikan nasihat atau memberi anjuran kepada orang lain secara face to face. Menurut Langgulung (1986: 452) konseling adalah proses yang bertujuan menolong seseorang yang mengalami kegoncangan psikologis agar ia dapat menghindari diri darinya. Adapun konseling Islam menurut Adz-Dzaky (2001: 137) adalah suatu aktivitas mmemberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien dapat mengembangkan potensi akal fikirannya, kejiwaannya,



9



keimanan, dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup dan kehidupanya dengan baik dan benar secara mandiri yang berparadigma kepada al-Qur’an dan Hadits. 2. Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Tujuan umum bimbingan dan penyuluhan Islam secara implisit sudah ada dalam batasan atau definisi bimbingan dan penyuluhan Islam, yakni mewujudkan individu menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Adapun tujuan bimbingan dan penyuluhan yang lebih khusus sebagaimana dikemukakan oleh Adz-Dzaky (167-168) yaitu sebagai berikut:  Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang (muthmainnah), dan bersikap lapang dada (radhiyah).  Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberi manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain.  Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong-menolong dan rasa kasih sayang.  Untuk menghasilkan kecerdasan spritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhnannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan menerima ujian-Nya.



10



3.



Dakwah Melalui Bimbingan dan Penyuluhan Islam Dakwah Islam dengan segala aktivitasnya telah berkembang dari masa ke masa. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari materi yang disesuaikan dengan perkembangan zaman, metode maupun yang lainnya. Berangkat dari titik tolak mengajak manusia yang dilakukan dengan lisan (da’wah bil lisan), dengan perbuatan (da’wah bil hal), dengan tulisan (da’wah bi al-tadwin) sampai kepada pencegahan (preventive), penangan masalah, penyembuhan (curative), serta perkembangan (development) mad’u, berbagai ilmu pengetahuan diterapkan dalam dakwah Islam dalam rangka mencapai tujuan, termasuk di dalamnya bimbingan dan penyuluhan Islam, dimana ilmu ini disesuaikan dengan ajaran Islam. Selama ini dakwah banyak disuguhkan dalam bentuk tabligh Islam secara makro, yakni menyampaikan pesan-pesan dakwah (ajaran Islam) secara umum atau ceramah dari mimbar ke mimbar, sehingga oleh masyarakat umum konotasi “dakwah” itu adalah ceramah. Akibatnya, ketika masyarakat Islam mengalami problema pribadi atau yang berhubungan dengan masalah-masalah kejiwaan (psikis) dianggap tidak termasuk ke persoalan dakwah. Pada umumnya, bila menghadapi permasalahan seperti yang dikemukakan di atas masyarakat Islam lebih cenderung memilih untuk berkonsultasi dengan psikolog. Mereka tidak mau berkosultasi dengan asatidz, kalaupun ada mungkin jumlahnya tidak banyak dan itupun tidak dilakukan secara kontinu dan profesional. Model dakwah yang ditampilkan selama ini lebih banyak menyampaikan pesan Islam, model penyampaian satu arah (monoton), dan tanpa menyadari persoalan apa yang sedang dihadapi individu atau kelompok.



11



Upaya yang bijak adalah menghadirkan model dakwah melalui bimbingan dan penyuluhan Islam, yakni penyebaran ajaran Islam yang lebih spesifik di kalangan sasaran tertentu. Dengan menampilkan hubungan personal antara pembimbing dan terbimbing, yang lebih berorientasi pada pemecahan masalah individual yang dialami terbimbing, sedangkan pembimbing memberikan jalan keluar sebagai pemecahan masalah tersebut. Di samping itu, ia juga mencakup penyebarluasan agama Islam di kelompok tertentu dengan pesan tertentu. (Machendrawaty, 2004: 171). Bila model dakwah seperti ini dikembangkan menjadi sebuah sebuah profesi maka akan terwujud seorang da’i konselor. Keunggulannya adalah banyak metode dan pendekatannya yang dapat diterapkan dalam membahasakan dakwah melalui bimbingan dan penyuluhan, yaitu: 1. Wawancara, salah satu cara yang dilakukan untuk mengungkapkan faktafakta kejiwaan seseorang (audiens), yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana pesan dakwah yang tepat baginya (Arifin, 1994: 44) 2. Group Guidance, yaitu cara memahami keadaan audiens melalui kegiatan kelompok, seperti diskusi (Arifin, 1994: 45) 3. Observasi, adalah suatu cara untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan sikap atau perilaku audiens, dengan jalan melakukan pengamatan secara langsung (Umam, 1998: 123) 4. Rational-emotif, adalah bentuk pendekatan yang digunakan untuk menunjukkan dan menyadarkan orang yang dibimbing bahwa cara berfikir yang tidak logis itulah penyebab gangguan mentalnya (Sukardi, 1985:89) 5. Konseling Klinikal, adalah pendekatan yang memandang manusia secara keseluruhan (fisik dan psikisnya) (Sukardi, 1986: 101)



12



Berbagai metode dan pendekatan tersbut di atas pada dasarnya merupakan pencarian berbagai alternatif dalam upaya memahami kondisi audiens (klien/terbimbing), sehingga para da’i dapat menempatkan materi dakwah yang sesuai dan bisa pula menggunakan metode yang tepat dalam membahasakan dakwah. Dengan demikian, akan tercipta komunikasi timbal balik selama proses dakwah berjalan.



13



BAB III PENUTUP A.



KESIMPULAN Secara faktual, masyarakat Islam didefinisikan sebagai masyarakat yang secara nyata ada dalam suatu kelompok yang beragama Islam dengan sejumlah indikasi memiliki kebiasaan, tradisi, sikap yang sama seperti halnya masyarakat Islam yang menghuni bangsa ini. (Machendrawaty dan Agus Ahmad Syafi’i, 2001: 8). Secara sederhana pengembangan masyarakat Islam dapat diartikan mentransformasi dan melembagakan semua segi ajaran Islam dalam kehidupan secara kaffah baik dalam kehidupan keluarga (usrah), kelompok sosial (jama’ah) dan masyarakat (ummah). Penyebaran ajaran Islam yang lebih spesifik di kalangan sasaran tertentu. Dengan menampilkan hubungan personal antara pembimbing dan terbimbing, yang lebih berorientasi pada pemecahan masalah individual yang dialami terbimbing, sedangkan pembimbing memberikan jalan keluar sebagai pemecahan masalah tersebut. Di samping itu, ia juga mencakup penyebarluasan agama Islam di kelompok tertentu dengan pesan tertentu.



B.



SARAN Penulis tentunya menyadari jika makalah di atas masih banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.



14



DAFTAR PUSTAKA



Tike, Arifuddin dan Tajuddin Hajma, 2010, Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam, Makassar: Alauddin Press Machendrawaty, Nanih dan Agus Ahmad Syafi’i, 2001, Pengembangan Masyarakat Islam, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Adz-Dzaky, M. Hamdani Bakran, 2001, Psikoterapi dan Konseling Islam, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru Faqih, Ainur Rahim, 2001, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta: UII Press



15