Makalah BPPR - B3 - Sumber Bahan Pakan Hijauan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang bertema bahan pakan ternak sumber hijauan segar. Adapun judul dari makalah ini adalah “Bahan Pakan Sumber Hijauan (Rumput Gajah, Rumput Raja dan Rumput Lapangan” yang dikerucutkan dari tema. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Dr. Rahmat Hidayat, S.Pt., M.Si. selaku Dosen mata kuliah Bahan Pakan Pembuatan Ransum, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami juga sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka untuk menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai bahan pakan sumber hijauan segar. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.



Jatinangor,01 Maret 2020



Penyusun



i



DAFTAR ISI



I. PENDAHULUAN.................................................................................................................................1 1.1



Latar Belakang...............................................................................................................1



1.2



Rumusan Masalah.........................................................................................................1



1.3



Tujuan.............................................................................................................................2



II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................................3



III. PEMBAHASAN...................................................................................................................................4 3.1 Bahan Baku Pakan...............................................................................................................4 3.2 Bahan Pakan Sumber Hijauan............................................................................................4 3.3 Hijauan Pakan Ternak Jenis Graminae (Rumput – Rumputan).....................................5 3.4



Manfaat Hijauan untuk Ternak.................................................................................13



IV. PENUTUP...........................................................................................................................................15 4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................15 4.2 Saran....................................................................................................................................15 V. DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................16



ii



iii



I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan bagi ternak, berperan untuk pertumbuhan ternak muda, mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (daging, susu dan anak) serta tenaga bagi ternak dewasa. Pakan juga memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, maka jenis pakan yang diberikan harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pengolahan bahan pakan yang dilakukan secara fisik dengan pemotongan rumput sebelum diberikan memberikan kemudahan bagi ternak untuk mengkonsumsinya. Sedangkan pengolahan bahan pakan secara kimiawi dengan menambahkan beberapa bahan kimiawi agar dinding sel tanaman yang semula berstruktur sangat keras berubah menjadi lunak sehingga memudahkan mikroba yang hidup didalam rumen untuk mencernanya ternak memerlukan nutrisi untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, reproduksi, laktasi, gerak dan kerja. Oleh karena itu pemberian hedaknya memperhitungkan semua kebutuhan tersebut, atau dengan kata lain , pemnberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan ternak. Penambahan konsentrat pada kambing dan domba bertujuan untuk meningkatkan nilai pakan dan menambah energi. Tingginya pemberian pakan berenergi menyebabkan peningkatan konsumsi dan daya cerna dari rumput atau hijauan kualitas rendah. Selain itu penemberian konsentrat tertentu dapat menghasilkan asam amino essensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Penambahan konsentrat tertentu dapat juga bertujuan agar zat makanan dapat langsung diserap di usus tanpa terfermentasi di rumen, mengingat fermentasi rumen membutuhkan energi lebih banyak.



1.2 Rumusan Masalah



1.2.1



Apa yang dapat diketahui mengenai bahan pakan khususnya hijauan segar? 1



1.2.2



Apa saja jenis jenis dari hijauan segar yang bisa dijadikan bahan pakan untuk ternak?



1.2.3



Apa saja gizi yang terkandung dari setiap jenis bahan pakan hijauan segar?



1.2.4



Manfaat apa yang didapat jika ternak diberikan bahan pakan hijauan segar?



1.3 Tujuan



1.3.1



Untuk mengetahui dan memahami definisi bahan pakan sumber hijauan



1.3.2



Untuk mengetahui dan memahami jenis dan kandungan gizi hijauan segar untuk bahan pakan ternak



1.3.3



Untuk mengetahui dan memahami manfaat hijauan segar untuk ternak



II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu jenis pakan ternak yaitu hijauan segar. Hijauan segar merupakanbahan pakan ternak yang diberikan pada ternak dalam bentuk segar, baik dipotong dengan bantuan manusia atau langsung disengut langsung oleh ternak dari lahan hijauan pakan ternak. Hijauan segar



2



umumnya terdiri dari daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan (Gramineae) dan tanaman biji-bijian atau kacang- kacangan (Leguminosa) (AAK,1983). Menurut Tillman et al., (1991) pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan, termasuk batang, ranting, dan bunga. Hijauan biasanya diberikan dalam bentuk segar, silase atau hay. Menurut Lubis (1992) mengemukakan bahwa pakan sebaiknya diberikan pada ternak dalam keadaan segar. Menurut Sutama (2009) jumlah pakan hijauan yang diberikan 10% dari bobot tubuh. Pemberiannya sebanyak 2--3 kali sehari. Menurut Parakkasi (1999), pakan yang baik diberikan dengan perbandingan 60:40, apabila hijauan yang diberikan berkualitas rendah perbandingan itu dapat menjadi 55:45 dan hijauan yang diberikan berkualitas sedang sampai tinggi perbandingan itu dapat menjadi 64:36. Rumput merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai sifat tumbuh, yaitu membentuk rumpun, tanaman dengan batang merayap pada permukaan, tanaman horisontal dengan merayap tetapi tetap tumbuh ke atas dan rumpun membelit (Siregar, 1994).



III PEMBAHASAN 3.1 Bahan Baku Pakan



Bahan pakan merupakan sesuatu yang dapat dimakan ternak, dicerna, dan diserap sebagian ataupun seluruhnya sehingga tidak mengakibatkan ternak mengalami keracunan. Bahan pakan berasal dari tumbuh-tumbuhan maupun dari hewan. Bahan pakan sangat diperlukan oleh



3



ternak ruminansia yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sedangkan non ruminansia memerlukan pakan dari tumbuhan dan juga hewan. Bahan pakan masih mempunyai nilai nutrisi yang ada sehingga dapat



bermanfaat bagi ternak. Bahan baku pakanmerupakan sesuatu yang dapat



diberikan pada ternak baik berupa pakan organik maupun anorganik yang dapat dicerna tanpa mengakibatkan adanya gangguan kesehatan pada ternak yang memakannya dan memiliki kandungan zat-zat pakan yang dapat dicerna tinggi pada umumnya tinggi pula nilai nutriennya dan dapat memenuhi kebutuhan ternak dalam kelangsungan hidupnya. Dalam peternakan, pakan merupakan kunci utama untuk melakukan pemeliharaan karena dengan kualitas pakan dapat mempengaruhi produktivitas ternak. 3.2 Bahan Pakan Sumber Hijauan



Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia, sehingga dapat meningkatkan produksi ternak ruminansia yang harus diikuti oleh peningkatan penyediaan hijauan cukup baik dalam kuantitas dan juga kualitas. Ada beberapa faktor yang menghambat penyediaan hijauan, yakni terjadinya perubahan fungsi lahan yang sebelumnya sebagai sumber tumbuhnya hijauan pakan menjadi lahan pemukiman, lahan untuk tanaman pangan, dan tanaman industri. Salah satu langkah untuk mengurangi keterbatasan hijauan dan pakan yaitu dengan memanfaatkan limbah pertanian dan hijauan yang tumbuh di lahan perkebunan. Dengan demikian, perlu dicari potensi hijauan asal limbah pertanian dan hijauan yang tumbuh di lahan perkebunan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak ruminansia. Kebutuhan akan hijauan pakan akan semakin banyak sesuai dengan bertambahnya jumlah populasi ternak yang dimiliki. Jenis hijauan yang paling banyak dimakan berasal dari famili Leguminosa, Gramineae atau disebut rumputan, dan limbah pertanian serta ramban atau hijauan dari pohon-pohonan. Dalam pencapaian target produksi dalam peternakan, peternak harus memepertimbangkan 3 hal penting dalam pelaksanaannya, yaitu penyediaan bibit (genetic), pakan dan menajemen pemeliharaan yang baik.Tiga hal ini akan menentukan apakah target produksi akan tercapai 4



sesuai harapan atau malah gagal. Hal terpenting dari ketiganya adalah pakan. Pakan ternak mengandung nutrisi yang berguna untuk membangun energi dalam tubuh sehingga ternak dapat berproduksi aktif dan sehat. Tanpa pakan, mustahil ternak akan hidup dalam jangka waktu lama. Produktivitas ternak akan meningkat apabila asupan pakan yang diberikan seimbang antara kandungan gizi dan takarannya. Pakan yang berkualitas akan menetukan tingkat produksi ternak. Hijauan segar adalah pakan utama untuk ternak yang bisa dikonsumsi langsung oleh ternak dipadang penggembalaan atau diberika oleh manusia dalam keadaan segar Pakan ternak diharapkan memiliki kualitas yang ditentukan oleh daya cerna dan nilai gizi yang terkandung didalam pakan ternak tersebut.Daya cerna tinggi akan cenderung meningkatkan pertumbuhan ternak yang cepet sehingga nilai ekonomisnya pun ikut meningkat. 3.3 Hijauan Pakan Ternak Jenis Graminae (Rumput – rumputan)



Jenis hijauan segar yaitu 1. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) 



Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) merupakan tanaman asli Afrika subtropis. Rumput gajah termasuk dalam tanaman abadi tinggi yang kuat dengan sistem akar yang kuat. Batang biasanya setinggi 180-360 cm, bercabang ke atas. Pertumbuhan yang paling baik di tanah yang subur dan subur serta membutuhkan pemberian pupuk yang teratur. Rumput ini cocok untuk lingkungan dengan curah hujan tinggi tetapi memiliki toleransi kekeringan yang baik. Di daerah tropis, ia dapat tumbuh hingga ketinggian 2000m. Kualitas rumput gajah dijadikan pakan ternak yaitu memiliki rasa enak pada daun. Nilai gizi baik ketika dikelola dengan benar. Kultivar Thailand baru (Pakchong) mengandung sekitar 14% CP (protein kasar). Namun, tegakan yang sudah berumur memiliki kandungan serat yang tinggi. Hasil bahan kering rata-rata rumput napier tercatat 14,5 ton per hektar per tahun. Rumput Gajah memiliki nama umum yaitu Elephant grass,



5



Napier grass, Rumput Gajah. Rumput gajah adalah tanaman yang memiliki tinggi maksimal 3 meter. Rumput gajah banyak dimanfaatkan pada bidang peternakan yaitu sebagai pakan ternak seperti sapi, kambing dan kuda. Umumnya rumput gajah yang digunakan di Indonesia adalah rumput yang tumbuh secara liar. Namun untuk peternakan yang relatif besar maka rumput yang digunakan adalah rumput yang sengaja ditanaman atau dipelihara secara khusus. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Rumput-rumputan dipilih karena merupakan tanaman yang produktifitasnya tinggi dan memiliki sifat yang dapat memperbaiki kondisi tanah. Rumput gajah (Pennisetum purpureum) adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah dengan minimal nutrisi. Rumput gajah membutuhkan minimal atau tanpa tambahan nutrisi. Tanaman ini dapat memperbaiki kondisi tanah yang rusak akibat erosi. Tanaman ini juga dapat hidup pada tanah kritis dimana tanaman lain relatif tidak dapat tumbuh dengan baik (Sanderson dan Paul, 2008).



Rumput gajah (Pennisetum purpureum) berasal dari afrika tropik, tumbuh berumpun dan tingginya dapat mencapai 3 m lebih. Permukaan buluhnya licin dan pada buluh yang masih muda bisanya ditutupi oleh sejenis zat lilin tipis. Pelepahnya licin atau berbulu pada waktu muda dan kemudian berbulubulu tersebut gugur. Daunnya berbentuk garis, pangkalnya lebar dan ujungnya lancip sekali. Tepi daun kasar. Perbungaan berupa tandan tegak yang panjangnya sampai 25 cm. Bulir-bulirnya berkelompok, terdiri dari 3-4 buliran tiap kelompoknya dan bergagang pendek sekali. Pangkal bulirnya bulirannya berbulu panjang dan halus. Perbanyakan dapat dilakukan dengan pemecahan rumpun dan potongan-potongan buluhnya. Dapat tumbuh hingga pada ketinggian 1500 m dpl. Total karbohidrat dan serat kasar termasuk selulosa jumlahnya masingmasing adalah 30,91% dan 9,09%. Masa panen rumput gajah yaitu saat umur 55-60 hari atau saat belum berbunga. pada umur tersebut rumput gajah belum tua tidak terlalu muda. Cara memanen rumput gajah adalah dengan cara memotong batang nya dari bagian tanah, kira-kira dengan ketinggian 1015 cm dari permukaan tanah. Kalau pemotongannya tinggi atau terlalu rendah, 6



maka tunas yang tumbuh tidak akan banyak, maka pemotongan rumput gajah harus diperhatikan dengan jarak yang pas dari tanah. Rumput gajah dibudidayakan dengan potongan batang (stek) atau sobekan rumpun (pous) sebagai bibit. Bahan stek berasal dari batang yang sehat dan tua, dengan panjang stek 2025 cm (2-3 ruas atau paling sedikit 2 buku atau mata). Sebelum penanaman bagian vegetatif dari sobekan rumpun dipangkas terlebih dahulu untuk menghindari penguapan yang tinggi sebelum sistem perakaran dapat aktif menghisap air. Rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan tanaman pakan ternak yang sangat responsif terhadap pemupukan berat yaitu pada dosis 40 ton pupuk kandang/ha/tahun, 800 kg/urea/ha/tahun, 200 kg KCl/ha/tahun dan 200 kg TSP/ha/tahun (Lugiyo dan Sumarto, 2000). Rumput gajah juga sebagai tanaman konservasi lahan, terutama di daerah bertopografi pegunungan dan berlereng (Prasetyo, 2003). Adiati et al. (1995) menyatakan bahwa pertumbuhan dan produksi rumput gajah di Indonesia sangat bervariasi. Pertumbuhan dan produksi rumput ini akan lebih baik bila dilakukan pemupukan dengan dosis yang tepat dan sesuai. Penggunaan dosis pupuk N, P, dan K secara optimal dapat meningkatkan produksi rumput gajah. Rumput gajah ini perennial, bentuk rumpun, mempunyai rhizom, tumbuh tegak (4-5 m), rumput gajah ini setiap kg 3 juta biji. Karakteristik biji sedikit dan viability (daya hidup) rendah, tumbuh dari dataran rendah-dataran tinggi dengan curah hujan sampai 2500 mm/tahun



(Malang ± 2000 mm/th, tinggi 450 m dpl) – penyebaran



secara vegetatif, hal ini penting untuk mempertahankan karakter kultivar (cv.= cultivated variation) . Morfologi rumput gajah adalah tumbuh tegak lurus, merumpun lebat, tinggi tanaman dapat mencapai 7 meter, berbatang tebal dan keras, daun panjang, dan berbunga seperti es lilin. Kandungan zat gizi rumput gajah terdiri dari 19,9% bahan kering; 10,2 % protein kasar; 1,6% lemak; 34%,2 serat kasar; 11,7% abu; dan 42,3% bahan esktrak tanpa nitrogen. Rumput gajah tumbuh subur di permukaan tanah dengan ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut.Rumput gajah mempunyai beberapa varietas, antara lain varietas Afrika dan Hawai.Varietas Afrika ditandai dengan batang dan daun kecil, tumbuh tegak, berbunga, dan produksi lebih rendah dari



7



varietas Hawai.Varietas Hawai ditandai dengan batang dan daun lebar, pertumbuhan rumpun sedikit menyamping, produksi lebih tinggi, juga berbunga.



Nama rumput Gajah sudah



menunjukkan indentitas nya bahwa rumput gajah ini membentuk rumpun yang cukup tebal dan besar. Terdiri dari 20-50 batang yang tingginya bisa mencapai 300-450 cm bilamana dibiarkan tumbuh bahkan bisa. Bentuk rumpunnya seperti tanaman tebu. Membentuk rimpang yang pendek-pendek. Akarnya dapat tumbuh sedalam 4,5 meter. Rumput ini berumur umumnya tahunan. Dapat berbunga namun bijinya relatif sangat sedikit. Tempat: Berasal dari Afrika tropis, dengan curah hujan 1000 mm/tahun. Tumbuh dengan baik di dataran rendah dan tinggi. Menyukai tanah yang berat dan dalam. Tidak menyukai tanah yang kurang baik pembuangan airnya. Karena dalamnya perakarannya, tahan terhadap kekeringan. Rumput Gajah lama sebelum perang dunia ke II, sudah diimport dan di kembangkan di daerah Lembang. Rumput gajah ini merupakan rumput tahunan. Dapat dimanfaatkan sebagai rumput potongan atau untuk dikeringkan dan dibikin silage. Dapat dipotong 30 40 hari sekali dalam musim hujan dan 40-50 hari sekali dalam. Dengan pengairan dalam setahun dapat dipotong kemarau. 8 x ulangan. Rata-rata hasilnya bisa 270 ton hingga 300 ton/HA/tahun apabila dirabuk cukup tinggi. Nilai gizinya cukup tinggi, digemari oleh sapi perah dan potong. Dikenalnya 2 varitas, ialah varitas Hawai dan Afrika. Yang pertama berbatang lebih besar dan daunnya lebih besar daripada yang kedua. Jenis Afrika lebih cepat berbunga daripada Hawai. Jenis rumput ini mempunyai karakteristik pertumbuhant ini adalah : - Tumbuhnya tegak - Rumpun besar - Tinggi tanaman mencapai 2 - 4 meter - Berbatang tebal, berdaun panjang, lebar dan berbulu.



8



- Berbunga seperti es lilin - Sangat cocok tumbuh pada tanah yang subur dan beririgasi baik - Panen I dilakukan pada umur 90 Hst dan panen selanjutnya dilakukan 40-60 hari sekali - Produksi 100-200 ton segar/Ha/Thn - Mengandung Bahan Kering yang rendah yaitu 12-18%, tetapi kandungan BK ini dengan cepat meningkat seiring dengan meningkatnya umur tanaman. K andungan serat kasar berkisar dari 26.0-40.5%, Beta-N sekitar 30.4 -49.6% dengan kandungan lemak kasar 1.0-3.6%. Kandungan Phosphornya cukup tinggi yaitu 0.280.39% dan pada batang 0.38-0.52%.Sedangkan Ca masing-masing 0.43-048% dan 0.14-0.23% pada daun danbatang. Kandungan TDN berkisar dari 40-67% dengan kecernaan Bahan Kering sekitar 48-71%. Kekurangan Utama Dalam Penanaman Rumput Gajah 1. Produksi bahan kering yang tinggi 2. Membutuhkan kesuburan tanah yang tinggi  3. Cocok untuk sistem potong dan pengangkutan  4. Sulit dikelola  5. Produksi benih yang buruk  6. Sangat beradaptasi dengan lingkungan subtropis  7. Menjadi berserat jika tidak sering memotong  8. Ditanam dalam garis kontur, itu mencegah erosi tanah  9. Tidak cocok untuk musim kemarau yang panjang 



2. King grass (Pennisetum purpurhoides)



9



Rumput raja merupakan persilangan Pennisetum purpureum dan Pennisetum americanum (Amerika tropis). Rumput raja berasal dari Afrika daerah tropis. Karakteristiknya hampir sama dengan rumput Gajah adalah : 1. Tumbuhnya tegak 2. Rumpun besar 3. Tinggi tanaman mencapai 4 meter 4. Berbatang tebal, berdaun panjang dan berbulu lebih sedikit dari rumput gajah 5. Tidak berbunga kecuali di daerah dingin 6. Panen I dilakukan pada umur 90 Hst dan panen selanjutnya dilakukan 40-60 hari sekali 7. Produksi 200-250 ton segar/Ha/Thn 8. Kualitas hijauan ini lebih tinggi dibandingkan dengan rumput gajah terutama 9. protein kasarnya 25% lebih tinggi dari rumput gajah demikian juga dengan 10. kandungan gulanya yang lebih tinggi. Kandungan protein kasar berkisar 5.322.8%, tapi ada juga yang melaporkan sekitar 8-11%. Kecernaan BK hijauan ini adalah sekitar 65.6%. Rumput Raja memiliki ciri-ciri warna hijau tua dengan bagian permukaan daun yang kasar, tulang daun ini lebih putih dari rumput gajah. Rumput ini dapat tumbuh pada struktur tanah sedang sampai berat, tapi tidak tahan terhadap genangan air dan permukaan tanah yang tinggi. Rumput Raja atau King Grass (Pennisetum purpureophoides). Rumput raja mempunyai karakteristik tumbuh tegak berumpunnumpun,ketinggian dapat mencapai lebih kurang 4 m, batang tebal dan keras, daun lebar agak tegak, dan ada bulu agak panjang pada helaian daun dekat ligula. Permukaan daun luas dan tidak berbunga kecuali jika ditanam di daerah dingin. Rumput raja dapat tumbuh pada tanah yang subur di dataran rendah sampai dataran tinggi, dengan curah hujan tahunan lebih dari 1.000 mm. Pada prinsipnya, penyiapan lahan sama dengan penyiapan 10



lahan untuk rumput gajah atau rumput unggul lainnya. Produksi hijauan rumput raja dua kali lipat dari produksi rumput gajah, yaitu dapat mencapai 40 ton rumput segar/hektar sekali panen atau antara 200-250 ton rumput segar/hektar/tahun. Diasumsikan kebutuhan hijauan segar seekor sapi per hari adalah 10 % dari berat tubuh. Karena tidak semua bagian rumput tersebut dapat dimakan, maka rumput disediakan dalam jumlah lebih banyak (12% dari berat tubuh). Misalnya, jika berat tubuh seekor sapi 500 kg, maka hijauan yang perlu disediakan per hari adalah 60 kg (12% x 500 kg) atau per tahun 365 x 60 kg 21,9 ton.5. Jenis rumput ini dapat tumbuh hingga panjangnya 4 meter. Rumput ini dapat dikembangbiakkan dengan cara stek batang ataupun sobekan rumpun. Untuk cara stek, potong batang sepanjang 25 sampai 30 cm, sedangkan dengan cara rumpun dapat diambil daun dari tanaman muda .Rumput gajah, rumput raja maupun rumput lapang mengandung nutrisi yang cukup baik sehingga umumnya digunakan sebagai pakan utama ternak yang diberikan dalam bentuk segar maupun silase. Pada rumput segar maka kandungan nutrisi rumput – rumput tersebut sebagai berikut : a. Rumput gajah Rumput gajah merupakan jenis rumput tropis C4 yang berasal dari Afrika Timur dan Afrika Tengah (Boonman 1997). Kisaran kandungan protein rumput gajah bervariasi dari 4,4 hingga 20,4% dengan rata-rata sekitar 12% (Tabel 1). Nilai ini tidak terlalu berbeda dengan laporan Xie et al (2009) bahwa protein kasar rumput gajah berkisar antara 4 - 15%. Umur panen adalah faktor terpenting yang mempengaruhi kandungan protein kasar rumput gajah (Wadi et al 2004). Seiring bertambahnya usia tanaman, hasil bahan kering meningkat tetapi protein kasar menurun (Humphreys 1991). Presentase NDF pada pakan dapat digunakan untuk mengkategorikan kualitas pakan tersebut. Singh dan Oosting (1992) menunjukkan bahwa pakan kasar yang mengandung nilai NDF kurang dari 45% dapat diklasifikasikan 11



sebagai kualitas tinggi, mereka yang memiliki nilai berkisar antara 45% hingga 65% sebagai media dan mereka yang memiliki nilai lebih tinggi dari 65% sebagai kualitas rendah. Maka dari pernyataan tersebut rumput gajah masih termasuk kedalam pakan berkualitas rendah karena memiliki nilai NDF sangat banyak. Nilai NDF yang tinggi dapat menjadi faktor pembatas untuk asupan bahan kering, karena asupan bahan kering dan konten NDF berkorelasi negatif (Van Soest 1994). Pada rumput gajah, 80% variasi kecernaan in vitro benar disebabkan oleh efek interval panen (Chen et al 2006). Dengan meningkatnya interval panen, NDF dan ADF meningkat dan daya cerna menurun (Van Soest 1994). b. Rumput raja Kandungan nutrisi rumput raja sedikit lebih tinggi dari rumput gajah.COntohnya seperti kandungan protein kasar rumput gajah sekitar 9%. Sedangkan protein kasar rumput raja adalah sekitar 11%. Kandungan nutrisi rumput raja adalah protein kasar 11,68%, Serat Kasar 25,48, Ca 0,37% dan P 0,39%. Namun, ada sumber lain yang menyatakan nilainya sedikit berbeda. Rumput raja mempunyai kandungan SK 25,48, protein kasar (PK) 11,68%, Ca 0,37% dan P 0,39% (Rumiyati, 2008). Perbedaannya adalah bahwa kandungan rumput raja memiliki 19,94% bahan kering, 12,23% protein kasar dan 88,83% bahan organik. Hal ini dikarenakan hijauan, seperti rumput gajah, rumput odot dan rumput raja, umur panen, kondisi tanah, metode penanaman dan dosis pemupukan sangat mempengaruhi nilai kandungan gizi yang ada didalamnya.



c. Rumput lapang Rumput lapangan merupakan jenis hijauan pakan ternak yang tumbuh liar terdiri dari campuran beragam rumput lokal yang tumbuh secara alami. Produksinya cukup rendah begitu juga kualitas nutrisinya. 12



Tabel 1.1 Kandungan gizi atau nutrient pada rumput lapang Zat makanan



Bahan Kering (%)



Bahan Kering (%)



73,37%



Protein Kasar (%)



7,12%



Serat Kasar (%)



27,59%



Lemak Kasar (%)



0,91 %



BETN (%)



35,61%



TNT (%)



54,29%



Sumber : Herman (1989) 3.4



Manfaat Hijauan untuk Ternak



Penyediaan pakan yang berkualitas merupakan salah satu faktor pendukung dalam upaya meningkatkan produktifitas ternak. Ternak yang sedang tumbuh memerlukan kebutuhan nutrien yang cukup untuk mendukung pertumbuhannya yang sempurna. Dalam hal ini, strategi pemberian pakan perlu disesuaikan dengan kebutuhannya baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Permasalahan penyediaan pakan ternak sering mendapat kendala, baik dari strategi pemberiannya maupun kesesuaian zat gizi yang dibutuhkan ternak. Formulasi pakan hijauan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan nutrien, sehingga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan bobot karkas ternak. Pertambahan bobot badan merupakan ekpresi dari konsumsi zat-zat makanan dan ada kaitannya juga dengan kecernaan zat-zat makanan (Wardhani dan Mosafie, 1991). Manfaat pemberian hijauan segar pada ternak antara lain sebagai berikut :



13



1. Perawatan hewan yang lebih manusiawi 2. Daging dan produk susu lebih bergizi 3. Mengurangi banjir dan erosi tanah 4. Peningkatan resapan air tanah 5. Manajemen pupuk kandang yang lebih berkelanjutan 6. Mengurangi keracunan makanan E. coli 7. Tanah lebih subur dan hijauan lebih bergizi 8. Ekosistem yang lebih beragam dan lebih sehat 9. Mengurangi penggunaan pupuk kimia dan pestisida IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Dapat mengetahui dan memahami definisi bahan pakan sumber hijauan 2. Dapat mengetahui dan memahami jenis dan kandungan gizi hijauan segar untuk bahan pakan ternak 3. Dapat mengetahui dan memahami manfaat hijauan segar untuk ternak



4.2 Saran Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.



14



DAFTAR PUSTAKA



AAK (Aksi Agraris Kanisius). 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta: 215 halaman Tillman, A. D. 1991. Komposisi Bahan Makanan Ternak Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Indonesia. PPP Marihat Bandar Kuala, Sumatra Utara.



Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Cetakan Pertama Penerbit UP. Jakarta Siregar, S. 1994. Ransum Ternak R



15



is (2013). Pertumbuhan dan Perkembangan Rumput Gajah Dwarf (Pennisetum purpureum cv. Mott) yang diberi Pupuk Organik Hasil Fermentasi EM4. Jurnal Zootek32 (5): 158–171 AMK, Syarifuddin. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran (EGC) Rukmana, R. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius. Yogyakarta Siregar, S. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta Boonman J G 1997 Farmers success with tropical grasses: Crop/pastures rotation in mixed farming in East Africa. Ministry of Foreign Affairs, TheHaque, Netherlands, p. 95.



Chen C S, Wang S M and Hsu J T 2006 Factors affecting in vitro true digestibility of Napiergrass. Asian Australasian Journal of Animal Science, 19 (4) : 507 – 513.



Herman, R. 1989. Kualitas karkas domba lokal hasil penggemukan. Proceeding Pertemuan Ilmiah Ruminansia (2). Departemen Pertanian, Jakarta.



Humphreys L R 1991 . Tropical Pasture U]tilization. Cambridge Uiversity Press, Great Britain. Van Soest P J 1994 Nutritional Ecology of the Ruminant.Comstock Publishing Associates.A division of Cornell University Press, Itacha and London.



Wadi A, Ishii Y and Idota S 2004 Effect of cutting interval and cutting height and dry matter yield and overwintering ability at the established year in Pennisetum species. Plant Production Science,7 : 88 – 96. 16



Wadi A, Ishii Y and Idota S 2004 Effect of cutting interval and cutting height and dry matter yield and overwintering ability at the established year in Pennisetum species. Plant Production Science,7 : 88 – 96.



Wardhani, N. K dan A. Mosafie. 1991. Jerami Jagung Segar, Kering dan Teramoniasi sebagaiPengganti Hijauan Sapi Potong. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Gratis. Vol 2 : 12-19.



17