Makalah Bronkitis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bronkitis 



adalah



suatu



penyakit



yang



ditandai



adanya



dilatasi



(ektasis)bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik . perubahan bronkos tersebut disebabkan oleh perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen elastis dan otot polos bronkus..Bronkus yang terkena biasanya bronkus kecil (medium side),sedangakan bronkus besar jarang terjadi .bronkitis dan emfisiema paru sering terdapat bersamaan pada seorang pasien dalam keadaan lanjut ,penyakit ini sering menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menetap yang dinamakn kronik obstruksi pulmonary disease. Penyebab  utama adalah merokok  yang berat dan berjangka panjang, yang mengititasi tabung bronkial dan menyebabkan mereka menghasilkan lendir yang berlebihan.penyakit ini  di temukan di klinik dan di derita oleh  laki-laki dan dapat di derita mulai dari anak bahkan dapat merupakan kelainan congenital.( Arif Muttaqin.2008 : 117) B. Rumusan masalah 1. apa definisi bronchitis 2. apa etiologi bronchitis 3. apa patofisiologi dari bronchitis 4. apa manifestasi dari bronchitis 5. apa saja pemeriksaan penunjang dari bronchitis 6. apa saja penatalalaksanaan dari bronchitis



1



C. tujuan 1. tujuan umum Mengerti tentang Bronkitis dan Bronkiolitis dan memahami apa yang harus dilakukan seorang perawat untuk menangani Bronkitis dan Bronkiolitis. 2. tujuan khusus 1) mengetahui definisi dari bronchitis 2) mengetahui etiologi dari bronchitis 3) mengetahui patofisiologi dari bronchitis 4) mengetahui gejala gejala klinis dari bronchitis 5) mengetahui pemeriksaan penunjang dari bronchitis 6) mengetahui penatalaksanaan dari bronchitis



2



BAB II PEMBAHASAN I.Konsep Medis A. Definisi penyakit bronchitis Bronkitis  adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis)bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik . perubahan bronkos tersebut disebabkan oleh perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi



elemen



elastis



dan



otot



polos



bronkus.



Bronkus yang terkena biasanya bronkus kecil (medium side),sedangakan bronkus besar jarang terjadi .bronkitis dan emfisiema paru sering terdapat bersamaan pada seorang pasien dalam keadaan lanjut ,penyakit ini sering menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menetap yang dinamakn kronik obstruksi pulmonary disease. . ( Arif Muttaqin.2008 : 117) B. etiologi bronchitis Bronkitis akut biasanya sering disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan coxsackie virus. Bronkitis akut juga dapat dijumpai pada anak yang sedang menderita morbilli, pertusis dan infeksi mycoplasma pneumoniae Penyebab lain dari bronkitis akut dapat juga oleh bakteri (staphylokokus, streptokokus, pneumokokus, hemophylus influenzae). Bronkitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur Penyebab non infeksi adalah akibat aspirassi terhadap bahan fisik atau kimia. Faktor predisposisi terjadinya bronkitis akut adalah perubahan cuaca, alergi, polusi udara dan infeksi saluran nafas atas kronik memudahkan terjadinya bronkitis



3



C. patofisiologi bronchitis pada bronchitis terjadi hipertrifi kelenjar mucus dari trakeobronkial,dimana dapat menyebabkan penyempitan pada saluran bronkus,sehingga diameter bronkus ini menebal lebih dari 30-40% dari tebalnya dinding bronkus yang normal.Sekresi dari sel gblet bukan saja bertambah dalam jumlahnya akan tetapi juga lebih kental sehingga menghasilakn substansi yang mukupurulen. Keadaan ini juga di sertai dengan bronkiestasis dan atelektasis yang diakibatkan eleh penyumbatan permukaan



bronkus



senantiasa



terinfeksi,oleh



karna



mekanisme



untuk



membersihkan bronkus melalui silia maupun dengan mekanisme sekresi menjadi hilang,sehingga paru selalu di infeksi oleh kuman haemophius influenza dan Streptococus pneumonia yang menghasilkan mucus yang purulen pada setiap eksaserbasi. pada stadium akhir dari bronchitis kronik dapat terjadi hipoksemia dan hipertrofi



ventrikel kanan yang di sertai dengan penebalan pembuluh darah



pulmonal dan arteriole,cabang dari arteri pulmonal. ( prof.Dr.Tabrani Rab.2010 : 419) D. manifestasi klinis bronchitis Biasanya di dahului infeksi saluran napas atas dengan batuk pilek ,tanpa demam atau hanya subfebris.Sesak napas makin hebat,di sertai napas cepat dan dangkal.terdapat dispnue dengan expirotory effort,retraksi otot bantu napas,napas cepat dangkal di sertai napas cuping hidung,sianosis sekitar hidung atau mulut,gelisah,ekspirium memanjang atau mengi; jika obstruksi hebat suara napas nyaris tak terdengar,ronki basah halus nyaring kadang terdengar pada akhir atau awal ekspirasi,suara perkusi paru hipersonor.( Arif Mansjoe DKK,2008:469) E. pemeriksaan penunjang 1. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia. 2.  Laboratorium : Leukosit > 17.500. 4



Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan: 1. Tes fungsi paru-paru 2.  Gas darah arteri 3. Rontgen dada. 4. Pemeriksaan sputum selama 3x berturut-turut selama 3 hari pada pagi hari sesudah bangun tidur ( Aif Mansjoer dkk,2008 : 470) F. Penatalaksanaan Dari Bronkitis Untuk terapi disesuaikan dengan penyebab, karena bronkitis biasanya disebabkan oleh virus maka belum ada obat kausal. Obat yang diberikan biasanya untuk mengatasi gejala simptomatis (antipiretika, ekspektoran, antitusif, roburantia). Bila ada unsur alergi maka bisa diberikan antihistamin. Bila terdapat bronkospasme berikan bronkodilator. Penatalaksanaannya adalah istirahat yang cukup, kurangi rokok (bila merokok), minum lebih banyak daripada biasanya, dan tingkatkan intake nutrisi yang adekuat. Bila pengobatan sudah dilakukan selama 2 minggu tetapi tidak ada perbaikan maka perlu dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotik boleh diberikan. Pemberian antibiotik adalah 7-10 hari, jika tidak ada perbaikan maka perlu dilakukan thorak foto untuk menyingkirkan kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda asing dalam saluran pernafasan dan tuberkulosis. (Carolin, Elizabeth J.2002: 50)



5



Pathway etiologi allergen



invasi kuman kejalan nafas fenomena infeks



aktifitas IM



iritasi mucus bronkus



peningkatan pelepasan



penyebaran bakteri/viris keseluruh tubuh



histamin



peningktan akumulasi edema mukosa sel tubuh



hipertermi



peningktan laju



secret bronkus



metabolisme



goblet memproduksi mukus



demam penyempitan jalan napas



malaise dx: gangguan



Dx:bersihan jalan napa



keseimbangan cairan



napas pendek



tidak efektif



batuk produktif



tidak nafsu makan



nyeri



penurunan otot napas tambahan



dx : intoleransi



aktifitas



nyeri pada retrosternal



Dx: gangguan rasa nyamani atau nyaman



dx: gangguan pola napas



dx : gangguan pertukaran gas



dx: gangguan nutrisi kurang dari keb.tubuh



6



II.konsep Keperawatan A. pengkajian 1. Riwayat penyakit masa lalu Faktor pencetus timbulnya bronkitis (infeksi saluran pernafasan atas, adanya riwayat alergi, stress). Frekwensi timbulnya wheezing, lama penggunaan obat-obat sebelumnya (paling akhir), riwayat asthma, adanya faktor keturunan terhadap alergi. 2. Pemeriksaan fisik Peningkatan usaha dan frekwensi pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan (mungkin didapatkan adanya bentuk dada barrel/ tong), suara nafas (rales, ronchi, wheezing), peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, menunjukkan tanda dari terjadinya “failure respiratory” seperti diaporesis, kelelahan, penurunan kemampuan bereaksi “decreased responsiveness” dan cyanosis. Turgor kulit, ubun-ubun besar. Perubahan pada pemeriksaan gas darah, perubahan pada eosinopil (pada hitung jenis darah), pemeriksaan pada foto thoraks. 3. Faktor pertumbuhan dan psikososial Usia, seberapa jauh faktor pencetus mempengaruhi kehidupan sosial penderita, tingkat pengetahuan keluarga dan klien terhadap regimen pengobatan yang diberikan, mekanisme koping keluarga dan klien, kebiasaan yang dikaitkan dengan kenyamanan klien (waktu tidur, waktu istirahat dan benda kesayangan). Pengalaman dirawat di rumah sakit sebelumnya, kerabat keluarga dengan riwayat asthma. 4. Pengetahuan klien dan keluarga Pengetahuan keluarga tentang pengobatan yang diberikan (nama, cara kerja, frekwensi, efek samping dan tanda-tanda terjadinya kelebihan dosis). Pengobatan non farmakologis “non medicinal



intervenstions” 7



seperti olahraga secara teratur serta mencegah kontak dengan alergen atau iritan (jika diketahui penyebab alergi), support sistem, kemauan dan tingkat pengetahuan keluarga



8



B. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan



bersihan



jalan



nafas



berhubungan



dengan



bronchospasme, edema mukosa, akumulasi mukus. 2. Resiko gangguan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan dengan penurunan intake oral, dyspnoe, tacypnoe. 3. Hipertermi berhubungan dengan bakterimia, viremia 4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rasa nausea, vomiting, malaise. 5. Kecemasan berhubungan dengan rasa sesak, penggunaan alat-alat medis yang asing (tak dikenal). 6. Kurang



pengetahuan



(pengobatan



asthma,



olah



raga,



alergen)



berhubungan dengan terbatasnya informasi 7. intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kondisi sakit,prognosis sakit yang berat C. Intervensi Keperawatan 1.



Ketidakefektifan



bersihan



jalan



nafas



berhubungan



dengan



bronchospasme, edema mukosa, akumulasi mukus. Tujuan: Jalan nafas bersih dan patent setelah mendapat tindakan keperawatan, dengan kriteria: Pada saat bernafas tidak menggunakan otot-otot bantu, frekwensi nafas dalam batas normal, suara nafas bronchovesikuler. Intervensi: a. Jelaskan pada klien dan keluarga beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses pengeluaran sekret. 9



R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien kooperatif dalam tindakan perawatan. b. Anjurkan kepada klien dan keluarga agar memberikan minum lebih banyak dan hangat kepada klien. R/ Peningkatan hidrasi cairan akan mengencerkan sekret sehingga sekret akan lebih mudah dikeluarkan. c. Lakukan fisioterapi nafas dan latihan batuk efektif R/ Fisoterapi nafas melepaskan sekret dari tempat perlekatan, postural drainase



memudahkan



pengaliran



sekret,



batuk



efektif



yang



berfungsi



untuk



mengeluarkan sekret secara adekuat. d. Kolaborasi dalam pemberian ekspektoran. R/



Ekspektoran



mengandung



regimen



mengencerkan sekret agar lebih mudah dikeluarkan. e. Observasi: Pernafasan (rate, pola, penggunaan otot bantu, irama, suara nafas, cyanosis), tekanan darah, nadi, dan suhu. R/ Tanda vital merupakan indikator yang dapat diukur untuk mengetahui kecukupan suplai oksigen. 2.



Resiko gangguan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan dengan penurunan intake oral, dyspnoe, tacypnoe. Tujuan: Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan selama dalam masa perawatan dengan kriteria: Produksi urine dalam batas normal, tekanan darah dalam batas normal, denyut nadi dalam batas normal dan teraba penuh, ubun-ubun besar datar, mata tidak cowong.



10



Intervensi: a. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat dari pemberian minum yang adekuat. R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien kooperatif terhadap tindakan keperawatan. b. Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan minum yang adekuat. R/ Intake cairan yang adekuat mencegah timbulnya defisit cairan. c. Kolaborasi dalam pemberian cairan perparenteral. R/ anak yang mengalami dyspnoe akan mengalami kesulitan dalam asupan perenteral/ per os. d. Observasi intake dan output R/ mengetahui sejak dini dengan menghitung secara tepat agar tidak terjadi defisit cairan. e. Observasi tanda vital dan produksi urine serta keadaan umum. R/ Gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh dapat mengakibatkan perubahan pada tanda vital, produksi urine. 3.



Hipertermi berhubungan dengan bakterimia, viremia Tujuan: Suhu tubuh dalam batas normal setelah mendapat tindakan keperawatan dengan kriteria: Suhu tubuh dalam batas normal, tekanan darah dalam batas normal, nadi dan respirasi dalam batas normal. Intervensi: a. Jelaskan pada keluarga tindakan perawatan yang akan dilakukan. 11



R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan keperawatan. b. Berikan kompres. R/ Penurunan panas dapat dilakukan dengan cara konduksi melalui kompres. c. Anjurkan kepada keluarga dan klien untuk minum lebih banyak. R/ Hidrasi cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh. d. Anjurkan kepada keluarga untuk memakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat untuk klien. R/ Penurunan suhu dapat dilakukan dengan tehnik evaporasi. e. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik. R/ Antipiretik mengandung regimen yang bekerja pada pusat pengatur suhu di hipotalamus. f. Observasi tanda-tanda vital. R/ Peningkatan suhu tubuh mencerminkan masih adanya bakterimia, viremia 4.



Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rasa nausea, vomiting, malaise. Tujuan: Nutrisi terpenuhi secara adekuat setelah mendapat tindakan keperawatan dengan kriteria: Berat badan dalam batas normal, terjadi peningkatan berat badan, klien mau menghabiskan makanan yang disajikan. Intervensi:



12



a. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat dari nutrisi yang adekuat. R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan perawatan yang diberikan. b. Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik. R/ Merangsang peningkatan nafsu makan pada fase sefal. c. Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering. R/ Dilatasi lambung yang berlebihan merangsang rasa mual dan muntah. d. Kolaborasi dalam pemberian vitamin/ roboransia. R/ Roboransia memberikan efek dalam peningkatan nafsu makan. e. Observasi kemampuan klien dalam menghabiskan makanan, berat badan. R/ Deteksi dini terhadap perkembangan klien. 5.



Kecemasan berhubungan dengan rasa sesak, penggunaan alat-alat medis yang asing (tak dikenal). Tujuan: Rasa cemas berkurang setelah mendapat penjelasan dengan kriteria: Klien mengungkapkan sudah tidak takut terhadap tindakan perawatan, klien tampak tenang, klien kooperatif. Interevensi: a. Jelaskan pada klien setiap tindakan yang akan dilakukan. R/ Penjelasan yang memadai memungkinkan klien kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan. b. Berikan motivasi pada keluarga untuk ikut secara aktif dalam kegiatan 13



perawatan klien. R/ Peran serta keluarga secara aktif dapat mengurangi rasa cemas klien. c. Observasi tingkat kecemasan klien dan respon klien terhadap tindakan yang telah dilakukan. R/ Deteksi dini terhadap perkembangan klien. 6. Kurang pengetahuan (pengobatan asthma, olah raga, alergen) berhubungan dengan terbatasnya informasi Tujuan: Keluarga memiliki pengetahuan yang cukup setelah mendapatkan penjelasan dengan kriteria: Keluarga



mampu



menjelaskan



lagi



tentang



pengobatan



dan



penatalaksanaan pada klien Bronchitis dengan menggunakan bahasanya sendiri. Intervensi: a. Jelaskan pada keluarga tentang pengobatan Bronchitis pada anak. R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga mengerti tujuan dilakukannya pemberian terapi/ pengobatan. b. Jelaskan pada keluarga tentang olahraga yang dapat dilakukan. R/ Olahraga ringan dapat membantu meningkatkan compliance paru. c. Jelaskan pada keluarga tentang efek samping penggunaan obat-obatan. R/ Mencegah terjadinya komplikasi akibat efek samping pengobatan. d. Observasi pengetahuan keluarga tentang penjelasan yang diberikan oleh petugas.



14



R/ Kemampuan keluarga dalam memberikan penjelasan mencerminkan tingkat pemahaman keluarga. 8. intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kondisi sakit,prognosis sakit yang berat tujuan : Setelah



dilakukan



tindakan



keperawatan



selama



3x



24jam



ketidakmampuan beraktivitas  dapat teratasi dengan criteria hasil : Frekuensi pernafasan dengan aktivitas,Mudah bernafas, Langkah dan jarak kaki, melangkah, Kekuatan ekstremitas atas,,Kekuatan ekstremitas bawah, Mudah melakukan aktivitas sehari-hari intervensi : a. tentukan penyebab toleransi aktivitas(fisik,psikologis,atau motivasi) b. berikan periode  selama aktivitas c. monitor respon kardiopulmonal setelah melakukan aktivitas d. monitor dan catat kemampuan untuk mentoleransi aktivitas e. monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sumber energy



15



BAB III PENUTUP A.Kesimpulan Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994). Yang terdiri dari bronchitis akut dan kronik. Bronkiolitis adalah suatu peradangan pada bronkiolus (saluran udara yang merupakan percabangan dari saluran udara utama), yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus. Bronkiolitis biasanya menyerang anak yang berumur di bawah 2 tahun. B. Saran



Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, jadi diharapkan untuk para pembaca untuk lebih mengembagkannya lagi. Jadikan makalah ini sebagai perimbangan pengembangan dari penyakit yang telah dibahas diatas.



16



DAFTAR PUSTAKA



Arif Mansjoer dkk.2008.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.jakarta: Media Aesklapius Arif M uttaqin.2008.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System Pernapasan Rab Tabrani Prof.Dr.H.2010.Ilmu Penyakit Paru.jakarta: Trans Info Media. Carolin, Elizabeth J, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta, 2002



17