Makalah Clay Bgi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



I.1 Latar Belakang Di dunia ini banyak terdapat bentuk mineral lempung yang masing-masing berbeda dalam susunan, struktur dan perilakunya. Semua mineral lempung tersebut memiliki butiran yang sangat halus (biasanya lebih kecil dari 2u m), itulah sebabnya mengapa tanah dengan butiran yang sangat halus < 2u dinamakan “lempung”. Pada umumnya lempung terdiri dari sebagian besar dari mineral lempung, akan tetapi mineral lain, misalnya kuarsa juga terdapat dengan butiran yang sangat halus. Karena mineral lempung memiliki butiran yang sangat halus, maka mineral ini mempunyai permukaan yang cukup besar per satuan massa. Mineral lempung berukuran sangat kecil (kurang dari 2 m m) dan merupakan partikel yang aktif asecara elektrokimiawi dan hanya dapat dilihat secara mikroskop elektron. Walaupun berukuran kecil, mineral lempung telah dipelajari dengan cukup mendalam karena kepentingan ekonomisnya terutama dalam keramik, pengecoran logam, pemakaiannya dilapangan minyak dan dalam mekanika tanah. Mineral lempung menunjukkan karakteristik daya tarik-menarik dengan air menghasilkan plastisitas yang tidak ditunjukkan oleh material lain walaupun mungkin material itu berukuran lempung. atau lebih kecil. Sebagai contoh, kuarsa tanah yang halus tidak menunjukkan plastisitas apabila dibasahi. Perlu dicatat bahwa setiap deposit “lempung” berbutir-halus mengandung sekaligus mineral lempung dan berbagai ukuran partikel dari material-material lainya yang dianggap sebagai “pengisi” (filler). Mineral lempung juga sangat bermanfaat di dunia industri. Baik industri gerabah, keramik, bangunan, kertas dan lain-lain. I.2 Rumusan Masalah Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini antara lain : a. Bagaimana proses terbentuknya /genesa bahan galian industri clay (tanah liat)? b. Bagaimana metode/tahapan eksplorasi bahan galian industri clay (tanah liat)?



c. Bagaimana metode penambangan bahan galian industri clay (tanah liat)? d. Bagaimana pemanfaatan bahan galian industri clay (tanah liat)? e. Dimana persebaran/keterdapatan bahan galian industri clay (tanah liat)?



I.3 Tujuan Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini antara lain : a. Untuk mengetahui proses terbentuknya /genesa bahan galian industri clay (tanah liat). b. Untuk mengetahui metode/tahapan eksplorasi bahan galian industri clay (tanah liat). c. Untuk mengetahui metode penambangan bahan galian industri clay (tanah liat). d. Untuk mengetahui pemanfaatan bahan galian industri clay (tanah liat). e. Untuk mengetahui persebaran/keterdapatan bahan galian industri clay (tanah liat).



BAB II PEMBAHASAN



II.1 Genesa clay (tanah liat) Mineral lempung terbentuk di atas permukaan bumi dimana udara dan air berinteraksi dengan mineral silikat, memecahnya menjadi lempung dan produk lain (sapiie, 2006).



Gambar II.1 Genesa Clay Mineral lempung adalah mineral sekunder yang terbentuk karena proses pengerusakan atau pemecahan dikarenakan iklim dan alterasi air (hidrous alteration) pada suatu batuan induk dan mineral yang terkandung dalam batuan itu. Ganesa Mineral Lempung Ganesa mineral lempung secara umum dapat dibagi menjadi empat macam yaitu : 1. Terjadi karena pengaruh pelapukan. Lempung terbentuk akibat proses pelapukan dari mineral mineral penyusun batuan yang dipengaruhi oleh iklim ,jenis batuan ,relief muka bumi ,tumbuh tumbuhan yang berada diatas batu tersebut.Faktor utama yang menyebabkan terbentuknya mineral lempung dalam proses ini adalah komposisi mineral batuan ,komposisi kimia dan daya larut air tanah. Pembentukan mineral lempung oleh pelapukan adalah akinat reaksi ion ion hydrogen yang terdapat dalam air tanah dengan mineral silikat. umumnya berasal dari asam karbonat yang terbentuk sebagai akibat pembusukan ole bakteri terhadap zat organic dalam tanah. 2. Terjadi karena pengaruh hidrotermal. Proses ini berlangsung akibat adanya proses injeksi larutan hidrotermal yang bersifat asam merembes melalui celah



celah rakahan pada batuan yang dilaluinya sehingga mengakibatkan terjadinya reaksi antar larutan tersebut dengan batuan itu. Pada saat reaksi berlangsung , komposisi larutan hidrotermal tersebut menjadi berubah .Unsur unsure alkali akan dibawa kearah luar ,sehingga selama proses ini berlangsung akan terjadi daerah atau zona yang berkembang dari asam ke basa dan pada umumnya berbentuk melingkar sepanjang rekahan dimana larutan itu menginjeksi . 3. Terjadi karena akibat devitrivikasi dari tufa gelas yang diendapkan di dalam air (Lakustrin sampai neritik) Pada proses ini lempung dapat terbentuk dari mekanisme pengendapan debu vulkanik yang kaya akan gelas mengalami devitrifikasi (Perubahan gellas vulkanik menjadi mineral lempung ) setelah diendapkan pada lingkungan danau atau laut. 4. Terjadi karena proses pengendapan kimia dalam suasana basa (alkali) dan sangat silikan. Menurut Millot (1970) ,montmorilonit dapat terbentuk tidak saja dari tufa melainkan juga dari endapan sedimentasi dalam suasana basa (alkali) yang sangat silikan.Mineral mineral yang terbentuksecara sedimen yang tidak berasosiasi dengan tufa adalah attapulgit ,speolit dan montmorillonit. II.1.1 Jenis-jenis Tanah Liat a. Tanah Liat Primer Wahyu, dkk. (2009), menyebutkan tanah liat primer (residu) adalah jenis tanah liat yang dihasilkan dari pelapukan batuan feldspatik oleh tenaga endogen yang tidak berpindah dari batuan induk (batuan asalnya), karena tanah liat tidak berpindah tempat sehingga sifatnya lebih murni dibandingkan dengan tanah liat sekunder. Selain tenaga air, tenaga uap panas yang keluar dari dalam bumi mempunyai peran dalam pembentukan tanah liat primer. Karena tidak terbawa arus air dan tidak tercampur dengan bahan organik seperti humus, ranting, atau daun busuk dan sebagainya, maka tanah liat berwarna putih atau putih kusam. Suhu matang berkisar antara 1300 0C–1400 0C, bahkan ada yang mencapai 17500C yang termasuk tanah liat primer antara lain seperti kaolin, bentonite, feldspatik, kwarsa, dan dolomite yang biasanya terdapat di tempat-tempat yang lebih tinggi dari pada letak tanah sekunder. Pada umumnya batuan keras seperti



basalt dan andesit akan memberikan warna merah alami pada lempung sedangkan granit akan memberikan warna putih alami pada lempung. Mineral kwarsa dan alumina dapat digolongkan sebagai jenis dari tanah liat primer karena merupakan hasil samping tanah liat kaolinit yang terbentuk dari pelapukan batuan feldspatik. Adapun ciri-ciri tanah liat primer yaitu sebagai berikut: a. Berwarna putih cerah sampai putih kusam b. Cenderung memiliki butiran-butiran yang kasar, c. Tidak plastis, d. Daya lebur tinggi, e. Daya susut kecil f. Bersifat tahan api Dalam keadaan kering, tanah liat primer sangat rapuh sehingga mudah ditumbuk menjadi tepung. Hal ini disebabkan karena ukuran partikelnya yang terbentuk tidak simetris dan bersudut-sudut tidak seperti partikel tanah liat sekunder yang berupa lempengan sejajar. Secara sederhana dapat dijelaskan melalui Gambar penampang irisan partikel kwarsa yang telah dibesarkan beberapa ribu kali. Dalam Gambar II.2 di bawah ini tampak kedua partikel dilapisi lapisan air (water film), tetapi karena bentuknya tidak datar atau asimetris, lapisan air tidak saling bersambungan, akibatnya partikel-partikel tidak saling menggelincir.



Gambar II.2 Tanah Liat Primer (Sumber: F.H Norton)



b. Tanah Liat Sekunder Wahyu, dkk. (2009), tanah liat sekunder atau tanah sedimen (endapan) adalah jenis tanah liat hasil pelapukan batuan feldspatik yang berpindah jauh dari batuan induknya karena adanya tenaga eksogen yang menyebabkan butiranbutiran tanah liat lepas dan mengendap pada daerah rendah seperti lembah sungai, tanah rawa, tanah marine, dan tanah danau. Akibat dari perpindahan tanah liat oleh air dan angin menyebabkan tanah liat bercampur dengan bahanbahan organik maupun anorganik sehingga berubah sifat-sifat kimia maupun fisika tanah liat diantaranya seperi ukuran partikel-partikel yang lebih halus dan lebih plastis dari pada tanah liat primer. Pergerakan air memiliki pengaruh yang besar terhadap tanah liat, salah satunya ialah gerakan arus air cenderung menggerus mineral tanah liat sehingga partikel-partikelnya semakin menipis dan berkurang. Pada saat kecepatan arus melambat, partikel yang lebih berat akan mengendap dan menyisakan partikel yang halus dalam larutan. Pada saat arus tenang seperti di danau atau di laut, partikel – partikel yang halus akan mengendap di dasarnya. Tanah liat sekunder biasanya terbentuk dari beberapa macam jenis tanah liat dan berasal dari beberapa Sumber. Dalam setiap sungai, endapan tanah liat dari beberapa situs cenderung bercampur. Dari sudut ilmu keramik mengganggap bahan organik seperti humus dan daun busuk, oksida logam seperti besi, nikel, titan, mangan dan sebagainya adalah bahan pengotor. Gambar tanah liat sekunder dapat dilihat pada Gambar II.3.



Gambar II.3 Tanah liat Sekunder (Sumber: F.H Norton)



Karena pembentukannya melalui proses yang panjang dan bercampur dengan bahan pengotor, maka tanah liat memiliki ukuran butiran yang halus. Tanah liat sekunder mimiliki warna krem, abu-abu, coklat, merah jambu, kuning dengan suhu matang antara 900 0C-1400 0C. Pada umumnya tanah liat sekunder lebih plastis dan mempunyai daya susut yang lebih besar dari pada tanah liat primer. Semakin tinggi suhu bakarnya maka semakin keras dan semakin kecil porositasnya, sehingga produk benda keramik menjadi kedap air. Dibanding dengan tanah liat primer tanah liat sekunder mempunyai ciri tidak murni, warna lebih gelap, berbutir lebih halus dan mempunyai titik lebur yang relatif lebih rendah. Setelah dibakar tanah liat sekunder biasanya berwarna krem, abuabu muda sampai coklat tua. Tanah liat sekunder memiliki ciri-ciri: a. Kurang murni. b. Cenderung berbutir halus. c. Plastis. d. Berwarna krem, abu-abu, coklat, merah jambu, kuning, kuning muda,



kuning kecoklatan, kemerahan, dan kehitaman. e. Daya susut tinggi. f. Suhu bakar 1200 0C–1300 0C, ada yang sampai 1400 0C (fireclay,



stoneware, ballclay). g. Suhu bakar rendah 900 0C–1180 0C, ada yang sampai 1200 0C



(earthenware). Anonim (2008), terbentuknya warna tanah liat yang alami terjadi karena adanya unsur oksida, besi, dan unsur organis yang biasanya setelah pembakaran akan berwama kuning kecoklatan, coklat, merah, wama karat, atau coklat tua, tergantung dari jumlah oksida besi dan kotoran-kotoran yang terkandung dibawah tanah liat. Biasanya kandungan oksida besi sekitar 2%-5% menyebabkan tanah cenderung berwarna Iebih gelap dan biasanya cenderung lebih cepat matang pada suhu yang lebih rendah. Sebalikannya tanah berwama lebih terang atau pun putih akan lama matang pada suhu yang lebih tinggi.



II.1.2 Jenis-Jenis Mineral Lempung Jenis mineral lempung yang utama ialah: 1. Kaolinit



1:1



Al2 (Si2O5 (H2O))



2. Illit



2:1



KAl2 (AlSi3O10 (OH)2)



3. Smektit



2:2



(AlMg)4 Si8 O20 (OH)10)



4. Klorit



2:1:1



(MgFe)6-x (AlFe)x Si4-x Alx (OH)10



Ortoklas, apabila lapuk dan terubah menjadi illit, manakala Kplagioklas, amphibol dan piroksin pula selalunya menjadi smektit Jenis Jenis Mineral Lempung : 1. Kaolinite Kaolinite merupakan mineral dari kelompok kaolin, terdiri dari susunan satu lembaran silika tetrahedra dengan lembaran aluminium oktahedra, dengan satuan susunan setebal 7,2 Å . Kedua lembaran terikat bersama-sama, sedemikian rupa sehingga ujung dari lembaran silika dan satu dari lepisan lembaran oktahedra membentuk sebuah lapisan tunggal. Dalam kombinasi lembaran silika dan aluminium, keduanya terikat oleh ikatan hidrogen . Pada keadaan tertentu, partikel kaolinite mungkin lebih dari seratus tumpukan yang sukar dipisahkan. Karena itu, mineral ini stabil dan air tidak dapat masuk di antara lempengannya untuk menghasilkan pengembangan atau penyusutan pada sel satuannya.



Gambar II.4 Diagram skematik struktur kaolinit dan Struktur atom kaolinit



Gambar II.5 Mineral Kaolinit



2. Montmorillonite Montmorillonite, disebut juga dengan smectit, adalah mineral yang dibentuk oleh dua buah lembaran silika dan satu lembaran aluminium (gibbsite). lembaran oktahedra terletak di antara dua lembaran silika dengan ujung tetrahedra tercampur dengan hidroksil dari lembaran oktahedra untuk membentuk satu lapisan tunggal. Dalam lembaran oktahedra terdapat substitusi parsial aluminium oleh magnesium. Karena adanya gaya ikatan van der Waals yang lemah di antara ujung lembaran silica dan terdapat kekurangan muatan negatif dalam lembaran oktahedra, air dan ion-ion yang berpindah-pindah dapat masuk dan memisahkan lapisannya. Jadi, kristal montmorillonite sangat kecil, tapi pada waktu tertentu mempunyai gaya tarik yang kuat terhadap air. Tanah-tanah yangmengandung montmorillonite sangat mudah mengembang oleh tambahan kadar air, yang selanjutnya tekanan pengembangannya dapat merusak struktur ringan dan perkerasan jalan raya.



Gambar II.6 Diagram skematik struktur montmorrilonite dan Struktur atom montmorrilonite



Gambar II.7 Mineral Montmorrilonite



3. Illite. Illite adalah bentuk mineral lempung yang terdiri dari mineral-mineral kelompok illite. Bentuk susunan dasarnya terdiri dari sebuah lembaran aluminium oktahedra yang terikat di antara dua lembaran silika tetrahedra. Dalam lembaran oktahedra, terdapat substitusi parsial aluminium oleh magnesium dan besi, dan dalam lembaran tetrahedra terdapat pula substitusi silikon oleh aluminium. Lembaran-lembaran terikat besama - sama oleh ikatan lemah ion-ion kalium yang terdapat di antara lembaran-lembarannya. Ikatan-



ikatan dengan ion kalium (K+) lebih lemah daripada ikatan hidrogen yang mengikat satuan kristal kaolinite, tapi sangat lebih kuat daripada ikatan ionik yang membentuk kristal montmorillonite. Susunan Illite tidak mengembang oleh gerakan air di antara lembaran-lembarannya .



Gambar II..8 Diagram Skematik Struktur Illite



Gambar II.9 Mineral Illit 4. Halloysite Halloysite



hampir sama dengan kaolinite, tetapi kesatuan yang berturutan



lebih acak ikatannya dan dapat dipisahkan oleh lapisan tunggal molekul air. Jika lapisan tunggal air menghilang oleh karena proses penguapan, mineral ini akan berkelakuan lain. Maka, sifat tanah berbutir halus yang mengandung halloysite



akan



berubah



secara



tajam



jika



tanah



dipanasi



sampai



menghilangkan lapisan tunggal molekul airnya. Sifat khusus lainnya adalah bahwa bentuk partikelnya menyerupai silinder-silinder memanjang, tidak seperti kaolinite yang berbentuk pelat-pelat.



II.2 Teknik Eksplorasi Clay Eksplorasi bahan galian industri clay menggunakan metode eksplorasi geologi dan geokimia. Tahapan eksplorasi dapat dilakukan sebagai berikut : a. Eksplorasi Clay diawali dengan penelitian lapangan di dahului dengan study



terhadap peta geologi regional dan stratigrafi lokasi penelitian b. Melakukan survey permukaan di lokasi penelitian guna memperoleh informasi



mengenai topografi dan geomorfologi, pengambilan sampel berupa lempung dan pada lokasi penelitian c. Sampel kemudian dilakukan pengujian laboratorium yang terdiri dari; sifat



fisik Lempung di lakukan pengujian XRD, visualisasi plastis, kadar air, dan atterbeg limit. d. Setelah pengujian XRD, maka dilakukan pengujian petrografi untuk



mendapatkan informasi mengenai jenis batuan dan tekstur, porositas visual batauan, menentukan komposisi mineral, komposisi Massa dasar. e. Analisis data dilakukan setelah pengujian laboratorium, dari hasil pengujian



maka dapat dianalisis untuk menentukan komposisi bahan baku berbagai produk hasil pemanfaatan campuran lempung untuk mendapatkan produk dengan kualitas baik.



Gambar II.10 Contoh Hasil Olahan Laboratorium Grafik XRD



II.3 Metode Penambangan Clay Penambangan bahan galian industri clay menggunakan metode penambangan quarry. Quarry adalah system tambang terbuka yang diterapkan untuk menambang endapan-endapan bahan galian industri atau mineral industri. Pada tambang terbuka metode quarry tahap kegiatan awal yang dilakukan adalah : 1. Pembuatan Jalan Rintisan Jalan rintisan berfungsi sebagai jalur lewatnya alat – alat berat ke lokasi tambang, kemudian dikembangkan sebagai jalan angkut material dari front penambangan ke lokasi stock rom atau pengangkutan overburden. Pembuatan jalan digunakan dengan memakai Bulldozer yang nantinya digunakan pula sebagai pembersihan lahan.



Gambar II.11 Pembuatan Jalan Rintisan 2. Pembersihan Lahan (land clearing) Pembersihan lahan ini dilaksanakan untuk memisahkan pepohonan dari tanah tempat pohon tersebut tumbuh, sehingga nantinya tidak tercampur dengan tanah subsoilnya. Pepohonan (tidak berbatang kayu keras) yang dipisahkan ini nantinya dapat dimanfaatkan sebagai humus pada saat pelaksanaan reklamasi.



Gambar II.12 Kegiatan Land Clearing Kegiatan pembersihan lahan ini baru dilaksanakan pada lahan yang benarbenar segera akan ditambang. Sedangkan lahan yang belum segera ditambang wajib tetap dipertahankan pepohonan yang tumbuh di lahan tersebut. Hal ini sebagai wujud bahwa perusahaan tambang tetap memperhatikan aspek pengelolaan atau lindungan lingkungan tambang. 3. Pengupasan Tanah Pucuk (Top Soil) Pengupasan tanah pucuk ini dilakuan terlebih dulu dan ditempatkan terpisah terhadap batuan penutup (overburden), agar pada saat pelaksanaan reklamasi dapat di manfaatkan kembali. Pengupasan top soil ini dilakukan sampai pada batas lapisan subsoil, yaitu pada kedalaman dimana telah sampai dilapisan batuan penutupan (tidak mengandung unsur hara ).



Gambar II.13 Pengupasan Top Soil



4. Pengupasan Tanah Penutup (Overburden) Lapisan tanah penutup ini biasanya dibongkar langsung dengan Exsavator dikareakan batuan yang digali tidak keras, dan apabila agak keras biasanya dengan metode riping dan ada juga dengan cara peledakan, karena batuan di front cukup keras jika digali langsung dengan exsavator, maka batuan di front tersebut akan diadakan peledakan (blasting) pada area tersebut.



Gambar II.14 Pengupasan Overburden 5. Pengambilan Bahan Galian Setelah penggalian batuan penutup selesai dan maka kegiatan penambangan berikutnya adalah pengambilan bahan galian clay .



Gambar II.15 Pengambilan Bahan Galian Clay



Proses ini dilakukan dengan



alat excavator yang telah dilengkapi dengan



cutting blade pada sisi luar kuku bucket. Hal ini menjadikan ujung bucket bukan berupa kuku tajam, melainkan berupa ujung bucket yang datar rata. 6. Pemuatan Pemuatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan atau mengisikan material atau endapan bahan galian hasil pembongkaran ke dalam alat angkut. Kegiatan pemuatan dilakukan setelah kegiatan penggusuran, pemuatan dilakukan dengan menggunakan alat muat exsavator atau shovel dan diisikan ke dalam alat angkut.



Gambar II.16 Pemuatan Bahan Galian Kegiatan pemuatan bertujuan untuk memindahkan matrial atau endapan bahan galian hasil pembongkaran kedalam alat angkut. Proses loadaing batubara yang digunakan adalah metode top loading. Hal ini disebabkan karena unit loading menggunakan tipe backhoe sehingga sangat memudahkan dalam proses penggalian dan pemuatan. 7. Pengangkutan Pengangkutan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengangkut atau membawa material atau endapan bahan galian dari front penambangan dibawa ke tempat penimbunan sementara di ROM, yaitu stockpile mini tambang. untuk proses lebih lanjut.



Gambar II.17 Kegiatan Pengangkutan



Kegiatan pengangkutan biasanya menggunakan dump truck tronton atau trintin yang kemudian dibawa ke tempat pengolahan untuk dilakukan proses peremukan (crushing), jumlah truk yang akan digunakan tergantung dari banyaknya material atau endapan bahan galian hasil pembongkaran yang akan diangkut. Berdasarkan letak endapan yang digali atau arah penambangan atau penggalian, secra garis besar quarry dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu: 1. Side Hill Type Quarry Side Hill Type Quarry adalah system penambangan yang diterapkan untuk menambang batuan atau endapan mineral industri yang letalnya di lereng bukit atau endapannya berbentuk bukit. Berdasarkan jalan masuk (access road) ke front penambangan, side hill type dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: a.



Jalan masuk berbentuk spiral Cara ini diterapkan apabila seluruh lereng/bukit akan digali atau ditambang. Penggalian dilakukan mulai dari bagian atas ke arah bawah.



Gambar II.18 Jalan Masuk Spiral



b.



Jalan masuk langsung



Gambar II.19 Jalan Masuk Langsung



Cara ini digunakan apabila hanya sebagian lereng saja yang akan digali. Front kerjanya dibuat memanjang sepanjang lereng yang akan digali dan jalan masuk dari salah satu sisinya atau dari depan 2. Pit Type Pit type adalah sistem penambangan yang diretapkan untuk menambang batuan atau endapan mineral industri yang terletak pada suatu daerah yang relatif mendatar. Permuka kerja (front) di gali kea rah bawah sehingga membentuk



cekungan (pit). Berdasarkan jalan masuk ke permuka kerja, pit type memiliki tiga kemungkinan untuk membuatnya, yaitu: a.



Jalan Masuk Spiral Apabila bentuk endapan yang akan ditambang kurang lebih bulat atau lonjong, maka jalan masuk dan front penambangannya dibuat berbentuk spiral



Gambar II.20 Jalan Masuk Spiral b.



Jalan Masuk Langsung Apabila bentuk endapan yang akan ditambang kurang lebih memanjang atau persegi, maka jalan masuk ke front penambangan dibuat berbentuk langsung dari salah satu sisi



Gambar II.21 Jalan Masuk Langsung



c.



Jalan Masuk Zig-zag Sama halnya dengan jalan masuk langsung apabila bentuk endapan yang akan ditambang kurang lebih memanjang atau persegi, maka jalan masuk ke front penambangan dibuat berbentuk zig-zag dari salah satu sisi



Gambar II.22 Jalan Masuk Zig-zag



II.4 Pemanfaatan Clay Dody (2013), lempung digunakan terutama untuk pembuatan tembikar, ubin lantai, keramik. Lempung juga digunakan untuk membuat sanitary ware, bahan bangunan seperti batu bata, semen, dan agregat ringan. Lempung digunakan di industri pengeboran bijih besi "pelletizing", selain itu digunakan pula untuk membuat berbagai jenis barang tahan terhadap panas ekstrim (refraktori). Tanah liat lebih dikenal sebagai bahan utama pembuatan keramik atau pun porselen sebagai hiasan rumah. Selain dari pada bahan utama tersebut, tanah liat juga memiliki manfaat lain. Dari penelitian, tanah liat juga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan kecantikan kulit. Hal ini terbukti karena tanah liat memiliki 67 mineral penting yang berguna buat tubuh. Ke 67 mineral tersebut antara lain, kalsium, zat besi, magnesium, mangan, potasium, silika,dan elemen-elemen trace lainnya. Penggunaan tanah liat untuk kesehatan telah dilakukan oleh Bangsa Indian di pegunungan Andes, Suku asli Meksiko, Suku Aborigin di Australia, dan Suku di Afrika Tengah. Perlu diketahui juga kalau sejak 4.000 tahun yang lalu, orang-orang Indonesia telah memakan tanah liat untuk menghilangkan sakit perut, Buruli Ulcer (mirip seperti Lepra) dan Tuberculosis Mycobacterium (penyakit



yang memakan daging). Kegunaan tanah liat yang lainnya antar lain sebagai berikut: a. Sebagai obat untuk sakit perut, karena tanah liat memiliki zat seperti sponge yang berfungsi menyerap racun di tubuh. b. Sebagai pengurang rasa sakit di luka, hal ini dikarena oleh sifat tanah liat yang adem dan memiliki kandunga Zink dan Zat besi yang membantu penyembuhan luka. c. Sebagai detox tubuh. Tanah liat yang bersifat seperti sponge ini dapat digunakan untuk menyerap racun-racun ditubuh kita seperti bekteri, zat logam berbahaya, dll. d. Untuk kecantikan, tanah liat bermanfaat untuk mengencangkan kulit dan memuluskan kulit Anda jika digunakan sebagai masker atau lulur tubuh.



II.5 Keterdapatan bahan galian industri Clay Lempung yang umum di seluruh dunia. Beberapa daerah, seperti yang diharapkan, menghasilkan jumlah besar jenis tertentu dari lempung. Produsen lempung dunia adalah Amerika Serikat, Meksiko, Brasil, Inggris, Kanada, dan negara-negara lain macam. Amerika Serikat ekspor hampir setengah dari seluruh dunia produksi. Penyebaran lokasi lempung di Indonesia meliputi daerah yang sangat luas seperti di Provinsi Bangka Belitung, Riau dan masih banyak lagi (Tabel 1.). Berbagai jenis lempung dihasilkan dari beberapa daerah tersebut.



Tabel II.1 Peyebaran Lokasi Lempung Di Indonesia



Provinsi



Lokasi



Bangka Belitung



Belinyu, Koba, Toboali, Jebus, Sungailiat, Muntok, Kelapa, Merawang, Pangkalan Baru, Pangkal Balam, Rangkui, Bukit Intan, Koba, Payung, Sungai Selan, Lepar Pongok, Taman Sari, Dendang, Gantung, Kelapa Kampit, Manggar, Membalong, Tanjung Pandan



Riau



Bangun Jaya, Tali Kumain, Daludalu, Kepenuhan Hulu,



Rokan



Timur,



Tibawan,



Sukadamai,



Bantaian, Tanjungpadang, Tanjungmedan, Desa Siarangarang Lampung



Wirabangun, Mekartitama, Sidang Gunung Tiga, Batu Ampar, Panaragan Kampung, Buyut, Desa Sukamarga, Way Maya, Dusun Sukajadi, Desa Lintik, Desa Lemong, Dusun Serarukuh, Desa Luas, Kp Tanjungbaru, Desa Bahu/Baru, S. Giham, Dusun Dangduanan



Bambu



Kuning,



Pekon



Sedayu,



Kecamatan Semaka; Desa Banyuwangi, Desa Panjirejo Sumut



Ilinaa, Lahewa, Hilibasi, Teterosihiram, Lelegohi, Lelehua, Simalungun



Sumsel



Batuampar, Kijang ulu, Talang Pangeran, Teluk Gelam, Bunut, Sepucuk, Gading Rejo, Sidomulyo, Muara Burnai, Tugu Agung



DI Aceh



Bakongan, Trumon, Desa Solok, Desa Sumber Mukti, Desa Mukti Jaya, Desa Singkohor, Desa Singgersing, Desa Namabuaya, Desa Danau Bungara, Desa Amaiting Jaya, Desa Lugu, Desa Dihit



Banten



Luhur Jaya, Cipay, Ciruas, Pabuaran



Papua



Desa Yeruboy, Desa Sosmay, Desa Saukobiye



Kalimantan Barat



Belimbing, Nanga Pinoh, Nanga Ella Hilir, Nanga Sayan, Desa Jelimpo, Desa Tubang, Desa Tebedak, Desa Ambarang, Desa Engkadu, Pedataran Desa Muara Behe, Desa Sidas, Desa Anik, Desa Darit, Desa Keranji Panjang, Desa Sungai Mawang, Desa Meliau Hilir, Desa Subah, Batu Besi, Sei Jotang, Kedakas Binjai, Desa Tanjung, Desa Tanap, Desa



Mobuy,



Tunggul



Boyok,



Desa



Sape,



Desa



Manawai, Desa Balaikarang Satu, Desa Lubuk Sabuk Kalimantan Tengah



Seruyan, Kotawaringin Timur,



Nusa Tenggara Barat



Jereweh, Taliwang



Nusa Tenggara Timur



Desa Padiratana, Mbulur Pangadu



Papua Papua Barat



Sarmi, Foumes, Erewen Kampung Jagiro, Kampung Wasiri, Kampung Kalikodok, Kampung Banjar Ausoi



Maluku Utara



Falabisahaya, Modapuhi, Lala, Batu Buoy, Wailo Wabloi,



Sinavati, Waleman,



Botit,



Waeno



Waelo, Wahanga, Lai Uwin, Kilo Dua, Kotania Pantai,



Taman



Jaya,



Alang



Asaude,



Kawa,



Musihuwei, Sanahu Maluku Sulawesi Barat



Ds. Yaputih, Tehoru Lamaru, Bonde, Segeri, Baurung, Lembang, Taludu, Seleto, Bambu, Salubatu, Taludu, Seleto, Bambu, Salubatu



Sulawesi Selatan



Karampuang, Bonto Sinala Pasir Putih, Tanaeja, Kampala, Biringere, Lamatti Riattang, Manciri, Lebbae, Salewangeng,



Leppangeng, Sampulili,



Langi Bulusirua, Abumpungeng Rawamangun, Desa Terpedo Jaya, Desa Pongkeru, Desa Puncak Indah, Desa Wonorejo, Sumber : Dari berbagai sumber



BAB III PENUTUP



III.1 Kesimpulan a. Genesa mineral lempung secara umum dibagi menjadi empat yaitu terjadi karena proses pelapukan, terjadi karena pengaruh hidrotermal, terjadi akibat devitrivikasi tufa gelas, dan terjadi karena proses pengendapan kimia. b. Eksplorasi c. Metode penambangan clay



menggunakan tambang terbuka metode



quarry. Diawali dengan pembuatan jalan pintas, land clearing, pengupasan top soil, pengupasan over burden, pengambilan bahan galian, pemuatan (loading), sampai dengan pengangkutan (hauling) bahan galian di stockpile. d. Pemanfaatan clay dapat digunakan dalam bidang industri semen, obatobatan, kecantikan, industri keramik, kerajinan gerabah, dan lain sebagainya. e. Keterdapatan clay tersebar di pulau sumatera, jawa, kalimantan, sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua.



DAFTAR PUSTAKA



1. http://putraadventure.blogspot.co.id/2014/03/sistem-penambangan-tambang-



terbuka.html 2. https://ptbudie.wordpress.com/2010/05/31/mineral-lempung/ 3. https://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_liat 4. http://koleksiilmutambang.blogspot.co.id/2015/03/bahan-galian-lempung-



untuk-industri.html