Makalah Depresiasi Dan Penurunan Nilai [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH Akuntansi Keuangan Menengah 1 “Depresiasi Dan Penurunan Nilai”



Disusun oleh : Arnando Prasetya



NIM C1C019084



Dosen pengampu: 1. Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si. 2. Widya Sari Wendry, S.E., M.Si.



AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JAMBI 2020



BAB I PENDAHULUAN Sebagai alat yang dapat mendukung suatu kegiatan perusahaan aktiva tetap biasanya memiliki masa pemakaian yang lama, sehingga bisa diharapkan dapat memberi manfaat bagi perusahaan selama bertahun-tahun. Namun demikian, manfaat yang diberikan aktiva tetap pada umumnya semakin menurun karena aktiva tetap tersebut mengalami penyusutan (depreciation). Penyusutan ini biasanya dicatat pada akhir tahun sebagai laporan keuangan di neraca. Dalam akuntansi aktiva tetap ini akan dibahas tentang metode depresiasi. Semua bentuk aset tetap dikenai penyusutan atau depresiasi kecuali tanah dan lahan,aset tetap merupakan subjek dari depresiasi atau penyusutuan artinyan nilai aktiva tetap selian tanah berkurang seiring dengan realisasi masa umur pemanfaatannya,sampai ketika masa guna itu habis,nilai aktiva yang bersangkutan adalah nol.Secara umum perusahaan dalam menentukan depresiasi biasanya menggunakan metode penetapan nilai penyusutan yang dapat digunakan untuk menghitung nilai penyusutan dari suatu aktiva tetap Semua aset memiliki potensi mengalami penurunan nilai, namun ada yang diatur sendiri dalam standar aset terkait atau diatur umum dalam PSAK 48 tentang Penurunan Nilai. Penurunan nilai atau impairment menjadi bahasa yang semakin populer dalam akuntansi saat PSAK mengadopsi IFRS. Istilah impairment sudah lama dikenal dalam akuntansi khususnya aset tetap. PSAK berbasis IFRS menggunakan istilah penurunan nilai tak hanya untuk aset tetap tetapi juga untuk aset tak berwujud, goodwill, aset keuangan dan investasi.



BAB II PEMBAHASAN 1. DEPRESIASI A. Pengertian Depresiasi Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan penggunaannya. Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaan atas nilai aset dapat terwakili dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Depresiasi adalah biaya non-kas yang berpengaruh terhadap pajak pendapatan. Properti yang dapat didepresiasi harus memenuhi ketentuan berikut: 1. Harus digunakan dalam usaha atau dipertahankan untuk menghasilkan pendapatan. 2. Harus mempunyai umur manfaat tertentu, dan umurnya harus lebih lama dari setahun. 3. Merupakan sesuatu yang digunakan sampai habis, mengalami peluruhan/ kehancuran, usang, atau mengalami pengurangan nilai dari nilai asalnya. 4. Bukan inventaris, persediaan atau stok penjualan, atau properti investasi. Properti yang dapat didepresiasi dikelompokkan menjadi: a. Nyata (tangible): dapat dilihat atau dipegang. Terdiri dari properti personal (personal property) seperti mesin-mesin, kendaraan, peralatan, furnitur dan item-item yang sejenis; dan properti riil (real property) seperti tanah dan segala sesuatu yang dikeluarkan dari atau tumbuh atau berdiri di atas tanah tersebut. b. Tidak nyata (intangible). Properti personal seperti hak cipta, paten atau franchise. Depresiasi merupakan komponen penting dalam analisis ekonomi teknik, karena: 1. Dapat dipergunakan untuk mengetahui nilai suatu asset sesuai dengan waktu. 2. Dapat



dipergunakan



untuk



mengalokasikan



depresiasi



(accounting



depreciation) nilai asset tersebut. Pengalokasian tersebut dipergunakan untuk menjamin bahwa asset yang telah diinvestasikan dapat diperoleh kembali setelah masa layannya selesai. 3. Dengan depresiasi dapat dipergunakan untuk pengurangan pengenaan pajak dengan jalan bahwa asset yang diinvestasikan diperhitungkan sebagai biaya produksi, sehingga hal ini berkaitan dengan pajak.



B. Metode Depresiasi Semua jenis aset tetap, kecuali tanah, akan makin berkurang kemampuannya untuk memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu. Beberapa factor yang mempengaruhi menurunnya kemampuan ini adalah karena pemakaian, keausan, ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta dan ketetinggalan teknologi. Berkurangnya kapasitas berarti berkurangnya nilai aset tetap yang bersangkutan. Hal ini perlu dicatat dan dilaporkan. Pengakuan adanya penurunan nilai aset tetap berwujud disebut penyusutan (depresiasi / depreciation). Penyusutan dapat dihitung tiap-tiap bulan atau ditunda sampai dengan akhir tahun. Terdapat beberapa metode untuk menghitung penyusutan aset tetap berwujud. Ada dua factor yang mempengaruhi besarnya penyusutan, yaitu a)



Nilai aset tetap yang digunakan dalam perhitungan pernyusutan (dasar



penyusutan), dapat berupa harga perolehan atau nilai buku. b)



Taksiran manfaat, mencerminkan besarnya kapasitas / manfaat aset tetap selama



dipakai. Taksiran ini dapat dinyatakan dalam lamanya jangka waktu pemakaian atau kapasitas produksi yang dihasilkan. Untuk menghitung penyusutan, taksiran manfaat dinyatakan dalam tarif penyusutan. Dari uraian di atas, maka secara umum penyusutan aset tetap dapat dihitung dengan rumus: Beban Penyusutan



= Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan



Metode yang lazim digunakan untuk penyusutan asset tetap adalah sebagai berikut: 1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method) Metode garis lurus menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap tahun sepanjang umur manfaat suatu aset tetap. Rumus yang digunakan untuk menghitung biaya penyusutan per tahun dengan metode ini adalah:



2. Metode Unit Produksi (Unit Production Method) Jika tingkat pemanfaatan aset tetap bervariasi dari tahun ke tahun, dan lamanya umur ekonomis berkaitan erat dengan tingkat pemakaian, maka metode unit produksi lebih tepat dipakai daripada metode garis lurus. Karena, metode unit produksi mampu membandingkan lebih baik beban penyusutan dengan pendapatan terkait. Metode Unit Produksi (Unit Production Method) menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama bagi setiap unit yang diproduksi atau setiap unit kapasitas yang digunakan oleh aset. Untuk menerapkan metode ini umur manfaat aset diekspresikan dalam istilah unit kapasitas produktif seperti jam atau mil. Total beban penyusutan untuk setiap periode akuntansi kemudian ditentukan dengan mengalikan penyusutan per unit dengan jumlah unit yang dihasilkan atau digunakan selama periode dimaksud.



3. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method) Metode saldo menurun menghasilkan beban periodic yang terus menurun sepanjang estimasi umur manfaat aset. Untuk menerapkan metode ini, tariff penyusutan garis lurus tahunan terlebih dahulu harus digandakan. Setiap metode ini diterima oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum, manajemen dapat memilih metode yang paling sesuai. Tujuannya adalah memilih metode terbaik untuk menghitung kontribusi asset terhadap pendapatan selama



masa manfaat. Sekali mereka memilih suatu metode, itu harus diterapkan secara konsisten selama masa manfaat asset tersebut. Konsistensi merupakan dasar untuk dapat membandingkan laporan keuangan.



4. Metode Jumlah Angka Tahun Dalam metode ini depresiasi pada periode pertama jumlahnya paling besar dan dan pada periode terakhir depresiasinya paling kecil. Jadi depresiasi setiap periode berkurang sesuai dengan jumlah angka tahun taksiran umur manfaatnya. Jika taksiran umur manfaat n tahun maka cara menghitungnya adalah S = n(n+1)/2 Depresiasi tahun 1 = ( n / S ) x Nilai Terdepresi Depresiasi tahun 2= ( ( n-1 )/ S ) x Nilai Terdepresi Depresiasi tahun 3= ( ( n-2 ) / S ) x Nilai Terdepresi Seterusnya sampai habis taksiran umur manfaatnya. 2. PENURUNAN NILAI A. Pengertian Penurunan Nilai Penurunan nilai dari asset merupakan suatu kondisi di mana nilai tercatat asset (carrying amount) melebihi jumlah terpulihkan (recoverable amount). B. Indikasi Penurunn Nilai Penurunan nilai dari asset merupakan suatu kondisi di mana nilai tercatat asset (carrying amount) melebihi jumlah terpulihkan (recoverable amount). Menurut PSAK 48 (revisi 2009) tentang penurunan asset, pada setiap akhir periode pelaporan, suatu entitas harus menilai apakah terdapat indikasi suatu asset pengalami penurunan nilai. Dalam menilai apakah indikasi bahwa asset mungkin mengalami penurunan nilai, entitas harus mempertimbangkan minimum hal-hal berikut ini. 1. Informasi dari sumber-sumber ekternal, antara lain sebagai berikut. 



Selama periode tersebut, nilai pasar asset telah turun secara signifikan lebih dari yang diharapkan







Perubahan yang signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi, atau lingkup hukum tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat asset dikaryakan, yang berdampak merugikan terhadap entitas.







Suka bunga pasar atau tingkat imbalan pasar dari investasi telah meningkat selama periode tersebut.







Jumlah tercatat asset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.



2. Informasi dari sumber-sumber internal, antara lain sebagai berikut. 



Terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik asset.







Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan segnifikan yang berdampak merugikan sehubungan dengan seberapa jauh, atau cara, suatu asset digunakan atau diharapkan akan digunakan.







Terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi asset lebih buruk, atau akan lebih buruk, dari yang diharapkan.







Untuk suatu investasi dalam entitas anak, antitas asosiasi dan pengendalian bersama entitas yang disajikan dalam laporan keuangan terpisah berdasarkan metode biaya.



3. Entitas juga harus melakukan hal berikut. 



Menguji penurunan nilai asset takterwujud dengan masa manfaat tidak terbatas atau asset takterwujud yang belum dapat digunakan, secara tahunan,







Menguji penurunan nilai goodwill yang diperoleh dalam satu kombinasi bisnis secara tahunan.



C. Nilai Pakai Pertimbangan dalam penghitungan nilai pakai aset: 



Estimasi arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari aset







Ekspektasi mengenai kemungkinan variasi dari jumlah atau waktu arus kas masa depan tersebut







Nilai waktu uang, diwakili oleh suku bunga pasar bebas risiko yang berlaku







Harga untuk menanggung ketidakpastian yang melekat pada aset







Faktor-faktor lain, seperti ilikuiditas, yang akan dipertimbangkan oleh pelaku pasar dalam menilai arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari aset tersebut.



D. Pengukuran Penurunan Nilai Setelah suatu entitas mengevaluasi adanya indikasi penurunan nilai, dan ternyata menemukan adanya indikasi penurunan



nilai maka harus dilakukan



pengujian atas penurunan nilai. Pengujian tersebut dilakukan dengan membandingkan antara jumlah tercatat dari asset dengan jumlah terpulihkannya. Apabila tercatatnya lebih tinggi dari jumlah terpulihkan, maka selisih antara keduanya tersebut diakui sebagai rugi penurunan nilai dan nilai tercatat asset diturunkan menjadi sebesar jumlah terpulihkan tersebut. Apabila tercatat lebih rendah dari jumlah terpulihkan, maka tidak terdapat penurunan nilai. Apabila terdapat indikasi-indikasi penurunan nilai, maka entitas diharuskan membuat estimasi formal jumlah terpulihkannya. Jumlah terpulihkan merupakan jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar asset atau unit penghasil kas dikurangi biaya penjualan dengan nilai pakainya. Nilai wajar dikurangi biaya penjualan adalah jumlah yang dapat dihasilkan dari penjualan suatu asset atau unit penghasilan kas dalam transaksi antara pihak-pihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan, dikurangi biaya pelepasan asset. Nilai ini mencerminkan nilai yang dapat dihasilkan oleh asset tersebut bila asset terjual setelah dikurangi biaya untuk melakukan penjualan. Sedangkan nilai pakai adalah nilai kini dari taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima dari suatu asset atau unit penghasil kas. E. Pengakuan Rugi Penurunan Nilai Rugi penurunan nilai adalah nilai terpulihkan lebih kecil dari nilai tercatat, nilai tercatat asset diturunkan menjadi sebesar nilai terpulihkan. Rugi penurunan nilai asset yang tidak direvaluasi diakui dalam laporan laba rugi komprehensif. Namun demikian, kerugian penurunan nilai atas asset revaluasian diakui dalam pendapatan komprehensif lain, sepanjang kerugian penurunan nilai tidak melebihi jumlah surplus revaluasi untuk asset yang sama. Rugu penurunan nilai atas asset revaluasian mengurangi surplus revaluasi untuk asset tersebut. Ketika jumlah estimasi rugi penurunan nilai lebih besar dari nilai tercatat asset yang terkait, entitas mengakui liabilitas jika, dan hanya jika, hal ini disyaratkan oleh standar akuntansi lainnya. Setelah pengakuan rugi penurunan nilai, beban penyusutan (amortisasi) asset disesuaikan di masa depan untuk mengalokasikan nilai tercatat asset revision, setelah dikurangi nilai sisa (jika ada), secara sisitematis selama sisa manfaatnya.



F. Dasar Estimasi Arus Kas Masa Depan 1. Asumsi yang masuk akal dan didukung oleh fakta atau teori. 2. Anggaran keuangan terbaru dan telah disahkan manajemen 3. Tidak memasukkan komponen arus kas masa depan dari restrukturisasi 4. Penggunaan dasaran kepada anggaran hanya meliputi periode 5 tahun, kecuali jika periode yangg lebih lama dapat dijustifikasi. 5. Periode setelah anggaran menggunakan tingkat pertumbuhan tetap atau menurun, kecuali jika pertumbuhan naik dapat dijustifikasi 6. Tingkat pertumbuhan dalam proyeksi tidak boleh melebihi rata-rata jangka panjang pertumbuhan untuk produk, industri, atau negara tempat entitas beroperasi atau pasar dimana aset digunakan, kecuali jika tingkat yang lebih tinggi dapat dijustifikasi. G. Penurunan Nilai Pada Unit Penghasil Kas Unit Penghasil Kas (UPK) asset adalah kelompok terkecil dari asset yang termasuk asset tersebut dan menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk dari asset atau kelompok asset lain. Jika terdapat indikasi bahwa suatu asset turun nilainya, jumlah terpulihkan diestimasi untuk asset individual. Jika tidak mungkin mengestimasi jumlah terpulihkan asset individual, entitas menentukan nilai terpulihkan dari UPK yang mana asset tercakup (asset dari unit penghasil kas), mengidentifikasi UPK memerlukan pertimbangan tersendiri. Jika jumlah terpulihkan tidak dapat ditentukan untuk asset individual, entitas mengidentifikasi agregasi terendah atas asset yang menghasilkan arus kas masuk yang berdiri sendiri. UPK diidentifikasi secara konsisten dari periode ke periode untuk asset atau jenis asset yang sama, kecuali perubahan dapat dijustifikasi. Jumlah terpulihkan dari UPK adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar unit penghasil kas dikurangi biaya penjualan dengan nilai pakainya. Entitas menggunakan estimasi terbaik manajemen mengenai harga masa depan yang dapat tercapai dalam transaksi wajar dalam mengestimasi: a)Arus kas masa depan dan b)Arus kas keluar masa depan 1. Jumlah tercatat dari UPK Mencakup hanya jumlah tercatat dari aset-aset yang dapat diatribusikan langsung, atau dialoksikan dengan dasar yang layak dan konsisten, ke UPK dan akan menghasilkan arus kas masuk yang digunakan dalam menentukan nilai pakai



unit penghasil kas; dan tidak mencakup jumlah tercatat dari setiap liabilitas yang diakui, kecuali jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas tidak dapat ditentukan tanpa mempertimbangkan liabilitas tersebut. 2. Jumlah terpulihkan dari suatu asset individual tidak dapat ditentukan bahwa: 



Nilai pakai asset tidak dapat diestimasi mendekati nilai wajarnya dikurangi nilai biaya penjualan (contoh, apabila arus kas masa depan dari penggunaan asset); dan







Asset tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen dari kelompok asset lain.



H. Unit Penghasil Kas Rugi Penurunan Nilai diakui untuk UPK jika, dan hanya jika, jumlah terpulihkan dari unit tersebut (kelompok dari unit) < jumlah tercatatnya, dialokasikan untuk mengurangi jumlah tercatat aset dari unit tersebut (kelompok dari unit) dengan urutan, pertama, untuk mengurangi jumlah tercatat atas setiap goodwill yang dialokasikan ke unit penghasil kas (kelompok dari unit); dan selanjutnya, ke aset lain dari unit tersebut dibagi pro rata atas dasar jumlah tercatat setiap aset di dalam unit tersebut (kelompok dari unit). Dalam mengalokasikan rugi penurunan nilai, entitas tidak harus mengurangi jumlah tercatat. Aset dengan jumlah yang tertinggi dari: 



Nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual (jika ditentukan)







Nilai pakainya (jika dapat ditentukan)







Nol



I. Goodwill Untuk tujuan uji penurunan nilai, goodwiil yang diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis harus, sejak tanggal akuisisi, dialokasikan pada unit penghasil kas pihak pengakuisisi, (atau kelompok unit penghasil kas) yang diharapkan memberikan manfaat dari senergi kombinasi. Rugi penurunan nilai dialokasikan untuk menurunkan jumlah tercatat dari asset dengan tahapan sebagai berikut: 



Pertama, menurunkan jumlah tercatat dari goodwill yang telah dialokasikan pada UPK







Kedua, mengalokasikan pada asset lainnya pada UPK secara perorate dari jumlah tercatat pada masing-masing asset dalam UPK.



J. Asset Korporat Asset korporat termasuk asset kelompok atau divisi seperti bangunan kantor pusat atau divisi dari entitas, perlengkapan EDP, atau pusat penelitian, karakteristik khusus asset korporat adalah bahwa asset korporat tidak menghasilkan arus kas masuk secara independen dari asset atau kelompok asset lain dan jumlah tercatatnya tidak sepenuhnya diatribusikan ke unit penghasil kas yang sedang ditelaah. Jika sebagian jumlah tercatat asset korporat, adalah sebagai berikut: 



Dapat dialokasikan dengan dasar yang layak dan konsisten terhadap unit tersebut.







Tidak dapat dialokasikan pada suatu dasar yang layak dan konsisten ke unit itu, entitas harus; (i) membandingkan jumlah tercatat unit, di luar asset korporat, dengan jumlah terpulihkan dan mengakui setiap rugi penurunan nilai; (ii) mengidentifikasi kelompok terkecil dari unit penghasil kas yang mencakup unit penghasil kas yang telaah dan yang sebagian dari jumlah tercatat asset korporat dapat dialokasikan atas dasar yang layak dan konsisten; (iii) membandingkan jumlahtercatat dari kelompok unit penghasil kas tersebut (termasuk bagian dari jumlah tercatat asset korporat yang dialokasikan ke kelompok dari unit tersebut) dengan jumlah terpulihkan dari kelompok unit itu.



 K. Pemulihan Rugi Penurunan Aset Entitas menilai pada akhir setiap periode laporan apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode sebelumnya untuk asset (selain Goodwill, karena untuk Goodwil l tidak diperbolehkan adanya pemulihan rugi penurunan nilai) mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah menurun. entitas mempertimbangkan, minimal, indikasi berikut ini: 



Infomasi yang bersumber dari luar, antara lain: -



Nilai wajar asset telah meningkat secara signifikan selama periode tersebut.



-



Perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan untuk entitas telah terjadi selama periode tersebut.



-



Suku bunga pasar atau tingkat pengembalian investasi pasar yang lain telah turun selama periode itu.







Informasi yang bersumber dari dalam, antara lain: -



Perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan bagi entitas telah terjadi selama periode tersebut, atau diharapkan akan terjadi dalam waktu dekat



-



Bukti tersedia dari pelaporan internal yang mengidikasikan bahwa kinerja ekonomi asset lebih baik atau akan lebih baik dari yang diharapkan.



-



Rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode-periode sebelumnya untuk asset selain Goodwill harus dibalik jika, dan hanya jika terdapat perubahan estimasi yang digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan atas asset tersebut sejak rugi penurunan nilai terakhir diakui. Kenaikan ini merupakan suatu pembalikan rugi penurunan nilai.



-



Pembalikan rugi penurunan nilai untuk suatu unit penghasil kas dialokasikan kepada asset-aset dari unit (kecuali untuk goodwill) prorate dengan jumlah tercatat dari asset-asetnya. Dalam mengalokasikan pembelian rugi penurunan nilai untuk unit penghasil kas, jumlah tercatat asset tidak boleh dinaikan di atas nilai yang terendah dari:



-



Jumlah terpulihkan (jika ditentukan); dan



-



Jumlah tercatat yang telah ditentukan (amortisasi atau depresiasi neto) seandainya tidak ada rugi penurunan nilai yang telah diakui untuk asset tersebut dalam periode sebelumnya.



-



Jumlah pemulihan rugi penurunan nilai yang sebaliknya telah dialokasikan untuk asset tersebut harus dialokasikan prorate ke asset lain dari unit itu, kecuali untuk goodwill.



BAB III KESIMPULAN Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan penggunaannya. Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaan atas nilai aset dapat terwakili dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Terdapat beberapa metode dalam perhitungan depresiasi, sebagai berikut: metode garis lurus, metode pembebanan menurun metode unit produksi. Penurunan nilai akan membuat aset entitas mencerminkan manfaat ekonomi di masa depan dan tidak akan dicatat melebihi potensi manfaat ekonomi yang akan diterima entitas di masa mendatang. Penurunan nilai didasarkan pada konsep konservatif, kehati-hatian dan relevansi informasi.



DAFTAR PUSTAKA http://nisaistiqomah2323.blogspot.com/2012/12/makalah-akuntansi-keuangan.html http://makalahasettetap.blogspot.com/2016/11/