Makalah DHF Word [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Sicha
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHF (DENGUE HAEMORRHAGIC FEFER)



OLEH : NAMA: SISKA WATI NIM: 090STYC 17



YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1 MATARAM 2018



i



KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang peran manajemen risiko dalam patien. Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang peran manajemen risiko dalam pasien ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.



Mataram 7 Juli 2019



ii



DAFTAR ISI COVER……………………………………………………………………………………..i Kata Pengantar……………………………………………………………………………...ii Daftar Isi……………………………………………………………………………………iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1 1.2 Rumusan masalah..............................................................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian………………………………………………………………………………4 2.2 Etiologi…………………………………………………………………………………5 2.3 Patofsiologi……………………………………………………….....………………….5 2.4 Klasifikasi…………………………………………………………………………........8 2.5 Manifestasi Klinis………………………………………………………………………8 2.6 Pemeriksaan Diagnostik………………………………………………………………...9 2.7 Penatalaksanaan Medis…………………………………………………………….........9 2.8 pencegahan………………………………………………………………………….......10 2.9 Komplikasi…………………………………………………………………………........12 2.10Konsep Dasar Asuhan Keperawatan…………………………………………………...13 BAB IV PENUTUP 3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………26 3.2 Saran…………………………………………………………………………………..........26 Daftar Pustaka



iii



iv



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-anak dari orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia dapat menjadi permasalahan besar karena penggunaan definisi yang berbeda oleh beragam negara dan lembaga internasional. (WHO , 2003) . Anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 20 tahun. Sedangkan The Convention on the Rights of the Child mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 18 tahun. ( Department of Child and Adolescent Health and Development , 2006) Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri; akan tetapi bias dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya. Dalam hal ini kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral dan spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka kita meguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori sampai kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkan. Penanggulangan demam berdarah secara umum di tujukan pada pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya



(vektornya) yaitu nyamuk Aedes



Aegypty dengan memberantas sarang perkembangbiakannya yang umunya ada di air bersih yang tergenang di permukaan tanah maupun di tempat-tempat penampungan air, melakukan program 3M ( menutup, menguras, mengubur) (WHO 2004). Dari data yang diperoleh, kasus DBD di dki jakarta menurun selama tiga tahun terakhir, secara signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyebutkan, penurunan terjadi hingga tiga tahun terakhir. Pada tahun 2007, jumlah kasus DBD mencapai 31.836 kasus. Jumlah itu mengalami penurunan di tahun 2008 yang hanya mencapai 28.361 kasus. Pada 2009 penurunannya sangat signifikan hanya menyisakan 18.835 kasus. Di tahun 2010, jumlah kasus DBD kian menyusut menjadi 12.639 kasus. 1



Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan, jumlah kasus DBD di DKI sebesar 18.006 kasus, dengan tingkat kejadian rata-rata (incidence rate/IR) sebesar 202,4 per 100.000 penduduk. Angka tersebut jauh di atas target nasional, yaitu 150 per 100.000 penduduk. Untuk tahun 2011 hingga bulan Mei kasus DBD tercatat sebanyak 3.603 kasus. Dengan rincian Jakarta Timur 941 kasus, Jakarta Selatan 720 kasus, Jakarta Barat 661 kasus, Jakarta Utara 961 kasus, Jakarta Pusat 314 kasus, dan Kepulauan Seribu 6 kasus. Peran perawat untuk mengatasi penyakit DBD dengan cara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi penyuluhan kesehatan tentang penyakit DBD dan penanggulangannya, preventif yaitu untuk mencegah terjadinya DBD dengan cara merubah kebiasaan hidup sehari-hari melalui tidak menggantung pakaian yang sudah di pakai, menjaga kebersihan lingkungan dan penampungan air, kuratif yaitu untuk memenuhi cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan, serta mengkonsumsi minuman yang dapat meningkatkan trombosit seperti jus kurma dll. Dari aspek rehabilitatif perawat berperan memulihkan kondisi klien dan menganjurkan klien untuk kontrol kembali kerumah sakit bila keluhan timbul kembali. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik memilih judul “Asuhan Keperawatan Anak Dengan DHF”. 1.2 Rumusan masalah 1. Apa saja Difinisi DHF? 2. Apa saja Etiologi DHF? 3. Apa saja patofisiologi DHF? 4. Apa saja klasifikasi DHF? 5. Apa saja manifestasi klinis DHF? 6. Apa saja pemeriksaan diagnostik DHF? 7. Apa saja pencegahan dan pemberantasan DHF? 8. Apa saja penatalaksanaan DHF? 9. Apa saja teori asuhan keperawatan DHF? 10. Bagaimana asuhan keperewatan pada pasien DHF? 1.3 Tujuan penulisan 1. Tujuan Umum 2



Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Anak dengan DHF 2. Tujuan Khusus 1) Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian DHF. 2) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi DHF. 3) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi DHF. 4) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi DHF. 5) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis. 6) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik. 7) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pencegahan dan pemberantasan DHF. 8) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan DHF. 9) Mahasiswa dapat menjelaskan teori asuhan keperawatan DHF 10) Mahasiswa dapat memahmi dalam melakukan asuhan keperawatan DHF



3



BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1



KONSEP DASAR DHF



1. DEFINISI Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419). Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah, 1995 ; 341). Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan tipe I – IV dengan infestasi klinis dengan 5 – 7 hari disertai gejala perdarahan dan jika timbul tengatan angka kematiannya cukup tinggi (UPF IKA, 1994 ; 201) Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam yang berlangsung akut menyerang baik orang dewasa maupun anak – anak tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak – anak berusia di bawah 15 tahun disertai dengan perdarahan dan dapat menimbulkan syok yang disebabkan virus dengue dan penularan melalui gigitan nyamuk Aedes. (Soedarto, 1990 ; 36). Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari pertama (Soeparman; 1987; 16). Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.



4



2.2



Etiologi 1. Virus dengue Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36). Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah menurut (Nursalam ,2008) adalah : 1.



Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih



2.



Hidup didalam dan sekitar rumah



3.



Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari



4.



Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar



5.



Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah seperti bak mandi, tempayan vas bunga.



2.3



Patofisiologi Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dimana



virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah viremia (virus masuk ke dalam aliran darah). Kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody yang tinggi akibatnya terjadilah peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena reaksi imunologik. Virus yang masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebabkan peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau terjadi vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia) dan factor koagulasi merupakan factor terjadi perdarahan hebat. Keadaan ini mengkibatkan plasma merembes (kebocoran plasma) keluar dari pembuluh darah sehingga darah mengental, aliran darah menjadi lambat sehingga organ tubuh tidak cukup mendapatkan darah dan terjadi hipoksia jaringan.



5



Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia dan asidosis jaringan yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila kerusakan jaringan semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi organ vital seperti jantung, paru-paru sehingga mengakibatkan hipotensi , hemokonsentrasi , hipoproteinemia, efusi pleura, syok dan dapat mengakibatkan kematian. Jika virus masuk ke dalam sistem gastrointestinal maka tidak jarang klien mengeluh mual, muntah dan anoreksia. Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu sistem kerja hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi lemak. Namun, karena hati terserang virus dengue maka hati tidak dapat memecahkan asam lemak tersebut menjadi bahan keton, sehingga menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi abdomen. Bila virus bereaksi dengan antbody maka mengaktivasi sistem koplemen atau melepaskan histamine dan merupakan mediator factor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah atau terjadinya demam dimana dapat terjadi DHF dengan derajat I,II,III, dan IV.



6



 WOC DHF DHF/DBD  Perjalanan penyakit (Nursalam, 2008)



Demam



viremia



Sakit kepala



mual



Nyeri otot petekhie



Pembesaran kelenjargetah bening



Pembesaran limfa



trombositopenia



Hepato megali



hiperemia



(splenomegali)



Reaksi



Vaskulitis



imunologis



Permeabilitas vaskular meningkat (dinding kapiler) Kebocoran plasma



Hemokonsentrasi (peningkatan HCT >20 %), Hipoproteinemia, Hiponatremia dan Efusi serosa.



Syok



Peningkatan reabsorbsi air dan Na



hipovolume



oleh ginjal dan penurunan eksresi



Hipoksia



Na urine serta peningkatan



jaringan



osmolalitas DIC



Asidosis metabolik



perdarahan



7



2.4



Klasifikasi Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai berikut:



1.



Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.



2.



Derajat II : Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan lain.



3.



Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.



4.



Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak dapat diukur.



2.5 Manifestasiklinis



1. Demam Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya. (Soedarto, 1990 ; 39). 2. Perdarahan Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 jdari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. ( Soedarto, 1990 ; 39). Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis. (Nelson, 1993 ; 296). Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat. (Ngastiyah, 1995 ; 349). 3. Hepatomegali Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba 8



kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita . (Soederita, 1995 ; 39). 4. Renjatan (Syok) Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk. (soedarto ; 39). Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain 1.



Demam tinggi selama 5 – 7 hari



2.



Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.



3.



Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.



4.



Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.



5.



Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.



6.



Sakit kepala.



7.



Pembengkakan sekitar mata.



8.



Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.



9.



Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).



2.6 1.



Pemeriksaan diagnostik Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih), trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)



2.



Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test).



3.



Rontgen thoraks : effusi pleura



2.7



Pencegahan dan pemberantasan Pemberantasan Dengue Haemoragic Fever (DHF) seperti juga penyakit menular laibn



didasarkan atas pemutusan rantai penularan, terdiri dari virus, aedes dan manusia. Karena sampai saat ini belum terdapat vaksin yang efektif terdapat virus itu maka pemberantasan ditujukan pada manusia terutama pada vektornya. (Soemarmo, 1998 ; 56) Prinsip tepat dalam pencegahan DHF (Sumarmo, 1998 ; 57) 1) manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan 9



melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS 2) memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia. 3) Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu sekolah dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya. 4) Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi Menurut Rezeki S, 1998 : 22, Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) ini yang paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan ditempat perindukannya dengan melakukan “3M” yaitu 1) Menguras tempat – tampet penampungan air secara teratur sekurang – kurangnya sxeminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya 2) Menutup rapat – rapat tempat penampung air dan 3) Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat menampung air hujan seperti  dilanjutkan di baliknya. 2.8



Penatalaksanaan medis (Narusalam, 2008) 1. Terapi a. DHF tanpa rejatan Pada pasien dengan demam tinggi , anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus, beri pasien minum 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu dan bila mau lebih baik diberikan oralit. Apabila hiperpireksia diberikan obat anti piretik dan kompres air biasa.Jika terjadi kejang, beri luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal diberikan dengan dosis anak umur kurang dari 1 tahun 50 mg/ IM , anak lebih dari 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3mg / kg BB. Anak diatas satu tahun diberikan 50 mg dan dibawah satu tahun diberikan 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital. Infus diberikan pada pasien tanpa ranjatan apabila pasien terus menerus muntah , tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan hematocrit yang cenderung meningkat.



10



b. Pasien yang mengalami rajatan (syok) harus segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon maka dapat diberikan plasma atau plasma akspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kg BB. Pada pasien rajatan berat pemberian infus diguyur dengan cara membuka klem infus tetapi biasanya vena-vena telah kolaps sehingga kecepatan tetesan tidak mencapai yang diharapkan, maka untuk mengatasinya dimasukkan cairan secara paksa dengan spuit dimasukkan cairan sebanyak 200 ml, lalu diguyur. 2. Tindakan Medis yang bertujuan untuk pengobatan Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan muntah. Jenis minuman yang diajurkan adalah jus buah, the manis, sirup, susu, serta larutan oralit. Apabila cairan oralit tidak dapat dipertahankan maka cairan IV perlu diberikan. Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan dextrose 5% di dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila terdapat asidosis dianjurkan pemberian NaCl 0,9 % +dextrose ¾ bagian natrium bikarbonat. Kebutuhan cairan diberikan 200 ml/kg BB , diberikan secepat mungkin dalam waktu 1-2 jam dan pada jam berikutnya harus sesuai dengan tanda vital, jadar hematocrit, dan jumlah volume urine. Untuk menurunkan suhu tubuh menjadi kurang dari 39°C perlu diberikan anti piretik seperti paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari. Apabila pasien tampak gelisah, dapat diberkan sedative untuk menenangkan pasien seperti kloral hidrat yang diberikan peroral/ perektal dengan dosis 12,5-50 mg/kg BB (tidak melebihi 1 gram) . Pemberian antibiotic yang berguna dalam mencegah infeksi seperti Kalmoxcilin, Ampisilin, sesuai dengan dosis yang ditemukan. Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua pasien syok.Tranfusi darah dapat diberikan pada penderita yang mempunyai keadaan perdarahan nyata, dimaksudkan untuk menaikkan konsentrasi sel darah merah.Hal yang diperlukan yaitu memantau tanda-tanda vital yang harus dicatat selama 15 sampai 30 menit atau lebih sering dan disertai pencatatan jumlah dan frekuensi diuresis. 11



2.9



Komplikasi



Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut ( Hidayat Alimul , 2008) diantaranya: 1. Ensepalopati Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke otak. 2. Syok (renjatan) Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi syok hipovolemik. 3. Efusi Pleura Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan tanda pasien akan mengalami distress pernafasan. 4. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.



12



2.10 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF A. Pengkajian 1. Identitas pasien Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun) , jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua. a. Umur: DHF merupakan penyakit daerah tropik yang sering menyebabkan kematian pada anak, remaja dan dewasa ( Effendy, 1995 ). b. Jenis kelamin : secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada penderita DHF. Tetapi kematian lebih sering ditemukan pada anak perempuan daripada anak laki-laki. c. Tempat tinggal : penyakit ini semula hanya ditemukan di beberapa kota besar saja, kemudian menyebar kehampir seluruh kota besar di Indonesia, bahkan sampai di pedesaan dengan jumlah penduduk yang padat dan dalam waktu relatif singkat. 2. Keluhan utama Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah 3. Riwayat penyakit sekarang Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam kesadaran composmetis.Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kult , gusi (grade III. IV) , melena atau hematemesis. 4. Riwayat penyakit yang pernah diderita Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain. 5. Riwayat Kesehatan Keluarga



13



Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga yang lain (yang tinggal didalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah yang berdekatan) sangat menentukan karena ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty. 6. Kondisi Lingkungan Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih ( seperti air yang menggenang atau gantungan baju dikamar) 7. Pola Kebiasaan a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantanganm nafsu makan berkurang dan menurun, b. Eliminasi alvi (buang air besar) : kadang-kadang anak yang mengalami diare atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV sering terjadi hematuria. c. Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang. d. Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aedypty. e. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menajga kesehatan. 8. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah sebagai berikut : a. Grade I



: kesadaran composmetis , keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan



andi elmah. b. Grade II



: kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada perdarahan



spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur c. Grade III



: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil



dan tidak teratur, serta takanan darah menurun. d. Grade IV



: kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tekanan darah



tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin. berkeringat dan kulit tampak biru. 14



9. Sistem Integumen a. Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncl keringat dingin, dan lembab b. Kuku sianosis atau tidak c. Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy). mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epitaksis) pada grade II,III. IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering , terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan ditelinga (pada grade II,III,IV). d. Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto thorak terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales +, ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV. e. Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly) dan asites f. Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang. 10. Pemeriksaan laboratorium Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai : a. HB dan PVC meningkat (≥20%) b. Trombositopenia (≤ 100.000/ ml) c. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis) d. Ig. D dengue positif e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia f. Ureum dan pH darah mungkin meningkat g. Asidosis metabolic : pCO2