Makalah Diabetes [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1.



TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH 1. Mengetahui sejarah penamaan penyakit Diabetes. 2. Mengetahui beberapa obat kimia untuk penyakit Diabetes. 3. Mengetahui beberapa obat tradisional untuk penyakit Diabetes. 4. Mengetahui beberapa alternatif lain untuk membantu penyembuhan penyakit Diabetes.



1.2.



LATAR BELAKANG Diabetes adalah jenis penyakit yang sampai saat ini masih belum



dapat diatasi secara sempurna, hal teersebut menjadi penyebab dominan kematian manusia. Efek kurangnya suplai insulin dalam cairan darah menjadi masalah utama pada penderita diabetes. Dalam kasus diabetes, sel beta yang ada di pankreas sebagai generator insulin tidak dapat dipacu untuk memproduksi insulin sesuai kebutuhan sehingga kelebihan kandungan gula di dalam cairan darah menjadi tidak terkendali. Makalah yang telah disusun ini membahas mulai dari sejarah penamaan penyakit diabetes, obat antidiabetika, berbagai jenis obat antidiabetika beserta efek sampingnya terhadap tubuh.



1



BAB II PEMBAHASAN



2.1.



SEJARAH PENAMAAN DIABETES



Diabetes. Istilah ini diciptakan oleh Aretaeus dari Kapadokia. Yang berasal dari bahasa Yunani διαβαίνειν yang artinya “diabaínein”. Diabaínein adalah gabungan dari kata “dia” yang artinya “di, terpisah” dan “bainein” yang artinya “berjalan, berdiri” Jadi kata diabeinein berarti "berjalan atau berdiri dengan kaki terbelah.” Maka, turunannya “diabetes” berarti "suatu yang mengangkangi atau menyedot. Arti “menyedot” digunakan diabetes sebagai sebutan untuk penyakit yang melibatkan pembuangan urin berlebihan. Pertama kali diabetes tercatat dalam bahasa Inggris dengan kata diabete, yang ditulis dalam sebuah teks medis sekitar tahun 1425. Kemudian pada tahun 1675 seseorang yang bernama Thomas Willis menambahkan kata “mellitus” yang berasal dari bahasa Latin yang artinya “madu”. Sebuah referensi untuk rasa manis dari urin. Rasanya memang manis karena telah dibuktikan dari urin orang Yunani Kuno, Cina, Mesir, India, dan Persia. Pada tahun 1776, Matius Dobson menegaskan bahwa rasa manis tersebut disebabkan oleh karena kelebihan jenis gula dalam urin dan darah penderita diabetes. Diabetes mellitus tampaknya telah menjadi hukuman mati pada zaman era kuno saat itu. Hippocrates tidak berkomentar tentang hal itu, ia malah merasa bahwa penyakit itu tidak dapat disembuhkan. Aretaeus sendiri berusaha untuk mengobati penyakit tersebut namun tidak bisa memberikan prognosis yang baik, ia berkomentar bahwa “hidup (dengan diabetes) pendek, menjijikkan dan menyakitkan”.



2



Sushruta



(6



abad



SM)



mengidentifikasi



diabetes



dan



mengklasifikasikannya sebagai “Medhumeha”. Ia menguji diabetes pada suku Indian kuno dengan mengamati apakah semut tertarik pada urin seseorang dari mereka, yang dimaksud dengan Madhumeha ini adalah penyakit kencing manis. Korea, Cina, dan Jepang juga mengambil kata diabetes didasarkan pada ideografi yang sama yaitu “penyakit kencing manis.” Di Persia pada abad pertengahan, Ibnu Sina (980-1037) memberikan keterangan rinci tentang diabetes mellitus yang disebut dengan “The Canon of Medicine”. Keterangan rincinya menggambarkan tentang nafsu makan abnormal dan runtuhnya fungsi seksual, dan ia juga mendokumentasikan rasa manis dari urin diabetes. Seperti Aretaeus sebelumnya, Ibnu Sina mengakui diabetes terbagi menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Ia juga menjelaskan tentang diabetes insipidus yang diobati dengan menggunakan campuran lupin, trigonella (fenugreek), dan biji zedoary, yang menghasilkan cukup pengurangan ekskresi gula. Ini adalah pengobatan yang masih diresepkan di zaman modern. Ibnu Sina juga menjelaskan diabetes insipidus sangat sama dengan



diabetes



mellitus



untuk



pertama



kalinya.



Meskipun



begitu,kemudian Johann Peter Frank (1745-1821) berhasil membedakan antara diabetes melitus dengan diabetes insipidus. Meskipun diabetes telah dikenal sejak jaman dahulu dengan perawatan dan pengobatan yang baik, patogenesis diabetes yang telah dikenal diberbagai daerah sejak abad pertengahan, hanya dipahami sebagai eksperimental sejak sekitar tahun 1900. Penemuan peran pankreas pada diabetes umumnya dianggap berasal dari Joseph von Mering dan Oskar Minkowski, yang pada tahun 1889 menemukan bahwa anjing yang pankreasnya telah dihilangkan, ditemukan tanda-tanda dan gejala diabetes



3



dan meninggal tak lama sesudah itu. Ini disebabkan oleh karena pankreas pada anjing tersebut tidak lagi menghasilkan insulin. Pada tahun 1910 seseorang yang bernama Edward Albert SharpeySchafer menyarankan bahwa orang yang terkena diabetes berarti kekurangan jumlah kimia tunggal yang biasanya diproduksi oleh pankreas dalam tubuhnya dan ia menyebutkan nama dari substansi ini adalah “insulin”, yang berasal dari bahasa Latin yaitu “insula”. Peran endokrin dari pankreas dalam metabolisme, memang terdapat adanya insulin, tetapi tidak diperjelas sampai pada tahun 1921, ketika Sir Frederick Banting dan Charles Hibah Herbert Terbaik mengulangi pekerjaan Von Mering dan Minkowski dengan meneliti seekor anjing untuk menunjukkan bahwa mereka bisa membalikkan diinduksi diabetes pada anjing dengan memberikan sebuah ekstrak di pulau Langerhans pankreas anjing sehat. Banting, Best dan rekannya Collip memurnikan hormon insulin dari pankreas sapi di University of



Toronto. Hal ini menjadi ketersediaan



pengobatan yang efektif yang disebut dengan suntikan insulin, pasien pertama yang disuntikan insulin ini dirawat pada tahun 1922. Banting dan direktur laboratorium MacLeod pun menerima Hadiah Nobel dalam Fisiologi obat pada tahun 1923, keduanya membagikan hadiah uang mereka pada Collip yang membantu pekerjaan mereka. Banting dan Best mempatenkan ketersediaan insulin ini tanpa biaya dan tidak mengendalikan produksinya pada komersial. Produksi insulin dan terapi ini cepat menyebar ke seluruh dunia, akibat dari keputusan ini. Oleh karena itu Banting dihormati dengan Hari Diabetes Sedunia yang diselenggarakan tepat pada hari ulang tahunnya tanggal 14 November.



4



Diabetes dibedakan menjadi 2 tipe yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2, contohnya diabetes tipe 1 yang dijelaskan oleh Sir Harold Percival (Harry) Himsworth yang diterbitkan pada Januari 1936, diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas.



Diabetes tipe 2 merupakan tipe diabetes yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin. Meskipun ada ketersediaan dalam pengobatan, diabetes tetap menjadi penyebab utama kematian.



2.2.



OBAT KIMIA UNTUK DIABETES Obat kimia memang tidak begitu relatif dalam mengatasi penyakit



diabetes. Masih banyak efek samping yang ditemukan ketika telah mengonsumsi obat-obat kimia. Setidaknya untuk mengurangi rasa sakit, meskipun masih memakai aturan pemakaian agar tidak menyebabkan timbulnya penyakit lain akibat mengonsumsi obat-obat kimia. Dalam Bab ini akan dibicarakan tentang bermacam-macam tablet oral untuk menurunkan glukosa darah. Obat tablet ini disebut sebagai Oral Anti Diabetes (OAD) atau Oral Hypoglycemic Agents (OHA). Hingga kini dikenal ada lima macam OAD yang dipasarkan, tiap macam OAD mempunyai susunan kimia yang berbeda dan cara menurunkan glukosa yang berlainan. Ada yang merangsang pankreas untuk memproduksi insulin lebih banyak, yang lain bekerja mengurangi resistensi terhadap insulin,



5



sedangkan yang lainnya menghambat penyerapan karbohidrat dari usus. Pasien diabetes tipe 2, pada permulaan pengobatan biasanya memakai satu jenis OAD, namun untuk lebih efektif menurunkan glukosa darah, kadang diperlukan lebih dari satu macam OAD.



Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal ssebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan system metabolism dalam tubuh, dimana organ pancreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pancreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk memproses karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energy yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah. Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 – 180 mg/dL dan air seni (urin) penderita kencing manis yang mengandung gula (glukosa), sehingga urin sering dikerubuti semut. Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala di bawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita : 1. Jumlah urin yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria). 2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia). 3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia). 4. Frekuensi urin meningkat/ kencing terus (Glycosuria). 5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya.



6



6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan dan kaki. 7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu. 8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba. 9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya. 10. Mudah trekena infeksi terutama pada kulit.



Kondisi agar gula yang drastic menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kemcing manis. Tipe penyakit Diabetes Mellitus ada 2 jenis yaitu : 1.



Diabetes Mellitus tipe 1 Diabetes Mellitus tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada



insulin dimana tubuh kekurangan hormon insulin, dikenal dengan istilah Insulin Dipendent Diabetes Mellitus (IDDM). Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pancreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja. Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat diobati denga pemberian terapi insulin yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan factor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita diabetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada anak-anak dan balita yang



7



mana mereka sangat mudah mengalami dehidrassi, sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit. 2.



Diabetes Mellitus tipe 2 Diabetes Mellitus tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh



tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah NonInsulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Ada beberapa teori yang menutarakan sebab terjadinya resistensi terhadap insulin, diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet belum maksimal respon penanganan



level



gula



dalam



darah,



maka



obat



suntik



mulai



dipertimbangkan untuk diberikan. Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 – 150 mg/dL {millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)} atau 4 – 8 mmol/L {milligrams/deciliter (satuan unit United State)}. Dimana 1 mmol/L = 18 mg/dL. Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangunn tidur. Seseorang dikatakan mengalami hypoglikemia adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal. Diagnosa diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapi level 126 mg/dL atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dL. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara random dapat membantu diagnose diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila diatas 200 mg/dL.



8



2.2.1. Sulfonilurea Sulfonylurea adalah tablet OAD (Oral Anti Diabetes) yang paling banyak dikenal dalam puluhan tahun terakhir ini. Sulfonylurea



untuk



menurunkan glukosa darah, obat ini merangsang sel beta dari pankreas untuk memproduksi lebih banyak insulin. Jadi syarat pemakaian obat ini adalah apabila pankreas masih baik untuk membentuk insulin, obat ini hanya bisa dipakai pada diabetes tipe 2. Kebanyakan pasien diabetes mengenal obat golongan sulfonylurea ini, dengan nama Chlorpropamide dan Glibenclamide atau Glyburide. Saat ini yang paling banyak dipakai adalah



Glimepiride,



Glibenclamide, dan Glipizide. Pemberian obat sulfonylurea biasanya 15 sampai 30 menit sebelum makan. Glibenclamide adalah OAD (Oral Anti Diabetes) yang cukup kuat menurunkan glukosa darah, pada dosis yang tinggi dapat menyebabkan hipoglikemia (kekurangan glukosa darah). Obat ini dipasaran dikenal dengan nama dagang Daonil atau Euglucon, masih ada lagi buatan lokal, seperti Glimel, Renabetic, Prodiamel, atau yang generik Glibenclamide buatan Indonesia. Glimepiride diberikan satu kali sehari, yang ada di pasaran bisa 1 mg, 2 mg, 3 mg, atau 4 mg. Obat ini aman bagi penderita dengan komplikasi ginjal, karena tidak mengganggu absorpsi maupun kerja obat. Obat orisinal adalah Amaryl, yang buatan lokal antara lain Metrix, Gluvas, Amadiab, atau Glamarol. Glipizide relatif lebih ringan dan lebih jarang menimbulkan hipoglikemia (kekuranagn glukosa darah), tinggal dalam peredaran darah hanya beberapa jam, kecuali yang tipe XL, beredar dalam darah sampai 24 jam. Contoh yang orisinal adalah Minidiab, Glucotrol dan Glucotrol XL ada dalam bentuk sediaan 5mg atau 10 mg. Sulfonylurea bisa menyebabkan hipoglikemia (kekurangan glukosa darah), terutama bila dipakai dalam 3 - 4 bulan pertama pengobatan akibat 9



perubahan diet dan pasien mulai sadar berolahraga serta minum obat. Apabila ada gangguan fungsi ginjal atau hati, dosis perlu diperhatikan karena lebih mudah timbul hipoglikemia. Namun secara umum obat ini baik untuk menurunkan glukosa darah.



Yang harus diperhatikan dari obat sulfonylurea ini adalah semua usaha menurunkan glukosa darah diluar obat seperti olahraga lebih dari biasanya, tidak makan atau makan terlalu sedikit, apabila dilakukan bersamaan



dengan



minum



sulfonylurea,



mudah



menyebabkan



hipoglikemia. 2.2.2. Biguanid Obat Biguanid memperbaiki kerja insulin dalam tubuh dengan cara mengurangi resistensi insulin. Pada diabetes tipe 2, terjadi pembentukan glukosa oleh hati yang melebihi normal. Biguanid menghambat proses ini, sehingga kebutuhan insulin untuk mengangkut glukosa dari darah masuk ke sel berkurang, dan glukosa darah menjadi turun. Karena cara kerja yang demikian, obat ini jarang sekali menyebabkan hipoglikemia. Satu-satunya biguanid yang beredar di pasaran adalah



Metformin, contohnya



Glucophage, masih ada lagi produk lokal misalnya Diabex, Glumin, Glucotika, Formell, Eraphage, Gludepatic, dan Zumamet. Metformin pertama digambarkan dalam literatur ilmiah pada tahun 1922, oleh Emil Werner dan James Bell, sebagai produk dalam sintesis N-dimethylguanidine.



Pada tahun 1950 dokter Philippine terkemuka, Eusebio Y. Garcia, metformin (dia menamakannya “Fluamine”) digunakan untuk mengobati influenza. Ia mencatat bahwa obat “menurunkan gula darah untuk batas minimum fisiologis” pada pasien yang dirawat dan tidak beracun.



10



Garcia juga dipercaya metformin memiliki tindakan bakteriostatik, antivirus, antimalarial, antipiretik dan analgesik. Dalam serangkaian artikel pada tahun 1954, Polandia farmakolog Janusz Supniewski mampu untuk mengkonfirmasi sebagian besar dari efek ini, termasuk menurunkan gula darah. Ia melakukannya namun, mengamati beberapa efek pada manusia. Sementara pelatihan di rumah sakit Pitié, diabetologist Perancis Jean Sterne mempelajari sifat-sifat antihyperglycemic galegine, alkaloid terisolasi dari Galega



officinalis, yang berkaitan dalam struktur metformin dan telah melihat penggunaan singkat sebagai antidiabetic sebelum synthalins dikembangkan. Kemudian, ia bekerja di Laboratoires Aron di Paris, ia diminta oleh Garcia laporan untuk investigasi gula darah yang menurunkan kegiatan metformin dan beberapa Biguanid berdimensi. Sterne adalah orang yang pertama mencoba metformin pada manusia untuk pengobatan diabetes. Ia menciptakan nama “Glucophage” (glukosa eater) untuk obat dan menerbitkan hasilnya pada tahun 1957. Metformin disetujui di Kanada pada tahun 1972, tetapi tidak menerima persetujuan oleh US Food and Drug Administration (FDA) untuk diabetes tipe 2 sampai tahun 1994. Diproduksi di bawah lisensi oleh Bristol-Myers Squibb, Glucophage adalah merek perumusan pertama metformin dipasarkan di Amerika Serikat, yang dimulai pada tanggal 3 Maret 1995. Formulasi generik sekarang tersedia di beberapa negara, dan metformin diyakini telah menjadi anti-diabetes paling ditentukan di dunia. Karena kontrol glukosa yang intensif dengan metformin muncul untuk mengurangi risiko Endpoint yang berkaitan dengan diabetes pada pasien diabetes kelebihan berat badan, dan berhubungan dengan berat badan kurang dan lebih sedikit serangan hypoglycaemic daripada insulin dan sulphonylureas. Selama 10 tahun perawatan, kelompok metformin memperoleh sekitar 1 kg, sama seperti kelompok nasihat diet, sementara kelompok



11



sulfonylureas memperoleh 3 kg, dan kelompok insulin, 6 kg. Seperti metformin



affords



tingkat



pengendalian



gula



darah



insulin



dan



sulfonylureas yang sama, tampaknya untuk mengurangi kematian terutama melalui menurun serangan jantung, stroke dan komplikasi kardiovaskular lainnya. Metformin memiliki resiko yang lebih rendah dari hipoglikemia dari sulfonylureas, Metformin juga tidak dikaitkan dengan berat badan, dan sopan mengurangi tingkat LDL dan trigliserida. Obat ini biasanya diminum dua sampai tiga kali sehari sesudah makan. Ada kemasan Glucophage XR yang bekerja 24 jam, diminum sekali sehari yaitu Gliquidone, Gliclazide, Glipizide, dan Glimepiride. Biguanid biasanya jarang memberikan efek samping. Tetapi pada beberapa orang bisa timbul keluhan terutama pada saluran cerna, misalnya: Gangguan pengecapan, nafsu makan menurun, mual, dan muntah. Obat untuk Diabetes biasanya dapat menyebabkan kembung, nyeri perut, dan diare. Pada beberapa penderita, dilaporkan bisa menimbulkan ruam atau bintik-bintik di kulit. Efek samping tersebut biasanya timbul pada beberapa minggu pertama penggunaan obat, yang akan berangsur berkurang. Untuk menghindari efek samping ini, dianjurkan minum obat bersama atau sesudah makan, dan dimulai dari dosis kecil yang kemudian dosis ditingkatkan. Bila dikombinasikan dengan obat lain, misalnya sulfonylurea, meglitinide, atau insulin, obat biguanid bisa menimbulkan hipoglikemia. Yang Harus Diperhatikan adalah berhati-hati jangan minum alkohol, bila alkohol dan biguanides diminum bersama, bisa terjadi penimbunan obat dalam tubuh dan timbul lactic acidosis, keadaan ini bisa berbahaya, dengan keluhan rasa capai, nyeri otot, sukar bernafas, nyeri perut, pusing, mengantuk, sampai gangguan kesadaran. Keluhan perut akibat obat biguanid bisa diatasi dengan obat simetidin atau obat perut lain untuk mengatasi keluhan mual, muntah, kembung, dan diare. Bila terjadi lactic acidosis (meskipun jarang), harus 12



menghentikan obat biguanid, dan dokter perlu memberi suntikan iv dye (obat kontras yang biasanya digunakan untuk pemeriksaan radiologi).



2.2.3. Alpha Glikosidase Obat golongan ini bekerja di usus, menghambat enzim di saluran cerna, sehingga pemecahan karbohidrat menjadi glukosa atau pencernaan karbohidrat di usus menjadi berkurang. Hasil akhir dari pemakaian obat ini adalah penyerapan glukosa ke darah menjadi lambat, dan glukosa darah sesudah makan tidak cepat naik.Termasuk obat golongan ini kita kenal dengan Acarbose dan Miglitol. Acarbose ada di pasaran dengan nama Glucobay, dalam kemasan 50 mg dan 100 mg diminum bersamaan dengan makanan, ditujukan terutama untuk mengatasi kenaikan glukosa darah sesudah makan. Efek samping obat ini umumnya aman dan efektif namun ada efek samping yang kadang mengganggu, yaitu perut kembung, terasa banyak gas sehingga banyak mengeluarkan gas, bahkan diare. Keluhan ini biasanya timbul pada awal pemakaian obat yang kemudian berangsur bisa berkurang. Bila diminum bersama dengan suntikan insulin atau tablet sulfonylurea, kadang bisa menyebabkan hipoglikemia. Apabila efek samping ini terjadi, maka dianjurkan minum susu atau suntik glukosa, karena makanan gula atau buah manis akan dihambat penyerapannya



oleh



acarbose.



Yang



harus



diperhatikan



dalam



mengonsumsi obat ini adalah karena kerap timbul keluhan perut, maka acarbose jangan diberikan pada keadaan Irritable bowel syndrome, radang usus kronis, ulcerative colitis atau Crohn’s disease, gangguan penyerapan usus yang kronis, dan chronic malabsorption disorder. Dosis yang tinggi dari acarbose dapat menggangu fungsi hati, tetapi 13



bila dosis obat diturunkan atau dihentikan maka hati akan pulih (reversible).



2.2.4. Meglitinid Obat ini secara susunan kimiawi berbeda dengan sulfonylurea, namun cara kerjanya sama. Obat ini menyebabkan pelepasan insulin dari pankreas secara cepat dan dalam waktu singkat. Sehubungan dengan sifat cepat dan singkat ini, maka obat ini harus diminum bersama dengan makanan. Termasuk golongan obat ini adalah Repaglinide (Novonorm) dan Nateglinide (Starlix). Efek Samping Meskipun sama seperti sulfonylurea, efek samping hipoglikemia boleh dikatakan jarang terjadi, hal ini disebabkan oleh efek rangsangan pelepasan insulin hanya terjadi pada saat glukosa darah tinggi. Yang Harus Diperhatikan Seperti halnya dengan sulfonylurea, hati-hati bila minum alkohol atau efek interaksi dengan obat lain. 2.2.5. Tiazolidinedion Obat ini baik bagi penderita diabetes tipe 2 dengan resistensi insulin, karena bekerja dengan merangsang jaringan tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin, sehingga insulin bisa bekerja dengan lebih baik.Glukosa darahpun akan lebih banyak diangkut masuk ke dalam sel, dan kadar glukosa darah akan turun. Selain itu, obat tiazolidinedion juga menjaga hati agar tidak banyak memproduksi glukosa. Efek menguntungkan lainnya adalah obat ini bisa menurunkan trigliserida darah. Yang termasuk kelompok obat ini adalah Pioglitazone (Actos) dan Rosiglitazone (Avandia). Dulu ada Troglitazone (Rezulin), yang ditemukan pada tahun 1997, namun beberapa tahun yang lalu telah ditarik dan dilarang 14



beredar, karena menimbulkan kerusakan hati. Beberapa efek samping merugikan yang mungkin timbul adalah bengkak, berat badan naik, dan rasa capai. Efek serius yang jarang terjadi adalah gangguan hati, sehingga pada pemakaian pioglitazone atau rosiglitazone, perlu pemeriksaan faal hati terutama pada tahun pertama pemakaian obat. Keluhan gangguan hati yang mungkin terjadi adalah mual dan muntah, nyeri perut, rasa capai, nafsu makan turun, warna urin kuning tua, warna kulit kuning. Yang harus diperhatikan adalah obat ini baik sekali diserap bila diminum bersama dengan makanan, dan tidak menyebabkan hipoglikemia. Akan tetapi bila dikombinasikan dengan sulfonylurea atau insulin, kemungkinan dapat menyebabkan hipoglikemia.



2.3.



OBAT TRADISIONAL UNTUK DIABETES



Bukti yang lebih nyata tentang pengaruh belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap penurunan kadar gula darah, maka dilakukan penelitian terhadap efek penurunan kadar glukosa darah dari ekstrak etil asetat daun belimbing wuluh. Etil asetat adalah senyawa yang berwujud cairan, tak berwarna dengan bau khas. Penggunaan penyari etil asetat diharapkan agar kandungan zat aktif pada daun belimbing wuluh yang bersifat semi polar akan terbawa masuk kedalam ekstrak etil asetat, dengan demikian akan diperoleh senyawa kimia yang bersifat semi polar yang mempunyai aktivitas farmakologi sebagai antidiabetes. Obat tradisonal yang lain adalah seekor daging bajing atau tupai dikuliti, lalu dibelah menjadi empat potong. Daging tersebut direndam dalam air asam gulungan (asam jawa) selama 1 jam. Lalu digoreng tanpa garam. Pengobatan secara ini dapat dilakukan selama 1 bulan dan lihat



15



hasilnya. Labu parang bisa dimanfaatkan untuk mengobati penyakit diabetes tipe 2. Labu parang mengandung senyawa saponin dan flavonoid, yang keduanya berkhasiat menurunkan kadar glukosa darah dan memperbaiki sel beta pada pankreas untuk menghasilkan insulin kembali. 2.4.



ALTERNATIF UNTUK MENYEMBUHKAN DIABETES Pengobatan diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar,



olahraga yang teratur, kemudian dilanjutkan dengan obat-obatan yang diminum, atau suntikan insulin. Pada diabetes tipe 1, mutlak memerlukan suntikan insulin setiap hari; sedangkan pada diabetes tipe 2, kadang dengan diet dan olahraga saja glukosa darah bisa menjadi normal, namun umumnya perlu minum obat anti diabetes secara oral atau tablet, pada keadaan tertentu diabetes tipe 2 memerlukan suntikan insulin, atau bahkan perlu kombinasi suntikan insulin dan tablet. Di negara yang sudah maju, telah dipikirkan upaya cangkok pankreas untuk mengganti pankreas yang sudah rusak, hanya saja hasilnya sampai saat ini belum ada yang memuaskan. Kemajuan teknologi dewasa ini telah menemukan banyak obat tablet jenis baru dengan hasil yang cukup menggembirakan, demikian pula bermacam-macam insulin baru telah dipasarkan. Sehingga disamping angka kejadian diabetes yang terus meningkat, kemajuan dalam pengobatan diabetes juga terus berpacu untuk mengantisipasinya.



16



BAB III KESIMPULAN



Diabetes atau yang disebut juga dengan kencing gula adalah penyakit yang sangat ditakuti karena pengobatannya belum dilakukan secara sempurna, sehingga banyak penderita penyakit diabetes rata-rata meninggal dunia. Tetapi semuanya itu dapat diatasidengan pengobatan baru seperti penyuntikan insulin ke dalam tubuh. Insulin adalh hormon yang bertanggungjawab, terutama pada metabolism glukosa. Insulin akan menaikan pengambilan glukosa ke dalam sel, menaikan peguraian glukosa secara oksidatif, menaikan pembentukan glikogen dalam hati dan otot serta menstimulasi pembentukan lemak dan protein. Dalam sel, glukosa yang disimpan dalam hati dan otot sebagai cadangan. Jika mekanisme kerja insulin terhadap glukosa tersebut terganggu, maka kadar glukosa dalam darah akan meningkat. Pengobatan lain untuk penyakit diabetes selain menyuntik hormon insulin. Pengobatan penyakit diabetes secara kimia yaitu Sulfonilurea, Biguanind, Alpha Glikosidase, Meglitinid, Tiazolidinedion. Sedangkan pengobatan penyakit diabetes secara tradisional adalah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.), daging bajing/tupai yang sudah direndam dengan asam jawa, dan labu parang. Adapun alernatif lain pengobatan penyakit diabetes yaitu dengan diet, berolahraga, dan mengurai konsumsi makanan dengan kadar gula tinggi.



17



18