Makalah - Difusi Inovasi - Proses Keputusan Inovasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH THE INNOVATION- DECISION PROCESS



Disusun oleh: 1.



RHOMI NAZILMAN



NIM.55.2018.0001



2.



IMAM MA’RUF



NIM.55.2018.0008



Dosen Pengampu: DR. NURSANITA NASUTION, ME



PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH JAKARTA 2019



BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Berbicara soal inovasi, tentu sangat banyak saat ini yang membuat gebrakangebrakan baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Ditambah lagi kita yang saat ini hidup di zaman dimana sosial media menjadi alat untuk mempopulerkan seseorang. Sangat banyak alasan seseorang untuk melakukan suatu inovasi baru guna membantu atau memudahkan kebutuhan masyarakat saat ini.erbicara soal inovasi, tentu sangat banyak saat ini yang membuat gebrakangebrakan baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Ditambah lagi kita yang saat ini hidup di zaman dimana sosial media menjadi alat untuk mempopulerkan seseorang. Sangat banyak alasan seseorang untuk melakukan suatu inovasi baru guna membantu atau memudahkan kebutuhan masyarakat saat ini.



2. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini adalah : a. Apakah pengertian Inovasi? b. Apakah Defusi dan Keputusan Inovasi ? c. Proses Keputusan Inovasi ?



BAB II PEMBAHASAN



A. Inovasi Pendidikan 1. Pengertian Inovasi Pendidikan Inovasi (Latin: in + novare -“make new”) mengandung arti tindakan menciptakan sesuatu yang baru yang membawa perubahan dengan menghasilkan



gagasan



dan



pendekatan



atau



metode



baru.1



Untuk



menghasilkan sesuatu yang baru, yang diharapkan lebih berdaya guna, tentu saja kita harus bertolak dari apa yang ada. Oleh karena itu inovasi dalam pendidikan sangat perlu. Inovasi merupakan suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara barang-barang buatan manusia, yang diamati dirasakan sebagai suatu yang yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat). Dalam bukunya Miles yang diterjemahkan oleh Wasty Soemanto; inovasi adalah macam-macam perubahan genus.2 Inovasi sebagai perubahan disengaja, baru, khusus untuk mencapai tujuantujuan sistem. Hal yang baru itu dapat berupa hasil invention atau discovery yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dan diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau kelompok masyarakat, jadi perubahan ini direncanakan dan dikehendaki. Inovasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam situasi sosial tertentu



yang digunakan untuk



menjawab



atau memecahkan



suatu



permasalahan. Dilihat dari bentuk atau wujudnya “sesuatu yang baru” itu dapat berupa ide, gagasan, benda atau mungkin tindakan.3 Sedangkan dilihat dari maknanya, sesuatu yang baru itu bisa benar-benar baru yang belum tercipta sebelumnya yang kemudian disebut dengan invantion, atau dapat juga tidak benar-benar baru sebab sebelumnya sudah ada dalam konteks sosial yang 1Totok. Pentingnya Inovasi dan Pengembangan kurikulum. http://totok.student.fkip.uns.ac.id/2010/01/12/pentingnya-inovasi-dan-pengembangan-kurikulum/. Diakses tanggal 12 November 2011.



2



Wasty Soemanto, Petunjuk untuk Pembinaan Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,



1980), hal. 62 3 Irwan. Inovasi Pendidikan. http://www.scribd.com/doc/46943395/Inovasi-Kurikulum-Full. Diakses tanggal 12 November 2011.



lain yang kemudian disebut dengan istilah discovery. Proses invantion, misalkan penerapan metode atau pendekatan pembelajaran yang benar-benar baru dan belum dilaksanakan di manapun untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran, contohnya berdasarkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kita dapat mendesain pembelajaran melalui Hand Phone yang selama ini belum ada; sedangkan proses discovery,4 misalkan penggunaan media pembelajaran power point dalam pelajaran PAI di Indonesia untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran tersebut, atau pembelajaran melalui jaringan internet. Jadi dengan demikian inovasi itu dapat terjadi melalui proses invention atau melalui proses discovery. Wina Sanjaya mendefinisikan Inovasi pembelajaran sebagai suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah pendidikan.5 Dalam bidang pendidikan, inovasi biasanya muncul dari adanya keresahan



pihak-pihak



tertentu



tentang



penyelenggaraan



pendidikan.



Misalkan, keresahan guru tentang pelaksanaan proses belajar mengajar yang dianggap kurang berhasil, keresahan pihak administrator pendidikan tentang kinerja guru, atau mungkin keresahan masyarakat terhadap kinerja dan hasil bahkan sistem pendidikan. Keresahan-keresahan itu pada akhirnya membentuk permasalahan-permasalahan yang menuntut penanganan dengan segera. Upaya untuk memecahkan masalah itulah muncul gagasan dan ide-ide baru sebagai suatu inovasi. Dengan demikian, maka dapat kita katakana bahwa inovasi itu ada karena adanya masalah yang dirasakan; hampir tidak mungkin inovasi muncul tanpa adanya masalah yang dirasakan. Dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa inovasi pendidikan adalah sesuatu yang baru dalam situasi sosial tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan. Dilihat dari bentuk atau wujudnya “sesuatu yang baru” itu dapat berupa ide, gagasan, benda atau mungkin tindakan. 2. Difusi dan Keputusan Inovasi 4 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 317-318 5 Ibid., hal. 318



Difusi adalah proses komunikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bentuk inovasi antara warga masyarakat sasaran sebagai penerima inovasi dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu pula.6 Ada dua bentuk sistem difusi, yaitu difusi sentralisasi dan difusi desentralisasi. Difusi sentralisasi adalah difusi yang bersifat memusat. Artinya segala bentuk keputusan tentang komunikasi inovasi ditentukan oleh orangorang yang merumuskan bentuk inovasi. Misalnya, kapan inovasi itu disebarluaskan, bagaimana caranya, siapa yang terlibat untuk menyebarkan informasi inovasi, bagaimana mengontrol penyebaran itu, seluruhnya ditentukan oleh pembawa dan perumus perubahan secara spontan. Sedangkan yang dimaksud difusi desentralisasi proses penyebaran informasi inovasi dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Dalam proses difusi desentralisasi keberhasilan difusi tidak ditentukan oleh orang-orang yang memusatkan inovasi akan tetapi sangat ditentukan oleh masyarakat itu sendiri sebagai penggagas dan pelaksana difusi. Proses difusi diserahkan agar muncul pemahaman yang sama tentang inovasi. Oleh karena itu agar, terjadi proses difusi yang efektif perlu direncanakan. Proses perencanaan difusi dinamakan diseminasi. Dengan kata lain diseminasi dapat diartikan sebagai proses penyebaran inovasi yang direncakan, diarahka dan dikelola secara baik. Dengan demikian, keberhasilan suatu penyebaran inovasi sangat tergantung kepada proses disenminasi. Proses difusi digunakan untuk mempermudah inovasi diterima oleh anggota masyarakat atau sasaran inovasi. Adapun factor-faktornya menurut Wina Sanjaya ada beberapa faktor di antaranya: 1. Faktor pembiayan (Cost). Biasanya semakin murah biaya yang dikeluarkan untuk suatu inovasi, maka akan semakin mudah diterima oleh kelompok masyarakat sasaran, walaupun kualitas inovasi itu sendiri sangat ditentukan oleh mahalnya biaya yang dikeluarkan. 2. Resiko yang muncul sebagai akibat pelaksanaan inovasi. Inovasi akan mudah diterima manakala memiliki efek samping yang sangat kecil, baik



6 Anita. Inovasi Pendidikan. http://www.scribd.com/doc/46943395/Inovasi-Kurikulum-Full. Diakses tanggal 12 November 2011.



yang berkaitan dengan politik maupun keamanan dan keselamatan penerimanya. Suatu inovasi tidak akan mudah dan dapat diterima apabila memiliki resiko yang tinggi. 3. Kompleksitas. Inovasi akan mudah diterima oleh masyarakat sasaran manakala bersifat sederhana dan mudah dikomunikasikan. Semakin rumit bentuk inovasi itu, maka akan semakin sulit juga untuk diterima. 4. Kompabilitas. Artinya, mudah atau sulitnya suatu inovasi diterima oleh masyarakat sasaran ditentukan juga oleh kesesuaiannya dengan kebutuhan, tingkat pengetahuan, dan keyakinan masyarakat pemakai. Suatu bentuk inovasi akan sulit diterima manakala tidak sesuai dengan kebutuhan pemakai atau sulit dipahami oleh karena tidak sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka. 5. Tingkat keandalan, suatu bentuk inovasi akan mudah diterima makala diketahui tingkat keandalannya. Untuk mengetahui tingkat keandalannya itu bentuk inovasi terlebih dahulu harus diujicobakan secara ilmiah sehingga dapat dipertanggungjawabkan. 6. Keterlibatan. Bentuk inovasi yang dalam proses penyususnannya melibatkan kelompok masyarakat sasaran, akan mudah diterima. 7. Kualitas penyuluh. Inovasi perlu disosialisasikan untuk di ketahui dan dipahami oleh masyarakat sasaran. Dalam proses sosialisasi itu perlu dirancang sedemikian rupa sehingga mudah dipahami. Salah satu faktor yang menentukan dalam proses sosialisasi adalam faktor kualitas penyuluh. Kualitas penyuluh ditentukan bukan hanya oleh kemampuan penyuluhnya saja, akan tetapi tingkat keahlian yang bersangkutan.7



Faktor-faktor di atas, sangat mempengaruhi keberhasilan penyebaran dan penerimaan inovasi pendidikan. Oleh karena itu faktor-faktor tersebut dapat juga dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam perumusan berbagai bentuk inovasi pendidikan. Salanjutnya,



bagaimana



keputusan



masyarakat



sasaran



dalam



menerima suatu inovasi. Ibrahim yang dikutip oleh Wina Sanjaya menyatakan ada tiga tipe keputusan penerima inovasi, yaitu keputusan inovasi opsional, 7



Wina Sanjaya, Kurikulum…, hal. 317



kolektif dan keputusan otoritas.8 Keputusan opsional adalah keputusan yang ditentukan oleh individu secara mandiri tanpa adanya pengaruh dari orang lain. Jadi dengan demikian, dalam keputusan opsional yang berperan untuk menolak atau menerima inovasi adalah individu itu sendiri. Keputusan inovasi kolektif adalah keputusan yang didasarkan oleh kesepakatan bersama dari setiap kelompok masyarakat. Setiap anggota kelompok harus menaati untuk menerima atau menolak inovasi sesuai dengan keputusan kelompok walaupun keputusan itu mungkin kurang sesuai dengan pendapatnya. Keputusan inovasi otoritas, adalah keputusan untuk menerima atau menolak suatu inovasi ditentukan oleh orang-orang tertentu yang memiliki kewenangan dan pengaruh terhadap anggota kelompok masyarakatnya. Anggota kelompok masyarakat sama sekali tidak memiliki kewenangan untuk menerima atau menolak. Mereka hanya memiliki kewajiban untuk melaksanakan segala keputusan secara otoritas. 3. Hambatan-Hambatan Inovasi Suatu pembaruan atau inovasi sering tidak berhasil dengan optimal. Hal ini disebabkan oleh adanya berbagai hambatan yang muncul seperti hambatan geografis, hambatan ekonomi yang tidak memadai, hambatan sosial kultural dan lain sebaginya. Berbagai hambatan tersebut tentu saja dapat memengaruhi keberhasilan suatu inovasi. Ada 6 faktor utama yag dapat menghambat suatu inovasi. Keenam faktor tersebut dijelaskan di bawah ini: 1. Estimasi yang Tidak Jelas9 Faktor estimasi atau perencanaan dalam inovasi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan inovasi. Hambatan yang disebabkan kurang tepatnya



estimasi ini diantaranya



mencakup kurang adanya pertimbangan implementasi inovasi, kurang adanya hubungan anggota tim pelaksana, kurang adanya kesamaan pendapat tentang tujuan yang ingin dicapai, tidak adanya koordinasi antar petugas yang terlibat misalnya, dalam hal pengambilan keputusan dan



8 9



Ibid., hal. 318 Ibid.,



kebijakan yang dianggap perlu. Di samping itu, dalam proses perencanaan juga memungkinkan terjadi hambatan yang muncul dari luar, misalnya adanya



tekanan



dari



pihak



tertentu



(seperti



pemerintah)



untuk



mempercepat hasil inovasi.10 Untuk mencegah adanya hambatan di atas, maka proses menyusun perencanaan inovasi perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan melibatkan koordinasi berbagai pihak yang dirasakan akan berpengaruh. Pengaturan wewenang dan tugas perlu direncanakan dengan matang sehingga setiap orang yang terlibat mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. 2. Konflik dan Motivasi Konflik bisa terjadi dalam proses pelaksanaan inovasi, misalnya ada pertentangan antara anggota tim, kurang adanya pengertian serta adanya perasaan iri dari pihak atau anggota tim inovasi. Pertentanganpertentangan seperti itu bukan saja dapat menghambat akan tetapi mungkin dapat merusak proses inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, para perencana inovasi harus mengantisipasi adanya pertentangan tersebut. Di samping konflik, faktor yang dapat menghambar bisa juga ditimbulkan oleh motivasi, misalnya motivasi yang lemah dari orang-orang yang terlibat yang justru memegang kunci, adanya pandangan yang sempit dari beberapa orang yang dianggap penting dalam proyek inovasi, bantuanbantuan yang tidak sampai, adanya sikap yang tidak terbuka dari pemegang jabatan proyek inovasi dalan sebainya. 3. Inovasi Tidak Berkembang Hambatan lain yang dapat mengganggu berjalannya inovasi dapat disebabkan kurang berkembangnya proses inovasi itu sendiri. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi di antaranya, pendapat yang rendah, faktor geografis, seperti tidak memahami kondisi alam, letak geografis tang terpencil dan sulit dijangkau oleh alat transformasi sehingga dapat



10



Ibid., hal.



menghambat pengiriman bahan-bahan finansial, kurangnya sarana komunikasi, iklim dan cuaca yang tidak mendukung dan lain sebagainya.11 4. Masalah Finansial Keberhasilan pencapaian program inovasi sangat ditentukan oleh dana yang tersedia. Sering terjadi kegagalan inovasi dkarenakan dana yang tidak memadai. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan masalah finansial ini di diantaranya, bantuan dana yang sangat minim sehingga dapat mengganggu operasional inovasi, kondisi ekonomi masyarakat secara keseluruhan, penundaan bantuan dana. 5. Penolakan dari Kelompok Penentu Ketidakberhasilan inovasi dapat juga ditentukan oleh kesungguhan dan peran serta seluruh kelompok masyarakat, khususnya kelompok masyarakat yang menentukan seperti golongan elite, tokoh masyarakat dalam suatu sistem sosial. Manakala terjadi penolakan dari kelompok tersebut terhadap suatu inovasi, maka proses inovasi akan mengalami ganjalan. Penolakan inovasi sering ditunjukkan oleh kelompok sosial yang tradisional dan konservatif. Kelompok sosial yang demikian, biasanya merasa puas dengan hasil yang telah dicapai, bagaimanapun hasil itu dirasakan sangat minimal. Untuk itulah dalam upaya keberhasilan inovasi perlu dilakukan sosialisasi dan koordinasi dengan berbagai pihak. 6. Kurang Adanya Hubungan Sosial Faktor lainnya yang dapat menghambat proses inovasi adalah kurang adanya hubungan sosial yang baik antara berbagai pihak khususnya antar anggota team, sehingga terjadi ketidakharmonisa dalam bekerja, dengan demikian, adanya hubungan yang baik harus diciptakan dengan melakukan pertukaran pikiran secara kontinu antara sesama anggota team.12



11 12



Ibid., Ibid.,



B. Proses Keputusan Inovasi



1.



Tahap Pengetahuan (Knowledge) Proses keputusan inovasi dimulai dengan taghap pengetahuan yaitu tahap pada saat seorang menyadari adanaya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi inovasi tersebut. Pengertian menyadari dalam hal ini bukan memahami tetapi membuka diri untuk mengetahui inovasi. Seseorang menjadi atau membuka suat inovasi tentu dilakukan secara aktif bukan secara pasif. Misalnya pada acara siaran televisi disebutkan berbagai macam acara, salah satu menyebutkan bahwa pada jam 19.30 akan ada siaran tentang metode baru cara mengajar berhitung disekolah dasar. Guru A yang mendengar dan melihat acara tersebut kemudian sadar bahawa ada metode baru tersebut, maka pada diri guru A tersebut sudah mulai proses keputusan inovasi pada tahap pengetahuan. Sedangkan Guru b walaupun mendengar dan melihat acara TV, tidak ada keinginan untuk tahu dan acara tersebut berlalu demikian saja, maka belum terjadi proses keputusan inovasi. Seseorang menyadari perlunya menegtahui inovasi biasanya tentu berdasarkan pengamatan tentang inovasi itu sesuai dengan kebutuhannya, minat atau mungkin juga kepercayaaan nya. Seperti contoh Guru A tersebut di atas, berarti ia ingin tahu metode baru berhitung karena ia memerlukannya. Adanaya inovasi menumbuhkan kebutuhan karena kebetulan ia merasa butuh. Tetapi mungkin juga terjadi bahkan karena seseorang butuh sesuatu maka untuk memenuhinya diadakan inovasi. Dalam kenyataanya di masyarakat hal yang kedua ini jarang terjadi, karena banyak orang tidak tahu apa yang diperlukan. Apalagi dalam bidang pendidikan, yang dapat merasakan perlunya ada perubahan biasanya orang yang ahli. Sedang guru sendiri belum tentu mau menerima perubahan atau inovasi yang sebenarnya diperlukan untuk mengefektifkan pelaksanaan tugasnya. Sebagaimana halnya untuk seorang dokter, manusia memerlukan makan vitamin, tetapi juga tidak menginginkan nya, dan sebaliknya sebenarnya ingin sate tetapi menurut dokter justru sate membahayakan kita. Setelah seseorang menyadari adanaya inovasi dan membuka dirinya untuk mengetahui inovasi , maka keaktifan untuk memenuhi kebutuhan ingin tahu tentang inovasi itu bukan hanya berlangsng pada tahap pengetahuan saja



tetapi juga pada tahap yang lain bahkan sampai tahap konfirmasi. Artinya masih ada keinginan untuk mengetahui aspek – aspek tertentu dari inovasi. 2.



Tahap Bujukan (Persuation) Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, sesorang membentuk sikap menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap pengetahuan proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif, amaka pada tahap persuasi yang berperan utama bidang afeksi atau persaan. Sesorang tidak dapat menyenangi inovasi sebelum ia tahu lebih dulu tentang inovasi. Dalam tahap persuasi ini lebih banyak keaktifan mental yang memegang peran. Seseorang akan bersaha mengetahui lebih banyak tentang inovasi dan menafsirkan informasi yang diterinmanya. Pada tahap ini berlangsung seleksi informasi disesuaikan dengan kondisi dan sifat pribadinya. Di sinilah peranan katrakteristik inovasi dalam mempengaruhi proses keputusan inovasi. Dalam tahap persuasi ini juga sangat penting peran keamampuan untuk mengantisipasi kemungkinan penerapan inovasi di masa dating. Perlu ada kemampuan untuk untuk memproyeksikan penerapan inovasi dalam pemikiran berdasrkan kondisi dan situsai yang ada. Untuk mempermudah proses mental itu, perlu adanaya gambaran yang jelas tentang bagaimana pelaksanaannya inovasi, jika mungkin sampai pada konsukuensi inovasi. Hasil dari tahap persuasi yang utama ialah adanya penentuan menyenangi atau tidak menyenangi inovasi. Diharapkan hasil tahap persuasi akan mengarahkan proses keputusan inovasi atau dengan kata lain ada kecenderungan kesesuaian antara menyenangi inovasi dan menerapkan inovasi. Namun perlu diketahui bahwa sebenarnya antara sikap dan aktifitas masih ada jarak. Orang menyenangi inovasi belum tentu ia menerapkan inovasi. Ada jarak atau kesenjangan antara pengetahuan-sikap, dan penerapan ( praktik ). Misalnya seorang guru tahu tentang metode diskusi, tahu cara menggunakannya, ddan senang seandainya menggunakan, tetapi ia tidak pernah menggunakan, karena beberapa factor : tempat duduknya tidak memungkinkan, jumlah siswanya terlalu besar, dan takut bahan pelajarannya tidak akan dapat disajikan sesuai batas waktu yang ditentukan. Perlu adanya bantuan pemecahan masalah.



3.



Tahap Keputusan ( Decision ) Tahap keputusan dari proses inovasi, berlangsung jika seseorang melakukan kegiatan yang mengarah untuk menetapkan menerima atau menolak inovasi. Menerima inovasi berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi. Menolak inovasi berarti tidak akan menerapkan inovasi. Sering terjadi seseorang akan menerima inovasi setelah ia mencoba lebih dahulu. Bahkan jika mungkin mencoba sebagian kecil lebih dahulu, baru kemudian dilanjutkan secara keseluruhan jika sudah terbukti berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Tetapi tidak semua inovasi dapat dicoba dengan dipecahkan menjadi beberapa bagian. Inovasi yang dapat dicoba bagian demi bagian akan lebih cepat diterima. Dapat juga terjadi percobaan cukup dilakukan sekelompok orang dan yang lain cukup memepercayai dengan hasil percobaan temannya. Perlu diperhatikan bahwa dalam kenyataan pada setiap tahap dalamproses keputusan inovasi dapat terjadi penolakan inovasi. Misalnya penolakan dapat terjadi pada awal tahap pengetahuan, dapat juga terjadi pada tahap persuasi, mungkin juga terjadi setelah konfirmasi, dan sebagainya. Ada dua macam penolakan inovasi yaitu : (a) penolakan aktif artinya penolakan inovasi setelah inovasi setelah melalui mempertimbangkan untuk menerima inovasi atau mungkin sudah mencoba lebih dahulu, tetapi keputusan terakhir menolak inovasi, dan (b) penolakan pasif artinya penolakan inovasi dengan tanpa pertimbangan sama sekali. Dalam pelaksanaan difusi inovasi antara : pengetahuan , persuasi, dan keputusan inovasi sering berjalan bersamaan. Satu dengan yuang lainnya saling berkaitan. Bahkan untuk jenis inovasi tertentu dapat terjadi urutan : pengetahuan-keputusan inovasi-baru persuasi.



4.



Tahap Implementasi ( Implementation ) Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang menerapka inovasi. Dalam tahap implementasi ini berlang sung keaktifan baik mental maupun perbuatan. Keputuisan penerima gagasan atau ide baru dibuktikan dalam praktik. Pada umumnya implementasi tentu mengikuti hasil keputussan inovasi. Tetapi daoat juga terjadi karena sesuatu



hal



sudah memutuskan menerima inovasi tidak diikuti imlementasi.



Biasanya hal ini terjadi karena fasilitas penerapan yang tidak tersedia. Kapan tahap implementasi berakhir? Mungkin tahap ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama, tergantung dari keadaan inovasi itu sendiri. Tetapi biasanya suatu tanda bahwa taraf imlpementasi inovasi berakhir jika penerapan inovasi itu sudah melembaga atau sudah menjadi hal-hal yang bersifat rutin. Sudah tidak merupakan hal yang baru lagi. Hal-hal yang memungkinkan terjadinya re-invensi antara inovasi yang sangat komplek dan sukar dimengerti, penerima inovasi kurang dapat memahami inovasi karena sukar untuk menemui agen pembaharu, inovasi Yang memungkinkan berbagai kemungkinan komunikasi, apabila inovasi diterapkan untuk memecahkan masalah yang sangat luas, kebanggaan akan inovasi yng dimiliki suatu daerah tertentu juga dapat menimbulkan reinvensi



5.



Tahap Konfirmasi ( Confirmation ) Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang telah diambilnya,dan ia dapat menarik kembali keputusannya jika memang diperoleh informasi yang bertentangan dengan informasi semula. Tahap konfirmasi ini sebenarnya berlangsung secara berkelanjutan sejak terjadi keputusan menerima atau menolak inovasi yang berlangsung tak terbatas. Selama dalam konfirmasi seseorang berusaha



menghindri



terjadinya disonansin paling tidak berusaha menguranginya. Terjadinya perubahan tingkah laku seseorang antara lain disebabkan karena terjadinya ketidakseimbangan internal. Orang itu merasa dalam dirinya



ada



sesuatu



yang



tidak



sesuai



atau



tidak



selaras



yang



disebut disonansi, sehingga orang itu merasa tidak enak. Jika seseorang merasa dalam dirinya terjadi ddisonansi, maka ia akan berusaha akan menghilangkannya



atau



paling



tidak



menguranginya



dengan



cara



pengetahuannya, sikap atau perbuatannya. Dalam hubungannya dengan difussi inovasi, usaha mengurangi disonanasi terjadi : a) Apabila seseorang menyadari akan ssesuatu kebutuhan



dan



berusaha mencari sesuatu untuk memenuhi kebutuhan misalnya dengan mencari informasi tentang inovasi hal ini pada terjadi tahap pengetahuan dalam proses keputusan inovasi :



b) Apabila seseorang tahu tentang inovasi dan telah bersikap menyenagi inovasi, tersebut tetapi belum menetapkan keputusan untuk menerima inovasi. Maka ia akan berusaha untuk menerimanya, guna mengurangi adanya disonansi antara apa yang disenangi dan diyakini dengn apa yang dilakukan. Hal ini terjadi pada tahap keputusan inovasi, dan tahap implementasi dalam proses keputusan inovasi. c) Setelah seseorang menetapkan menerima dan menerapkan inovasi, kemudian diajaka unuk menolaknya. Maka disonansi ini dapat dikurangi dengan cara tidak melanjutkan penerimaan dan penerapan



inovasi



(



discontinuiting



).



Ada



kemungkinan lagi seseorang telah menetapkan untuk menolak inovasi, kemudian diajak menerimanya. Maka usaha mengurangi disonansi dengan cara menerima inovasi ( mengubah keputusan semula ). Perubahan ini terjadi ( tidak meneruskan inovasi atau mengikuti inovasi terlambatpada tahap konfirmasi ).



Ketiga cara mengurangi disonansi tersebut,



berkaitan dengan



perubahan tingkah l;aku seseorang sehingga antara sikap, perasaan, pikiran, perbuatan sangat erat hubungannya bahkan sukar dipisahkan karena yang satu mempengaruhi yang lain. Sehingga dalam kenyataannya kadang-kadang sukar orang akan mengubah keputusan yang sudah terlanjur mapan dan disenangi, walaupun secara rasional diketahui adanya kelemahannya. Oleh karena sering terjadi untuk menghindari timbulnya disonansi, maka itu hanya berubah mencari informasi yang dapat memperkuat keputusannya. Dengan kata lain orang itu melakukan seleksi informasi dalam tahap konfirmasi ( selective exposure ). Untuk menghindari terjadinga drop out dalam penerimaan dan imlementasi inovasi ( discontinue ) peranan agen pembaharu sangat dominan. Tanpa ada monitoring dan penguatan orang akan mudah terpengaruh pada informasi negative tentang inovasi.



BAB III KESIMPULAN Inovasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam situasi sosial tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan. Dilihat dari bentuk atau wujudnya “sesuatu yang baru” itu dapat berupa ide, gagasan, benda atau mungkin tindakan.13 Sedangkan dilihat dari maknanya, sesuatu yang baru itu bisa benar-benar baru yang belum tercipta sebelumnya yang kemudian disebut dengan invantion, atau dapat juga tidak benar-benar baru sebab sebelumnya sudah ada dalam konteks sosial yang lain yang kemudian disebut dengan istilah discovery. Proses invantion, misalkan penerapan metode atau pendekatan pembelajaran yang benar-benar baru dan belum dilaksanakan di manapun untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran, contohnya berdasarkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kita dapat mendesain pembelajaran melalui Hand Phone yang selama ini belum ada; sedangkan proses discovery,14 misalkan penggunaan media pembelajaran power point dalam pelajaran PAI di Indonesia untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran tersebut, atau pembelajaran melalui jaringan internet. Jadi dengan demikian inovasi itu dapat terjadi melalui proses invention atau melalui proses discovery.



DAFTAR PUSTAKA http://totok.student.fkip.uns.ac.id/2010/01/12/pentingnya-inovasi-dan-pengembangan-kurikulum/ http://www.scribd.com/doc/46943395/Inovasi-Kurikulum-Full



https://jalius12.wordpress.com/2013/02/24/proses-keputusan-inovasi/ Wasty Soemanto, Petunjuk untuk Pembinaan Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1980) Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010),