Makalah Ejaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah Dalam pemahaman umum, bahasa Indonesia sudah diketahui sebagai alat berkomunikasi. Setiap situasi memungkinkan seseorang memilih variasi bahasa yang akan digunakannya. Berbagai faktor turut menentukan pemilihan tersebut, seperti penulis, pembaca, pokok pembicaraan, dan sarana. Ragam bahasa baku dipahami sebagai ragam bahasa yang dipandang sebagai ukuran yang pantas dijadikan standar dan memenuhi syarat sebagai ragam bahasa orang yang berpendidikan. Bahasa



dalam



laporan



penelitian,



sebagaimana



telah



dijelaskan,



memilih ragam baku sebagai sarananya, benar kaidahnya, dan memenuhi ciri sebagai ragam standar bahasa orang berpendidikan. Namun, pada kenyataannya masih banyak ditemukan kesalahan dalam berbagai tataran bahasa, termasuk dalam penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD). Ejaan sebagaimana telah dipahami bersama adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang itu. Secara teknis yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca. Oleh karena itu, penguasaan ejaan mutlak diperlukan bagi seseorang yang berkecimpung dalam kegiatan ilmiah.



B. Rumusan Masalah 1.



Bagaimanakah sejarah ejaan?



2.



Bagaimana pengertian ejaan?



1



3.



Apa fungsi ejaan?



4.



Bagaimana ejaan dalam bahasa Indonesia yang benar?



5.



Bagaimana pemakaian huruf dalam bahasa Indonesia?



6.



Bagaimana penulisan kata dalam bahasa Indonesia?



7.



Bagaimana penggunaan tanda baca dalam bahasa Indonesia?



8.



Bagaimana penulisan singkatan dan akronim dalam bahasa Indonesia?



9.



Bagaimana penulisan angka dan lambang bilangan dalam bahasa Indonesia?



10. Bagaimana penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia?



C. Tujuan Penulisan 1.



Untuk mengetahui sejarah ejaan;



2.



Untuk mengetahui pengertian ejaan;



3.



Untuk mengetahui fungsi ejaan;



4.



Untuk mengetahui ejaan dalam bahasa Indonesia yang benar;



5.



Untuk mengetahui pemakaian huruf dalam bahasa Indonesia;



6.



Untuk mengetahui penulisan kata dalam bahasa Indonesia;



7.



Untuk mengetahui penggunaan tanda baca dalam bahasa Indonesia;



8.



Untuk mengetahui penulisan singkatan dan akronim dalam bahasa Indonesia;



9.



Untuk mengetahui penulisan angka dan lambang bilangan dalam bahasa Indonesia; dan



10. Untuk mengetahui penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia.



2



D. Manfaat Penulisan 1.



Agar Mahasiswa/i dapat mengetahui bagaimana bahasa Indonesia baku yang baik dan benar dengan kaidah ejaan ; dan



2.



Dapat digunakan sebagai bahan pengajaran di bidang pendidikan, khususnya bahasa Indonesia.



3



BAB II PEMBAHASAN



A. Sejarah Ejaan 1.



Ejaan Van Ophuijsen Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang



disebut ejaan van ophuilsen. Van ophuijsen merancang ejaan itu dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma‟moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan ini adalah sebagai berikut : a.



Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata jang, pajung, sajang, pajah ;



b.



Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer ; dan



c.



Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema, dipakai untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’.1



2.



Ejaan Soewandi Pada tanggal 19 Maret



1947 ejaan soewandi diresmikan untuk



menggantikan ejaan van ophuijsen. Ejaan baru ini oleh masyarakat diberi julukan ejaan republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut : a.



Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur ;



b.



Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada katakata tak, pak, maklum ;



______________ 1



Arifin E. Zaenal. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo. hlm.



164-165.



4



c.



Kata



ulang



boleh



ditulis



dengan



angka-2,



seperti



anak2,



berjalan2, ke-barat2-an ; dan d.



Awalan di- dan kata depan di- kedua-duanya ditulis serangakai dengan



kata



yang mengikutinya, seperti



kata depan



di- pada



dirumah,dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dibuang.2 3.



Ejaan Melindo Pada akhir



tahun 1959



sidang perutusan



Indonesia



dan



Melayu



(Slametmulyana-Nasir bin Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama ejaan melindo (Melayu- Indonesia). Perkembangan politik tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan ini.3 4.



Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD) Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden meresmikan pemakaian ejaan



bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kubudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu. Karena penuntun itu perlu dilengkapi, panitia pengembangan bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Kebudayaan, yang dibentuk oleh



Menteri



Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972, menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang luas. Setelah itu, Menteri ______________ 2



Ibid..., hlm. 165.



3



Ibid..., hlm. 165.



5



Pendidikan



dan



Kebudayaan



dengan



surat



putusannya



No.



0196/1975



memberlakukan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan



dan



Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987. Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan adalah sebagai berikut : a.



b.



Perubahan Huruf



dj



Ejaan Soewandi → djalan,djauh



Ejaan yang Disempurnakan j → jalan, jauh



j







pajung, laju



y



nj







njonja,bunji



ny →



nyonya, bunyi



sj







isjarat, masjarakat



sy →



isyarat, masyarakat



tj







tjukup, tjutji



c



ch







tarich, achir



kh →











payung, layu



cukup, cuci tarikh, akhir



Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam ejaan soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya:



c.



1) f



maaf, fakir;



2) v



valuta, univeritas; dan



3) z



zeni, lezat.



Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai. a : b = p : q



6



d.



Penulisan di- atau ke- sebagai awalan dan di- atau ke- sebagai kata depan dibedakan,yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan di- atau ke- sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. Misalnya :



e.



di- (awalan)



di- (kata depan)



ditulis



di kampus



dibakar



di rumah



dilempar



di jalan



dipikirkan



di pasar



Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2 (dua). 1) anak-anak; 2) berjalan-jalan; dan 3) meloncat-loncat.



B. Pengertian Ejaan Kata “ejaan” berasal dari bahasa arab hija yang berarti huruf. Kemudian ke dalam bahasa Indonesia menjadi eja yang mendapat akhiran –an. Ejaan adalah sistem tulis-menulis yang dibakukan (distandardisasikan). Ejaan berarti pula lambang ujaran. Dengan kata lain, ejaan merupakan lambang dari bunyi bahasa. Misalnya fonem /a/ dilambangkan dengan huruf a, jeda dilambangkan dengan koma (,), kesenyapan dilammbangkan dengan titik (.), dan sebagainya.4 ______________ 4



ZA Fitriyah Mahmudah. 2007. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta : UIN Jakarta Press.



hlm. 17.



7



Jadi, yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan penulisan tanda baca. 5



C. Fungsi Ejaan Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembakuan tata bahasa maupun kosa kata dan peristilahan, ejaan mempunyai fungsi yang cukup penting. Oleh karena itu, pembakuan ejaan perlu diberi prioritas lebih dahulu. Dalam hubungan itu, ejaan, antara lain, berfungsi sebagai : 1.



Landasan pembakuan tata bahasa ;



2.



Landasan pembakuan kosakata dan peristilahan ; dan



3.



Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia. Apabila pembakuan ejaan telah dalam dilaksanakan, pembakuan aspek



kebahasaan yang lain pun dapat ditunjang dengan keberhasilan itu, terutama jika segenap pemakai bahasa yang bersangkutan telah menaati segala ketentuan yang terdapat di dalam buku pedoman. Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan di atas, ejaan sebenarnya juga mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk membantu pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis. Dalam hal ini fungsi praktis itu dapat dicapai jika segala ketentuan yang terdapat di dalam kaidah telah diterapkan dengan baik. ______________ 5



Arifin E. Zaenal. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia..., hlm. 164.



8



D. Ejaan Bahasa Indonesia Sesuai dengan Ejaan yang disempurnakan (EYD) 1.



Pemakaian Huruf a.



Huruf Abjad



Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas hurufhuruf berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.



b.



Huruf



Lafal



Huruf



Lafal



Aa



a



Nn



en



Bb



be - bukan bi



Oo



o



Cc



ce - bukan se



Pp



pe



Dd



de



Qq



ki - bukan kyu



Ee



e



Rr



er



Ff



ef



Ss



es



Gg



ge - bukan ji



Tt



te - bukan ti



Hh



ha



Uu



u



Ii



i



Vv



ve - bukan vi



Jj



je



Kk



ka



Xx



eks - bukan ek



Ll



el



Yy



ye - bukan ey



Mm



em



Zz



zet



Ww



we



Huruf Vokal



Huruf yang melambangkan vocal dalam bahasa Indonesia terdiri atas a, e, i, o, dan u. Huruf vokal



Contoh Penggunaan dalam Kata Di awal



Di Tengah



Di Akhir



A



Api



Padi



Lisa



E



Enak



Petak



Sore



Emas



Kena



Tipe



9



c.



I



Itu



Simpan



Murni



O



Oleh



Kota



Radio



U



Ulang



Bumi



Ibu



Huruf Konsonan



Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z. d.



Huruf Diftong



Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan ai, au, dan oi.6 Huruf diftong



2.



Contoh Penggunaan dalam Kata Di awal



Di tengah



Di akhir



Ai



Ai



Syaitan



Pandai



Au



Aula



Saudara



Harimau



Oi



-----



Boikot



Amboi



Penulisan Huruf a.



Huruf Kapital 1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat berupa petikan langsung ; 2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat ; 3) Dipakai



sebagai



huruf



pertama



nama



gelar



kehormatan,



keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang ; 4) Dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan ; ______________ 6



A Alek. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. hlm. 260-263.



10



5) Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat ; 6) Dipakai sebagai huruf pertama nama orang ; 7) Dipakai sebagai huruf pertama nama geografi ; dan 8) Dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, pangkat, jabatan dan sapaan. b.



Huruf Miring 1) Dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan ; 2) Dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata ; dan 3) Dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau ungkapan asing yang telah disesuaikan ejaannya.



3.



Penulisan Kata a.



Kata Dasar



Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: 1) Buku itu sangat tebal ; dan 2) Ibu pergi ke pasar. b.



Kata Turunan 1) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya : bergeletar, dikelola, penetapan, dan menengok ;



11



2) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi, dan sebar luaskan; 3) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata iu ditulis serangkai. Misalnya: menggarisbawahi, dan menyebarluaskan; dan 4) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis seranakai. Misalnya: adipati, biokimia, narapidana, dan swadaya. c.



Bentuk Ulang



Ditulis lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-anak, buku-buku, dan kuda-kuda. d.



Kata Ganti Ku, Mu, dan Nya



Ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya atau mendahuluinya. Misalnya: bukumu, dan kumiliki. e.



Kata Depan Di, Ke, dan Dari



Ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya keculai di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan dari pada. 4.



Penggunaan Tanda Baca a.



Tanda Titik (.) 1) Digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan; 2) Singkatan nama orang atau unsurnya;



12



3) Dipakai pada akhir singkatan atau unsur singkatan, gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan; 4) Dipakai singkatan kata ungkapan yang sudah sangat umum; 5) Dipakai di belakang atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar; dan 6) Dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. b.



Tanda Koma (,) 1) Dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu parincian atau pembilangan; 2) Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan; 3) Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat jika anak kalimat mendahului induknya; 4) Dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat dalam posisi awal; 5) Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain pada suatu kalimat; dan 6) Koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian yang lain yang mengiringi dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.



c.



Tanda Titik Koma (;)



Dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.



13



d.



Tanda Titik Dua (:) 1) Dipakai pada akhir pernyataan lengkap bila diikuti rangkuman atau pemberian; 2) Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian; dan 3) Dipakai dalam teks drama, sesudah kata yang menunjukkan pelaku percakapan.



e.



Tanda Hubung (-) 1) Dipakai untuk menyambung suku-suku kata yang terpisah karena pergantian baris; 2) Dipakai untuk menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya; 3) Dipakai untuk menyambung unsur-unsur ulang; 4) Dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja; 5) Dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan dan penghilangan bagian kelompok kata; dan 6) Dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.



f.



Tanda Elipsis (...) 1) Dipakai untuk menggambarkan kalimat yang terputus-putus; 2) Dipakai untuk menunjukkan dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan; dan 3) Dipakai untuk meminta kepada pembaca mengisi sendiri dari sebuah kalimat.



14



g.



Tanda Pisah 1) Dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang nenberi penjelasan; 2) Dipakai untuk menegaskan adanya aposisi; dan 3) Dipakai di antara dua bilangan atau tunggal yang berarti sampai dengan. Jika diletakkan di antara nama dua tempat atau kota.



h.



Tanda Seru (!)



Dipakai sesudah ungkapan atau peryataan



yang berupa seruan atau



perintah atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat. i.



Tanda Tanya (?) 1) Dipakai pada akhir kalimat Tanya; dan 2) Dipakai diantara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.



j.



Tanda Kurung ( (...) ) 1) Dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan; dan 2) Dipakai untuk mengapit penjelasan yang bukan bagian yang integral dari pokok pembicaraan.



k.



Tanda Petik (“….”) 1) Dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan naskah atau bahan tertulis lain. Kedua tanda petik itu di tuis sama tinggi di sebelah atas baris; 2) Dipakai untuk mengapit judul syair, karangan dan bab buku apabila dipakai dalam kalimat;



15



3) Dipakai untuk mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung; dan 4) Dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang memiliki arti khusus. l.



Tanda Petik Tunggal („…‟) 1) Dipakai untuk mengapit petikan dalam petikan; dan 2) Dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.



m. Garis Miring (/) Dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun. 5.



Pemakaian Singkatan dan Akronim a.



Singkatan



Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau lebih. 1) Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, dan pangkat diikuti tanda titik; 2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal atau kata ditulis dengan huruf kapital tanpa titik; dan 3) Singakata umun yang terdiri atas tiga huruf atau ebih diikuti satu tanda titik. b.



Akronim



Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun babungan huruf dan suku kata yang diperlukan sebagai kata.



16



1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital; 2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf kapital; dan 3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang disingkat seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. 6.



Penulisan Angka dan Lambang Bilangan a.



Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. 1) Bentuk angka biasa 2) Bentuk angka Romawi



: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9; dan : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L,



C, D, M, V. Jika dibandingkan, maka kedua bentuk angka tersebut adalah sebagai berikut: 1) I



= 1;



2) II



= 2;



3) III = 3; 4) V



= 5;



5) X



= 10;



6) L



= 50;



7) C



= 100;



8) D



= 500; dan



9) M = 1000. Perlu diingat bahwa penambahan dan pengurangan nilai dengan menuliskan angka tambahan dan pengurangan di belakang dan depan 17



bilangan sebelumnya hanya dapat dilakukan paling banyak tiga kali untuk penambahan dan satu kali untuk pengurangan. Contoh: 1) V



= 5;



2) VI



=6



(penambahan satu kali);



3) VIII = 8



(penambahan tiga kali);



4) IX



=9



(penambahan satu kali); dan



5) X



= 10.



Demikian juga halnya terhadap lambang bilangan Romawi yang lain. Contoh:



b.



1) L



= 50;



2) LI



= 51



(adalah 50 + 1);



3) XL



= 40



(salah jika XXXX);



4) LXV



= 65



(adalah 50 + 15);



5) LIX



= 59



(adalah 50 + 9); dan



6) MCMXCIX



= 1999.



Angka digunakan untuk menyatakan: 1) Ukuran panjang a) 15 meter



= (15 m);



b) 0,5 kilometer



= (0.5 km); dan



c) 123 desimeter = (123 dm). 2) Ukuran berat a) 145 kilogram = (145 kg); b) 1,5 gram



= (1,5 g); dan



c) 703 kwintal



= (703 kw).



18



3) Ukuran isi a) 6 liter



= (6 l); dan



b) 48 kubik



= (48 kubik).



4) Satuan waktu a) 2 jam 38 menit; b) pukul 13.00; dan c) 30 Nopember 1988. 5) Nilai uang. a) 1000 rupiah



= (Rp 1000,00);



b) 50 dolar Amerika = US $50; dan c) 10 pon Inggris. c.



Angka juga lazim dipakai untuk menandai nomor rumah, jalan, apartemen, hotel, atau kamar pada alamat (kediaman seseorang). Contoh: 1) Jalan Pahlawan No. 140; 2) Hotel Mesra, Kamar 500; dan 3) Jalan Sulaksana III No. 54.



d.



Angka dugunakan juga untuk menomori karangan atau bagianbagiannya. Contoh: Bab V, Pasal 8, halaman 34; dan Bab XII, Pasal 23, halaman 4.



e.



Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan dengan cara memisahkan tiap-tiap bagian kata. Contoh: 23



= dua puluh tiga



(benar);



= duapuluh tiga



(salah); 19



134 = seratus tiga puluh empat; dan 508 = lima ratus delapan. f.



Penulisan bilangan pecahan Contoh: 1) 1/2



= setengah;



2) 3/4



= tiga perempat;



3) 4/16 = empat perenam belas; 4) 3 2/3 = tiga dua pertiga; 5) 10% = sepuluh persen; 6) 0,2



= dua perpuluh;



7) 2,5



= dua lima perpuluh, atau dua setengah; dan



8) 1,09 = satu sembilan perseratus. g.



Penulisan kata bilangan tingkat (bertingkat) dapat dilakukan dengan cara



memakai



angka



biasa,



angka



Romawi,



atau



dengan



mempergunakan huruf. Contoh: 1) Dengan angka biasa: a) Dia anak ke-2 dari keluarga Paman; dan b) Bacalah Bab-3!. 2) Dengan angka Romawi: a) Ia adalah keturunan Hamengku Buwono IX (dibaca Hamngku Buwono kesembilan); dan b) Kakakku sekarang berkuliah pada tingkat VI (dibaca tingkat keenam). 3) Dengan huruf: a) Sekarang masih abad kedua puluh; 20



b) Di keluarganya ia termasuk anak kelima; dan c) Ali adalah pemenang keseratus sepuluh. h.



Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran -an. Contoh: 1) Contoh dengan angka biasa: a) Lagu itu terkenal pada tahun 80-an; dan b) Tukarkan uang 5.000-an dengan 1.000-an. 2) Contoh dengan huruf: a) Usianya sekitar tujuh puluhan; b) Uangnya jutaan; c) Tukarkan uangku dengan lima ribuan.



7.



Penulisan Unsur Serapan Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai



bahasa lain, baik daerah maupun bahasa asing seperti Sansakerta, Arab, Portugis, Belanda, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya,unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan. Pertama, unsur pinjaman yang sepenuhnya belum terserap ke dalam bahasa Indonesia,seperti: reshuffle, shuttle, cock, dan lain-lain. Unsur-unsur ini dipakai dakam konteks bahasa Indonesia tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapannya dan penulisannya disesuiakan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. 7



______________ 7



A Alek. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi..., hlm. 286.



21



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Berdasarkan uraian materi tentang ejaan di atas dapat kita ketahui bahwa ejaan ialah sistem tulis-menulis yang dibakukan (distandardisasikan). Dengan kata lain, ejaan merupakan keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Terdapat empat tahapan perkembangan ejaan bahasa Indonesia yaitu ejaan van ophuijsen, ejaan soewandi, ejaan melindo dan ejaan yang disempurnakan (EYD) yang masih dipakai hingga sekarang. Pokok-pokok penting dalam penerapan kaidah meliputi pemakaian huruf, penulisan huruf, pemakaian kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca. Oleh karena itu, penguasaan ejaan dengan baik dan benar mutlak diperlukan bagi seseorang yang berkecimpung dalam kegiatan ilmiah.



B. Saran Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapatkan pengetahuan mengenai penerapan kaidah ejaan yang baik dan benar. Penulis mengharapkan kepada pembaca agar pembaca juga dapat memahami penerapan kaidah ejaan tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas dan memperdalam ilmu kebahasaan Indonesia.



22



DAFTAR PUSTAKA



Arifin E. Zaenal. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo. ZA Fitriyah Mahmudah. 2007. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: UIN Jakarta Press. A Alek. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.