Makalah EKG Pak Arif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT “KONSEP DASAR EKG DAN INTERPRETASI EKG YANG MENGANCAM JIWA”



OLEH: VEVIOLA FITRI (1714201171)



DOSEN PEMBIMBING: Ns. MOHAMMAD ARIF, M. Kep.



PRODI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG T.A 2019/2020



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan limpahan Rahmat dan KaruniaNYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang telah ditentukan . Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman–teman, disamping itu penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membantu dari pembaca untuk kesempurnaannya. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat disajikan sebagai bahan bacaan, wassalam. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang luas kepada pembaca. Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga allah SWT senantiasa meridhoi usaha kita.



Bukittinggi, April 2020



BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Elektrokardiograpi (EKG) adalah pemantulan aktipitas listrik dari serat-serat otot jantung secarra goresan. Dalam perjalanan abad ini ,rekaman  EKG sebagai cara pemeriksaan tidak infsif, sudah tidak dapat lagi di hilang kan dari klinik .sejak di introduksi nya galvanometer berkawat yang di ciptakan oleh Einthoven dalam tahun 1903 ,galvanometer berkawat ini merupakan suatu pemecahan rrekor  perangkat sangat peka dapat merekam setiap perbedaan tegangan yang kecil sebesar milivolt .perbedaan tegangan ini terjadi pada lupan dan imbunan dari serat-serat otot jantung perbedaan tegangan ini di rambat kan kepermukaan tubuh dan di teruskan ke sandapan-sandapan dan kaawat keperangkat penguat EKG . aktifitas listrik mendahului penguncupan sel otot. Tidak adaperangkat pemeriksaan sedehana yang begitu banyak mengajar pada kita mengenai fungsi otot jantung selain di EKG dengan demikian masalah-masalah diagnistik penyakit jantung dapat di pecah kan dan pada giliran nya pengobotan akan lebih sempurna. Namun kita perlu di beri peringatan bahwa EKG itu walaupun memmberikan banyak masukan ,tetapi hal ini tak berarti tanpa salah. Elektrokardiogram tetap merupakan standar emas dalam mengidentifikasi adanya dan lokasi dari infark miokard akut. ST elevasi pada infark miokard akut dapat memprediksi ukuran infark, responnya terhadap terapi reperfusi, dan memperkirakan prognosis dari pasien. Distorsi terminal komplek QRS pada infark miokard akut inferior adalah jika Jpoint dibandingkan dengan tingginya gelombang R lebih atau sama dengan 0,5 pada dua atau lebih sadapan inferior (sadapan II, III, aVF). Birnbaum dkk. menyatakan bahwa adanya distorsi QRS awal berhubungan dengan tingginya angka kejadian high-degree AV block. Walaupun sebagian besar bersifat transien, high-degree AV block berhubungan dengan peningkatan angka kematian selama perawatan di rumah sakit, meskipun pasien mendapat terapi trombolitik. Bahan dan Cara Kerja : Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional terhadap pasien infark miokard akut inferior yang mendapat terapi trombolitik periode Januari 2000 sampai dengan Desember 2004 yang dirawat di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, yang memenuhi kriteria inklusi dan a ksklusi. Pasien dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu dengan distorsi QRS dan tanpa distorsi QRS.



Hubungan antara dua variabel dinilai dengan uji t dan chi-square, serta analisis multivarian dengan logistic regression. Hasil Penelitian : Terdapat 186 subyek penelitian dengan rentang umur 37-72 tahun, lebih banyak pada laki-laki (89%), yang terdiri dari 93 pasien dengan distorsi QRS dan 93 pasien tanpa distorsi QRS. Tidak didapatkan perbedaan data dasar karakteristik Minis dari kedua kelornpok. Dui analisis univarian, kelompok dengan distorsi QRS memiliki jumlah deviasi segmen ST yang lebih tinggi (9,61±3,67 vs 7,76±3,53, p=0,001), dan mengalami kegagalan terapi trombolitik yang lebih besar (74,2% vs 60,2%, p=0,042). Pada analisis multivarian, didapatkan hubungan yang berrnakna antara distorsi QRS dengan high-degree AV block (OR 2,5; 95% CI 1,04-6,01; p=0,04) dan umumnya terjadi saat perawatan di rumah sakit. Kesimpulan : Pasien dengan distorsi terminal komplek QRS pada infark miokard akut inferior yang mendapat terapi trombolitik mempunyai risiko high-degree AV block selama perawatan di rumah sakit yang lebih banyak dibandingkan dengan tanpa distorsi terminal komplek QRS. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah yaitu konsep dasar EKG dan interpretasi EKG yang mengancam nyawa. 1.3 TUJUAN 1.3.1



Tujuan umum Setelah dibuat nya makalah tentang konsep dasar EKG dan interpretasi EKG yang mengancam nyawa diharapkan mahasiswa mampu memahami.



1.3.2



Tujuan khusus 1. Apa pengertian EKG? 2. Apa tujuan dan Bagaimana indikasi dari pemasangan EKG? 3. Apa saja macam gelombang EKG dan bagaimann makna dari gelombang tersebut? 4. Bagaimana prosedur pelaksanaan pemeriksaan EKG? 5. Dimana letak sandapan pada EKG? 6. interpretasi EKG yang mengancam nyawa



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 pengertian



Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah lektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Namanya terdiri atas sejumlah bagian yang berbeda: elektro, karena berkaitan dengan elektronika, kardio, kata Yunani untuk jantung, gram, sebuah akar Yunani yang berarti "menulis". Elektrokardiogram atau yang biasa kita sebut dengan EKG merupakan rekaman aktifitas kelistrikan jantung yang ditimbulkan oleh sistem eksitasi dan konduktif khusus jantung. Jantung normal memiliki impuls yang muncul dari simpul SA kemudian dihantarkan ke simppul AV dan serabut purkinje. Perjalanan impuls inilah yang akan direkam oleh EKG sebagai alat untuk menganalisa kelistrikan jantung. Dalam EKG perlu diketahui tentang sistem konduksi (listrik jantung), yang terdiri dari: 1. SA Node ( Sino-Atrial Node ) Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel dalam SA Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls (rangsangan listrik) dengan frekuensi 60 - 100 kali permenit kemudian menjalar ke atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium terangsang. 2. AV Node (Atrio-Ventricular Node) Terletak di septum internodal bagian sebelah kanan, diatas katup trikuspid. Sel-sel dalam AV Node dapat juga mengeluar¬kan impuls dengan frekuensi lebih rendah dan pada SA Node yaitu : 40 - 60 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan impuls lebih rendah, maka



dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi. Bila SA Node rusak, maka impuls akan dikeluarkan oleh AV Node. 3. Berkas His Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu : 1. Cabang berkas kiri ( Left Bundle Branch) 2. Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch ) Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan lagi ke cabang-cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinye. 4. Serabut Purkinye Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel. Dari sel-sel ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh sel akan dirangsang. Di ventrikel juga tersebar sel-sel pace maker (impuls) yang secara otomatis engeluarkan impuls dengan frekuensi 20 - 40 kali permenit. 2.2 Tujuan dan Indikasi EKG 



Beberapa tujuan dari penggunaan EKG adalah : 1. Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia 2. Kelainan-kelainan otot jantung 3. Pengaruh/efek obat-obat jantung 4. Ganguan -gangguan elektrolit 5. Perikarditis 6. Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan ventrikel 7. Menilai fungsi pacu jantung.







Indikasi dari penggunaan EKG Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung. Namun, EKG



dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu kontraktilitas. Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang penting. 



Merupakan standar emas untuk diagnosis aritmia jantung[1]







EKG memandu tingkatan terapi dan risiko untuk pasien yang dicurigai ada infark otot jantung akut [2]







EKG membantu menemukan gangguan elektrolit (mis. hiperkalemia dan hipokalemia)[3]







EKG memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi (mis. blok cabang berkas kanan dan kiri)[4]







EKG digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama uji stres jantung[5]







EKG kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung (mis. emboli paru atau hipotermia)



2.3 Macam dan makna gelombang Bentuk Gelombang.  Dalam satu gelombang EKG  ada yang disebut titik, interval dan segmen. Titik terdiri dari titik P, Q, R, S, T dan U (kadang sebagian referensi tidak menampilkan titik U) sedangkan Interval terdiri dari PR interval, QRS interval dan QT interval dan Segmen terdiri dari PR segmen, dan ST segmen. Elektrokardiogram tediri atas sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS dan sebuah gelombang T. Seringkali kompleks QRS itu terdiri atas tiga gelombang yang terpisah, yakni gelombang Q, gelombang R dan gelombang S, namun jarang ditemukan.  Sinyal EKG terdiri atas : 1. Gelombang P, terjadi akibat kontraksi otot atrium, gelombang ini relatif kecil karena otot atrium yang relatif tipis. 2. Gelombang QRS, terjadi akibat kontraksi otot ventrikel yang tebal sehingga gelombang QRS cukup tinggi. Gelombang Q merupakan depleksi pertama kebawah. Selanjutnya depleksi ke atas adalah gelombang R. Depleksi ke bawah setelah gelombang R disebut gelombang S. 3. Gelombang T, terjadi akibat kembalinya otot ventrikel ke keadaan listrik istirahat (repolarisasi)



Pembentukan Gelombang Ketika impuls dari nodus SA menjalar di kedua atrium, terjadi depolarisasi dan repolarisasi di atrium dan semua sadapan merekamnya sebagai gelombang P defleksi positif, terkecuali di aVR yang menjauhi arah aVR sehingga defleksinya negatif. Setelah dari atrium, listrik menjalar ke nodus AV, berkas His, LBB dan RBB, serta serabut purkinje. Selanjutnya, terjadi depolarisasi di kedua ventrikel dan terbentuk gelombang QRS defleksi positif, kecuali di aVR. Setelah terjadi depolarisasi di kedua ventrikel, ventrikel kemudian mengalami repolarisasi. Repolarisasi di kedua ventrikel menghasilkan gelombang T defleksi positif di semua sadapan, kecuali di aVR. (F. Sangadji) Elektrokardiogram normal terdiri dari sebuah gelombang P , sebuah “ kompleks QRS “ , dan sebuah gelombang T. kompleks QRS sebenarnya tiga gelombang tersendiri, gelombang Q, gelombang R, gelombang S, ke semuanya di sebabkan oleh lewatnya impuls jantung melalui ventrikel ini. Dalam elektrokardigram yang normal, gelombang Q, dan S sering sangat menonjol dari pada gelombang R dan kadang kadang benar benar absen , tetapi walau bagaimanapun gelombang ini masih di kenal sebagai kompleks QRS atau hanya gelombang QRS. Gelombang P di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan sewaktu atrium mengalami depolarisasi sebelum berkontraksi , dan kompleks QRS di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan ketika ventrikel mengalami depolarisasi sebelum berkontraksi. Oleh karna itu, gelombang P dan komponen komponen kompleks QRS adalah gelombang depolarisasi. Gelombang T di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan sewaktu ventrikel kembali dari keadaan depolarisasi. Durasi atau Interval Gelombang a. Interval P-Q atau Interval P-R Lama waktu antara permulaan gelombang P dan permulaan gelombang QRS adalah interval waktu antara permulaan kontraksi ventrikel. Periode ini disebut sebagai interval P-Q. Interval P-Q normal adalah kira-kira 0,16 detik. Kadang-kadang interval ini juga disebut sebagai interval P-R sebab gelombang Q sering tidak ada. Interval Q-T Kontraksi ventrikel berlangsung hampir dari permulaan gelombang Q sampai akhir gelombang T. Interval ini juga disebut sebagai interval P-R sebab gelombang Q sering tidak ada.



Sinyal EKG ini memiliki sifat- sifat khas yang lain yaitu: Amplitudo rendah (sekitar 10μV – 10mV) dan frekuensi rendah (sekitar 0,05 – 100Hz).



Nilai-nilai EKG Normal 1. Gelombang P yaitu depolarisasi atrium. a. Nilai-normal ; lebar b. Tinggi c. Bentuk + ( ) di lead I, II, aVF, V2 - V6 d.  - ( ) di lead aVR e.  +  atau - atau + bifasik ( ) di lead III, aVL, V1 3.      Kompleks QRS yaitu depolarisasi dan ventrikel, diukur dari permulaan gelombang QRS sampai akhir gelombang QRS Lebar 0,04 - 0,10 detik. a. Gelombang Q yaitu defleksi pertama yang ke bawah (-) lebar 0,03 detik, dalam b. Gelombang R yaitu defleksi pertama yang keatas (+) • Tinggi ; tergantung lead. • Pada lead I, II, aVF, V5 dan V6 gel. R lebih tinggi (besar) • Gel. r kecil di V1 dan semakin tinggi (besar) di V2 - V6. c. Gelombang S yaitu defleksi pertama setelah gel. R yang ke bawah (-). Gel. S lebih besar pada VI - V3 dan semakin kecil di V4 - V6. 3. Gelombang T yaitu repolarisasi dan ventrikel 1. (+) di lead I, II, aVF, V2 - V6. 2. (-) di lead aVR. 3.  (±) / bifasik di lead III, aVL, V1 (dominan (+) / positif) 4. Gelombang U ; biasanya terjadi setelah gel. T (asal usulnya tidak diketahui) dan dalam keadaan normal tidak terlihat.



2.4 Sadapan pada EKG Fungsi sadapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut pandang yang jelas terhadap jantung. Sadapan ini dibaratkan dengan banyaknya mata yang mengamati jantung jantung dari berbagai arah. Semakin banyak sudut pandang, semakin sempurna pengamatan terhadap kerusakan-kerusakan bagian-bagian jantung. Sadapan pada mesin EKG secara garis besar terbagi menjadi dua: 1. Sadapan bipolar Sadapan Bipolar (I, II, III). Sadapan ini dinamakan bipolar karena merekam perbedaan potensial dari dua elektrode. Sadapan ini memandang jantung secara arah vertikal (ke atasbawah, dan ke samping). Sadapan ini merekam dua kutub listrik yang berbeda, yaitu kutub dan kutub negatif. Masing-masing elektrode dipasang di kedua tangan dan kaki. Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik yang diteruskan dari jantung melalui empat kabel elektrode yang diletakkan di kedua tangan dan kaki. Masing-masing LA (left arm), RA (right arm), LF (left foot), RF (right foot). Dari empat kabel elektrode ini aka dihasilkan beberapa sudut atau sadapan sebagai berikut. 1. Sadapan I. sadapan I dihasilkan dari perbedaan potensial lsitrik antara RA yang dibuat bermuatan negatif dan LA yang dibuat bermuatan positif sehingga arah listrik jantung bergerak ke sudut 0 derajat (sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat oleh sadapan I. 2. Sadapan II.  Sadapan II dihasilkan dari perbedaan antara RA yang dibuat bermuatan negatif dan LF yang bermuatan positif sehingga arah listrik bergerak sebesar positif 60 derajat (sudutnya ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan II. 3. Sadapan III. Sadapan III dihasilkan dari perbedaan antara LA yang dibuat bermuatan negatif dan RF yang dibuat bermuatan positif sehingga listrik bergerak sebesar positif 120 derajat (sudutnya ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan III.



2. Sadapan unipolar Sadapan ini merekam satu kutub positif dan lainnya dibuat indifferent. Sadapan ini terbagi menjadi sadapan unipolar ekstremitas dan unipolar prekordial. Unipolar Ekstremitas Sadapan unipolar ekstremitas merekam besar potensial listrik pada ekstremitas. Gabungan elektrode pada ekstremitas lain membentuk elektrode indifferent (potensial 0). Sadapan ini diletakkan pada kedua lengan dan kaki dengan menggunakan kabel seperti yang digunakan pada sadapan bipolar. Vektor dari sadapan unipolar akan menghasilkan sudut pandang terhadap jantung dalam arah vertikal. 1. Sadapan aVL. Sadapan aVL dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA yang dibuat bermuatan positif dengan RA dan LF yang dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah -30 derajat (sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat juga oleh sadapan aVL. 2. Sadapan aVF. Sadapan aVF dihasilkan dari perbedaan antara muatan LF yang dibuat bermuatan positif dengan RA dan LA dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah positif 90 derajat (tepat ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung selain sadapan II dan III dapat juga dilihat oleh sadapan aVF. 3. Sadapan aVR. Sadapan aVR dihasilkan dari perbedaan antara muatan RA yang dibuat bermuatan positif dengan LA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah berlawanan dengan arah lsitrik jantung -150 derajat (ke arah ekstrem). Dari sadapan bipolar dan unipolar ekstremitas, garis atau sudut pandang jantung dapat diringkas seperti yang digambarkan berikut. Akan tetapi, sadapan-sadapan ini belum cukup sempurna untuk mengamati adanya kelainan di seluruh permukaan jantung. Oleh karena itu, sudut pandang akan dilengkapi dengan unipolar prekordial (sadapan dada).



Unipolar Prekordial Sadapan unipolar prekordial merekam besar potensial listrik dengan elektrode eksplorasi diletakkan pada dinding dada. Elektrode indifferent (potensial 0) diperoleh dari penggabungan ketiga elektrode esktremitas. Sadapan ini memandang jantung secara horizontal (jantung bagian anterior, septal, lateral, posterior dan ventrikel sebelah kanan). Penempatan dilakukan berdasarkan pada urutan kabel-kabel yang terdapat pada mesin EKG yang dimulai dari nomor C1-C6. V1: Ruang interkostal IV garis sternal kanan V2: Ruang interkostal IV garis sternal kiri V3: Pertengahan antara V2 dan V4 V4: Ruang interkostal V garis midklavikula kiri V5: Sejajar V4 garis aksila depan V6: Sejajar V4 garis mid-aksila kiri 2.5 Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Pemasangan Ekg & Letak Sandapan 1. Persiapan alat-alat EKG a. Mesin EKG yang dilengkapi dengan 3 kabel, sebagai berikut : b. Satu kabel untuk listrik (power) c. Satu kabel untuk bumi (ground) d. Satu kabel untuk pasien, yang terdiri dari 10 cabang dan diberi tanda dan warna. e. Plat elektrode yaitu f. 4 buah elektrode extremitas dan manset g. 6 Buah elektrode dada dengan balon penghisap. h. Jelly elektrode / kapas alkohol i. Kertas EKG (telah siap pada alat EKG) j. Kertas tissue 2. Persiapan Pasien a. Pasieng diberitahu tentang tujuan perekaman EKG b. Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang selama perekaman.



3. Cara Menempatkan Elektrode



Sebelum pemasangan elektrode, bersihkan kulit pasien di sekitar pemasangan manset, beri jelly kemudian hubungkan kabel elektrode dengan pasien. 1. Elektrode extremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri searah dengan telapak tangan. 2. Pada extremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam. 3. Posisi pada pengelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapatlah dipasang sampai ke bahu kiri dan kanan dan pangkal paha kiri dan kanan. Kemudian kabel-kabel dihubungkan : Merah kanan(RA / R) lengan Kuning (LA/ L) lengan kiri Hijau (LF / F ) tungkai kiri (RF / N) tungkai kanan (sebagai ground)Hitam Hasil pemasangan tersebut terjadilah 2 sandapan (lead) 1. Sandapan bipolar (sandapan standar) dan ditandai dengan angka romawi I, II, III. 2. Sandapan Unipolar Extremitas (Augmented axtremity lead) yang ditandai dengan simbol aVR, aVL, aVF. 3. Pemasangan elektroda dada (Sandapan Unipolar Prekordial), ini ditandai dengan huruf V dan disertai angka di belakangnya yang menunjukkan lokasi diatas prekordium, harus dipasang pada : VI : sela iga ke 4 garis sternal kanan V2 : sela iga ke 4 pada garis sternal kiri V3 : terletak diantara V2 dan V4 V4 : ruang sela iga ke 5 pada mid klavikula kiri



V5 ; garis aksilla depan sejajar dengan V4 V6 ; garis aksila tengah sejajar dengan V4 Sandapan tambahan V7 : garis aksila belakang sejajar dengan V4 V8 : garis skapula belakang sejajar dengan V4 V9 : batas kin dan kolumna vetebra sejajar dengan V4 V3R - V9R posisinya sama dengan V3 - V9, tetapi pada sebelah kanan. Jadi pada umumnya pada sebuah EKG dibuat 12 sandapan (lead) yaitu I II III aVR aVL aVF VI V2 V3 V4 V5 V6 Sandapan yang lain dibuat bila perlu. Lokasi permukaan otot jantung dapat dilihat pada EKG, seperti : 1. Anterior : V2, V3, V4 2. Septal : aVR, V1, V2 3. Lateral : I, aVL, V5, V6 4. Inferior : II, III, aVF Aksis terletak antara : - 30 sampai + 110 (deviasi aksis normal) Lebih dari – 30 : LAD (deviasi aksis kiri) Lebih dari dari + 110 : RAD (deviadi aksis kanan)  Cara Merekam EKG 1. Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan. 2. Periksa kembali standarisasi EKG antara lain a. Kalibrasi 1 mv (10 mm) b. Kecepatan 25 mm/detik Setelah itu lakukan kalibrasi dengan menekan tombol run/start dan setelah kertas bergerak, tombol kalibrasi ditekan 2 -3 kali berturut-turut dan periksa apakah 10 mm 3. Dengan memindahkan lead selector kemudian dibuat pencatatan EKG secara berturut-turut yaitu sandapan (lead) I, II, III, aVR,aVL,aVF,VI, V2, V3, V4, V5, V6. Setelah pencatatan, tutup kembali dengan kalibrasi seperti semula sebanyak 2-3 kali, setelah itu matikan mesin EKG 4. Rapikan pasien dan alat-alat.



a. Catat di pinggir kiri atas kertas EKG b. Nama pasien c. Umur d. Tanggal/Jam e. Dokter yang merawat dan yang membuat perekaman pada kiri bawah 5. Dibawah tiap lead, diberi tanda lead berapa, perhatian Perhatian ! 1. Sebelum bekerja periksa dahulu tegangan alat EKG. 2. Alat selalu dalam posisi stop apabila tidak digunakan. 3. Perekaman setiap sandapan (lead) dilakukan masing - masing 2 - 4 kompleks 4. Kalibrasi dapat dipakai gambar terlalu besar, atau 2 mv bila gambar terlalu kecil. 5. Hindari gangguan listrik dan gangguan mekanik seperti ; jam tangan, tremor, bergerak, batuk dan lain-lain. 6. Dalam perekaman EKG, perawat harus menghadap pasien. 2.6 interpretasi EKG yang mengancam nyawa KERTAS EKG : 



Kertas EKG merupakan kertas grafik dengan jarak 1 mm (disebut kotak kecil), garis yang lebih tebal berjarak 5 mm (disebut kotak sedang)







Garis horisontal menggambarkan waktu, kecepatan kertas 25 mm/detik







Maka 1 detik = 25 kotak kecil,







1 menit = 60 x 25 = 1500 kotak kecil = 300 kotak sedang







1 kotak kecil = 1/25 = 0,04 detik







5 kotak kecil = 1 kotak sedang = 0,004 x 5 = 0,2 detik







Garis vertikal menggambarkan voltase, dimana 1 mm = 0,1 mVolt



Kotak EKG



1 mm =



5 mm =



Kotak kecil



Kotak sedang



SADAPAN EKG 



Sadapan ekstremitas : Lead I, II, III, AVR, AVL, AVF







Sadapan prekordial : Lead V1, V2, V3, V4, V5, V6







Sadapan ekstremitas menggambarkan aktivitas listrik jantung bidang frontal







Sadapan prekordial menggambarkan aktifitas listrik jantung bidang horisontal







Berdasarkan bidang tersebut, maka lead bisa menggambarkan kondisi jantung :







Lokasi jantung anterior : V1 s.d. V6, dengan rincian :







Antero septal : V1 - V4







Anterolateral : V5 - V6







Lokasi jantung high lateral : 1, dan AVL







Lokasi jantung inferior : II, III, dan AVF (lihat gambar di bawah)



AVR



AVL= -30o



KURVA EKG



V6



I= 0o



V5 V1



o



II= 60o



V2



V3



V4



Gelombang EKG terdiri dari gelombang PQRST (ingat, yang digaris dan huruf tebal yang harus diingat!) Gelombang P 



Gelombang P merupakan gambaran proses depolarisasi atrium (atrium berkontraksi)







Lebar kurang dari 0,12 detik







Tinggi kurang dari 0,3 mVolt







P selalu positif di lead II







P selalu negatif di lead AVR



Gelombang QRS 



Gelombang QRS merupakan gambaran proses depolarisasi ventrikel (ventrikel berkontraksi)







Lebar 0,06 – 0,12 detik







Tinggi tergantung lead







Gel Q merupakan defleksi negatif I dari gel QRS







Lebar gel Q kurang dari 0,04 detik







Dalamnya gel Q kurang dari 1/3 R







Q yang tidak normal adalah Q patologis







Gel R merupakan defleksi positif I sesudah Q dari gel QRS







Gel S merupakan defleksi negatif sesudah gel R



Gelombang T 



Gelombang T merupakan gambaran proses repolarisasi ventrikel



Interval PR 



Diukur dari permulaan gel P sampai permulaan gel QRS







Normal antara 0,12 – 0,20 detik







Merupakan waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi atrium dan jalannya impuls melalui berkas his sampai pada permulaan depolarisasi ventrikel







Nilai klinis untuk mengetahui apakah hantaran impuls di berkas his normal atau mengalami gangguan



Segmen ST 



Diukur dari akhir gelombang S sampai awal gelombang T







Nilai klinis untuk mengukur adanya infark atau iskhemik



PENILAIAN EKG Cara menilai EKG adalah : 1.



Tentukan frekwensi jantung



2.



Tentukan irama jantung



3.



Tentukan aksis jantung



4.



Tentukan adanya hipertropi



5.



Tentukan adanya tanda iskhemik



6.



Tentukan adanya gangguan pembentukan impuls



7.



Tentukan adanya gangguan penghantaran impuls



8.



Khusus EKG kegawatan, pertama kali yang dilihat, tentukan adakah EKG kegawatan berupa : Ventrikel takikardi (VT), Ventrikel Vibrilasi (VF), Atrial Fibrilasi (AF) dan Ventrikel ekstra sistole (VES)



Langkah menentukan frekwensi jantung :







Tentukan 2 puncak gelombang R di lead II







Hitung berapa jumlah kotak kecil antara 2 puncak gelombang R







Hitung frekwensi sesuai dengan rumus :



frek =



1500 jml kotak kecil R−R atau



frek =



300 jml kotak sedang R−R







Normal 60 – 100







Takikardi bila lebih dari 100 x/menit







Bradikardi bila kurang dari 60 x/menit



Langkah menentukan irama jantung 



Tentukan irama jantung apakah reguler (jarak R-R sama) atau ireguler







Tentukan apakah irama sinus atau tidak, dengan kriteria :







Irama reguler/teratur







Gel P normal







Gel P selalu diikuti gel QRS







Gel P selalu positif di lead II dan negatif di lead AVR







Interval PR normal







Gelombang QRS normal







Irama yang tidak memenuhi ketentuan tersebut dinamakan disritmia







Penyebab disritmia : (1) gangguan pembentukan impuls dan (2) gangguan penghantaran impuls



Aksis jantung







Aksis jantung adalah sudut arah aliran impuls jantung







Menghitung dengan QRS di bidang frontal







Aksis normal terletak antara -30 s.d. +110 derajat







Deviasi aksis ke kiri (LAD) antara -30 s.d. -90 derajat







Deviasi aksis ke kanan (RAD) antara + 110 s.d. -180 derajat



Langkah menentukan aksis jantung 



Seperti menghitung 2 vektor, yaitu vektor lead I dan vektor lead AVF







Tentukan selisih tinggi R dan S di lead I







Tentukan selisih tinggi R dan S di lead AVF







Tentukan jumlah kedua vektor tersebut



Langkah menentukan tanda-tanda hipertrofi 



Hipertrofi atrium kanan Ditandai gel P pulmonal : gel P yang lancip dan tinggi, paling jelas di lead I dan II







Hipertrofi atrium kiri Ditandai gel. P mitral : gel P yang lebar dan berlekuk, paling jelas di lead I dan II







Hipertrofi ventrikel kanan Ditandai gel R lebih besar dari gel S pada lead prekordial kanan Gel S menetap di V5 V6 Depresi segmen ST dan gel T terbalik di V1-V3







Hipertrofi ventrikel kiri Gel R pada V5 atau V6 lebih dari 27 mm atau gel S di V1 ditambah gel R di V5 atau V6 lebih dari 35 mm Depresi segmen ST dan gel T terbalik di V5 V6



Tanda iskhemik dan infark 



Iskemik : depresi segmen ST atau gel T terbalik







Infark akut : elevasi segmen ST, sering disertai dengan gel Q patologis







Fase recent/sub akut : gel Q patologis disertai gel T terbalik







Infark old (OMI) : gel Q patologis disertai segmen ST dan gel T normal



Disritmia atau aritmia yang dapat mengancam jiwa gangguan irama jantung yang dapat mengancam jiwa penderitanya: 1.   Ventrikel Takikardi (VT): Ini merupakan gambaran ekg akan adanya kelainan irama jantung yang bisa mengancam nyawa penderitanya. Ventrikel Takikardi ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu: Ventrikel Takikardi Monomorfik dan Ventrikel Takikardi Polimorfik. Adapun ciri-ciri gambaran Ventrikel Takikardi Monomorfik ini adalah: kompleks QRS memiliki bentuk dan amplitudo yang sama. Dengan gambaran Ventrikel Takikardi Monomorfik sebagai berikut: Laju: 100 – 250 x/menit Irama: Teratur (reguler) Gelombang P: Tidak ada Interval PR: Tidak ada Durasi QRS: memanjang (> 0,12 detik) dengan bentuk yang aneh.



Sedangkan gambaran Ventrikel Takikardi Polimorfik adalah: bentuk kompleks QRS memiliki bentuk dan amplitudo yang bervariasi, interval QT normal atau memanjang. Laju: 100 – 250 x/menit Irama: Reguler atau irreguler Gelombang P: Tidak ada



Interval PR: Tidak ada Durasi QRS: memanjang (> 0,12 detik) dengan bentuk yang aneh.



2.  Ventrikel Fibrasi (VF): Ini merupakan salah satu gambaran EKG yang merupakan tanda irama henti jantung yang dapat mengancam jiwa penderita. Dimana aktivitas listriknya kacau yang terjadi tanpa adanya depolarisasi ventrikel atau kontraksi. Laju: Tidak dapat ditentukan Irama: Kacau Gelombang P: Tidak ada Interval PR: Tidak ada Durasi QRS: Tidak ada



3.  Pulseless Electrical Activity (PEA): Gambaran ini juga kadang disebut electromechanical dissocation (EMD), dimana biasanya pada monitor tampak aktivitas listrik namun tidak dapat teraba dengan kata lain ada aktivitas listrik jantung namun tidak terdeteksi dengan pemeriksaan palpasi pada jantung. Umumnya tidak seteratur irama sinus normal.



4.  Asistole:



Adalah irama jantung yang mengancam nyawa yang ditandai dengan tidak adanya aktifitas elektrik pada gambaran EKG.



BAB III PENUTUP



3.1 KESIMPULAN Elektrokardiogram atau yang biasa kita sebut dengan EKG merupakan rekaman aktifitas kelistrikan jantung yang ditimbulkan oleh sistem eksitasi dan konduktif khusus. Beberapa tujuan dari penggunaan EKG adalah : 1. Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia 2. Kelainan-kelainan otot jantung 3. Pengaruh/efek obat-obat jantung 4. Ganguan -gangguan elektrolit 5. Perikarditis 6. Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan ventrikel 7. Menilai fungsi pacu jantung. Elektrokardiogram tediri atas sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS dan sebuah gelombang T. Seringkali kompleks QRS itu terdiri atas tiga gelombang yang terpisah, yakni gelombang Q, gelombang R dan gelombang S, namun jarang ditemukan. Sandapan pada EKG ada 2 yaitu sandapan bipolar dan unipolar. Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik yang diteruskan dari jantung melalui empat kabel elektrode yang diletakkan di kedua tangan dan kaki.sedangkan, sandapan unipolar Sadapan ini memandang jantung secara horizontal (jantung bagian anterior, septal, lateral, posterior dan ventrikel sebelah kanan).



DAFTAR PUSTAKA Sundana K, 2008, Interpretasi EKG, Pedoman Untuk Perawat, EGC, Jakarta.



Thaler MS, 2000, Satu-Satunya Buku EKG yang Anda Perlukan, Edisi 2, Hipokrates, Jakarta