Makalah Estimasi Cadangan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ESTIMASI CADANGAN TENTANG KONTROL GEOLOGI



Nama Anggota



Kelompok



: 1. Ferdi Restu Saputra



(710018202)



2. Eko Darwanto



(710018197)



3. Kartika Fakta Puspita



(710018196)



4. Ega Chandra Kusmana



(710018207)



5. Abdul Fadel Rafsyamzani



(710018179)



6. Dimas Dwi Setioso



(710018023)



7. Fikhy Riandy



(711218296)



8. Jimmy Hendrik Kassiuw



(710018176)



: 01



PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA 2020



1. Pemetaan Geologi



Pemetaan geologi (geological mapping) pada dasarnya adalah menggambarkan data pada peta dasar topografi yang menghasilkan cerminan kondisi geologi pada skala yang diinginkan. Kondisi geologi yang dijumpai di lapangan berupa penyebaran batuan, struktur geologi, dan kenampakan morfologi bentang alam. Pengamatan kondisi geologi dilapangan harus dilakukan dengan baik dan benar supaya kita mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi di tempat itu pada beberapa juta tahun yang lalu sehingga kita dapat merekonstruksi apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu sesuai dengan semboyan “the present is they key to the past” (Hutton, 1726 - 1797). Ilmu geologi mulai berkembang pada sekitar tahun 500 hingga 300 tahun sebelum Masehi yang didasarkan pada pemikiran-pemikiran dan pernyataan– pernyataan yang diajukan oleh pakar-pakar filsafat Yunani dan geologi sejak itu berkembang menjadi ilmu pengetahuan tentang bumi dan telah dikembangkan sesuai dengan kebutuhan seperti pada bidang pertambangan (geologi pertambangan), perminyakan (geologi minyak), teknik sipil (geologi teknik), lingkungan (geologi lingkungan) dan sebagainya. Perkembangan ilmu ini mendorong para ahli geologi melakukan penelitian geologi berskalakan regional, akan tetapi masih diperlukan penelitian yang lebih detail untuk melengkapi data geologi yang mencakup kondisi geomorfologi, struktur geologi, stratigrafi, dan aspek geologi lainnya (Balfas, 2015). Penelitian geologi dimaksudkan untuk lebih memahami dan menerapkan ilmu geologi yang telah dipelajari yang nantinya akan diaplikasikan dalam dunia kerja geologi, untuk meningkatkan pengetahuan dan untuk mengetahui dan memetakan tatanan geologi daerah penelitian yang terdiri dari geomorfologi, litologi, stratigrafi, dan struktur geologi, yang selanjutnya dapat menggambarkan sejarah geologi daerah penelitian. Pemetaan geologi ini diharapkan dapat memberikan informasi potensi geologi baik potensi positif seperti mineralisasi dan potensi negatif berupa bencana alam. Hubunganya dengan estimasi cadangan yaitu saling keterkaitanya dalam proses penambnagan untuk memperkirakan jumlah tonase suatu endapan bahan galian, 2. Model Genetik Beberapa model Genetik endapan mineral terutama endapan logam yang telah diajukan oleh ahli geologi pertambangan , kesemuanya untuk menjelaskan proses dan karakteristik suatu jebakan. Pada dasarnya semua model yang di ajukan tersebut menekankan hubungan



antara terjadinya intrusi plutonik dan endapan bijih yang terbentuk serta berdasarkan pada model megmatik-hidrotermal Zona Alterasin hidrotermal dapat terbagi dapat terbagi menjadi 5 zona 1. Zona Potasik Zona Potasik merupakan zona alterasi yang berada pada bagian dalam suatu sistem hidrotermal dengan kedalaman bervariasi yang umumnya lebih dari beberapa ratus meter. Zona Alterasi ini dicirikan oleh mineral ubahan berupa biotit sekunder , K Feldspar, kuarsa, serisit dan magnetite. 2. Zona Alterasi Serisit Zona ini biasanya terletak pada bagian luar dari zona potasik, batas zona ini berbentuk circular ysng mengelilingi zona potasik yang berkembang pada intrusi, zona ini dicirikan oleh kumpulan mineral serisit dan kuarsa sebagai mineral utama denagn mineral pyrte yang melimpah serta sejumlah anhidrit 3. Zona Argilik Zona ini berkembang pada bagian luar dari zona alterasi yang di cirikan oleh kumpulam kumpulan mineral epidot maupun karbonat dan juga mineral klorit, mineral sulfida berupa pyrite mendominasi zona ini dimana keterdapatannya dijumpai mengganti fenokris piroksin maupun hornblende. 4. Zona Agrilik Zona ini terbentuk karena rusaknya unsur potasium, kalsium dan magnesium menjadi mineral lempung, zona ini dicirikan oleh kumpulanmineral lempung, kuarsa dan unsur karbonat. 5. Zona AlterasiSkarn Alterasi ini terbentuk akibat kontak antara batuan sumber dengan batuan karbonata, zona ini sangat dipengaruhi oleh komposisi batuan yang kaya akan kandungan mineral karbonat.



3. Pemodelan umun Geometri endapan a. Geometri endaoan sedimen Geometri batuan sedimen adalah makalah yang disusun oleh Rich (1938). Dalam makalah itu, Rich mencoba untuk memformulasikan suatu skema penggolongan



rasional mengenai geometri pasir, kemudian menyajikan suatu ikhtisar yang memaparkan ciri-ciri utama dari setiap geometri tersebut. Hasil-hasil penelitian para



ahli



terhadap



geometri



pasir



mencapai



puncak



dengan



diterbitkannya Geometry of Sandstone Bodies pada 1961. Karya tulis penting lain yang membahas tentang geometri pasir disusun oleh Potter (1963), LeBlanc (1972), serta Shelton dkk (1972). Selain itu tidak sedikit pula makalah yang mencoba untuk membahas geometri pasir tertentu. Geometri batuan karbonat mendapatkan perhatian serius dari para ahli ketika diketahui bahwa jebakan migas tertentu ber-asosiasi dengan batugamping terumbu purba. Penemuan itu menjadi pemicu dilakukannya penelitian yang mendetil terhadap terumbu, baik terumbu masa kini maupun terumbu purba. Dengan penelitian-penelitian tersebut, para ahli kemudian mengetahui bahwa tidak semua bioherm—suatu istilah yang digunakan oleh Cummings & Shrock (1928) untuk menamakan carbonate buildup yang memiliki penyebaran terbatas—berupa terumbu. Sebagian bioherm merupakan endapan kalsilutit yang pada dasarnya merupakan mud mound. Meskipun para ahli telah banyak menujukan perhatian mereka pada ukuran, bentuk, dan orientasi carbonate buildup, namun pengetahuan tentang geometri endapan karbonat masih tertinggal oleh pengetahuan mengenai geometri endapan pasir. Geometri “kubah” garam dan struktur lain yang berkaitan dengannya telah diketahui sejak lama. Perkembangan pengetahu-an mengenai kubah garam juga erat kaitannya dengan eksplorasi migas karena sebagian jebakan migas berasosiasi dengan kubah garam. Pengetahuan mengenai kubah garam dapat ditemukan dalam berbagai buku, misalnya dalam Geology of Petroleum (Levorsen, 1967, h. 356-379) dan Diapirism and Diapirs (Braunstein & O”Brien, 1968). Berbeda dengan endapan pasir atau terumbu, kubah garam merupakan struktur sekunder yang terbentuk pasca-pengendapan. b. Geometri batuan karbonat Secara umum, pengetahuan tentang geometri tubuh batuan karbonat jauh lebih sedikit dibanding dengan pengetahuan tentang geometri tubuh batupasir. Hal itu antara lain terjadi karena, dalam geophysical logs, kita lebih mudah membedakan pasir dengan serpih dibanding membedakan pasir karbonat dengan batugamping



mikrit. Dengan kata lain, geophysical logs tidak memadai untuik membedakan batugamping tertentu dari batugamping lain yang berasoasiasi dengannya. Karena itu, pengetahuan kita saat ini masih terlalu minim untuk dapat digunakan sebagai dasar penyusunan klasifikasi tubuh batuan karbonat. Walau demikian, hingga dewasa ini telah ada sebagian ahli yang mencoba untuk menyusun skema penggolongan tubuh endapan karbonat. Sebagai contoh, Ball (1967) mencoba menggolongkan tubuh pasir karbonat masa kini yang ada di Bahama. Sebagian ahli juga telah mempelajari carbonate “buildup” atau bioherm, termasuk didalamnya terumbu (reef) dan carbonate mud mound atau “knoll”.