Makalah Etika Bisnis Bab 4 Kelempok 4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melaksanakan tugas seorang manajer sebuah perusahaan dihadapkan pada berbagai keputusan yang harus diambil. Setiap manajer memang menyadari akan pentingnya peran keputusan dalam mendukung berlangsungnya aktivitas perusahaan. Sering kasus yang dihadapi berbarengan dengan perosalan-persoalan yang terjadi, seperti konflik, ketidakadilan, kerugian biaya dan waktuKarena keputusan yang memiliki etika bisnis adalah yang bisa menyeimbangkan berbagai pihak, serta terutama mampu membuat pekerjaan dapat kembali terlaksana dan selesai hingga batas waktu yang telah ditetapkan, serta berbagai persoalan lainnya. Semua itu bagi seorang manajer sering harus melihat dari segi perspektif etika bisnis. Artinya penyelesaian kasus seperti itu jika diselesaikan harus dikaji juga dari segi pendekatan etika bisnis, jika keputusan dibuat hanya didasarkan pertimbangan untuk memberi keputusan kepada manajemen perusahaan dan mengesampingkan kepuasan di pihak karyawan maka itu dianggap sebagai satu kesalahan.



1.2 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah membahas, mengetahui serta memahami: 1.2.1. Pengertian keputusan. 1.2.2. Tahap-tahap pengambilan keputusan. 1.2.3. Pendekatan erika bisnis dalam pengambialan keputusan . 1.2.4. Pemecahan kasus konflik dalam prespektif etika bisnis antara manajemen perusahaan dan karyawan serta supervisor di perusahaan dengan mempergunakan metide pohon keputusan (dicision tree)



BAB 2 PEMBAHASAN 2.1.



Definisi Pengambilan Keputusan



Keputusan adalah penelusuran masalah yang berawal dari latar belakang masalah, identifikasi masalah hingga kepada terbentuknya kesimpulan atau rekomendasi. Rekomendasi itulah yang sleanjutnya dipakai dan digunaka sebagai pedoaman bisnis dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, begitu besarnya pengaruh yang akan terjadi jika seandainya rekomendasi yang dihasilkan tersebut terdapat kekeliruan atau adanya kesalahan-kesalahan yang tersembunyi karena factor ketidakhati-hatian dalam melakukan pengkajian masalah.



2.2.



Tahap-tahap Pengambilan Keputusan



Guna memudahkan pengambilan keputusan maka perlu dibuat tahap-tahap yang bisa mendorong kepada terciptanya keputusan yang diinginkan. Adapun tahap-tahap tersebut adalah: a) Mendefinisikan masalah tersebut secara jelas dan gambling, atau mudah untuk dimengerti. b) Membuta daftar masalah yang akan dimunculkan, dan menyusunnya secara prioritas dengan maksud agar adanya sistematika yang lebih terarah dan terkendali. c) Melakukan identifikasi dari setiap masalah tersebut dengan tujuan untuk lebih memberikan gambaran secara lebih tajam dan terarah secara lebih spesifik. d) Memetakan setiap masalah tersebut berdasarkan kelompoknya masing-masing yang kemudian selanjutnya dibarengi dengan menggunakan model atau alat uji yang akan dipakai. e) Memastikan kembali bahwa alat uji yang digunakan tersebut telah sesuai dengan prinsipprinsip dan kaidah-kaidah yang berlaku pada umumnya. Di sisi lain Simon (1960) mengatakan, pengambilan keputusan berlangsung melalui empat tahap, yaitu : 



Intelligence







Disign







Choice, dan







Implementasi



Secara lebih dalam beliau menegaskan bahwa “Intelligence adalah proses pengumpulan informasi yang bertujuan mengidentifikasi permasalahan. Design adalah tahap perancangan solusi terhadap masalah. Biasanya tahap ini dikaji berbagai macam alternatif pemecahan masalah. Choice adalah tahap mengkaji kelebihan dan kekurangan dari berbagai macam alternatif yang ada dan memilih yang terbaik. Implementation adalah tahap pengambilan keputusan dan melaksanakannya”



2.3.



Pendekatan Etika Bisnis Dan Pengambilan Keputusan



Dalam mendukung pengambilan keputusan, para manajer menempatkan prespektif etika sebagai penguat keputusan. Selama ini para manajer sering menempatkan pendekatan normatif dalam setiap pengambilan keputusan mereka, namun pada kenyataannya pendekatan normatif saja tidak mungkin diterapkan. Oleh karena itu, untuk membuat suatu keputusan menjadi jauh lebih aspiratif maka dibuatlah berbagai bentuk pendekatan lainnya, seperti, Utilitarian approach (pendekatan manfaat), individualisme approach (pendekatan individualisme), Moral-rights approach (pendekatan hak-hak moral), dan Justice approach (pendekatan keadilan). Untuk memahami secara lebih dalam 4 (empat) bentuk pendekatan ini dapat kita lihat di bawah ini. 2.3.1.



Utilitarian Approach (Pendekatan Manfaat)



Pendekatan manfaat (utilitarian approach) yang didukung oleh para filsuf di abad kesembilan belas yakni Jeremy Betham dan John Stuart Mill., menyatakan bahwa perilakuperilaku moral harus mengasilkan kebaikan terbesar bagi kelompok mayoritas. Keputusan dengan menempatkan pendekatan manfaat artinya keputusan diambil berdasarkan mana yang lebih tinggi nilai manfaatnya dari dua atau lebih keputusan yang diambil.



2.3.2.



Individualisme Approach (Pendekatan Individualisme)



Pendekatan individualisme adalah konsep etika yang menyatakan suatu tindakan adalah bermoral jika mendukung kepentingan jangka panjang individu, yang akhirnya mengarah pada kebaikan besar. Sering keputusan yang bersifat jangka panjang hanya dipahami oleh mereka yang memiliki pandangan dan pemahaman yang bersifat jangka panjang. Dalam realita manajer yang sukses memiliki pandangan yang jauh ke depan.



2.3.3.



Moral-Rights Approach (Pendekatan hak-hak Moral)



Pengdekatan hak-hak moral adalah konsep etika yang memandang bahwa keputusankeputusan moral adalah keputusan yang tidak melanggar hak asasi dari mereka yang dipengaruhi oleh keputusan tersebut. Pada pendekatan ini ditekankan tentang bagaimana menghargai hak asasi manusia (Human right) sebagai landasan berfikir dalam pengambilan keputusan.



2.3.4.



Justice Approach (Pendekatan Keadilan)



Pendekatan keadilan (justice approach) menyatakan bahwa keputusan-keputusan moral harus didasarkan pada standar, keadilan, kewajaran, dan tidak memihak. Secara umum ada tiga bentuk keadilan yang diterapkan disini, yaitu keadilan distributif (distributive justice), keadilan prosedural (procedural justice), dan keadilan kompensatori (compensatory justice).



2.4. Penggunaan Pohon Keputusan Sebagai Pendukung Dalam Proses Pengambilan Keputusan. Untuk memudahkan proses dalam pengambilan keputusan agar lebih komprehensif dan juga fokus maka kiranya penggunaan pohon keputusan (decision tree) menjadi bagian yang tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Penggunaan pohon keputusan dimaksudkan untuk lebih memudahkan pihak manajer dalam melihat keputusan yang diambil secara lebih terang dan sederhana. Pohon keputusan dapat didefinisikan menurut Susan Welch dan John C. Comer sebagai “Suatu diagram yang cukup sederhana yang menunjukkan suatu proses untuk merinci masalah-masalah yang dihadapinya kedalam komponen-komponen, kemudian dibuatkan alternatif pemecahan beserta konsekuensi masing-masing alternatif.” Sedangkan menurut Johanes Supranto, “diagram pohon keputusan adalah suatu diagram berupa pohon bercabang-cabang yang menggambarkan hubungan antara alternatif keputusan/tindakan dengan kejadian-kejadian tidak pasti yang melingkupi setiap alternatif keputusan yang dipilih.” Dalam pembuatan pohon keputusan ada simbol yang secara umum digunakan yaitu: = Simbol keputusan. O



= Simbol kejadian tidak pasti/alternatif.



----



= Cabang/Penghubung.



Menurut Kamaluddin pohon keputusan yang lengkap mempunyai komponen-komponen sebagai berikut: 1. Titik Pilihan (Choice Nod) Merupakan hasil akhir sebuah keputusan yang diperoleh dari beberapa alternatif, dan merupakan suatu pilihan yang terbaik. 2. Cabang Alternatif (Alternative Branches) Merupakan banyak kemungkinan pilihan jawaban dari suatu persoalan yang berpangkal pada titik pilihan. Pada suatu akhir dari cabang pilihan terdapat nilai atau kemungkinan dari suatu hasil yang di harapkan. 3. Titik Hasil (Outcome Nod) Merupakan hasil dari tiap-tiap cabang dalam pohon keputusan. Titik hasil ini ditandai dengan sebuah lingkaran pada tiap-tiap cabang pohon keputusan.



4. Cabang Hasil (Outcome Branches) Merupakan banyaknya kemungkinan untuk meraih suatu hasil dari titik hasil, dan pada tiap-tiap ujung alternatifnya ada nilai kesuksesan (Biaya/Profit). 5. Kesuksesan (payoff) Merupakan sekumpulan laba (benefit) atau biaya yang mungkin dihasilkan, yang diakibatkan oleh kombinasi suatu keputusan dan suatu keadaan dasar yang acak. Namun konsep pembuatan pohon keputusan bisa dibuat dalam bentuk yang lebih sederhana tanpa harus begitu detail seperti yang dikemukakan diatas. Asal yang harus diingat semuanya itu sesuai dengan prosedur dan ide konsep dasar dari pohon keputusan, yaitu bertujuan membantu para manajer dalam merinci dan melihat peta keputusan dari prespektif three decision. Untuk penggunaan simbol dan bentuk dari pohon keputusan ini dapat kita lihat pada gambar dibawah ini. Dari gambar dapat dipahami bahwa keputusan pertama (First decision point) tahap awal sebuah keputusan diambil terhadap sesuatu yang hendak dikaji atau dianalisis. Maka pada keputusan kedua (second decision point) sudah terlihat bentuknya yaitu adanya hasil keputusan yang bersumber dari dua sisi, sisi pertama adalah berdasarkan dari riset pasar atau melakukan kajian langsung atau juga turut mempergunakan data primer dan tanpa riset pasar atau hanya mempergunakan data yang sudah ada tentu ini berdasarkan dari data- data pada tahun sebelumnya. Selanjutnya diperoleh tiga bentuk hasil keputusan untuk setiap bagiannya yaitu dilakukan tiga tindakan oleh perusahaan adalah promosi besar,promosi kecil dan tanapa promosi. Yang akhirnya keputusan promosi tersebut diaplikasikan kedua bentuk pasar yaitu pasar besar dan pasar kecil. Adapun untuk tanpa promosi maka ini akan dilakukan kajian lebih dalam apa dan bagaimana cara aplikasinya tentunya. Bagi para bisnis setiap tindakan tersebut pasti membutuhkan dan mengeluarkan biaya (cost) sehingga perhitungan sperti biaya pada promosi besar maupun kecil dan implikasi yang timbul saat ia memasuki pasar besar atau pasar kecil.



Gambar 4.1: Pengambilan Keputusan Dengan Penggunaan Pohon Keputusan Untuk Menganalisis Rangkaian Keputusan Dan Probabilitasnya Dari gambar 4.1 di atas dapat kita pahami bahwa pembuatan pohon keputusan bertujuan untuk memperinci dan mensisitematikan proses pengambilan keputusan. Untuk lebih mudah memahaminya adalah dapat kiranya dimengerti dalm bentuk contoh, yaitu dimisalkan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang food and beverage dengan sebuah rencana prosukdi yang difokuskan pada produk minuman susu. Keputusan pertama perusahaan adalah berkeinginan memproduksi susu yang bersaing dengan berbagai jenis merek susu yang sudah terlebih dahulu beredar dipasaran. Untuk selanjutnya perusahaan melakukan riset pasar atau semacam penelitian pasar seperti tinjauan langsung ke pasar dan juga melalui penyebaran kuesioner, atau juga tanpa riset pasar yaitu informasi yang berasal dari literature kepustakaan atau pendapat para ahli yang bisa dijadikan rujukan. Maka pada riset pasar tersebut disini dibagi lagi pada perolehan data yang dapat diterima, yaitu ada laporan yang dianggap akurat dan ada laporan yang dianggap tidak akurat. Karena pengolahan data, seperti pada saat [penyebaran kuesioner yang ternyata tidak seluruhnya disebarkan sesuai denga yaitu pada calon konsumen yang dimaksud. Langkah selanjutnya pada keputusan kedua adalah melakukan action plan dari hasil riset dalam bentuk dilakukannya promosi besar, promosi kecil atau bahkan tanap dilakukannya promosi. Ketiga



bentuk keputusan promosi ini dilakukan sesuai dengan hasil rekomendasi yang diberikan. Pada tahap akhir selanjutnya perusahaan akan memutuskan untuk masuk pada wilayah pasar yang berskala besar atau kecil. Dalam pengujian ini pihak perusahaan boleh saja meminta bantuan dari lembaga konsultan yang terkait, mungkun untuk kasus seperti keputusan dari segi kelayakan pemasaran itu dapat ditunjuk lembaga konsultan pemasaran namun jika menyangkut analisis financial maka tentunya konsultan keuangan adalah yang paling sesuai. Contoh kasus penggunaan pohon keputusan secara sederhana bagi seorang inverstor. Tuan Rukmana seorang investor pemula dimana memiliki uang sebesar Rp. 1 Miliar dan berkeinginan untuk berinvestasi ke bidang penanaman coklat. Selama ini uang yang dimilikinya hanya didepositokan di Bank dan beliau selalu saja memperoleh keuntungan dalam bentuk bunga deposito, namun saat ini beliau tertarik untuk berinvestasi dalam bentuk bisnis penanaman coklat, Maka itu kita dapat membuat pohon keputusannya sebagai berikut :



Gambar 4.2 Keputusan Investor dalam Menanam Coklat atau Mendeposiokan Uang Di atas seorang investor akan memiliki dua kondisi alternatif keputusan jika ia mendepositkan uang di Bank dengan kondisi yang stabil yaitu selalu memperoleh keuntungan dalam bentuk bunga deposito atau melakukan keputusan menanam coklat dengan berbagai kondisi yang akan diterima. Kondisi sukses panen maka ia akan memperoleh keuntungan namun jika ternyata gagal panan ia akan



memperoleh kerugian. Posisi gagal dan untung akan mempengaruhi kualitas riset yang dilakukan, karena hasil akan memprediksi kondisi kedepan. Yang harus diingat adalah jika investor tersebut memilih menanam coklat maka artinya investor tersebut berani pada risiko, dan jika ia lebih memilih menyimpan uang di bank dan mendapat bunga saja maka artinya investor tersebut takut pada resiko. Pemilihan keputusan adalah menggambarkan latar belakang karakteristik mentalitas resiko yang dimiliki oleh yang bersangkutan. Untuk memahami lebih dalam tentang pohon keputusan ini ada baiknya lihat contoh-contoh berikut ini :



2.5. Contoh Soal 1 (Satu) untuk Pohon Keputusan (Decision Tree) pada Perekrutan atau Tidak untuk Karyawan Perusahaan. Manajer keuangan PT. Menara Indah sedang mempertimbangkan usulan dari manajer personalia tentang penambahan tenaga kerja. Salah satunya tujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi yang otomatis akan berpengaruh pada peningkatan penjualan serta laba perusahaan. Perusahaan juga harus menyediakan alokasi dana khusus untuk biaya perekrutan. Jika memakai tenaga konsultan yang berasal dari lembaga lain yang bertugas sebagai tim seleksi perekrutan, maka biaya yang dikeluarkan akan besat. Tetapi apabila memakai tim personalia perusahaan sendiri biaya yang di keluarkan menjadi lebih kecil. Berdasarkan hasil gambar di bawa manajer akan bisa melakukan analisis secara sistematis dan membuat suatu konsep keputusan dengan melihat dampak-dampak yang akan terjadi di masa yang akan datang. Seperti jika tidak melakukan perekrutan tenaga kerja baru, maka biaya perekrutan tidak ada namun perusahaan tidak memiliki tenaga ahli baru dengan kecakapan sesuai dengan diiniginkan. Artinya setiap keputusan selalu mengandung resikonya.



Selanjutnya pada tabel diatas kita dapat membuat pohon keputusanya:



BAB 3 PENUTUP 3.1. Kesimpulan 3.2 Saran