Makalah Etika Mahasiswa Islami [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA “”ETIKA MAHASISWA ISLAMI” DOSEN PENGAMPU:



Yulizar Bila, S.Pd.I, M.Ed



DISUSUN OLEH: FIKRI AULIA (21334062)



PRODI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2021/2022



KATA PENGANTAR



Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya,sehingga makalah ini yang berjudul “PENDIDIKAN AGAMA”telah dapat penulis selesaikan dengan baik. Penulisan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk tugas mata kuliah pendidikan agama Pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen mata kuliah konsep dasar keperawatan yang telah memberikan ilmu, pengarahan, bimbingan serta motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini serta tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman D-III Keperawatan. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih ada kekurangan dan kelemahan serta keterbatasan yang penulis miliki. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran yang sifatnya membangun dari semua pembaca dan semoga makalah ini bermanfaat bagi Kemajuan D-III keperawatan di masa mendatang.



Padang Panjang, 7 Desember 2021



FIKRI AULIA



DAFTAR ISI



Kata Pengantar......................................................................................................................... i Daftar Isi...................................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................................................... 01



BAB II PEMBAHASAN A. Konsep etika mahasiswa islami..........................................................................01 B. Etika pergaulan.......................................................................................................... 02 C. Etika berpakaian....................................................................................................... 03 D. Etika makan dan minum........................................................................................ 04 E. Etika menuntut ilmu................................................................................................ 05



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................................................................. 03



BAB 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Mahasiswa yang pada dasarnya pelaku di dalam pergerakan pembaharuan yang akan menjadi generasi-generasi penerus bangsa dan membangun bangsa dan tanah air ke arah yang lebih baik yang dituntut untuk memiliki etika. Etika bagi mahasiswa dapat menjadi alat kontrol di dalam melakukan suatu tindakan. Etika dapat menjadi gambaran bagi mahasiswa dalam mengambil suatu keputusan atau dalam melakukan sesuatu yang baik atau yang buruk. Oleh karena itu, makna etika harus lebih dipahami kembali dan diaplikasikan di dalam lingkungan mahasiswa yang relitanya lebih banyak mahasiswa yang tidak sadar dan tidak mengetahui makna etika dan peranan etika itu sendiri. Sehingga bermunculanlah mahasiswa-mahasiswi yang tidak memiliki akhlaqul karimah, seperti mahasiswa yang tidak memiliki sopan dan santun kepada para dosen, mahasiswa yang lebih menyukai hidup dengan bebas, mengonsumsi obat-obatan terlarang, pergaulan bebas antara mahasiswa dengan mahasiswi, berdemonstrasi dengan tidak mengikuti peraturan yang berlaku bahkan hal terkecil seperti menyontek disaat ujian dianggap hal biasa padahal menyontek merupakan salah satu hal yang tidak mengindahkan makna dari etika. Maka dari itu di pembahasan selanjutkan akan di bahas secara mendalam bagaimana peranan etika dalam kehidupan mahasiswa.



BAB 2 PEMBAHASAN



A. Konsep Etika Mahasiswa Islami Secara etimologi kata “etika” berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yaitu Ethos dan ethikos. Ethos berarti sifat, watak kebiasaan, tempat yang biasa. Ethikos berarti susila, keadaban, kelakuan dan perbuatan yang baik. Secara terminologi etika bisa disebut sebagai ilmu tentang baik dan buruk atau kata lainnya ialah teori tentang nilai. Dalam penerapannya, etika mengandung beberapa prinsip yang perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu keindahan, persamaan, kebiasaan, keadilan, kebebasan dan kebenaran. Sehubungan dengan pemahaman pengertian ini, maka yang dimaksud dengan etika mahasiswa Islami adalah mahasiswa yang mau dan mampu mengimplentasikan atau menerapkan nilai-nilai kebaikan sesuai dengan prinsip-prinsip di atas dalam kehidupan untuk dirinya maupun untuk masyarakat. Penerapan nilai-nilai kebaikan atau etika ini dapat dikelompokkan kepada beberapa aktivitas kehidupan sehari-hari, yaitu : B. Etika pergaulan Secara umum, tata pergaulan juga memang tidak bisa dilepaskan dengan aspek sopan santun. Agama menuntut dari setiap ummat Islam agar memiliki rasa saling menghormati dan kasih sayang kepada siapapun. Salah satu wujud dari sikap saling menghormati adalah meminta izin kepada dosen untuk masuk dan keluar ruangan perkuliahan. Beberapa ayat Al-Qur’an menggarisbawahi tentang hal ini, diantarnya adalah “Hai orang-oeang yang beriman, janganlah kamu memasuki yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.” (QS. An-Nur [24]: 27). Tetapi perizinan juga tidak harus diucapkan dengan salam. Beberapa ulama berpendapat bahwa dalam situasi zikir dan belajar (perkuliahan), seseorang tidak dianjurkan untuk membaca salam karena hukum menjawab salam adalah wajib. Ketika menjawab salam dimungkinkan akan menimbulkan kehilangan konsentrasi atau kondusifitas selama proses belajar mengajar berlangsung. Maka dalam kondisi seperti ini, kita dicukupkan hanya dengan mengetuk pintu, anggukan kepala, atau mengangkat tangan yang berfungsi sebagai pengganti salam. Dalam pergaulan juga Islam mengajurkan agar manusia menjauhkan dari hal-hal yang mendekatkan kepada zina. Dengan dilarangnya bagi yang bukan mahram untuk berduaan, apalagi di tempat-tempat yang dapat mengundang munculnya perbuatan zina. Maka sangat diperlukan rambu-rambu pembatas pada kegiatan yang mengundang hal yang tidak diperkenankan agama. Etika kampus Islami sangat harus mempunyai aturan pembatasan-pembatasan tersebut. Namun



pembatasan yang dimaksud tidak harus memisahkan perempuan dan laki-laki dalam kelas. Meski begitu diperlukan adanya peraturan yang dapat menjamin terlaksananya jiwa dan tujuan kaidah keagamaan itu sendiri. Dalam hal ini, kampus tidak memperkenankan perempuan dan laki-laki duduk berdampingan, kecuali dalam kondisi yang tidak terelakkan. Mungkin berduaan tersebut karena ada urusan mendesak atau sebagainya, maka berlaku kaidah al-dharurah wa al-hajah tubih al-madhurah (kondisi darurat atau kebutuhan yang mendesak dapat mengakibatkan dibolehkannya melakukan hal yang terlarang). Lebih dari itu, tidak dapat dibenarkan membiarkan kedua lawan jenis berduaan ditempat tersembunyi, walaupun tempat tersebut masih dalam lingkungan kampus. Jika perempuan dan laki-laki bersenda gurau sampai menggunakan tangan, terlebih berpegangan yang diduga dapat menodai muru’ah. 1) Etika Pergaulan dengan Sebaya 



Mengucapkan salam setiap bertemu dengan teman sebaya dan sesama muslim. Jika perlu kita bisa berjabat tangan tentunya jika orang tersebut berjenis kelamin sama ataupun mahram kita.







Mengucapkan salam hukumnya sunnah bagi umat islam dan menjawab salam hukumnya wajib. Senantiasa menyambung tali silaturahmi dengan saling berkunjung dan berkumpul untuk hal-hal yang baik atau belajar bersama







Saling mengerti serta memahami kebaikan dan kekurangan masing masing dan menghindari segala macam jenis perselisihan







Teman sebaya hendaknya saling tolong menolong dalam hal kebaikan dan menolong teman sebaya yang sedang dalam kesusahan tentunya sangat dicintai Allah SWT misalnya dengan cara bersedekah. e Mengasihi dan memberi perhatian satu sama lain terutama jika ada teman yang sedang kesusahan atau ditimpa suatu masalah, kita sebagai teman wajib mendukung dan bila perlu memberi pertolongan







Senantiasa menjaga teman dari pengaruh buruk atau gangguan orang lain







Memberikan nasihat kebaikan satu sama lain







Mendamaikan teman jika ada yang berselisih







Mendoakan teman agar mereka senantiasa berada dalam kebaikan







Menjenguknya jika ia sakit, datang jika diberi undangan serta mengantarkannya ke makam jika ia meninggal



2) Etika Pergaulan dengan orang yang lebih tua







Menghormati mereka dengan sepenuh hati dan senantiasa mengikuti nasihat mereka dalam kebaikan







Mencontoh tingkah laku mereka yang baik dan menjadikannya pelajaran







Memberi salam setiap kali bertemu dan senantiasa bertutur kata dengan lemah lembut dan menjaga sopan santun







Tidak berkata kasar pada mereka dan menjaga perasaannya walaupun ia berkata tidak baik, janganlah kita membalasnya dengan perkataan yang tidak baik juga untuk menghidari konflik.







Senantiasa mendoakan terutama jika mereka adalah orangtua atau saudara kita



3) Etika Pergaulan dengan lawan jenis 



Menghindari berkhalwat atau berdua-duaan seperti halnya dalam berpacaran apalagi jika sampai memiliki hubungan pacaran beda agama. Berkhalwat dikhawatirkan dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti zina dan lain sebagainya.







Tidak memandang lawan jenis dengan syahwat atau pandangan nafsu. Hindari memandang lawan jenis kecuali jika benar-benar diperlukan







Hindari berjabat tangan dengan lawan jenis kecuali mahram







Menutup aurat jika bertemu dengan sejenis maupun lawan jenis sebagaimana disebutkan dalam hadits yang artnya sebagai berikut: “Tidak dibolehkan seorang laki-laki melihat aurat (kemaluan) seorang laki-laki lain, begitu juga seorang perempuan tidak boleh melihat kemaluan perempuan lain. Dan tidak boleh seorang laki-laki berselimut dengan laki-laki lain dalam satu selimut baju, begitu juga seorang perempuan tidak boleh berselimut dengan sesama perempuan dalam satu baju.” (HR. Muslim).







Hendaknya menghindari perbuatan yang menjurus pada zina seperti bersentuhan, berpelukan, berpegangan tangan, berciuman apalagi sampai melakukan zina dan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti hamil diluar sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al isra ayat 32 C. Etika berpakaian Islam tidak menentukan model pakaian tertentu bagi umatnya dan Islam menyerahkan sepenuhnya pada manusia untuk berkreasi dalam berpakaian asalkan mengikuti aturan Islam. Walaupun Islam tidak merekomendasikan satu model pakaian tertentu, tetapi Islam memiliki aturan umum berpakaian. Aturan umum tersebut antara lain : 1. Menutup Aurat Menutup aurat merupakan prinsip pertama yang menjadi dasar agar pakaian tersebut dapat dikatakan sesuai dengan hukum Islam. Sebagaimana telah dijelaskan oleh ulama fikih bahwa aurat



laki-laki adalah antara pusar sampai lutut dan aurat perempuan adalah seluruh badan kecuali dua telapak tangan dan wajah. Syariat untuk menutup aurat ini telah ada sejak zaman nabi Adam dan Hawa ketika mereka berdua mendakati pohon yang dilarang oleh Allah swt untuk didekati di syurga. Hal ini terdapat dalam surah al-A‟raf .7: 22, yang artinya : “Yakni serta-merta dan dengan cepat tatkala keduanya telah merasakan buah pohon itu, tampaklah bagi keduanya, aurat masingmasing dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surge secara berlapis-lapis.” 2. Tidak Transparan Pakaian yang transparan atau tembus pandang, yang memperlihatkan bentuk tubuh secara samarsamar bukan merupakan pakaian yang Islami. Sebab, secara tidak langsung pakaian yang transparan berarti tidak menutup aurat, “hanya mebungkus tubuh”. Memilih warna dan bahan pakaian menentukan pakaian tersebut transparan atau tidak khususnya dalam keadaan keringatan atau kehujanan. Sehingga ketika membeli pakaian sangat dianjurkan untuk memilih bahan yang baik agar tidak transparan. Hal ini terdapat dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh imam Muslim dalam kitabnya Shohih Muslim/2128, yang artinya : “Diriwayatkan oleh Abu Hurairah : ”Dua (jenis manusia) dari ahli neraka yang aku belum melihatnya sekarang yaitu; kaum yang membawa cemeti-cemeti seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengannya, dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, berjalan berlenggak lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang condong. Mereka tidak akan masuk surga bahkan tidak akan mendapat wanginya, dan sungguh wangi surga itu telah tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” 3. Tidak Ketat atau Sempit Pakaian yang digunakan oleh seorang muslim mesti longgar dan tidak ketat. Pakaian yang baik ialah pakaian yang tidak memperlihatkan lekukan tubuh supaya orang yang melihat tidak terpancing untuk melakukan perbuatan negatif. 4. Tidak Menyerupai Lawan Jenis Dalam sebuah Hadis yang terdapat dalam Shohih Bukhari/159, dijelaskan sebagai berikut : “Diriwayatkan Ibn „Abbas Ra., berkata: “Rasulullah saw melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki.” Hadis di atas tidak secara eksplisit menjelaskan bahwa laki-laki tidak boleh berpakaian menyerupai perempuan atau sebaliknya. Secara umum hadis di atas menjelaskan bahwa Nabi saw melarang umatnya untuk menyerupai lawan jenisnya, termasuk dalam dalam hal berpakaian. Di samping itu, etika berpakaian yang perlu diperhatikan adalah kesederhanaan. Karena kesederhanaan dalam segala hal termasuk dalam berpakaian, adalah bagian dari iman. Hal ini dijelaskan dalam sebuah Hadis Rasulullah saw, sebagai berikut :



“Rasulullah saw., bersabda kesederhanaan adalah bagian dari iman.” Keempat kriteria di atas perlu diperhatikan ketika memilih, membeli, dan menggunakan pakaian. Perempuan yang menggunakan hijab tidak akan ada gunanya kalau pakaian yang mereka gunakan transparan dan ketat. Begitu pula laki-laki, tidak ada gunanya memakai jubah, kalau tembus pandang dan auratnya terlihat oleh orang lain. D. Etika makan dan minum Adapun etika makan dan minum sesuai sunnah yang diajarkan Rasulullah sallallahu'alaihi wasallam: 1) Minum Harus Duduk Terlepas dari perbedaan pendapat yang sudah dijelaskan oleh para ulama tentang hokum makan atau minum sambil berdiri, setidaknya secara medis sudah dijelaskan bahwa minum sambil duduk itu dianggap lebih baik daripada minum sambil berdiri atau sambil tiduran. Bahkan secara adatistiadat, di sebagian tempat mungkin makan dan minum sambil berdiri itu Dianggap sebagai tindakan yang tidak sopan. Maka jika mau mengikuti pendapat ulama yang menyatakan kebolehan makan dan minum sambal berdiri, setidaknya jangan sampai melanggar aturan adat-istiadat yang berlaku di suatu tempat. 2) Mengucapkan Basmalah Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh „Aisyah Radhiyallahu'anha "Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia mengucapkan Bismillah (menyebut nama Allah Ta'ala). Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah di awal, hendaknya ia mengucapkan: "Bismillahi awwalahu wa aakhirotu (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya)". (HR. Tirmidzi). 3) Makan dan Minum dengan Tangan Kanan Dari Umar bin Abi Salamah, ia berkata, "Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan Rasulullah shallallhu'alaihi wa sallam, tanganku bersileweran di nampan saat makan. Maka Rasulullah Saw bersabda: "Wahai Ghulam, sebutlah nama Allah (bacalah "Bismillah"), makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada dihadapanmu." Maka seperti itulah gaya makanku setelah itu, (HR. Bukhari). 4) Tidak Meniup Makanan atau Minuman Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu'anhu dijelaskan tentang larangan meniup untuk mendinginkan makanan atau minuman yang masih panas: "Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu'anhuma bahwa Nabi Muhammad Saw melarang pengembusan nafas dan peniupan (makanan atau minuman) pada bejana," (HR. Abu Dawud dan AtTirmidzi). 5) Minum dengan Tiga Tegukan Sabdaa Rasulullah SAW: "Janganlah kalian minum seperti minumnya hewan. Tetapi minumlah kalian dengan dua atau tiga kali, dan jika kalian minum sebutlah nama Allah (membaca basmallah), kemudian pujilah Dia (membaca hamdalah), ketika kalian mengangkatkan (selesai minum)." (HR. At-Tirmidzi). 6) Menuangkan Air Ke Gelas Secukupnya Hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu'anhuma: "Rasulullah melarang minum langsung dari mulut qibrah (wadah air yang terbuat dari kulit) atau wadah air minum yang



lainnya." (HR Bukhari). 7) Makan dan Minum tidak Berlebihan Allah sangat tidak menyukai orang yang berlebihan dalam segala sesuatu, termasuk makan. Makanlah secukupnya dan jangan mengambil makanan melebihi apa yang dapat kita makan. Jika berlebihan, maka tentu akan menjadi mubazir dan akhirnya boros. Sedangkan boros adalah temannya setan. 8) Mengucapkan Hamdallah Sebagaimana yang sudah dipraktikkan Rasulullah, ketika beliau selesai dari makan atau minum, beliau membaca: "Puji syukur kepada Allah yang telah memberi makan dan memberi minum kepada kami serta menjadikan kami termasuk orang-orang Islam." (HR. Abu Dawud) E. Etika menuntut ilmu Setiap penuntut ilmu merindukan untuk menjadi penuntut ilmu yang baik, walaupun tidak selalu diikuti oleh kesediaan dalam menempuh jalan kesuksesan. Sebagaimana setiap penuntut ilmu tidak menginginkan dirinya menjadi atau tergolong sebagai penuntut ilmu yang gagal. Karena itu setelah memaparkan dua kategori penuntut ilmu, berikut ini penulis ketengahkan beberapa kiat dan jalan menuju kesuksesan dalam menuntut ilmu berdasarkan nash-nash AlQur`an, hadits, maupun penjelasan dan contoh dari para ulama. A. Ikhlas Ikhlas merupakan kunci sukses yang pertama dan mendasar dalam upaya seseorang mewujudkan cita-citanya meraih ilmu yang bermanfaat. Karena hanya dengan dasar ikhlas, segala tindakan kebaikan yang dilakukan akan menjadi amal shalih yang layak mendapatkan balasan kebaikan dari Allah, Tuhan semesta alam. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata : Tidaklah diragukan lagi, bahwa menuntut ilmu adalah sebuah ibadah, bahkan ia merupakan ibadah yang paling mulia lagi utama. Maka oleh karenanya, wajib atas seorang penuntut ilmu harus memenuhi syarat diterimanya ibadah, yaitu ikhlas.



Allah SWT



berfirman dalam Surat al-Bayyinah ayat 5: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus. B. Berdo`a Dalam Islam, seorang penuntut ilmu disamping didorong untuk berusaha Allah SWT memerintahkan kepada penuntut ilmu untuk berdo’a dengan do’a. Sebagaimana tersebut dalam firman–Nya Surat Thaha ayat 114:



“Dan katakanlah ,”Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku.” C. Bersungguh-Sungguh Termasuk juga kunci sukses dalam menuntut ilmu adalah bersungguh-sungguh dan diniatkan untuk mencari keridhaan Allah. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan Allah SWT. dalam Surat al-Ankabut ayat 69: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik” Seorang penuntut ilmu memerlukan kesungguhan. Tidak layak para penuntut ilmu bermalas-malasan dalam mencarinya. Kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaatdengan izin Allah-apabila kita bersungguh-sungguh dalam menuntutnya. Sebab jika seorang penuntut ilmu malas maka ia tidak akan mendapatkan ilmu yang dicarinya, sebagaimana pendapat Yahya bin Abi Katsir rahimahullah bahwa ilmu tidak akan diperoleh dengan tubuh yang dimanjakan (santai). Karena itulah dalam ayat di atas Allah menjanjikan kabar gembira dan kemuliaan bagi orang yang bersungguh-sungguh. Syaikh Abu Bakar al-Jazairy menjelaskan: “Di dalam ayat ini terdapat busyra dan janji yang benar lagi mulia, demikian itu karena orang yang bersungguh-sungguh berada di jalan Allah, karena mencari ridha Allah dengan berusaha untuk meninggikan kalimat-Nya.” Maka tak heran jika para ulama terdahulu selalu bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. D. Menjauhi Kemaksiatan Syarat lain bagi penuntut ilmu yang ingin sukses adalah menjauhi kemaksiatan. Syarat ini merupakan syarat unik yang hanya dimiliki oleh agama Islam. Ibn al-Qayyim al-Jauziyah rahimahullah misalnya berkata: Maksiat memilki pengaruh jelek lagi tercela, dan juga dapat merusak hati dan badan baik di dunia maupun di akhirat. Diantara bahaya dari maksiat antara lain: Terhalangnya mendapatkan ilmu, karena sesungguhnya ilmu itu adalah cahaya yang telah Allah berikan di dalam hati, dan maksiat itu memadamkannya (cahaya itu). E. Tidak Malu dan Tidak Sombong Sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak akan mendapatkan ilmu selama kedua sifat itu masih ada dalam dalam dirinya. Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘Anha pernah berkata tentang sifat malu para wanita Anshor: “Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar. Rasa malu tidak menghalangi mereka untuk memperdalam ilmu agama. (HR. Bukhari)



Artinya sekalipun wanita anshar merupakan sekelompok perempuan yang memiliki rasa malu yang tinggi sebagai cerminan keimanan mereka, namun hal itu tidak berlaku dalam menuntut ilmu. Sebab rasa malu dalam menuntut ilmu dapat menyebabkan kekeliruan atau ketidakjelasan. Seseorang yang malu bertanya dalam menuntut ilmu akan menyebabkan ia tidak mendapatkan penjelasan dari hal-hal yang masih samar atau meragukan baginya. Karena itu agar seorang penuntut ilmu mendapatkan penjelasan yang terang dan ilmu yang pasti maka ia harus memberanikan diri bertanya mengenai permasalahan yang belum jelas ataupun belum meyakinkan bagi dirinya. Sementara mengenai larangan sombong, Allah SWT. jelaskan dalam Surat al-Baqarah ayat 34: Dan ingatlah ketika kami berfirman kepada para malaikat : Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan takabbur dan adalah ia termasuk golongan orang–orang yang kafir. Kesombongan dalam menuntut ilmu dilarang sebab ia akan menyebabkan tertolaknya kebenaran. Seorang yang sombong akan cenderung merendahkan manusia lainnya dan menolak kebenaran, sehingga ia akan kesulitan untuk mendapatkan guru dan ilmu. Orang sombong akan merasa dirinya selalu lebih baik dari orang lain sehingga tidak lagi memerlukan tambahan ilmu. F. Mengamalkan dan Menyebarkan Ilmu Di dalam ajaran Islam, ada tiga perintah yang saling bertautan kepada para penuntut ilmu. Perintah itu adalah mencari ilmu, mengamalkan dan menyampaikannya kepada orang lain. Trilogi menuntut ilmu ini tidak boleh lepas dari diri seseorang, sebab antara satu dengan yang lainnya mempunyai shilah (hubungan) yang erat. Islam mensyariatkan wajibnya menuntut ilmu atas setiap muslim, dan di sisi lain ia juga memerintahkan agar ilmu yang sudah diketahui harus diamalkan dan dida’wahkan kepada orang lain.



BAB III PENUTUP KESIMPULAN: Sebagai seorang mahasiswa memiliki etika yang baik itu amat penting, baik etika pergaulan, etika berpakaian, etika makan dan minum serta etika menuntut ilmu karena hal tersebut sangat fundamental dalam Islam, karena itu terkait dalam menjalankan hidup baik di dalam kehidupan di kampus maupun dalam kehidupan sehari-hari.



DAFTAR PUSTAKA http://digilib.uinsby.ac.id/647/4/Bab%201.pdf http://eprints.umpo.ac.id/4947/2/BAB%20I.pdf https://ibtimes.id/etika-diniyah-kampus-islam-2-pakaian-pergaulan-dan-percakapan/ https://id.scribd.com/document/525159230/ETIKA-MAHASISWA-ISLAMI