Makalah Evakuasi Transportasi - kepeRAWATAN BENCANA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



EVAKUASI DAN TRANSPORTASI



Disusun Oleh : Gita Gartika



(204201416144)



Irma tri rahayu



(204201416030)



Sukmawati



(204201416081)



PROGRAM STUDI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NASIONAL 2023



2



KATA PENGANTAR Puji syukur saya kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya dari matakuliah Keperawatan BENCANA . Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan tugas ini. Semoga dengan tersusunnya makalah ini akan menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi terwujudnya kesempurnaan dalam penyusunan makalah.



Jakarta, 10 Juni 2023 PENULIS



3



4



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam



dan



mengganggu



kehidupan



dan



penghidupan



masyarakat yang disebabkan baik factor alam maupun faktor non alam, maupun factor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban



jiwa



manusia,kerusakan



lingkungan,



kerugian



harta



benda,dan dampak psikologi. (Suratman Woro Suprojo, Prosiding pengindraan jauh dan system informasi geografi.2012) Jalur evakuasi adalah jalur yang ditujukan untuk membuat orang agar dapat menyikapi saat terjadi bencana dan tidak (berhamburan saat terjadi bencana) panik saat terjadi bencana melainkan dapat memposisikan apa yang akan mereka lakukan dengan melihat arah panah maupun tanda lain demi menekan jumlah korban yang disebabkan oleh kepanikan saat terjadi bencana. seperti gunung meletus, banjir maupun gempa bumi. Peran siswa yang juga adalah sebagai masyarakat sekolah yang menempati aspek penting dalam ikut campur (partisipasi) dalam pembuatan jalur evakuasi, membutuhkan peran dari masyarakat sekolah pengetahuan terhadap mengenai resiko bencana juga sangat penting, upaya tersebut juga dituangkan dalam hyogo frame work for action Tahun 2005 dimana salah satu butirnya memprioritaskan tentang pendidikan mitigasi bencana.(prosding spatial thinking). Penentuan titik jalur evakusi serta tempat berkumpul (assemble Point) merupakan Perancangan peta evakuasi dengan caramenentukan



lintasan



terpendek



menuju



titik



berkumpul



(assembly point). Penentuan lintasan terpendek memperhatikan alternative jalur-jalur yang dapat dilalui menuju titik berkumpul



5



(assembly point). Jarak yang terpendek merupakan jalur tercepat menuju titik berkumpul (assembly point). Pada



saat



terjadi



bencana



sebagian



besar



berlarian



menyelamatkan diri tanpa arah atau pedoman baik penghuni bangunan yang ada di bagian tengah maupun belakang semuanya berlarian menuju jalan keluar tanpa memperhatikan jalur yang ditempuh dan titik berkumpul (assembly point) yang aman, hal ini juga menyebabkan timbulnya korban, banyaknya sekolah yang belum menggunakan jalur evakuasi juga menyababkan kendala tersendiri dalam hal pelaksanaan sekolah yang aman terhadap bencana. Adanya peta evakuasi, berupa arah panah evakuasi menuju tempat (arrow) yang telah ditentukan. Model simulasi juga akan dilakukan untuk mengevaluasi arah jalur dalam peta evakuasi yang diterapkan. Perancangan peta evakuasi dengan cara menentukan lintasan. Peta jalur evakuasi dibuat menggunakan Software Arc Gis dengan extension oleh google sketchup dengan memperhatikan georeferensing sehingga dapat melihat kerugian yang ditimbulkan. B. Tujuan 1. Tujuan Umum : Menurunkan angka kecacatan dan kematian sebagai akibat pertolongan pertama dan teknik evakuasi yang tidak optimal baik dalam keadaan sehari-hari maupun pada saat bencana. 2. Tujuan Khusus : a. Tersedianya panduan sarana dalam melakukan evakuasi medic b. Tersedianya panduan bagi sumber daya manusia dalam melakukan evakuasi c. Tersedianya panduan teknis dalam melakukan evakuasi medic



6



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi 1. Evakuasi Medik : Serangkaian peristiwa pemindahan korban dari suatu tempat ke tempat lain dengan fasilitas serta sumber daya manusia yang lebih memadai sesuai kebutuhan korban. 2. Evakuasi Medik Gawat Darurat Upaya untuk memindahkan korban gawat darurat dan suatu tempat ke tempat yang lain mempunyai fasilitas pelayanan Gawat darurat yang dibutuhkan oleh penderita yang akan di evakuasi 3. Evakuasi Darurat Evakuasi pada keadaan dimana korban harus dipindahkan secepatnya karena lingkungan berbahaya, sehingga keadaan ini menuntut korban dan penolong harus segera pergi, misalnya pada kebakaran, bahaya ledakan, gas beracun, dan lain-lain 4. Evakuasi Segera Evakuasi karena factor lingkungan yang akan menyebabkab kondisi korban memburuk, misalnya pada suhu ekstrim (rendah/tinggi) sehingga korban harus dipindahkan ke tempat yang lebih nyaman. 5. Bencana Peristiwa atau atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh factor alam atau factor non alam maupun factor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.



7



Korban Evakuasi adalah kegiatan memindahkan korban dari lokasi tidak aman ke tempat lain yang lebih aman dengan cara-cara yang sederhana di lakukan di daerah-daerah yang sulit dijangkau dimulai setelah keadaan darurat. Penolong harus melakukan evakuasi dan perawatan darurat selama perjalanan. B. Transportasi Sebagai sarana untuk melakukan evakuasi medic maka ditetapkan beberapa jenis ambulans, yaitu : 1. Ambulan darat -



Ambulan transport



-



Ambulan gawar darurat



-



Kereta jenazah



2. Ambulan air -



Ambulan laut



-



Ambulan sungai dan danau



3. Ambulan udara -



Pesawat udara jenis fixed wing (bersayap tetap)



-



Pesawat udara jenis rotary wing (sayap putar/helicopter)



C. Sumber Daya Manusia Sumber manusia yang akan terlibat dalam pelayaran evakuasi medic sangat tergantung dari kondisi korban yang akan dievakuasi terdiri dari : 1. Dokter Memiliki kemampuan General Emergency Life Support (GELS), Advanced Life Support (ALS), manajemen oksigen theraphy, manajemen penangan bencana. 2. Perawat Memiliki kemampuan Basic Life Support/BLS (pelatihan penanggulangan gawat darurat untuk perawat), asuhan



8



keperawatan korban gawat darurat, tehnik stabilisasi dan evakuasi. 3. Pengemudi ambulan Memiliki kemampuan Basic Life Support ( PPGD untuk awam khusus) dan tehnik evakuasi. 4. Petugas Safety (SAR, pemadam kebakaran) dan security (polisi, TNI, satpam) memiliki kemampuan basic life support untuk awam (PPGD untuk awam khusus) 5. Masyarakat Untuk



kasus-kasus



khusus



diperlukan



kemampuan



dan



keterampilan tambahan, misalnya : a. Penangan kegawatan respirasi (respiratory emergency) b. Penanganan



kegawatan



kardiovaskuler



(cardiovaskuler



emergency) c. Penanganan trauma, balut bidai dan stabilisasi d. Penanganan neonatal dan kegawatan anak (paediatric emergency) e. Penanganan ibu hamil saat persalinan f. Pengetahuan



materi



tambahan



tentang



KLB/outbreak,



keracunan, bencana dan korban massal. D. Prinsip Evakuasi Korban 1. Penderita hanya dirujuk bila dalam keadaan stabil. Dengan keadaan stabil bukan berarti bahwa penderita memiliki tandatanda fisiologis sudah normal, akan tetapi bahwa penderita dalam keadaan tidak memburuk. Merujuk penderita yang sedang memburuk keadaannya dapat mengakibatkan kematian pada penderita dalam perjalanan. 2. Perawatan penderita harus tetap optimal selama proses merujuk. Sebagai contoh adalah bahwa jangan merujuk penderita yang dalam keadaan terancam jalan nafas, gangguan ventilasi



9



pernafasan atau gangguan sirkulasi yang belum dilakukan pertolongan ( A B C = Airway, Breathing, Circulation) baik oleh petugas ambulan ataupun petugas lain yang tidak mempunyai kemampuan mengatasi masalah dalam ABC. Bila pasien cukup stabil dan didampingi oleh petugas yang mempunyai keahlian yang sesuai dengan keadaan penderita dengan peralatan yang diperlukan maka transportasi dapat dilakukan. E. Tujuan Evakuasi korban Untuk meminimalkan terjadinya kematian dan menghindari kecacatan yang tidak perlu pada pasien dalam keadaan gawat darurat. F. Syarat Evakuasi Korban 1. DRCAB aman 2. Patah tulang dan perdarahan sudah tertangani 3. Perhatikan cedera leher/cervikal dan tulang punggung 4. Rute aman bagi penolong dan korban Dalam melakukan pertolongan terhadap penderita harus diperhatikan bagaimana posisi korban pada saat akan diberi tindakan: a. Korban duduk Pada kecelakaan lalu lintas sering terjadi pada korban masih berada di dalam kendaraan. Sebelum melakukan evakuasi korban penolong harus menentukan apakah korban dalam keadaan stabil / tidak stabil, apak perlu evakuasi segera. b. Korban berbaring Pada saat kejadian kecelakaan sehari-hari mungkin di dapatkan korban pada posisi berbaring, tetapi mungkin dalam posisi terlentang atau juga dalam posisi tertutup. Pada saat memindahkan perhatikan adakah kemungkinan cidera pada tulang belakang atau tidak. bila terdapat fraktur tulang atau bila dicurigai fraktur maka lakukan imobilisasi dahulu sebelum pengangkatan pasien.



10



c. Korban yang menggunakan helmet Pada kecelakaan lalu lintas terutama pasien dengan kendaraan roda dua yang menggunakan helm. Bila dalam keadaan tidak sadar dan menggunakan helm, maka helm harus dibuka terlebih dahulu. Helmet dengan bagian muka terbuka mungkin tidak ada masalah membukanya, tetapi jenis helm yang tertutup seluruhnya perlu cara khusus membukanya. Pada saat membuka harus ditentukan adakah kemungkinan adanya dugaan fraktur pada tulang leher, lakukan imobilisasi kepala pada saat membuka helm. Kemudian pasang collar splint pada saat melakukan prosedur pemeriksaan lain. G. Cara Evakuasi Korban Pengangkutan tanpa menggunakan alat atau manual. Pada umumnya digunakan untuk memindahkan jarak pendek dan korban cedera ringan. Beberapa contoh evakuasi: 1. Tied Hand Crawl : Evakuasi yang dilaksanakan oleh 1 orang terutama dapat dilakukan oleh anggota pemadam kebakaran untuk menolong penderita yang tidak sadar di dalam gedung yang terbakar atau yang melewati jalan/lorong sempit. Tangan korban diikat dan digantungkan di leher penolong. Cegah kepala korban agar tidak terseret tanah.



11



2. Fireman’s Carry (Dipikul) : cara mengevakuasi korban dalam posisi terlentang dan tidak terdapat patah tulang punggung. Penolong harus menjaga keseimbangan dengan mengatur posisi kaki (kuda-kuda) secara benar, berdiri secara ertahap, hingga posisi akhir siap untuk berjalan. Dilakukan oleh satu penolong yang memerlukan pergerakan leluasa, cepat, dan jarak yang jauh.



3. Fireman’s Carry (dipikul): Cara mengevakuasi korban dalam posisi tengkurap dan tidak terdapat patah tulang punggung. Posisi



12



penolong seperti dijelaskan di atas, yaitu harus menjaga keseimbangan dengan mengatur posisi kaki (kuda2) secara benar, berdiri secara bertahap, hingga posisi akhir siap untuk berjalan.Dilakukan oleh satu penolong yang memerlukan pergerakan leluasa, cepat, dan jarak yang jauh.



4. One Rescuer



Crutch



(Memapah) :



Pada



korban



yang



membutuhkan sedikit bantuan, masih dapat berjalan meski sedikit.



5. Pack-Starp Carry: Untuk korban sadar tetapi tidak dapat berdiri. Tangan masih kuat/ tidak lemas.



13



6. One Person Arm Carry : Untuk korban yang tidak mampu berjalan. Sadar tapi lemas, tangan lemas hanya dapat menggantung pasif keleher penolon



14



7. Two Person Arm Carry



8. Cara mengangkat dan mengevakuasi korban dengan 3 orang yang berada di satu sisi - tangan berada di bawah badan korban. Perhatikan posisi kaki dan cera berdiri hingga siap berjalan membawa pasien. Agar tiga orang penolong dapat bergerak secara serempak maka disarankan salah satu diantaranya agar dapat berperan memberi abaaba secara pelahan.



9. Cara mengangkat dan mengevakuasi korban dengan 3 orang yang berada di sisi berlainan, tangan berada di bawah badan korban dan saling berpegangan.Posisi orang ke dua berada di tengah. Perhatikan posisi kaki dan cera berdiri hingga siap berjalan membawa pasien. Agar tiga orang penolong dapat bergerak



secara



serempak



maka



disarankan



salah



satu



diantaranya agar dapat berperan memberi aba-aba secara pelahan.



15



10. Cara mengangkat dan mengevakuasi korban dengan 4 orang yang berada di sisi berlainan, tangan berada di bawah badan korban dan saling berpegangan. Posisi penolong saling berhadapan di kedua sisi korban - agar lebih kuat menahan beban. Perhatikan posisi kaki dan cera berdiri hingga siap berjalan membawa pasien. Agar tiga orang penolong dapat bergerak



secara



serempak



maka



disarankan



salah



satu



diantaranya agar dapat berperan memberi aba-aba secara pelahan.



11. Dapat pula mengangkat dan mengevakuasi korban dengan 6 orang yang berada di sisi berlainan, tangan berada di bawah badan korban dan saling berpegangan. Posisi penolong saling berhadapan di kedua sisi korban - agar kuat menahan beban. Perhatikan posisi kaki dan cera berdiri hingga siap berjalan membawa pasien. Agar tiga orang penolong dapat bergerak secara serempak maka disarankan salah satu diantaranya agar dapat berperan memberi aba-aba secara pelahan.



16



H. Mengavakuasi dengan Alat 1. Blanket drag (mengusung dengan selimut) : Digunakan pada korban pingsan, sebisa mungkin pada lintasan rata.



2. Chair carry: menggunakan kursi



17



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pemberian pendidikan kesehatan dan informasi tentang evakuasi korban dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan dan keterampilan tentang evakuasi korban. Dari peningkatan pengetahuan dan keterampilan tersebut mempunyai manfaat sebgai berikut: 1. Dapat



diaplikasikan



pada



kehidupan



sehari-hari



apabila



mendapatkan kejadian kegawat darurataan. 2. Sebagai dasar pengetahuan dalam menolong korban 3. Karena memiliki pengetahuan dan keterampilan dari yang sudah diajarkan maka dapat membantu korban apabila dalam keadaan kegawat daruratan agar tidak menjadi lebih parah



18



DAFTAR PUSTAKA



Skeet, M. 1995. Tindakan Paramedis Terhadap Kegawat Daruratan dan Pertolongan Pertama. Dalam: Asih, Yasmin (editor). Edisi 2. Jakarta: EGC



Arif Mansjoer, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2. Media Aesculapius : Jakarta TIM PUSBANKES 118 – PERSI DIY. (2015).



Penanggulangan penderita gawat darurat. Yogyakarta: TIM PUSBANKES 118 – PERSI DIY