Makalah Farmako [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

OBAT-OBAT PADA SISTEM RESPIRATORI



DISUSUN OLEH : TASYA FAKHIRA HARAHAP 2002101010034



Mata Kuliah : Farmakologi Veteriner 1 Dosen Pengampu : drh. Abdul Haris, M.P.



UNIVERSITAS SYIAH KUALA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN BANDA ACEH 2021



KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr.wb



Bismillahirrahmanirrahim



Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Obat-obat pada Sistem Respiratori ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi Saya mengucapkan terima kasih kepada drh. A. Harris, M.P selaku dosen Farmakologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Banda Aceh, 8 September 2021 Penyusun



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG...............................................................................1 1.2. RUMUSAN MASALAH..........................................................................2 1.3. TUJUAN...............................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1. SALURAN PERNAPASAN......................................................................3 2.2. PENYAKIT PADA SALURAN PERNAPASAN...........................................4 2.3. OBAT-OBAT PADA SISTEM PERNAPASAN...........................................6 BAB III PENUTUP 3.1. KESIMPULAN.......................................................................................12 3.2. SARAN.................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................iii



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



LATAR BELAKANG



Sistem pernapasan merupakan hal penting pada manusia. Sistem pernapasan atau respirasi adalah proses pengambilan oksigen (O2) dari udara bebas saat menarik napas. O2 tersebut kemudian melewati saluran napas (bronkus) dan sampai ke dinding alveoli (kantong udara). Sesampainya di kantong udara, O2 akan ditransfer ke pembuluh darah yang didalamnya mengalir sel-sel darah merah untuk dibawa ke sel-sel di berbagai organ tubuh lain sebagai energy dalam proses metabolisme. Setelah metabolisme, sisa-sisa metabolisme, terutama karbondioksida (CO2) akan dibawa darah untuk dibuang kembali ke udara bebas melaluiparuparu pada saat membuang napas. Sistem pernapasan (sistem respiratorius) yang tersusun dari saluran/traktus respiratorius merupakan alat tubuh yang mudah terserang penyakit karena adanya hubungan langsung antara udara luar, rongga hidung dan rongga mulut dengan alveoli di dalam paru-paru. Agen penyakit yang ditularkan melalui udara (airborne) sangat mudah mencapai paruparu dan mengakibatkan parenkimnya juga mudah terpapar agen penyakit dari luar. Agen penyakit juga dapat mencapai paru-paru secara hematogen mengingat paru-paru merupakan salah satu organ yang didalamnya banyak mengalir darah melalui jaringan kapiler di setiap dinding alveoli. Tuberculosis (TB) miliaris sering ditemukan pada paru-paru ketika dalam darah ditemukan basil TB. Penyakit pada sistema respiratorius merupakan salah satu penyebab kematian pada hewan pangan (food animal) yang menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat tinggi. Sementara itu, pada hewan kesayangan (companion animal) gangguan nyata namun tetap harus mendapat perhatian.



1



Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Sebagai langkah pengobatan penyakit sistem respiratori dibutuhkan pengetahuan mengenai obat apa saja yang digunakan dan disesuaikan dengan jenis dan tingkat keparahan penyakit.



1.2.



RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana saluran pernapasan dalam sistem respiratori? 2. Apa saja penyakit pada saluran respiratori? 3. Apa saja obat-obat pada sistem respiratori?



1.3.



TUJUAN 1. Untuk mengetahui bagaimana saluran pernapasan dalam sistem respiratori 2. Untuk mengetahui penyakit apa saja yang menyerang sistem respiratori 3. Untuk mengetahui obat-obat yang digunakan pada penyakit di sistem respiratori



2



BAB II PEMBAHASAN



2.1.



SALURAN PERNAPASAN



Saluran pernapasan atau tractus respiratorius adalah bagian tubuh manusia yang berfungsi sebagai tempat lintasan dan tempat pertukaran gas yang diperlukan untuk proses pernapasan. Secara garis besar pernapasan dibagi menjadi 2, yaitu pernapasan dalam (internal) dan pernapasan luar (eksternal). Sedangkan saluran pernapasan dibedakan menjadi 2 yaitu saluran pernapasan bagian atas (Upper respiratory airway) dan saluran pernapasan bagian bawah (Lower airway). Saluran pernapasan atas, terdiri dari lobang hidung, rongga hidung, faring, laring, dan saluran pernafasan bawah terdiri dari trachea, bronchi, bronchioles, alveoli dan membran alveouler – kapiler. Udara mengalir ke dalam paru-paru melalui batang tenggorok (Trakea). Udara tersebut kemudian melewati cabang-cabang saluran udara yang disebut bronki, menuju sebaran rantingranting udara (bronkiole) hingga ke jutaan kantong udara kecil-kecil yang disebut alveoli.



3



Saluran-saluran udara yang dilalui oleh oksigen dan karbon dioksida, bukanlah sekadar terowongan lalu lintas udara. Saluran-saluran tersebut juga berperan sebagai salah satu front terdepan mekanisme pertahanan tubuh. Saluran nafas trakea merupakan jalur keluar masuknya udara menuju paru-paru. Trakea merupakan pipa saluran nafas, dengan Panjang yang sebanding dengan panjang leher. Paru-paru merupakan bagian dari sistem pernafasan. Fungsi utama paru-paru sebagai tempat pertukaran oksigen dalam darah.Oleh sebab itu, tidakterlepas adanya gangguan pada organ ini. Penyakit Paru paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya peradangan pada organ paru-paru yang dimana peradangan ini disebabkan oleh adanya ruang organ paru paru terisi air ataupun terinfeksi oleh bakteri, virus atau parasit. Namun masih banyak gangguan yang bisa menyerang sistem pernafasan seperti bronkitis kronis, asma, radang paru-paru.



2.2.



PENYAKIT PADA SALURAN PERNAPASAN



Penyakit saluran pernafasan merupakan sekelompok penyakit kompleks dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai penyebab dan dapat mengenai setiap lokasi di sepanjang saluran nafas. Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab penyakit pada saluran pernapasan dan paru, misalnya zat yang berasal dari lingkungan sekitar, seperti polusi udara, bakteri, virus, dan lain sebagainya Semua penyakit saluran pernapasan yang bercirikan penyumbatan (obstruksi) bronchi disertai pengembangan mukosa (udema) dan sekresi dahak (sputum) berlebihan.



4



Gejala terpenting dari penyakit saluran pernapasan antara lain sesak napas (dyspnoe) saat mengeluarkan tenaga atau selama istirahat dan/atau sebagai serangan akut, juga batuk kronis dengan pengeluaran dahak yang kental. Penyakit-penyakit pada saluran pernapasan, yaitu: 1. Hiperreaktivitas Bronchii (HRB) Hiperreaktivitas bronchii yaitu kondisi dimana bronkus yang merupakan cabang dari tenggorokan yang terbagi 2 menuju ke paru, bersifat sangat reaktif terhadap rangsangan substansi tertentu. Ketika sedang dalam mode reaktif, bronkus ini cenderung menyempit dan menyebabkan kesulitan bernapas dalam berbagai tingkat. 2. Asma Asma merupakan obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel. Asma merupakan penyakit yang di tandai oleh serangan intermitten bronkus yang di sebabkan oleh rangsang allergi atau iritatif. Respons inflamasi menyebabkan bronkokonstreksi, edema saluran pernapasan, hipersekresi lendir, dan meningkatkan kerentanan terhadap peradangan dan gejala lebih lanjut. Pemicu khas untuk asma intemitten dan pasisten meliputi infeksi pernapasan karena virus, infeksi pernapasan karena bakteri, polusi udara dan iritan lingkungan lainnya, paparan alergen, asap rokok, udara dingin, refluks gastroesofagus, dan olahraga. Pasien akan batuk karena iritasi saluran pernapasan, dan dahak dapat berisi gumpalan dan eosinovil. Karena obstruksi saluran pernapasan selama ekspirasi lebih besar dari inspirasi, terjadi jebakan udara, dan paru-paru menjadi hiperinflasi. 3. Infeksi saluran pernapasan akut Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas dan salah satu gejala tenggerokan sakit, pilek, batuk kering atau berdahak. Pada ISPA atas 90-95% penyebabnya adalah virus. Bakteri penyebab ISPA antara lain dari genus streptokokus,haemafilus, pnemokokus, bordetella dan herpesivirus 5



(Salsila, 2012). Pada infeksi saluran pernapasan akut terjadi peradangan selaput lendir sekitar tenggerokan dan terdapat bintik-bintik yang melekat berwarna kuning atauputih. Hal tersebut mengakibatkan menyempitnya atau tersumbatnya saluran pernapasan. 4. Bronkitis Bronkitis adalah peradangan yang terjadi pada saluran utama pernapasan atau bronkus. Bronkus berfungsi sebagai saluran yang membawa udara dari dan menuju paru-paru. Seseorang yang menderita bronkitis biasanya ditandai dengan munculnya gejala batuk yang berlangsung selama satu minggu atau lebih. Bronkitis yang memburuk dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat, berpotensi menimbulkan komplikasi berupa pneumonia. Pneumonia adalah peradangan pada satu atau kedua kantung paru-paru. Gejala bronkitis adalah batuk, yang dapat disertai sesak napas dan sakit tenggorokan. Pada kasus yang parah, batuk dapat menyebabkan nyeri dada bahkan penurunan kesadaran. Bronkitis disebabkan oleh infeksi virus, dan lebih rentan menyerang perokok dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah. Salah satu kelompok yang rentan terkena bronkitis adalah anak-anak.



5. Pneumonia Pneumonia adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi. Pneumonia bisa menimbulkan gejala yang ringan hingga berat. Beberapa gejala yang umumnya dialami penderita pneumonia adalah batuk berdahak, demam, dan sesak napas.  Pneumonia juga dikenal dengan istilah paru-paru basah. Pada kondisi ini, infeksi menyebabkan peradangan pada kantong-kantong udara (alveoli) di salah satu atau kedua paru-paru. Akibatnya, alveoli bisa dipenuhi cairan atau nanah sehingga menyebabkan penderitanya sulit bernapas. Pneumonia bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur. SARS-CoV- 2 yang menyebabkan COVID-19 adalah salah satu jenis virus yang bisa menyebabkan pneumonia. Pneumonia akibat COVID-19 bisa menyebabkan komplikasi berbahaya,



6



salah satunya adalah acute respiratory distress syndrome (ARDS). Pneumonia terkadang juga bisa muncul beserta penyakit paru-paru lain, misalnya TB paru.



2.3.



OBAT- OBAT PADA SISTEM PERNAPASAN Jenis-jenis obat-obat respiratorik dibedakan berdasar efek terhadap organ saluran pernafasan antara lain adalah Bronkodilator, Anti inflamasi, Penekan sekresi dan edema 1. Bronkodilator Bronkodilator adalah kelompok obat yang digunakan untuk meredakan gejala akibat penyempitan saluran pernapasan, seperti batuk, mengi, atau sesak napas. Asma dan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) adalah dua kondisi yang sering diobati dengan bronkodilator. Bronkodilator bekerja dengan cara melebarkan bronkus (saluran pernapasan) dan merelaksasi otot-otot pada saluran pernapasan, sehingga aliran udara dari dan ke paru-paru dapat lebih lancar.



Terbagi dalam 2 golongan yaitu: a. Simpatomimetik / adrenergik Bekerja pada reseptor beta 2 (beta 2 agonis), contoh obat antara lain orsiprenalin, Fenoterol, Terbutalin, Salbutamol. Contoh produk: 



Berupa semprotan: MDI (metered dose inhaler).







Berbentuk bubuk halus yang dihirup (ventolin diskhaler dan



bricasma



turbuhaler) 



Berupa cairan broncodilator (alupent, berotec, brivasma serta ventolin). Obat ini dengan alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus) untuk selanjutnya dihirup.



7



b. Antikolinergika Anti kolinergik mengika memblok reseptor muskarin dari saraf-saraf kolinergis di otot polos bronchi, hingga aktivitas saraf adrenergis menjadi dominan dengan efek bronchodilatasi. Contoh obat : Ipratropium : Atrovent



2. Antiinflamasi Antiinflamasi adalah golongan obat-obatan yang digunakan untuk menangani inflamasi atau peradangan. Obat antiinflamasi dikenal dengan istilah obat antiinflamasi nonsteroid atau OAINS. OAINS biasa digunakan untuk beragam kondisi, umumnya untuk meredakan nyeri, mengurangi peradangan, dan menurunkan suhu tubuh akibat demam. Inflamasi atau peradangan ialah suatu bentuk mekanisme pertahanan tubuh. Terjadinya peradangan merupakan respon biologis dari sistem kekebalan tubuh atau imun untuk menghilangkan kondisi yang membahayakan bagi tubuh, hingga dimulainya proses penyembuhan. Beberapa kondisi yang bisa disembuhkan dari timbulnya peradangan seperti luka, rusaknya jaringan, hingga infeksi. Meski demikian, beberapa peradangan kronis dapat mengakibatkan sejumlah penyakit turunan yang lebih serius, seperti artritis reumatoid hingga kanker.



Obat antiinflamasi terbagi menjadi: a. Obat antiinflamasi steroid Obat ini merupakan anti inflamasi yang sangat kuat karena mampu menghambat phospholipase A2, merupakan enzim pembentuk asam arakidonat. Obat anti inflamasi golongan ini tidak boleh digunakan sembarangan karena berpotensi



8



menimbulkan efek samping. Di antaranya adalah moon face, hipertensi, dan osteoporosis.



Senyawa steroid adalah senyawa golongan lipid yang memiliki struktur kimia tertentu. Senyawa ini memiliki tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Suatu molekul steroid yang dihasilkan secara alami oleh korteks adrenal tubuh dikenal dengan nama senyawa kortikosteroid.



b. Obat antiinflamasi non steroid Obat non-steroid anti-inflamasi banyak digunakan untuk mengobati gangguan muskuloskeletal. Khususnya untuk meringankan gejala nyeri akibat peregangan otot, keseleo, sakit kepala, migrain, dismenore (nyeri kram saat menstruasi), dan demam. NSAID juga sering digunakan untuk meredakan peradangan akibat rheumatoid arthritis dan osteoarthritis. NSAID yang umum adalah aspirin dan ibuprofen.



3. Penyakit sekresi dan edema a. Ekspektoran Ekspektoran adalah obat yang dapat digunakan ketika kondisi tenggorokan berdahak atau batuk dengan lendir. Dengan mengonsumsi ekspektoran, dahak menjadi lebih encer. Tak hanya itu, ekspektoran juga membuat proses sekresi batuk lendir di saluran pernapasan lebih mudah dilakukan. Contohnya guaifenesin dan potassium iodide b. Dekongestan Dekongestan adalah obat yang bisa digunakan untuk meredakan kongesti nasal atau hidung tersumbat. Dekongestan bekerja dengan cara meredakan 9



pembengkakan pembuluh darah di dalam hidung yang disebabkan oleh kondisikondisi yang disebutkan di atas sehingga saluran napas menjadi terbuka dan napas menjadi lega.



Cara menggunakan dekongestan tergantung dari produknya. Ada yang dihirup dan ada juga yang diminum. Dekongestan hirup adalah yang paling umum digunakan.



Contoh-contoh dekongestan yang beredar di Indonesia adalah oxymetazoline, pseudoephedrine, ephedrine, ipratropium bromide, dan phenylephrine.



c. Antihistamin Antihistamin adalah kelompok obat-obatan yang digunakan untuk mengobati reaksi alergi. Antihistamin bekerja dengan cara memblokir zat histamin yang diproduksi tubuh. Zat histamin, pada dasarnya berfungsi melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuh. Ketika histamin melakukan perlawanan, tubuh akan mengalami peradangan.



Ada dua jenis antihistamin, yaitu antihistamin generasi pertama dan generasi kedua. Antihistamin generasi pertama lebih menyebabkan rasa kantuk dibandingkan dengan generasi kedua.



10



Obat-obat antihistamin generasi pertama adalah: 



Chlorpheniramine







Cyproheptadine







Triprolidine







Hydroxyzine







Ketotifen







Mebhydrolin







Promethazine







Dimethindene maleate



Sedangkan obat-obat antihistamin generasi kedua adalah: 



Desloratadine







Fexofenadine







Levocetirizine







Cetirizine







Terfandine







Loratadine.



d. Kortikosteroid 11



Kortikosteroid adalah obat yang mengandung hormon steroid yang berguna untuk menambah hormon steroid dalam tubuh bila diperlukan, dan meredakan peradangan atau inflamasi, serta menekan kerja sistem kekebalan tubuh yang berlebihan.



Berikut ini sejumlah kegunaan kortikosteroid dalam menangani kondisi-kondisi seperti:







Asma







Rheumatoid arthritis







Bronkitis







Kolitis ulseratif dan penyakit crohn







Reaksi alergi pada kulit, mata, atau hidung. Contoh-contoh kortikosteroid sintetis adalah betametason, dexamethasone, methylprednisolone, fluocinolone, prednisone.



4. Obat Batuk Dibagi menjadi 3 golongan besar a. Zat-zat yang bekerja sentral yaitu jenis zat obat yag berfungsi untuk menekan rangsangan batuk di pusat batuk yang berada di medulla. b. Zat- zat yang bekerja perifer yaitu jenis zat obat yang bekerja diluar dari sistem saraf pusat c. Obat-obat tersendiri seperti kreosot, kalium iodidia dll. 12



5. Obat asma, emfisema paru, bronchitis Pengobatan asma dan bronchitis dapat dibagi atas 3 karagori, yaitu terapi serangan akut, status asmathicus dan terapi pencegahan. a. Terapi serangan akut Pada keadaan ini pemberian obat bronchospasmolitik untuk melepaskan kejang bronchi. Sebagai obat pilihan ialah Salbutamol atau Terbutalin, sebaiknya secara inhalasi (efek 3 – 5 menit). Kemudian dibantu dengan Aminophillin dalam bentuk suppositoria. b. Status asmathicus Pada keadaan ini efek bronchodilator hanya ringan dan lambat. Ini disebabkan oleh blokade reseptor beta karena adanya infeksi dalam saluran napas. Pengobatan dengan suntikan i.v. Salbutamol atau Aminophillin dan Hidrokortison dosis tinggi (200 – 400 mg per jam sampai maksimum 4 gram sehari). c. Terapi pencegahan obat yang Bekerja pada Sistem Pernafasan.



13



BAB III PENUTUP



3.1.



KESIMPULAN



Sistem respirasi merupakan hal penting pada makhluk hidup. Sistem pernapasan manusia berfungsi untuk menyediakan asupan oksigen secara konsisten, agar seluruh fungsi tubuh bekerja dengan baik. Saluran pernapasan atas, terdiri dari lobang hidung, rongga hidung, faring, laring, dan saluran pernafasan bawah terdiri dari trachea, bronchi, bronchioles, alveoli dan membran alveouler – kapiler. Sistem pernapasan (sistem respiratorius) yang tersusun dari saluran/traktus respiratorius merupakan alat tubuh yang mudah terserang penyakit karena adanya hubungan langsung antara udara luar, rongga hidung dan rongga mulut dengan alveoli di dalam paru-paru. Farmakologi pada sistem respirasi dan oksigenasi sangat berguna untuk kelangsungan hidup bagi para penderita penyakit yang berasal dan disebabkan oleh gangguan sistem respirasi. Penyakit gangguan pernapasan yang sering diderita seperti asma, ISPA, bronchitis, pneumonia dan lainnya. Obat-obat pada sistem respiratori digunakan untuk mengobati penyakit dengan gangguan respirasi seperti ekspektoran, dekongestan, antihistamin dan lainnya. 3.2.



SARAN Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas



masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun. 14



15



DAFTAR PUSTAKA



Adi, A. A. A. M. (2014). Patologi Veteriner Sistemik: Sistema Pernafasan. Swasta Nulus, Denpasar. Rahayu, A. E. B., Muninggar, J. dan Ayub, M. R. S. S. N. (2016). Menetukan karakteristik dinamika fluida pada laju aliran pernapasan upper respiratory airway para perokok aktif. Prosiding SNFA, 1(1): 14-20. Saminan. (2016). Efek obstruksi pada saluran pernapasan terhadap daya kembang paru. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 16(1): 34-39. Sondakh, S. A. , Onibala, F. dan Nurmansyah, M. (2020). Pengaruh pemberian nebulisasi terhadap frekuensi pernafasan pada pasien gangguan saluran pernafasan. Jurnal Keperawatan (JKp), 8(1): 75-82. Supardi, s., Handayani, R. S., Herman, M. J., Raharni dan Susanty, A. L. (2012). Kajian peraturan perundang-undangan tentang pemberian informasi obat dan obat tradisional. Jurnal Kefarmasian Indonesia, 2(1): 20-27



iii