Makalah Fauzi ULM Nov 2019 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kesadaran Linguistis bagi Kualitas Pedagogi 4.0



Fauzi Syamsuar [email protected]



Abstrak Proses pembelajaran bahasa seyogianya dilakukan dalam suasana bawah sadar dan memerhatikan prinsip-prinsip dalam sejumlah cabang linguistik. Teknologi yang semakin berkembang memberi ruang yang luas untuk itu. Tulisan ini membahas bagaimana teknologi memberi akses kepada para pengajar dan pemelajar bahasa untuk dapat memeroleh prinsip-prinsip dalam cabang-cabang linguistik itu. Keberhasilan pembelajaran bahasa yang bersifat menyeluruh diharapkan dapat tercapai jika proses pembelajaran bahasa memerhatikan prinsip-prinsip itu, yakni proses yang dibantu secara efektif oleh teknologi yang semakin berkembang setakat ini. Kata kunci: kesadaran linguistik, pembelajaran bahasa berbantu teknologi, keberhasilan dalam pembelajaran bahasa



1. Pendahuluan Ketika mengajarkan bahasa—baik bahasa pertama, kedua, ataupun asing— pengajar tampaknya cenderung menciptakan situasi pembelajaran konvensional, yakni yang cenderung berada dalam susana sadar (conscious). Padahal, pengajar seyogiayanya berupaya menciptakan situasi pembelajaran yang berada dalam suasana bawah sadar (subconscious). Ketika suasana yang dimaksud tercipta, alihalih merasa sedang berada dalam proses pembelajaran bahasa, pemelajar dapat larut (get immersed) dalam dunia nyata penggunaan bahasa. Perkembangan teknologi setakat ini sejatinya dapat memberi ruang yang luas bagi para praktisi pembelajaran bahasa untuk melakukan upaya itu. Berdasarkan sudut pandang linguistis, terdapat sejumlah ranah yang harus dimasuki oleh para pengajar dan pemelajar bahasa. Ketika memahami prinsipprinsip yang ada dalam ranah itu, pemelajar bahasa diharapkan dapat menguasai bahasa yang dipelajarinya secara menyeluruh. Perkembangan teknologi setakat ini pun sejatinya memberi ruang yang luas bagi para pengajar bahasa—juga bagi para pemelajar—untuk dapat memasuki ranah yang—tak lain dan tak bukan— merupakan sejumlah cabang linguistik.



1



Cabang linguistik yang dimaksud di atas mencakupi, setidaknya, fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Fonetik membahas produksi bunyi bahasa dan ciri-ciri suprasegmental (prosodi) ujaran. Sementara itu, fonologi membahas bagaimana bunyi segmental dan prosodi tertentu bersifat distingtif sehingga menjadi satuan linguistis yang bermakna. Secara popular, fonetik dan fonologi dapat dikatakan sebagai pembahasan tentang pengucapan (pronunciation) atau bagaimana satuan linguistis seyogianya diujarkan. Morfologi membahas bagaimana kata-kata dalam sebuah bahasa terbentuk. Sementara itu, sintaksis merupakan pembahasan tentang bagaimana kata-kata itu hadir sebagai elemen pembentuk satuan linguistis yang berbentuk untaian kata (string of words). Dengan kata lain, sintaksis membahas bagaimana kata digunakan untuk membentuk satuan linguistis yang lebih besar. Satuan linguistis dimaksud mencakupi frasa, klausa, dan kalimat. Dengan demikian, morfologi dan sintaksis merupakan cabang linguistik yang membahas bentuk atau struktur satuan bahasa. Semantik membahas makna denotatif atau makna sebenarnya atas satuan linguistis. Kemudian, ketika berada dalam tataran pengunaan, tiap-tiap satuan linguistis ternyata memiliki makna asosiatif atau makna kontekstualnya; dan pragmatik membahas satuan linguistis ketika satuan itu digunakan dalam peristiwa komunikasi. Itulah yang menjadi alasan mengapa pragmatik tidak lagi berada dalam ranah mikrolinguistik atau sebagai cabang linguistik yang membahas bahasa secara murni. Dengan kata lain, karena pragmatik membahas hubungan antara linguistik (ilmu bahasa) dan bidang ilmu lain, yakni ilmu komunikasi, cabang linguistik ini berada dalam ranah makrolinguistik. Ranah makrolinguistik juga mencakupi sosiolinguistik (pembahasan kaitan antara linguistik dan sosiologi) dan psikolonguistik (pembahasan kaitan antara lingustik dan psikologi). Selain itu, karena tidak hanya dibahas dalam linguistik, fonetik—yakni yang juga dibahas dalam bidang ilmu lain, setidaknya dalam fisika dan dunia musik—juga berada dalam ranah makrolinguistik. Tulisan ini membahas bagaimana teknologi—yang setakat ini semakin berkembang—memberi akses kepada para pengajar dan pemelajar bahasa untuk dapat memeroleh prinsip-prinsip dalam sejumlah cabang linguistik tersebut di atas, khususnya cabang linguistik yang termasuk ke dalam ranah mikrolinguistik plus fonetik.



2



2. Pembahasan Ranah mikrolinguistik mencakupi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Walaupun sebenarnya termasuk ke dalam makrolinguistik, karena membahas bunyi bahasa, fonetik tidak dapat dipisahkan dari fonologi. Jika diibaratkan uang logam, fonetik membahas satu sisi uang logam, sedangkan fonologi membahas sisi lainnya. 2.1 Fonetik Pembahasan utama dalam fonetik mencakupi (a) produksi bunyi segmental serta (b) ciri-ciri suprasegmental (prosodi) ujaran. Secara popular, fonetik berkait dengan pengucapan ujaran. Agar dapat memroduksi pengucapan yang seharusnya dalam sebuah bahasa, pelatihan tertentu diperlukan. Berkait dengan pelatihan itu, terdapat sebuah aplikasi Computer-Assisted Pronunciation Training (CAPT). Aplikasi itu dapat digunakan oleh pemelajar bahasa kedua untuk memeriksa keberterimaan bunyi segmental yang mereka produksi dengan menggunakan teknik automatic speech recognition (ASR). Selain membantu pemelajar bahasa kedua dalam menghasilkan artikulasi yang seharusnya atas bunyi segmental (konsonan, vokal, dan diftong) dalam bahasa kedua, teknik ASR juga dapat membantu pemelajar bahasa kedua untuk merealisasikan prosodi yang seharusnya atas suatu ujaran, yakni yang mencakupi struktur suku kata, tekanan, perpanjangan bunyi, dan titi nada (nada/tona dan intonasi). Spektogram khusus digunakan untuk tujuan mengidentifikasi bunyi segmental dan prosodi itu. Spektogram sejatinya adalah sebuah peranti yang merepresentasikan kelantangan gelombang bunyi pada frekuensi yang bervariasi dalam suatu ujaran (periksa Pacific Northwest Seismic Network, 2019). Perangkat lunak Praat, yakni aplikasi semacam spektogram pun disarankan oleh Gorjian et al. (2013) untuk digunakan oleh para praktisi pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing dalam mengajarkan prosodi bahasa Inggris. Selain aplikasi yang dijelaskan di atas, Google juga menyediakan aplikasi yang berkait dengan pengucapan yang seharusnya atau Received Pronunciation (RP) bagi ujaran dalam sejumlah bahasa utama dunia. Pengucapan yang seharusnya itu setidaknya dapat diperoleh dalam Google Translation, yakni sebuah aplikasi popular yang tersedia di Internet. Kegunaan utama aplikasi itu adalah membantu pengguna Internet menerjemahkan kata dan/atau satuan linguistis yang lebih besar 3



dalam sebuah bahasa ke dalam sebuah dan/atau sejumlah bahasa lain. Tidak hanya membantu pengguna Internet mendapatkan padanan dalam sebuah bahasa atau dalam sejumlah bahasa lain bagi satuan linguistis tertentu, Google Translation juga menyediakan pengucapan yang seharusnya atas satuan linguistis itu. 2.2 Fonologi Fonetik membahas produksi bunyi segmental dan prosodi dalam suatu ujaran tanpa memerhatikan aspek makna. Sementara itu, fonologi membahas aspek makna atau kedistingtifan bunyi segmental dan prosodi dalam suatu ujaran. Dalam fonologi, bunyi yang bersifat distingstif disebut fonem; dan analisis pasangan minimal (minimal pair analysis) merupakan cara utama atau cara yang paling umum digunakan untuk mencari dan menentukan bunyi yang menjadi fonem dalam sebuah bahasa. Berkait dengan pahaman fonem dan pasangan minimal, Kempton (2012) mendeskripsikan suatu analisis fonemis berbantu mesin (machine-assisted phonemic analysis) dalam disertasinya yang dipertahankannya di University of Sheffield. Ia menjelaskan fenomena distribusi komplementer (complementary distribution) atas alofon dari sejumlah fonem dan bagaimana pasangan minimal menunjukkan fonem dalam sebuah bahasa. Sebagaimana telah tersebut di atas, analisis pasangan minimal merupakan cara yang paling umum digunakan untuk menemukan fonem dalam sebuah bahasa. Berkait dengan itu, YouTube, sebuah situs popular di Internet yang memviralkan atau menyebarkan video, menyediakan banyak video yang berkait dengan analisis itu. Dengan mengetik kata kunci minimal pair analysis atau analisis pasangan minimal, pemelajar bahasa dapat terakses dengan sejumlah video yang membantu mereka mendapatkan pengetahuan tentang bunyi-bunyi bahasa yang menjadi fonem dalam sejumlah bahasa tertentu. Aspek prosodi tertentu bersifat sistemik dan distingtif (membedakan makna). Berkait dengan struktur suka kata (syllabic structures), terdapat perihal sistemik yang dinamai fonotaktik (phonotactics), yakni perangkat aturan yang mengatur kehadiran bunyi tertentu dalam suku kata. Berkait dengan upaya identifikasi penstrukturan suku kata berbantu teknologi (technology-based syllabification



4



identification), Futrell et al. (2017) menjelaskan model generatif fonotaktik, yakni model probabalistik fonotaktik atau sebuah rangkaian fonem yang seharusnya (well-formed phoneme sequence) dalam sebuah bahasa. Tekanan juga merupakan sebuah aspek prosodi yang dapat bersifat sistemik dan distingtif. Bahasa Inggris adalah sebuah contoh bahasa bertekanan (stresstimed language). Penjelasan tentang kedistingtifan tekanan dalam bahasa Inggris, dapat dilihat dalam banyak video yang yang disediakan oleh YouTube, setidaknya dalam sebuah video berjudul ―Phonology-Distinctive Stress and Rhythm‖. Perpanjangan bunyi juga merupakan aspek prosodi yang dapat bersifat sistemik dan distingtif. Bahasa Arab adalah sebuah bahasa yang di dalamnya perpanjangan bunyi bersifat sangat sistemik dan distingtif. Dalam bahasa Arab, gejala perpanjangan bunyi secara popular dikenali sebagai al-mad. Berikut ini adalah tiga tautan dari sejumlah video di YouTube yang menjelaskan pahaman al-mad. (1) https://www.youtube.com/watch?v=Dt3_C2o_mMA, (2) https://www.youtube.com/watch?v=Kzzo-LpzpI4, dan (3) https://www.youtube.com/watch?v=CI-4gDXl6o8 Titi nada, sebagai salah satu aspek prosodi, mencakupi pahaman nada/tona dan intonasi. Kedistingtifan nada/tona setidaknya dapat ditemukan dalam bahasa Cina; itulah yang menyebabkan bahasa Cina tergolongkan ke dalam tipe bahasa bertona. Video YouTube yang tautannya diterakan dalam butir pertama dan kedua di bawah ini berkait dengan kedistingtifan nada/tona dalam bahasa bertona; sedangkan video yang tautannya diterakan dalam butir ketiga berkait dengan ketakdistingtifan nada dalam bahasa Inggris sebagai bahasa takbertona. (1) https://www.youtube.com/watch?v=foImPuD_bKc, (2) https://www.youtube.com/watch?v=TV1F8ZE_AyA&gl=ID&hl=id, (3) https://www.youtube.com/watch?v=p5RWzBRg6rU Nada/tona adalah frekuensi tertentu yang diberikan kepada realisasi fonologis atas sebuah suku kata. Ketika realisasi fonologis sejumlah suku kata menghasilkan suatu urutan nada/tona, pembahasan tentang itu disebut intonasi. Dalam banyak bahasa, khususnya dalam bahasa Inggris, intonasi pada umumnya bersifat sistemik dan distingtif. Pola kedistingtifan intonasi dalam bahasa Inggris itu, setidaknya, dapat dilihat dalam video YouTube yang tautannya tersenarai di bawah ini.



5



(1) https://www.youtube.com/watch?v=1Ha15yy0lWo (2) https://www.youtube.com/watch?v=kIapQVNq3D4 (3) https://www.youtube.com/watch?v=8NHa4cVHYBI



2.3 Morfologi Morfologi membahas bagaimana kata dibentuk. Dengan kata lain, morfologi berkait dengan bagaimana elemen pembentuk kata (dalam morfologi disebut morfem) digunakan untuk mengontruksi kata. Berdasarkan tipenya, morfem didikotomikan ke dalam morfem derivasional (morfem yang terlibat dalam proses derivasional) versus morfem infleksional (morfem yang terlibat dalam proses infleksional). Derivasi dan infleksi, bersama dengan pemaduan (compounding), dianggap sebagai tiga proses utama dalam pembentukan kata. Di samping itu, terdapat proses lain pembentukan kata, yakni penyalinan (copying), pemaduan (blending), pemendekan kata (clipping), derivasi balik (back formation), akronim & singkatan (acronym & abbreviation), konversi (conversion), dan penciptaan kata (coinage). Kata yang dihasilkan dari proses pembentukan kata, bersama dengan kata yang telah ada (existing words) dalam sebuah bahasa, membentuk leksikon bahasa itu. Secara popular, leksikon sebuah bahasa dikenali sebagai korpus (corpus). Bahasa Inggris, sebagai bahasa universal utama, telah mengembangkan korpusnya. Setidaknya, terdapat dua korpus (corpora) yang di dalamnya leksikon bahasa Inggris dapat dieksplorasi: (1) Corpus of Contemporary English (COCA) for American English dan (2) British National Corpus (BNC) for British English. 2.4 Sintaksis Sintaksis membahas bagaimana kata digunakan untuk membentuk satuan linguistis yang lebih besar. Satuan yang lebih besar itu mencakupi frasa, klausa, dan kalimat. Dengan kata lain, sintaksis membahas bagaimana kata hadir dalam suatu untaian, sehingga satuan lingustis yang lebih besar terbentuk. Berkait dengan struktur frasa, klausa, dan kalimat, terdapat dua pahaman penting, yakni kolokasi dan konkordansi. Kolokasi berkait dengan pembatasan atas kata tertentu atau satuan linguistis tertentu yang dapat hadir bersamaan dengan kata tertentu atau satuan linguistis tertentu lainnya. Sebuah kamus khusus berkait dengan kolokasi dalam bahasa 6



Inggris yang berjudul Macmillan Collocations Dictionary telah diterbitkan oleh Macmillan Publishers Limited (2010); versi daring kamus itu pun juga telah tersedia. Kemudian, video YouTube yang tautannya tersenarai di bawah ini juga berkait dengan kolokasi dalam bahasa Inggris. (1) https://www.youtube.com/watch?v=CqRloBkyqQs (2) https://www.youtube.com/watch?v=nh8r9SDmHn4 (3) https://www.youtube.com/watch?v=4YuBS3F0XGc Dalam gramatika, konkordansi dideskripsikan sebagai kesesuaian antara bentuk gramatikal elemen kalimat (biasanya kesesuaian antara subjek dan predikat). Xuemei (2011) menjelaskan bagaimana cara mengajarkan bahasa Inggris berdasarkan konkordansi. Ia memberikan sebuah pengenalan umum atas pembelajaran bahasa berbasis konkordansi dan membahasnya dengan contohcontoh penerapannya dalam pengajaran gramatika.



2.5 Semantik Semantik membahas makna satuan linguistis. Karena kolokasi (pahaman yang dijelaskan dalam bagian sebelum ini) berkait dengan aspek makna, pahaman itu juga dibahas dalam semantik. Berkait dengan kolokasi, setiap kata dalam sinonimi (salah satu gejala dalam pembahasan relasi leksikal) hanya dapat berkolokasi dengan kata-kata tertentu. Pahaman kolokasi menjelasakan bahwa kata A dalam sebuah sinonimi berasosiasi dengan kata-kata tertentu sedangkan kata B dalam sinonimi itu berasosiasi dengan kata-kata tertentu lainnya. Dengan demikian, walaupun kata-kata yang bersinonim memiliki makna denotatif yang sama, tiap-tiap kata itu memiliki makna asosiatif masing-masing. Berkait dengan pahaman leksikon, pahaman relasi leksikal (lexical relations) menjadi salah satu pembahasan penting dalam semantik. Selain sinonimi, terdapat sejumlah pahaman relasi leksikal lainnya yang harus diperhatikan oleh pemelajar bahasa, yakni yang setidaknya secara alfabetis dapat diurutkan sebagai antonimi, hiponimi,



homofoni,



homografi,



homonimi,



meronimi,



dan



polisemi.



Sebagaimana pembahasan tentang pahaman-pahaman yang telah tersebut dalam bagian-bagian terdahulu, pembahasan tentang pahaman relasi leksikal juga dapat diperoleh dalam video-video yang disediakan oleh YouTube.



7



Selain membahas relasi antara satuan-satuan leksikal, semantik juga membahas hubungan antara proposisi. Pembahasan tersebut terakhir mencakupi relasi proposisional atau relasi situasional seperti pengartian (entailment), presuposisi (presupposition), parafrasa (paraphrasing), paradoks (paradox), dan lain-lain. Sebagaimana pembahasan tentang pahaman yang dijelaskan dalam bagian-bagian terdahulu, pembahasan tentang relasi proposisional atau relasi situasional juga dapat ditemukan dalam video-video yang disediakan oleh YouTube.



3. Penutup Pembahasan di atas menunjukkan bahwa setakat ini pemelajar bahasa (dan juga pihak lain yang terlibat dalam praktik pembelajaran bahasa) dapat dengan mudah mendapatkan informasi atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip linguistik yang berkait dengan pembelajaran bahasa. Kemudahan itu berkait dengan informasi berlimpah tentang prinsip-prinsip linguistik yang tersedia di Internet. Informasi itu dapat diperoleh dari aplikasi atau situs tertentu yang disediakan oleh Internet. Saat Internet belum sepopular seperti setakat ini, masyarakat biasanya mengakses informasi dari media cetak seperti jurnal dan/atau buku. Setakat ini, jurnal tentang pelbagai bidang ilmu, termasuk linguistik, pun ternyata dengan mudah dapat diakses melalui internet. Bahkan, setakat ini telah terdapat jumlah yang berlimpah atas buku elektronik (e-book) dalam pelbagai bidang ilmu, termasuk linguistik, yang dapat mudah dapat diakses melalui Internet. Pembahasan dalam tulisan ini, yakni yang sejatinya merupakan deskripsi umum tentang aplikasi dan situs yang darinya informasi tentang prinsip-prinsip linguistik dapat diperoleh, semoga dapat berguna bagi pembaca dalam upaya pemanfaatan Internet sebagai salah satu teknologi yang semakin berkembang. Pembahasan dalam tulisan ini dibatasi oleh ruang lingkup deskripsi umum tentang pemerolehan informasi atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip dalam ranah mikrolinguistik. Pembahasan lebih lanjut tentang pemerolehan informasi dan pengetahuan tentang prinsip-prinsip dalam ranah makrolinguitik serta pembahasan lanjut yang lebih gamblang dan lebih terperinci tentang bagaimana prinsip-prinsip itu diterapkan dalam praktik pembelajaran bahasa semoga dapat dideskripsikan dalam tulisan (tulisan-tulisan) selanjutnya.



8



Daftar Referensi Futrell, R., Albright, A., Graff, P., O’Donnel, T. J. (2017). A generative model of phonotactics. Article in Transactions of the Association for Computational Linguistics, vol. 5, pp. 73–86, 2017. Diakses dari https://www.aclweb.org/ anthology/Q17-1006 Gorjian, B., Hayati, A., dan Purkoni, P. (2013). Using Praat software in teaching prosodic features to EFL learners. Article in Elsevier’s Procedia Social and Behavioral Sciences. Diakses dari https://core.ac.uk/download/pdf/ 9848132.pdf Pacific Northwest Seismic Network/PNSN (2019). What is spectrogram. Artikel dalam https://pnsn.org/spectrograms/what-is-a-spectrogram Kempton, T. (2012). Machine assisted phonemic analysis. Disertasi. Department of Computer Science of University of Sheffield. Diakses dari https://core.ac.uk/download/pdf/9848132.pdf Xuemei, T. (2011). Concordance-based learning and teaching of grammar. Artikel dalam the 6th International Conference on Computer Science & Education (ICCSE), August 3—5, 2011. SuperStar Virgo, Singapore. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/238523915_Concordancebased_learning_and_teaching_of_grammar



9