Makalah Filsafat Hakikat Alam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Alam merupakan bagian penting bagi kehidupan manusia untuk saling berinteraksi satu sama lain dengan makhluk ciptaan Allah SWT yang lainnya. Dalam Al-Qur’an surah Al-Mulk ayat 15, Allah SWT berfirman: ‫ض ذَلُ ا‬ ُ ُّ‫شوا فِي َمنَا ِك ِب َها َو ُكلُوا ِم أن ِر أزقِ ِه ۖ َو ِإلَ أي ِه الن‬ ُ ‫وًل فَا أم‬ ‫ور‬ ُ ‫ش‬ َ ‫ه َُو الَّذِي َج َع َل لَ ُك ُم أاْل َ أر‬ "Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” Ayat ini menjelaskan bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah SWT, untuk kepentingan manusia agar manusia dapat menjalankan fungsi dan kedudukannya dimuka bumi. Didalam makalah ini, kami akan membahas sedikit tentang hakikat alam semesta dalam prespektif filsafat pendidikan islam. Apabila kita tidak mempelajari materi ini, maka kita tidak akan mengetahui secara pasti apa itu hakikat, proses penciptaan serta tujuan sebenarnya Allah SWT menciptakan alam semesta ini. Oleh karena itu, kita perlu membahas pokok-pokok pembahasan dalam makalah ini agar kelak kita dapat mengetahui apa hakikat alam semesta dalam prespektif filsafat pendidikan islam itu sendiri. Sehingga kedepannya kita diharapkan lebih menghargai apapun yang telah diciptakan Allah SWT dan juga kita diharapkan mampu menerapkan pengetahuan kita ini didalam kehidupan kita sehari-hari. B. TUJUAN PEMBAHASAN 1. Mengetahui Hakikat Alam Semesta. 2. Mengetahui Proses Penciptaan Alam Semesta. 3. Mengetahui Tujuan Penciptaan Alam Semesta. 4. Mengetahui Implikasi Alam Semesta terhadap Pendidikan Islam.



1



BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN HAKIKAT ALAM SEMESTA DALAM ISLAM Alam adalah segala yang ada dilangit dan dibumi. 1Alam juga didefinisikan sebagai “The univers: world, condition, state of being”, yang berarti “Alam semesta: dunia, keadaan, wujud dari neara bagian”. 2Alam berasal dari bahasa Arab al-‘alam, satu akar dari kata denan ilmu, al‘ilm (pengetahuan) dan al-alamah (pertanda). Disebut demikian Karen jagad raya ini adalah pertanda adanya san Maha Pencipta yaitu Tuhan yang Maha Esa. Alam dalam bahasa Yunani disebut dengan “cosmos” yang berarti “serasi, humoris”, Karena itu alam ini dalam keserasian dan keharmonisan berdasarkan hukum-hukum yang teratur.3 Menurut al-Syaibani alam jagad atau natura ialah apapun selain dar pada ALLAH Swt.4 Demkian juga menurut Quraish Shibab semua yang maujud selain ALLAH Swt, baik yang telah diketahui maupun yang belum diketahui manusia disebut alam. 5Karena itu, alam semesta bukan hanya langit dan bumi, tetapi meliputi segala sesuatu yang ada dan berada diantara keduanya. Dalam perspektif islam, alam semesta ini tidak mencakup hal-hal yang konkrit atau dapat diamati melalui pengindraan manusia saja, tetapi mencakup juga segala sesuatu yang tidak dapat diamati oleh pengindraan manusia. Dalam islam, segala sesuatu selain ALLAH Swt, yang dapat diamati atau didekati melalui pengindraan manusia disebut sebagai ‘alam syahadah. Sedangkan, yang tidak dapat diamati atau didekati melalui pengindraan disebut ‘alam ghaib.6 Disamping itu, hal ini juga menegaskan terhadap konsep slam terhadap alam semesta, yaitu segala sesuatu selain ALLAH Swt. Karena itu, alam semesta bisa didefinisikan sebagai kumpulan jauhar yang tersusun dari maddah (materi) dan shurah (bentuk) yang bisa 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonsia: Edisi Kedua (Jakarta: Balai Pustaka, 2011), h. 22. 2 Thomas Patrick Hughes, Dictonary of Islam (New Delhi: Adam Publiser, 2006), h. 13. 3 Nurcholis Majid, Islam Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Para Madina, 1992), h. 289 4 Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 58. 5 M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2004), h. 32. 6 Al Rasyidin, Filsafat Pendidikan Islam: Membangun Kerangka Ontologi Epistimologi dan Aksiologi Praktk Pendidikan islam (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008), h. 13.



2



diklasifikasikan kedalam wujud konkrit (syahadah) dan wujud abstrak (ghaib). Kemudian, alam semesta bisa pula dibagi-bagi kedalam beberapa jenis, seperti benda-benda padat (jamadat), tumbuh-tumbuhan (nabatat), hewan (haryawanat) dan manusia.7 ‘Alamularwah (alam arwah), ‘Alamulikhalaq



Alam terbagi menjadi macam-macam:



(alam kehidupan ini), ‘Alamulbaqi (alam yang akan datang), ‘Alamula’zamah (alam surga) , ‘Alamus syahadah (alam yang tampak), ‘Alamul ghaib (alam yang tidak tampak), ‘Alamulna’qul (alam rasional. Sdangka alam menurut kajian para sufi adalah ‘Alamun nasut (alam saat ini), ‘Alamulmalakut (alam malaikat), ‘Alamuljabarut (alam kekuasaan), ‘Alamullahut (alam ketuhanan).8 Alam semesta ini diciptakan oleh ALLAH Swt, untuk kepentingan manusia agar manusia dapat menjalankan funsi dan kedudukannya dimuka bumi.9 ALLAH Swt Berfirman: ‫ض ذَلُ ا‬ ُ ُّ‫شوا فِي َمنَا ِكبِ َها َو ُكلُوا ِم أن ِر أزقِ ِه ۖ َوإِلَ أي ِه الن‬ ُ ‫وًل فَا أم‬ ‫ور‬ ُ ‫ش‬ َ ‫ه َُو الَّذِي َجعَ َل لَ ُك ُم أاْل َ أر‬ Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.(QS. Al-Mulk[67]):15 Alam raya yang dibuat ini juga merupakan tanda keesan juga kebesaran ALLAH Swt bagi orang-orang yang penilainnya. ‫ض َو أ‬ َّ ‫اس َو َما أ َ أنزَ َل‬ ‫اء ِم أن‬ ِ ‫س َم َاوا‬ َّ ‫َّللاُ ِمنَ ال‬ َّ ‫ق ال‬ ِ ‫س َم‬ ِ ‫اختِ ََل‬ ِ ‫ت َو أاْل َ أر‬ َ َّ‫ار َو أالفُ أل ِك الَّتِي تَجأ ِري فِي أالبَحأ ِر ِب َما يَ أنفَ ُع الن‬ ِ ‫ف اللَّ أي ِل َوالنَّ َه‬ ِ ‫ِإ َّن فِي خ أَل‬ َّ ‫ض َب أعدَ َم أو ِت َها َو َب‬ ٍ ‫ض ََل َيا‬ ‫ت ِل َق أو ٍم‬ َّ ‫س َّخ ِر َبيأنَ ال‬ َّ ‫الر َياحِ َوال‬ ِ ‫س َم‬ ِ ‫ص ِر‬ ‫ث ِفي َها ِم أن ُك ِل دَابَّ ٍة َوت َ أ‬ ِ ‫اء َو أاْل َ أر‬ ِ ‫س َحا‬ َ ‫ب أال ُم‬ َ ‫َماءٍ فَأَحأ َيا ِب ِه أاْل َ أر‬ ِ ‫يف‬ َ‫يَ أع ِقلُون‬ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang



7



Ibid, h. 3-4 Huhges, Dictonary of Islam, h. 13. 9 Dikrektorat Jendral Pendidikan Islam, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009), h. 8



61.



3



dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS. Al-Baqarah[2]):164 Alam adalah laksana panggung buat manusia, sebuah ladang tempat menyemai benih, tumbuh dan berkembang, dan juga menikmati hasilnya sebagai anugrah ALLAH Swt. Dengan demikian manusia harus menyadari bahwa: 1. Alam ini bukan milik manusia, melainkan milik Allah Swt. Segala sesuatu yang dimiliki manusia diatas bumi bukanlah miliknya, tetapi sekedar “pinjaman” yang dipercayakan kepada-Nya. 2. Alam tunduk kepada manusia, yaitu Allah Swt menjadikan ala mini lebih rendah dari pada manusia oleh karena itu alam ini dipersiapkan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya. 3. Dalam memanfaatkan dan menikmati alam, manusia diperintahkan untuk bertindak sesuai aturan moral. 4. Islam menuntut manusia untuk menyelidiki dan memahami mekanisme dan pola-pola kerja Tuhan dalam menciptakan alam ini.10 Jadi dengan demikian, jelaslah bahwa alam adalah segala sesuatu yang meliputi langit dan bumi kecuali Allah Swt, yang sengaja didesain sedemikian rupa agar manusia dapat memanfaatkannya demi keberlangsungan hidup mereka. Alam ini bukan hanya untuk dijaga dan dilestarikan tapi lebih dari sekedar itu, alam ini harus di tadabburi karena banyak rahasia dan pelajaran yang akan kita peroleh setelah mengungkap rahasianya, tentu cara untuk mengungkapnya adalah dengan jalan ilmu pengetahuan.



10



Mohammad Irfan dan Mastuki, Teologi Pendidikan: Tauhid Sebagai Paradigma Pendidikan Islam (Jakarta: Friska Agung Insani, 2008), h. 46.



4



B. PROSES PENCIPTAAN ALAM SEMESTA Apabila kita membaca buku tentang teori-teori modern mengenai proses peciptaan alam semesta, maka teori Big Bang sebuah karya monumental dari Stephen Hawking adalah salah satu literatur yang cukup masyhur dan jamak kita jamak kita ketahui. Tapi sesungguhnya teori ini telah dikemukakan Al-Qur’an jauh empat belas abad yang lalu. Allah Swt berfirman : َ ‫اء ُك َّل‬ َ‫َش أيءٍ َحي ٍ ۖ أَفَ ََل يُؤأ ِمنُون‬ ِ ‫س َم َاوا‬ َّ ‫أ َ َولَ أم يَ َر الَّذِينَ َكفَ ُروا أ َ َّن ال‬ ِ ‫ض كَانَت َا َرتأقاا فَفَتَ أقنَا ُه َما ۖ َو َج َع ألنَا ِمنَ أال َم‬ َ ‫ت َو أاْل َ أر‬ Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?(QS. Al-Anbiyah[21]):30 Menurut konsep Al-Qur’an bahwa langit dan bumi diciptakan dalam enam masa, sesuai dengan firman-Nya: ُ ‫ض فِي ِست َّ ِة أَي ٍَّام َو َكانَ َع أر‬ ‫سنُ َع َم اَل ۗ َولَئِ أن قُ ألتَ إِنَّ ُك أم َم أبعُوثُونَ ِم أن‬ ِ ‫س َم َاوا‬ َّ ‫َوه َُو الَّذِي َخلَقَ ال‬ ِ ‫َشهُ َعلَى أال َم‬ َ ‫اء ِليَ أبلُ َو ُك أم أَيُّ ُك أم أَحأ‬ َ ‫ت َو أاْل َ أر‬ ٌ ِ‫ت لَيَقُولَ َّن الَّذِينَ َكفَ ُروا ِإ أن َٰ َهذَا ِإ ًَّل سِحأ ٌر ُمب‬ ‫ين‬ ِ ‫بَ أع ِد أال َم أو‬ Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasanaNya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata".(QS. Hud[11]):7 Menurut Quraish Shihab bahwa penciptaan lanit dan bumi dalam enam masa. Dua hari untuk penciptaan langit, dua hari untuk penciptaan bumi, dan dua hari untuk penciptaan sarana makhluk hidup. Jika kita berbicara mengenai “sittati ayyam” maka banyak terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ulama. Ada ulama yang memahami dalam arti enam kali 24 jam, tetapi ada lagi yan memahami sesuai dengan hitungan Allah Swt yakni 1000 tahun. Banyak perbedaan pendapat bukan berarti ayat Al-Qur’an saling bertentangan, tetapi ini adalah isyarat relatifitas waktu. Dengan hik,ah dan ilmunya menghendakin ala mini diciptakan enam hari, menunjukkan



5



bahwa tergesa-gesaan bukanlah sesuatu yang terpuji, tetapi yang terpuji adalah keindahan dan kebaikan karya.11 Alam diatur apa yang ada didalam Al-Qur’an disebut sunnah Allah. Sunnah Allah menurut pendapat saya, berbeda dengan hukum alam (natural law). Karena hokum alam tidak menginginkan suatu pengertian kreatifitas apapun, sunnah Allah memberikannya. Sunnah Allah adalah kebiasaan atau cara Allah menyelenggarakan alam ini. Sunnah menghendaki sebuah kebiasaan (adat, menurut istilah Al-Ghazali). Dalam hukum alam, kemungkinan mukjizat tidak dapat tempat. Sedangkan dalam sunnah Allah, kemungkinan tersebut tidak dinafikan.12 C. TUJUAN PENCIPTAAN ALAM SEMESTA Dalam perspektif islam, tujuan penciptaan alam semesta ini pada dasarnya adalah sarana untuk menghantarkan manusia pada pengetahuan dan pembuktian tentang keberadaan dan kemaha kekuasaan Allah Swt. 13 Keberadaan langit dan bumi mewajibkan adanya sang pencipta yang menciptakan keduanya, yaitu Allah Swt. Dalam korteks ini, kebradaan alam semesta mrupakan pentunjuk yang sangat jelas tentang keberadaan Allah Swt sebagai Tuhan yang Maha Pencipta. Karena itu, dengan mempelajari alam semesta manusia akan sampai pada pengetahuan bahwa Allah Swt adalah zat yang menciptakan alam semesta ini.14 Menurut konsep Al-Qur’an bahw alam ini diciptakan dengan tujuan untuk memperlihatkan kepada manusia tanda-tanda keberadaan Allah Swt. ٌ ‫َش ِهيد‬ َ ٍ‫َش أيء‬ َ ‫ف بِ َر ِبكَ أَنَّهُ َعلَ َٰى ُك ِل‬ ِ ‫ق َوفِي أ َ أنفُ ِس ِه أم َحت َّ َٰى يَتَبَيَّنَ لَ ُه أم أَنَّهُ أال َح ُّق ۗ أ َ َولَ أم يَ أك‬ َ ِ ‫سنُ ِري ِه أم آيَا ِتنَا فِي أاَلفَا‬ Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?(QS. Fussilat [41]):53



11



Shihab, Tafsir Al-Misabah: Volume, h. 558 Ibid, h. 9. 13 Al-Rasyid, Filsafat Pendidikan Islam, h. 8. 14 Ibid, h. 9. 12



6



Di dalam tafsir Al-Azhar dinyatakan bahwa Al-Qur’an itu kian lama akan nyata kebenarannya. Bukti kebenarannya itu akan muncul disegala penjuru, dan bahkan pada diri mereka sendiri.15 Yang harus dipahami dari alam ini adalah eksistensinya yang haq yakni benar dan nyata serta baik. Maka semua bentuk pengalaman didalamnya termasuk pengalaman manusia adalah benar dan nyata. Ia bisa memberikan kebahagian dan kesengsaraan dalam kemungkinan yang sama, tergantung bagaimana menangani pengalaman itu. Karena itu, manusia diperbolehkan untuk berharap dan memperoleh kebahagiaan dalam hidup sementara di dunia ini, selain kebahagiaan di akhirat kelak yang lebih besar, kekal dan abadi. Kehidupan dapat digunakan untuk berharap dan mencari kebahagiaan di dunia dan di akhirat, maka tentunya dan seharusnya manusia tidak menyia-nyiakannya.16 D. IMPLIKASI TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM Dalam Kamus Bahasa Indonsia, Implikasi berarti keterlibatan atau keadaan terlibat.17 Dalam hal ini berarti wujud Alam Semesta yang mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan islam. Baik dari segi rancangan pendidikan dari interen pelaksaan maupun dari segi perananya dalam pembentukan watak, sifat dan karakter peserta didik sesuai dengan yang diharapkan penyelenggaraan pendidikan. Al-Rasyid menyatakan Pendidikan Islami merupakan kunci guna menemukan, menangkap, dan memahami Alam dengan seluruh fenomena dan noumenanya. Upaya itu pada akhirnya akan mengantarkan manusia pada keberadaan dan kemahakuasaan Allah Swt. Karena itu, manusia dihantarkan oleh Pendidikan Islam pada pengakuan (syahadah) akan kebradaan Allah Swt. Sebagai san Pencipta, Pemelihara dan Pendidik Alam Semesta.18



15



Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXIV, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), h. 7. Muhammad Taufik, “Perspektif Filsafat Pendidikan Islam Tentang Alam dan Lingkungan,” dalam Hermeneia, Jurnal Kajian Islam Interdisipliner, vol. VI, 2007, h. 6. 17 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 548. 18 Al-Rasyid, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Cita Pustaka, 2008), h. 11-12. 16



7



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Maka, dengan dibuatnya makalah ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa didalam Al-Quran Allah telah banyak menjelaskan proses penciptaan alam semesta beserta tujuan diciptakannya alam semesta ini. Alam berasal dari bahasa Arab al-‘alam, satu akar dari kata denan ilmu, al-‘ilm (pengetahuan) dan al-alamah (pertanda). Disebut demikian Karena jagad raya ini adalah pertanda adanya san Maha Pencipta yaitu Tuhan yang Maha Esa. Untuk itu, kita sebagai makhluk hidup yang memiliki akal dan hati nurani, harus menjaga lingkungan sekitar kita. Karena dengan begitu berarti kita menghargai alam yang sudah diciptakan Allah SWT.



B. SARAN Diharapkan kepada para pembaca makalah ini untuk bijak dalam menanggapi setiap isi makalah, agar tidak terjadi kesalahpahaman apapun. Dan apabila banyak kekurangan dalam makalah ini diharapkan pembaca dapat menambah ataupun memperbaikinya. Sehingga nantinya makalah ini dapat dipahami dengan mudah dan dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan pembaca.



8



DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonsia: Edisi Kedua (Jakarta: Balai Pustaka, 2011), h. 22. Thomas Patrick Hughes, Dictonary of Islam (New Delhi: Adam Publiser, 2006), h. 13. Nurcholis Majid, Islam Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Para Madina, 1992), h. 289 Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 58. M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2004), h. 32. Al Rasyidin, Filsafat Pendidikan Islam: Membangun Kerangka Ontologi Epistimologi dan Aksiologi Praktk Pendidikan islam (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008), h. 13. Dikrektorat Jendral Pendidikan Islam, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009), h. 61. Mohammad Irfan dan Mastuki, Teologi Pendidikan: Tauhid Sebagai Paradigma Pendidikan Islam (Jakarta: Friska Agung Insani, 2008), h. 46. Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXIV, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), h. 7. Muhammad Taufik, “Perspektif Filsafat Pendidikan Islam Tentang Alam dan Lingkungan,” dalam Hermeneia, Jurnal Kajian Islam Interdisipliner, vol. VI, 2007, h. 6.



Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 548. Al-Rasyid, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Cita Pustaka, 2008), h. 11-12.



9