Makalah Fiqih Ibadah [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Rama
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH FIQIH IBADAH KEISTIMEWAAN PUASA MENURUT SYARI’AT ISLAM



Disusun Oleh : 1. Evi Nurkhasanah (2188203018) 2. Nita Septiani (2188203027) 3. Shoni Musthofa (2188203012) Dosen Pengajar : H. Ali Fauzi, S.Pd.I.



UNIVERSITAS NURUL HUDA SUKARAJA OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN AKADEMIK 2021/2022



KATA PENGANTAR



Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang atas berkat dan karunia-Nya lah sehingga saya dapat menyusun dan menyajikan materi dalam makalah ini.Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW pembawa risalah yang menjadi petunjuk serta rahmat bagi seluruh alam yaitu lelaki pilihan Allah sebagai atasannya untuk menyempurnakan akhlak dan aqidah umat manusia. Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidak lain untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Fiqih Ibadah yang berjudul “Keistimewaan Puasa Menurut Syari’at Islam”. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, penyusun sangat berharap adanya kritik dan saran dari pihak manapun. Penyusun harap makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penyusun dan bagi siapa saja pada umumnya.



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Makalah BAB II PEMBAHASAN A. B. C. D.



Pengertian Puasa Keistimewaan Puasa Hikmah Puasa Balasan Bagi Orang yang sedang Puasa



BAB III PENUTUP Kesimpulan Daftar Pustaka



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puasa merupakan ibadah yang telah lama berkembang dan dilaksanakan oleh manusia sebelum Islam.1 Islam mengajarkan antara lain agar manusia beriman kepada Allah SWT, kepada malaikat-malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada rosul-rosulNya, kepada hari akhirat dan kepada qodo qodarNya. Islam juga mengajarkan lima kewajiban pokok, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, sebagai pernyataan kesediaan hati menerima Islam sebagai agama, mendirikan sholat, membayar zakat, mengerjakan puasa dan menunaikan ibadah haji. Saumu (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya. Sedangkan menurut istilah, puasa adalah menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat dan beberapa syarat. Menurut Muhammad Asad, puasa adalah the obstinence of speech memaksa diri untuk tidak bercakap-cakap dengan perkataan yang negatif, contohnya seperti memfitnah, berbohong, mencaci maki, berkata-kata porno, mengadu domba dan sebagainya. Menurut Hasbi Ash Shiddieqy, puasa bisa menjadikan orang mampu membiasakan diri untuk dapat bersifat dengan salah satu dari sifat Allah swt, sifat tidak makan minum meskipun untuk sementara waktu, sekaligus dapat menyerupakan diri dengan orang-orang yang muroqobah. Menurut Yusuf Al Qardawi, puasa sebagai sarana pensucian jiwa dan raga dari segala hal yang memberatkan dalam kehidupan dunia sekaligus bentuk manifestasi rasa ketaatan seseorang dalam melaksanakan perintah Allah swt, dalam hal meninggalkan segala larangan untuk melatih jiwa dalam rangka menyempurnakan ibadah kepadaNya. Menurut Syeikh Mansur Ali Nashif, puasa dapat menjadi benteng dan pemelihara dari perbuatan-perbuatan maksiat. Dikatakan demikian karena puasa dapat menghancurkan nafsu syahwat, bahkan dapat memelihara dari pelakunya dari api neraka. B. Rumusan Masalah 1. Apa keistimewaan Puasa? 2. Apa hikmah puasa? 3. Apa balasan bagi orang yang sedang berpuasa? C. Tujuan Makalah Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk melatih penulis agar mampu menyusun tulisan ilmiah yang baik dan benar, untuk memperluas wawasan penulis dan pembaca tentang Keistimewaan Puasa Menurut Syari’at Islam, serta untuk memberi sumbangan pemikiran baik berupa konsep teoritis maupun praktis.



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Puasa Seperti yang sudah katakana di awal, bahwa puasa merupakan salah satu ibadah yang dilakukan dengan cara menahan rasa lapar dan haus. Puasa sendiri memiliki pengertian-pengertian lain baik pengertian secara umum dan pengertian puasa dalam agama islam. 1. Pengertian Ibadah Puasa secara Umum Secara umum, puasa merupakan salah satu kegiatan yang dinilai sebagai kegiatan sukarela yang dilaksanakan dengan cara menahan diri dari makanan, minuman atau juga bisa keduanya, perilaku buruk, dan semua hal yang memiliki potensi untuk membatalkan puasa tersebut selama masih dalam periode pelaksanaan puasa tersebut. Puasa yang murni biasanya dilakukan dengan menahan diri untuk makan dan minum dalam kurun waktu tertentu, umumnya puasa dilaksanakan dalam kurun waktu satu hari atau selama 24 jam, atau juga bisa beberapa hari. Lamanya periode puasa ini bergantung pada ketentuan puasa. Perlu diketahui bahwa puasa ada puasa lain yang hanya membatasi seseorang untuk mengkonsumsi zat atau makanan tertentu. Perlu Grameds ketahui bahwa puasa juga dapat membatasi seseorang dari berbagai aktivitas yang berhubungan dengan aktivitas seksual. Karena umumnya puasa dilaksanakan untuk menunaikan ibadah dalam suatu agama, selain itu puasa juga kerap dilaksanakan untuk menaikkan tingkat kespiritualan seseorang. Puasa dengan tujuan seperti itu biasanya dilakukan oleh seseorang yang sudah sering bertapa atau rahib. Kesimpulannya, puasa dilakukan untuk menahan diri dengan cara mengekang diri dari berbagai macam tujuan serta keinginan. Puasa kerap diartikan sebagai kegiatan yang sangat berguna untuk menekan nafsu duniawi pada diri manusia. 2. Pengertian Ibadah Puasa secara Syariat Islam Menurut agama islam, puasa disebut dengan Shaum yang berasal dari Bahasa Arab : ‫وم‬EEEE‫ ص‬merupakan ibadah yang bersifat wajib untuk dilaksanakan ketika bulan Ramadhan telah tiba. Ibadah ini juga dilaksanakan selama satu bulan penuh lalu akan ditutup dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Pelaksanaan puasa yang sesuai dengan syariat islam adalah dengan menahan diri dari makan minum serta semua perbuatan yang dapat membatalkan puasa dari terbitnya matahari hingga matahari tenggelam dengan diawali niat yang sudah tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an. Puasa ditujukan untuk dapat membentuk serta menanamkan sikap-sikap teladan dan meningkatkan ketakwaan seorang Muslim kepada Allah SWT.



3. Pengertian Ibadah Puasa secara Bahasa Puasa sendiri merupakan terjemahan dari istilah aslinya yang berasal dari Bahasa Arab, yaitu kata Shaum. Kata tersebut secara Bahasa memiliki arti mencegah atau menahan. B. Keistimewaan Puasa Menurut Syari’at Islam Dalam banyak riwayat dijelaskan bahwa puasa memiliki beberapa keistimewaan dibanding ibadah-ibadah pada umumnya. Salah satu hadits yang menjelaskan kelebihan puasa dibanding ibadah lainnya adalah hadits qudsi berikut, ‫ فَإنَّهُ لِي َوأنَا أجْ ِزي بِ ِه‬،‫صيَام‬ ِّ ‫ُكلُّ َع َم ِل اب ِْن آ َد َم لَهُ إِالَّ ال‬



Artinya, "Semua amal perbuatan anak Adam -yakni manusia- itu adalah untuknya, melainkan berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untukKu dan Aku yang akan memberikan balasan dengannya.” Secara substansi hadits qudsi tersebut ingin menyampaikan bahwa ibadah puasa memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah swt. Kata “untuk-Ku” adalah bentuk penyandaran ibadah puasa kepada Allah swt yang menunjukkan betapa puasa merupakan ibadah yang memiliki kedudukan lebih dibanding ibadah lainnya. Dalam beberapa hal, penyandaran sesuatu kepada Allah swt juga terjadi. Seperti kata Ka’bah yang memiliki nama lain Baitullah (rumah Alllah). Kata bait disandarkan pada kata Allah. Ini menunjukkan bahwa Ka’bah merupakan tempat yang memiliki kedudukan tinggi dibanding tempat-tempat lainnya. Dari hadits tersebut, ada satu hal yang perlu kita garis bawahi yaitu kalimat “karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan balasan dengannya”. Kalau kita cermati, pasti muncul sebuah pertanyaan besar; bukankah semua ibadah itu akan dibalas oleh Allah swt? Lalu mengapa dalam hadits di atas seolah hanya puasa yang langsung dibalas oleh-Nya? Seolah menegasikan ibadah-ibadah yang lainnya. Para ulama berbeda pendapat dalam mengartikan hadits tersebut. Mengapa puasa memiliki keistimewaan di sisi Allah swt dibanding amal ibadah lainnya? Berikut beberapa pendapat di antaranya. Pertama, puasa adalah ibadah yang tidak bisa terjerumus dalam riya (pamer). Hal ini sesuai sabda Rasulullah saw, ‫ ليس في الصيام رياء‬Artinya, “Pada puasa tidak ada sifat riya (pamer).” Puasa merupakan ibadah yang bersifat abstrak. Artinya ibadah puasa tidak memiliki gerakan yang bisa membedakan antara orang yang sedang berpuasa dengan yang tidak. Sebagai contoh aja, misalkan ada dua orang sedang berjalan beriringan. Yang satu berpuasa dan yang satu lagi tidak. Apakah kita bisa membedakan mana yang puasa dan mana yang tidak? Sulit, bukan? Berbeda dengan ibadah lainnya.



Seperti shalat, haji, zakat dan lainnya. Antara orang yang sedang shalat dengan yang tidak, bisa kita bedakan dengan mudah, karena shalat bisa dilihat dengan gerakan yang bisa membedakan mana yang sedang shalat dan mana yang bukan. Antara orang yang sedang melaksanakan haji dengan yang tidak juga demikian, karena haji memiliki gerakan yang bisa membedakan antara mana yang sedang haji dan mana yang bukan. Meskipun puasa bisa terjerumus dalam sifat riya (pamer), itu pun hanya bisa diungkapkan dengan ucapan. Misal ada orang berpuasa, dengan maksud memamerkan puasanya, ia berkata, “Saya ini sedang berpuasa, loh.” Tapi, sekali lagi, itu hanya bisa diperlihatkan dengan ucapan. Berbeda dengan ibadah lainnya yang bila terjerumus dalam riya melalui gerakan atau pun ucapan. Kedua, puasa mampu melumpuhkan setan. Saat sedang berpuasa, maka kita akan menahan diri untuk tidak makan dan minum sampai waktu magrib tiba. Ketika makanan dan minuman tidak masuk dalam tubuh, maka nafsu (syahwat) dalam diri akan terkendali. Sementara nafsu (syahwat) merupakan pintu masuk utama bagi setan untuk menjerumuskan manusia dalam lembah maksiat. Rasulullahh saw pernah bersabda, ‫يِّقُوا‬E‫ض‬ َ َ‫ ف‬، ‫إِ َّن ال َّش ْيطَانَ يَجْ ِري ِمنَ اب ِْن آ َد َم َمجْ َرى ال َّد ِم‬ ‫ُوع‬ ِ ‫ َم َج‬Artinnya, “Sesungguhnya setan itu menyusup dalam aliran darah ِ ‫اريَهُ بِ ْالج‬ anak Adam, maka persempitlah jalan masuknya dengan lapar (puasa).” Ketiga, pahala puasa lebih besar dibanding ibadah lainnya. Menurut AlQurtubi, setiap amal ibadah sudah ditentukan besar pahala yang diperoleh, dari mulai dilipatkan 10 kali, 700 kali, dan sampai yang Allah kehendaki. Lain halnya dengan puasa, pahalanya tidak memiliki ketentuan khusus, hanya Allah yang tahu. Hal ini senada dengan hadis berikut, ‫ضا َعفُ ْال َح َسنَةُ َع ْش ُر أَ ْمثَالِهَا إِلَى‬ َ ُ‫ُكلُّ َع َم ِل اب ِْن آ َد َم ي‬ َّ َّ‫ َّل إِال‬E‫ َّز َو َج‬E‫ا َل هَّللا ُ َع‬EEَ‫ْف ق‬ ‫ ِه‬Eِ‫ ِزى ب‬Eْ‫ا أَج‬EEَ‫وْ َم فَإِنَّهُ لِى َوأَن‬E‫الص‬ ٍ ‫ع‬E ‫ض‬ ِ ‫ب ِْع ِمائَ ِة‬E‫ َس‬Artinya, “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untukKu. Aku sendiri yang akan membalasnya.” Keempat, pahala melihat Allah swt. Dalam kitab Durrah an-Nashihin (hal. 13), Syekh Utsman Syakir dengan mengutip pernyataan Abul Hasan menjelaskan, bahwa semua amal ibadah akan mendapatkan balasan berupa surga. Berbeda dengan puasa, pahalanya adalah bersua langsung dengan Allah swt di akhirat nanti, tanpa ada penghalang apapun. Dalam klasifikasi level pahala, melihat Allah swt di akhirat merupakan kenikmatan yang paling tinggi, lebih nikmat dari mendapat surga seisinya. Terakhir, penulis tutup dengan sebuah syair, ‫من كان يشكو عظم ذنوبه فليات في‬ ‫ا‬EE‫ه ي‬EE‫زي ب‬EE‫ا أج‬EE‫وم لي و أن‬EE‫ه الص‬EE‫رمضان باب طبيبه ويفوز من عرف الصيام عليه أو ليس قال هللا في ترغيب‬



‫المنى‬EEE‫وزوا ب‬EEE‫ان ف‬EEE‫ائمي رمض‬EEE‫“ ص‬Siapa yang mengadu atas dosa-dosa yang



ditanggungnya, datangilah pada bulan Ramadhan pintu Dzat yang mengobatinya.” “Berbahagialah orang yang tahu akan puasa yang dilakukannya, Allah telah memberi kabar gembira untuknya.” “Puasa untukKu dan Aku yang akan membalasnya. Wahai orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, bahagialah atas harapan.” (Is’afu Ahlil Iman bi Wadza’iz Syahri Ramadhan, hal. 34-35) C. Hikmah Puasa Setiap perintah Allah Subhanahu wa ta'ala dan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pasti memiliki hikmah dan manfaat yang dapat manusia peroleh. Bukan hanya sebagai bentuk ibadah kepada Allah, namun juga dapat dirasakan manfaatnya bagi yang menjalankan. Termasuk ketika menjalankan ibadah puasa, maka akan ada manfaat yang dapat kita peroleh. Tentu saja hikmah apa yang dijalankan setiap orang akan berbeda-beda, namun dalam menjalankan-nya ada beberapa hal yang kita rasakan bersama. Hal ini disampaikan dalam hadis sebagai berikut, ‫و ُل هَّللا ُ إِاَّل‬Eُ‫ا َء هَّللا ُ يَق‬E‫ا َش‬EE‫ْف َم‬ ٍ ‫ع‬E‫ض‬ َ ‫ُكلُّ َع َم ِل اب ِْن آ َد َم ي‬ ِ ‫ ِة‬Eَ‫ب ِْع ِمائ‬E‫ا إِلَى َس‬EEَ‫ُضا َعفُ ْال َح َسنَةُ بِ َع ْش ِر أَ ْمثَالِه‬ ْ ِ‫َان فَرْ َحةٌ ِع ْن َد ف‬ ٌ‫ ة‬E‫ر ِه َوفَرْ َح‬E ُ ‫صوْ َم فَإِنَّهُ لِي َوأَنَا أَجْ ِزي بِ ِه يَ َد‬ َّ ‫ال‬ ِ ‫ع َش ْه َوتَهُ َوطَ َعا َمهُ ِم ْن أَجْ لِي لِلصَّائِ ِم فَرْ َحت‬ ِ E‫ط‬ ْ ْ َ ‫هَّللا‬ ُ ْ ْ َ ُ َ َ ‫ك‬ ِ ‫يح ال ِم ْس‬ ِ ‫ِعن َد لِقا ِء َربِّ ِه َولخلوفُ ف ِم الصَّائِ ِم أطيَبُ ِعن َد ِ ِم ْن ِر‬ “Setiap amal anak Adam akan dilipat gandakan, satu kebaikan menjadi sepuluh hingga tujuh ratus kebaikan sekehendak Allah, Allah berfirman, “Kecuali puasa, puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, ia tinggalkan makan dan minumnya karena Aku. Orang yang berpuasa itu mempunyai dua kebahagiaan, satu kebahagiaan ketika tiba waktu berbuka, dan satu kebahagiaan lagi ketika berjumpa dengan Rabbnya. Dan sungguh, bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih harum dari bau minyak kesturi. ” (HR Ibnu Majah) Untuk itu, menjalankan ibadah puasa sunnah tentunya sebagaimana hadis di atas, akan mendapatkan banyak sekali kebaikan termasuk mampu menahan diri dan kebahagiaan lainnya yang dapat dirasakan oleh ummat islam yang menjalankannya.



Dirangkum dari berbagai sumber, berikut beberapa hikmah dari menjalankan ibadah puasa: 1. Melatih diri melawan hawa nafsu Puasa yang dilaksanakan dari subuh hingga adzan magrib berkumandang tentu bukan hal mudah jika kita tidak terbiasa menahan diri. Larangan saat berpuasa seperti makan dan berhubungan suami istri tentu mengajarkan agar manusia dapat mengelola emosi dan dorongan hawa nafsunya, tentu saja bukan untuk dihilangkan namun dapat dikelola dengan baik agar dapat mencapai tujuan hidup menurut islam, dan tujuan penciptaan manusia.



2. Mengajarkan untuk hidup sederhana Dengan berpuasa kita pun juga dapat melatih untuk hidup sederhana. Ketika berpuasa kita tidak banyak untuk membeli makanan atau minuman, dan menahan diri dari segala hal duniawi. Hal ini juga sekaligus mengajarkan kita untuk hidup berempati sosial pada lingkungan sekitar yang mungkin hidupnya lebih kurang beruntung dari kita.



3. Menjaga kesehatan Manfaat dari puasa adalah kesehatan tubuh lebih terjaga dan dapat melakukan detoksifikasi atau pengeluaran racun dalam tubuh. Hal ini tentu saja dapat membuat tubuh kita lebih fit dan sehat. Hal ini karena tubuh kita beristirahat dari segala macam makanan atau minuman yang tidak sehat serta dibatasi agar tidak banyak makan berlebihan. Bahkan, para pakar kesehatan banyak merekomendasikan orang-orang yang sedang mengalami penyakit tertentu untuk melakukan puasa.



4. Melatih diri membiasakan istiqomah beribadah Jenis puasa banyak. Ada puasa wajib dan puasa sunnah. Jika dilakukan terus menerus maka hal ini akan menambah keistiqomah kita dalam beribadah dan juga melaksanakan perintah-perintah Allah lainnya.



5. Memperoleh kenikmatan sebagai umat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam



Kita tidak akan pernah mendapatkan kenikmatan menjadi ummat rasul jika kita tidak pernah menjalankannya. Untuk ibadah puasa akan membuat kita semakin bermakna dan nikmat menjadi ummat Rasulullah SAW. Wallahu A'lam D. Balasan Bagi Orang yang Sedang Puasa Orang yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan akan mendapat balasan dari Allah berupa: diangkat derajatnya ke tingkat muttaqin, mendapat ampunan Allah, dijauhkan dari api neraka, mendapatkan syafa’at (pertolongan) Allah, diampuni dosa-dosanya dan dimasukkan ke dalam surga-Nya. 1. Diangkat derajatnya ke tingkat muttaqin Ini sesuai firman Allah: ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ال‬ َ‫ب َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬ َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬ َ ِ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا ُكت‬



Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 183). 2. Mendapat ampunan Allah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : ‫ضانَ إِي َمانًا َواحْ تِ َسابًا ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه‬ َ ‫صا َم َر َم‬ َ ‫َو َم ْن‬



Artinya : “Barangsiapa berpuasa (Ramadhan) karena imannya (kepada Allah) dan hanya mengharapkan (ridha-Nya), niscaya akan diampuni dosadosanya yang telah lalu.”(H.R. Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu). ُ‫ضانَ َو َع َرفَ ُح ُدوْ َدهُ َوتَ َحفَّظَ ِم َّما َكانَ يَ ْنبَ ِغ ْي اَ ْن يُتَ َحفَّظَ ِم ْنه‬ َ ‫صا َم َر َم‬ َ ‫َم ْن‬



Artinya : ”Barangsiapa puasa Ramadhan dan mengetahui segala batasbatasnya, serta memelihara diri dari segala yang baik dipelihara diri darinya, niscaya shaumnya itu menutupi dosa-dosanya yang telah lalu”. (H.R. Ahmad dan Al-Baihaqi dari Abu Sa’id Radhiyallahu ‘Anhu). 3. Dijauhkan dari api neraka



Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : ‫ار َسب ِْعينَ خَ ِريفًا‬ ِ َّ‫َما ِم ْن َع ْب ٍد يَصُو ُم يَوْ ًما فِي َسبِي ِل هَّللا ِ إِالَّ بَا َع َد هَّللا ُ بِ َذلِكَ ْاليَوْ ِم َوجْ هَهُ ع َْن الن‬



Artinya : “Siapa dari seorang hamba berpuasa satu hari di jalan Allah, kecuali Allah jauhkan dirinya dengan neraka sejauh tujuh puluh tahun”. (H.R. Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu).



4. Mendapatkan syafa’at Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : َّ ‫ا َم َو‬EE‫صيَا ُم َو ْالقُرْ آنُ يَ ْشفَ َعا ِن لِ ْل َع ْب ِد يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة يَقُو ُل الصِّ يَا ُم أَيْ َربِّ َمنَ ْعتُهُ الطَّ َع‬ ‫و ُل‬EEُ‫ ِه َويَق‬E‫فِّ ْعنِي فِي‬E‫ار فَ َش‬E ِّ ‫ال‬ ِ ‫هَ َوا‬E‫الش‬ ِ Eَ‫ت بِالنَّه‬ ْ َّ َّ ُ ِّ ‫ان‬ َ َ‫القرْ آنُ َمنَ ْعتُهُ النَّوْ َم بِالل ْي ِل فَ َشف ْعنِي فِي ِه ق‬ ِ ‫ال فَيُ َشف َع‬



Artinya : “Shaum dan Qur’an itu memintakan syafa’at untuk seseorang di hari Kiamat nanti. Shaum berkata : Wahai Rabbku, aku telah mencegah dia memakan makanan dan menyalurkan syahwatnya di siang hari, maka berilah aku hak untuk memintakan syafa’at baginya. Dan berkata pula Al-Qur’an : Wahai Rabbku aku telah mencegah dia tidur di malam hari (karena membacaku), maka berilah aku hak untuk memintakan syafaat baginya. Maka keduanya diberi hak untuk memintakan syafaat.” (H.R..Ahmad dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu ‘Anhu).



5. Diampuni dosa-dosa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : ُ‫ضانَ إِي َمانًا َواحْ تِ َسابًا خ ََر َج ِم ْن ُذنُوبِ ِه َكيَوْ ِم َولَ َد ْتهُ أُ ُّمه‬ َ ‫َم ْن قَا َم َر َم‬



Artinya : “Barangsiapa mendirikan (shalat malam) pada bulan Ramadhan dengan keimanan dan pengharapan akan ridha Allah akan keluar dari dosa-



dosanya sebagaimana hari dilahirkan oleh ibunya”. (H.R. An-Nasa’i dari Abdurrahman bin ‘Auf Radhiyallahu ‘Anhu). ُ ‫صيَا َمهُ َو َسنَ ْن‬ ُ‫صا َمهُ َوقَا َمهُ إِي َمانًا َواحْ تِ َسابًا َخ َر َج ِم ْن ُذنُوبِ ِه َكيَوْ ِم َولَ َد ْتهُ أُ ُّمه‬ َ ‫ت لَ ُك ْم قِيَا َمهُ فَ َم ْن‬ َ ‫َش ْه ٌر َكت‬ ِ ‫َب هَّللا ُ َعلَ ْي ُك ْم‬



Artinya : “Bulan (Ramadhan) diwajibkan Allah atas kalian shaum dan dianjurkan bagi kalian shalat (malam), maka barangsiapa yang shaum dan shalat (malam) dengan keimanan dan pengharapan akan ridha Allah akan keluar dari dosa-dosanya sebagaimana hari dilahirkan oleh ibunya”. (H.R. Ibnu Majah). ُ ‫ضانَ َعلَ ْي ُك ْم َو َسنَ ْن‬ ‫ ِه‬EEِ‫صا َمهُ َوقَا َمهُ إِي َمانًا َواحْ تِ َسابًا خ ََر َج ِم ْن ُذنُوب‬ َ ‫إِ َّن هَّللا َ تَبَا َر‬ َ ‫ت لَ ُك ْم قِيَا َمهُ فَ َم ْن‬ َ ‫صيَا َم َر َم‬ َ ‫ك َوتَ َعالَى فَ َر‬ ِ ‫ض‬ ُ‫َكيَوْ ِم َولَ َد ْتهُ أُ ُّمه‬



Artinya : “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah memfardhukan shaum Ramadhan atas kalian dan menganjurkan atas kalian shalat malam di dalamnya, maka berangsiapa shaum dan shalat malam (pada bulan Ramadhan) dengan keimanan dan pengharapan akan ridha Allah akan keluar dari dosadosanya sebagaimana hari dilahirkan oleh ibunya”. (H.R. Nasa’i).



6. Mendapatkan dua kebahagiaan



Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : ‫ار ِه َوفَرْ َحةٌ ِحينَ يَ ْلقَى َربَّهُ َع َّز َو َج َّل‬ ِ َ‫لِلصَّائِ ِم فَرْ َحتَا ِن فَرْ َحةٌ ِع ْن َد إِ ْفط‬



Artinya : “Bagi orang yang shaum mendapat dua kebahagiaan, satu kebahagiaan saat berbuka, dan satu kebahagiaan saat berjumpa dengan Rabbnya”. (H.R. Ahmad dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).



7. Menyehatkan



Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : ‫صحُّوْ ا َو َسافِرُوْ اتَ ْستَ ْغنُوْ ا‬ ِ َ‫اُ ْغ ُزوْ اتَ َغنَّ ُموْ ا َوصُوْ ُموْ ا ت‬



Artinya :”Berperanglah niscaya kalian mendapat ghanimah, bershaumlah kalian niscaya kalian menjadi sehat, dan bepergianlah kalian niscaya kalian akan berkecukupan”. (H.R. Ath-Thabrani).



8. Dimasukkan ke dalam surga-Nya



Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : َ‫ضانَ َكانَ َحقًّا َعلَى هَّللا ِ أَ ْن يُ ْد ِخلَهُ ْال َجنَّة‬ َّ ‫َم ْن آ َمنَ بِاهَّلل ِ َوبِ َرسُولِ ِه َوأَقَا َم ال‬ َ ‫صا َم َر َم‬ َ ‫صاَل ةَ َو‬



Artinya : “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mendirikan shalat, dan shaum Ramadhan, maka wajib bagi Allah memasukkannya ke syurga”. (H.R. Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu). ‫صلُّوا خَ ْم َس ُك ْم َوصُو ُموا َشه َْر ُك ْم َوأَ ُّدوا زَ َكاةَ أَ ْم َوالِ ُك ْم َوأَ ِطيعُوا َذا أَ ْم ِر ُك ْم تَ ْد ُخلُوا َجنَّةَ َربِّ ُك ْم‬ َ ‫اتَّقُوا هَّللا َ َربَّ ُك ْم َو‬



Artinya : “Bertaqwalah kepada Allah Tuhan kalian, dan shalatlah kalian lima waktu, dan shaumlah kalian pada bulan (Ramadhan), dan tunaikanlah zakat harta-harta kalian, dan tha’atilah perintah atas kalian, niscaya akan dimasukkan ke dalam syurga tuhan kalian”. (H.R. At-Tirmidzi dari Abu Umamah Radhiyallahu ‘Anhu). َّ َّ ُ‫ه‬E‫ ْد ُخ ُل ِم ْن‬Eَ‫هُ ال َّريَّانُ ي‬Eَ‫إِ َّن فِي ْال َجنَّ ِة بَابًا يُقَا ُل ل‬ َ‫ائِ ُمون‬E‫الص‬ َ‫ا ُل أَ ْين‬EEَ‫ ُرهُ ْم يُق‬E‫ ٌد َغ ْي‬E‫ ْد ُخ ُل َم َعهُ ْم أَ َح‬Eَ‫ ِة الَ ي‬E‫وْ َم ْالقِيَا َم‬EEَ‫ائِ ُمونَ ي‬E‫الص‬ ُ َ ُ ْ ْ ْ ُ َ َ ُ َ َ َ ْ ْ ‫ق فل ْم يَدخلْ ِمنهُ أ َح ٌد‬ َ ِ‫فيَدخلونَ ِمنهُ فإِذا َد َخ َل آ ِخ ُرهُ ْم أغل‬



Artinya : ” Sesungguhnya di syurga itu ada sebuah pintu yang disebut “ArRayyaan”. Pada hari kiamat berkata: Di manakah orang yang shaum? ( untuk masuk syurga melalui pintu itu. Jika yang terakhir di antara mereka sudah memasuki pintu itu, maka ditutuplah pintu itu.” (H.R. Bukhari dan Muslim).



Maka, dengan berbagai keutamaan itulah, marilah kita kerjakan ibadah puasa Ramadhan ini dengan penuh keikhlasan, keimanan dan kebahagiaan. Bukan sekedar melaksanakan ibadah puasa Ramadhan, tepi tentunya juga mengisinya dengan berbagai amal shalih untuk menambah kualitas takwa kita di hadapan Allah.



Semoga Allah berkenan menerima ibadah puasa Ramadhan kita dan amal ibadah lainnya di sepanjang bulan suci Ramadhan tahun ini. Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.



BAB III PENUTUPAN KESIMPULAN Firman Allah SWT dalam Q.S Al-Baqarah ayat 183 Yang artinya : "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa." Saat menunaikan ibadah puasa umat Muslim wajib menahan diri dari lapar, dahaga, serta aneka perbuatan yang dapat membatalkan, mulai terbit fajar sampai terbenam matahari (magrib). Tentunya hal ini untuk meningkatkan ketakwaan seorang Muslim. Pengertian serupa juga dijelaskan dalam kitab Subul al-Salam, yang berbunyi: "Menahan diri dari makan, minum, jima' (bercampur dengan istri) dan lain-lain yang telah diperintahkan kepada kita untuk menahannya, sepanjang hari menurut cara yang disyariatkan. Demikian pula diperintahkan menahan diri dari ucapan yang diharamkan atau dimakruhkan, karena ada hadis-hadis yang melarang hal itu, itu semua berdasarkan waktu dan syarat-syarat yang telah ditetapkan."



DAFTAR PUSTAKA



https://islam.nu.or.id/puasa/keistimewaan-puasa-dibanding-ibadah-lainnya-4S5pT https://www.google.com/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiUz 7v1--D0AhW4ILcAHWe0CpwQFnoECEsQAQ&url=https%3A%2F %2Fwww.gramedia.com%2Fliterasi%2Fpengertian-puasa %2F&usg=AOvVaw3VIK4bmXl9OLvhSfYoifwe https://www.google.com/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjd_ 4ir_OD0AhUrIbcAHZQ3BK4QFnoECB8QAQ&url=https%3A%2F %2Fwww.unpak.ac.id%2Fkhazanah-ramadhan%2Finilah-5-hikmah-dan-manfaatmenjalankan-ibadah-puasa-sunnah-danramadan&usg=AOvVaw17iFwp471PdSUDShDeqHjl https://www.google.com/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwj_9 6azgeH0AhWV7nMBHSyVAXkQFnoECAIQAQ&url=https%3A%2F %2Fwww.bola.com%2Fragam%2Fread%2F4533542%2Fpengertian-puasaramadan-syarat-wajib-sunnah-makruh-dan-hikmah-yang-perludiketahui&usg=AOvVaw0KYGsz05QFgDpVNCKVggzv