Makalah FT [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan fisik seseorang sangat berkaitan dengan perkembangan fisik, sosial, emosional dan mental. Pengertian fungsi secara umum adalah aktifitas alamiah yang dibutuhkan atau yang diharapkan dari seseorang. Fungsi sangat berkaitan dengan sehat, dimana secara khusus menunjukkan kemampuan seseorang untuk menyelesaikan dengan baik tugas-tugas yang diharapkan dalam lingkungannya. Sehat gerak fungsional merupakan fungsi optimal dari individu, system, organ jaringan atau bahkan sel tubuh. Dalam kehidupan sehari-hari aktivitas yang dijalankan manusia sangat ditentukan oleh kemampuan fungsi anggota gerak. Segala aktifitas kerja melibatkan seluruh anggota gerak tubuh, salah satunya adalah aktifitas pada tangan dan jari-jari. Jika gerak fungsional terganggu maka fungsi anggota gerakpun ikut terganggu. Tangan merupakan salah satu anggota tubuh yang sangat penting karena fungsinya yang sangat komplek. Dari segi anatominya, baik sendi, tulang, otototot dan persyarafan memungkinkan tangan melakukan fungsi motorik dan sensorik. Tangan mempunyai kemampuan untuk melaksanakan gerakan-gerakan halus yang teroordinir dan otomatis. Adanya penyakit pada setiap anggota tubuh dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang dan menurunkan kemampuan fungsinya. Adanya penyakit pada tangan juga dapat mempengaruhi aktivitas yang dapat dilakukan manusia. Salah satunya adalah gangguan pada pergelangan tangan dan jari-jari tangan yaitu adanya nyeri pada trigger finger. Gejala trigger finger dapat juga berkaitan seperti Rematoid Arthritis (RA), Gout atau gangguan metabolisme seperti diabetes yang dapat menyebabkan perubahan pada jaringan pengikat dan sinovium. Meskipun demikian pada beberapa kasus, kondisi tersebut mungkin diakibatkan oleh strain yang berulang-ulang pada tangan akibat aktifitas kerja atau hobi. Tugas-tugas yang memerlukan gerakan menggenggam yang berulang atau memakai alat dalam waktu lama (mengunting, memutar dan lain-lain) yang sangat menekan tendon sheath pada dasar jari atau jempol akan mengiritasi tendon. Banyak pasien



mengeluh jari-jarinya nyeri pada saat di tekuk atau jarinya macet atau terkunci. ”Biasanya jari-jari yang sehat dapat diluruskan dengan mudah, tetapi yang macet itu tetap berada dalam keadaan fleksi di sendi interfalangeal proksimal. Kalau jari itu di tolong untuk dibebaskan dari kemacetannya maka nyeri yang hebat dirasakan dengan terdengarnya klek pada waktu jari yang macet diluruskan secara pasif. Suatu nodul yang nyeri dapat terasa di depan sarung yang terkena dan dapat menyebabkan kontraktur pada sendi, nyeri biasanya disebabkan oleh suatu nodul pada tendon fleksor yang terjepit pada pembungkus annular atau pada head metacarpal. Untuk mengurangi rasa nyeri biasanya ada beberapa tindakan medis yang dilakukan mulai dari mengkonsumsi obat vitamin, pengurang rasa nyeri atau anti Dr.Priguna



sidharta.



Sakit



neuromuskuloskeletal



dalam



praktek



umum,1984,hal:159 inflamasi dan juga fisioterapi. ”Fisioterapi adalah pelayanan kesehatan



yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk



mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan modalitas manual, peningkatan gerak (fisik, elektrik, mekanis, pelatihan fungsi) dan komunikasi”.2 Penanganan yang umum diberikan dalam mengatasi masalah trigger finger antara lain mengurangi nyeri, mengurangi kekakuan, meningkatkan lingkup gerak sendi dengan modalitas yang umum digunakan di klinik fisioterapi. Teknik yang umum diberikan antara lain adalah pemanasan pada daerah tendon dan selubung tendon yang mengalami trigger finger dengan mengunakan modalitas microwave diathermy, short wave diathermy,ultra sound under water, paraffin bath dengan harapan panas yang dihasilkan dapat membantu vasodilatasi pembuluh darah dan peningkatan sirkulasi darah. Untuk mobilisasi jaringan dapat dilakukan dengan modalitas manual seperti stretching. Tindakan yang dapat dilakukan pada trigger finger yaitu dengan cara operatif maupun non operatif. Pada tindakan operatif dilakukan operasi terbuka dengan incise horizontal pada jari dan ibu jari dengan mengeluarkan first annular band dan memotong sarung yang terkontriksi.



Pada tindakan operatif maupun non opertaif fisioterapi berperan penting dalam mengatasi psoblematik gerak dan fungsi tangan akibat kondisi trigger finger. Khususnya dalam hal mengatasi keluhan nyeri. 2 Definisi Fisioterapi,Kepmenkes RI No: 1363 Tahun 2001 Dalam penelitian ini penulis mengunakan modalitas fisioterapi berupa short wave diathermy, paraffin bath dan stretching Short Wave Diathermy merupakan energi elektromaknetik dengan frekwensi 27,12 Mhz dengan panjang gelombang 11 meter. Hal ini menjadikan SWD memiliki efek terapeutik dan efek fisiologis berupa optimalisasi sirkulasi darah local, meningkatkan metabolisme, reduksi inflamasi kronik, menambah ekstensibilitas jaringan dan relaksasi otot melalui efek thermal. Stretching bertujuan untuk mengulur atau memanjangkan kembali otot yang memendek di karenakan adanya nodule pada tendon maupun selubung tendon. Parafin bath merupakan terapi dengan sumber fisis zat cair yang dalampelaksanaannya memanfaatkan pengaruh thermal (temperatur) dengan kedalaman penetrasi 1-10 mm. Di saat perendaman akan terjadi kemerah-merahan (eritema),lemas (supel) dan berkeringat hal ini memudahkan untuk pemberian intervensi stretching. Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis ingin sekali meneliti danmengetahui lebih mendalam tentang nyeri trigger finger dan juga “ Beda pengaruh pemberian intervensi Short wave diathermy dan stretching dengan paraffin bath dan stretching untuk mengurangi nyeri pada trigger finger”.



B. Identifikasi Masalah Problematik trigger finger oleh karena adanya nyeri. Nyeri dirasakan pada saat jari di tekuk. Tanda dan gejala trigger finger berupa “ rasa nyeri, kekauan pada jari, bunyi klik pada saat jari di gerakkan, adanya bengkak”.3 Suatu nodul yang nyeri dapat terasa di depan sarung tendon yang terkena, dan dapat menyebabkan kontraktur pada sendi.nyeri biasanya disebabkan oleh suatu nodul pada tendon fleksor yang terjepit pada pembungkus anular atau head metacarpal dan kontraktur pada sendi yang disebabkan oleh kurangnya suplai darah yang dapat menyebabkan kekakuan.



Nyeri pada trigger finger akan berakibat mengurangi kemampuan fungsional seseorang dalam beraktifitas, maka perlu di cari suatu program terapi yang aman dan efektif dengan salah satu cara mengunakan modalitas yang dimiliki fisioterapi. Berdasarkan masalah-masalah tersebut di atas maka penulis memilih untuk meneliti lebih mendalam teknik pemeriksaan dan pengukuran serta penanganan pada kondisi trigger finger. Penulis juga ingin mengetahui “Beda pengaruh pemberian intervensi Short wave diathermy dan Stretching dengan Parafin bath dan Stretching untuk mengurangi nyeri pada trigger finger”. 3 http://www.mamashealth.com/muscle/triggerfinger.asp di ambil pada tanggal 2 April 2006



C. Pembatasan Masalah Dengan pertimbangan waktu , maka penulis hanya membatasi penelitian pada masalah nyeri dengan menggunakan intervensi short wave diathermy, paraffin bath dan stretching.



D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah yangdikemukakan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan guna dijadikan bahan



kajian



penelitian



yaitu



adakah



perbedaan



pengaruh



pemberian



SWD,Stretching dengan paraffin bath , stretching untuk mengurangi nyeri pada trigger finger.



E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui perbedaan pengaruh intervensi SWD dan stretching dengan paraffin bath dan stretching untuk mengurangi nyeri pada trigger finger 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengaruh pemberian SWD , stretching untukmenguranginyeri pada trigger finger. b. Mengetahui



pengaruh



pemberian



mengurangi nyeri pada trigger finger.



Parafin



bath,



stretching



untuk



F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi pelayanan Dalam praktek klinik sehari-hari seorang fisioterapis mempunyai banyak teknik dan metode yang diaplikasikan dalam menanggani nyeri pada trigger finger, namun tidak semua teknik dan metode tersebut aman dan efektif untuk diterapkan pada pasien. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam menanggani gangguan nyeri pada trigger finger. 2. Manfaat bagi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian untuk diteliti lebih lanjut yang sekaligus menjadi referensi dalam penanganan nyeri pada trigger finger. 3. Manfaat bagi Penulis Dengan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalampemberian intervensi pada kasus yang sama.7



BAB II PEMBAHASAN A.INDIKASI PARAFIN BATH Terapi menggunakan lilin parafin dilakukan pada beberapa kondisi sebagai berikut: • Radang sendi • Kelainan kulit seperti eksim • Fibromyalgia • Fibrositis • Peradangan otot dan sendi lainnya • Kejang otot • Kaku sendi • Tendonitis • Tennis Elbow B. KONTRAINDIKASI PARAFIN BATH Pengobatan menggunakan lilin parafin ini tidak direkomendasikan untuk penderita: • Hipertensi (tekanan darah tinggi) • Diabetes Mellitus (kencing manis) • Varises (kelainan pembuluh darah vena superfisial/paling luar) Teknik penatalaksanaan parafin bath Lilin parafin yang awalnya beku berbentuk balok, biasanya diletakkan dalam wadah tertutup yang dilengkapi dengan elemen pemanas yang akan melelehkan lilin parafin tersebut dan mempertahankan suhunya agar cukup nyaman dan tidak terlalu panas saat digunakan yaitu antara sekitar 48.8 °C - 57.2 °C. Sebelum melakukan terapi, semua bagian tubuh yang hendak direndam dalam lilin parafin harus bersih dari kotoran dan perhiasan apapun yang menempel pada kulit. Dianjurkan untuk mencuci bersih dan mengeringkan daerah yang akan diterapi sebelum sesi pengobatan. Bagian tubuh yang akan diterapi, dibiarkan terbenam beberapa saat dalam wadah yang berisi lilin parafin yang meleleh pada suhu tertentu dan kemudian diangkat dan didiamkan selama beberapa waktu sampai rasa hangatnya berkurang. Setelah itu bagian tubuh tersebut dicelupkan lagi ke dalam parafin cair selama beberapa menit dan diangkat lagi serta didinginkan. Begitu seterusnya diulang sampai 8-10x sampai lilin parafin yang menempel sudah tebal dan saat dicelupkan ke parafin cair pasien tidak merasakan panas lagi. Hidro terapi merupakan salah satu modalitas Fisioterapis yang dalam pelaksanaannya memanfaatkan pegaruh suhu, mekanik, chemis dan tekanan dari zat cair. Pada pemanfaatan zat cair sebagai media terapi dengan suhu, dijumpai dua pengelompokan besar yaitu panas dan dingin. Pemanfaatan suhu zat cair dapat berupa Cryotherapy, parafin bath, contras bath, hot bath, hot pack, dll. Parafin bath merupakan salah satu metode hidroterapi yang menggunakan parafin sebagai medianya, pada prinsipnya terapi ini merupakan terapi yang memanfaatkan suhu yang relatif tinggi (panas).



Parafin yang digunakan untuk terapi ini adalah parafin biasa yang ditambah parafin oil, kemuian dipanaskan hingga meleeh dengan suhu + 55o C. Secara umum diketahui bahwa segala bentuk rangsang akan mempengaruhi atau menimbulkan efek pada tubuh. Demikian halnya jika tubuh diberikan stimulasi berupa suhu tinggi (panas). Efek-efek fisiologis yang dimaksud adalah seperti berikut: Stimulasi sensasi panas pada jaringan akan menimbulkan penigkatan suhu pada jaringan yang berkaitan. Akibat yang paling nyata dari aplikasipanas adalah timbulnya hiperaemia. Efek fisiologis yang mungkin timbul adalah seperti berikut : • Peningkatan suhu / temperatur tubuh • Penigkatan metabolisme • Terjadi vasodilatasi arteriole • Peredaran darah kapiler menjadi lancar • Tekanan hirostatik kapiler meningkat Sedangkan pada organ dan sistem organ tubuh adalah sebagai berikut: Pada kulit Rangsangan panas dengan meia yang mempunya temperatur lebih besar dari 40oC pada kulit dalam waktu sigkat akan mengakibatkan kulit menjadi pucat, karena timbul vasokontriksi pembuluh darah kulit secara tiba-tiba. Bila penggunaan panas dengan temperatur tidak begitu tinggi warna pucat tersebut akan segera diikuti adanya vasodilatasi sehingga timbul warna kemerah-merahan (eritema). Kelenjar keringat dan lemak akan terangsang, sehingga kulit menjadi lemas dan lentur. Pada sirkulasi darah setempat Sirkulasi darah menjadi lancar karena adanya efek vasodilatasi. Pada respirasi Pernafasan mula-mula akan berhenti sebentar kemudian menjadi cepat dan dangkal. Terapi dengan temperature yang cukup menyebabkan pernafasan menjadi mudah dan dalam. Pada jaringan otot Otot menjadi rileks dan lentur, kelelahan akan hilang, iribilitas berkurang dan nyeri berkurang. Bila waktunya ditambah maka akan terjadi kelemahan otot. Pada sirkulasi darah Awal pemberian panas menyebabkan beban kerja jantung meningkat. Hal itu disebabkan timbulnya vasokontriksi pembuluh darah perifer pada jaringan superfisial tubuh yang kemudian diikuti kenaikan tekanan darah sistemik. Bila segera timbul vasodilatasi maka tekanan darah sistemik akan turun dengan begitu beban kerja jantung juga menurun. Pada metabolisme Metabolisme akan meningkat dengan panas yang cukup Pada sistem saraf Pemberian panas dengan temperatur yang tinggi akan menyebabkan ujung-ujung saraf sensoris mati bila diberikan dalam waktu yang lama. Jika temperatur lebih rendah, yang terjadi adalah timbulnya efek sedative (nyaman).



C. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PARAFIN BATH A.Indikasi Terapi pada bagian superfisial tubuh dengan panas sangat baik untuk mereduksi nyeri dan kekakuan, untuk menghindari sapsme otot, meningkatkan range of motion sendi, serta mempercepat proses penyembuhan dengan cara meningkatkan aliran darah sehingga peredaran darah menjadi lancar daN kebutuhan nutrisi pada jaringan yang berkaitan terpenuhi. Parafin bath indikasi terhadap: Reduksi nyeri dan spasme otot  Efek panas dari parafin dapat digunakan sebelum dilakukan latihan penguluran otot untk mereduksi nyeri.  Spasme otot menimbukan rasa nyeri serta berkurangnya range of motion sendi, namun hal ini dapat dikurangi dengan memberikan panas sebagai media terapi.  Pasca fracture  Pasca trauma  Sprain dan strain  Arthritis kronis B.Kontra Indikasi Pada dasarnya kontra indikasi pada terapi dengan menggunakan suhu atau temperatur adalah gangguan sensibilitas. Kontra indikasi untuk terapi parafin bath dapat dituliskan sebagai berikut:  Gangguan sensibilitas.  Luka terbuka.  Parafin tidak boleh digunakan pada luka terbuka karena dapat menyebabkan luka bakar pada jaringan yang bersangkutan. D. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PARAFIN BATH A.Keuntungan  Panas yang ditimbulkan parafin meskipun temperaturnya tinggi hanya mampu bertahan sebentar, berbeda dengan air. Sehingga resiko terbakar pada jaringan sangat kecil.  Keterhantaran termal rendah mengakibatkan pemanasan jaringan secarapelan, dengan begitu mengurangi resiko jaringan menjadi terlalu panas.  Keadaan parafin yang berupa cairan mengakibatkan terjangkaunya areaarea yang sulit dijangkau seperti jari tangan dan jari kaki.  Minyak yang digunakan untuk terapi ini membuat embun meresap ke kulit.  Bekas parafin yang digunakan tetap lunak, sehingga masih dapat digunakan sebagai alat untuk latihan.  Nyaman, terasa panas serta lembab.  Murah.



B.Kerugian  Hanya efektif untuk extrimitas bagian distal dalam aplikasinya.  Metode dengan menggunakan parafin yang paling cocok hanya dengan metode bath dengan keterbatasan daerah untuk bagian tubuh yang diterapi.  Tidak ada pengaturan temperatur / temperatur tidak bisa dikontrol setiap kali diterapkan.  Panas hanya mampu bertahan sekitar 20 menit  Merupakan pasif terapi, sehingga tidak diprogramkan untuk dilakukan pelatihan pada pasien. E. PENATALAKSANAAN PARAFIN BATH Terapi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:  .Rendaman anggota tubuh yang diobati ke dalam parafin yang sudah meleleh.  .Menggunakan kuas atau sikat yang dicelupkan ke dalam parafin yang meleleh lalu dioleskan ke bagian tubuh yang di terapi.  Parafin pack. Parafin yang digunakan adalah parafin biasa ditambah parafin oil, kemudian dipanaskan hingga meleleh kurang lebih pada suhu 55oC. Perbandingan parafin dengan parafin oilnya adalah enam bagian parafin dengan satu parafin oil (6:1). Anggota tubuh setelah direndam dalam parafin cair tersebut akan menjadi kemerah-merahan (eritema), lemas, serta berkeringat. Hal seperti ini memungkinkan untuk diberi massage, streching dan terapi manipulasi lunak. Toleransi seseorang terhadap parafin bath berkisar antara 47,8 oC hingga 54oC, oleh sebab itu sebelum digunakan temperatur parafin diturunkan hingga + 47 oC. Dalam penatalaksanaan hidroterapi dengan cold pack, tahap-tahap. Penatalaksanaannya adalah sebagai berikut: 1.Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan dengan tanya jawab antara terapis dengan pasien. Hal-hal yang perlu diketahui dari pasien antara lain: Kondisi patologis pasien berkaitan dengan tingkat keparahan kondisi patologis pasien ( akut atau kronis ). Disamping itu juga apakah kondisi patologis pasien indikatif atau kontra indikatif dengan terapi yang akan diberikan. Gangguan sensibilitas yang dimaksud adalah sensibilitas panas-dingin. Untuk mengetahui keadaan sensibilitas pasien maka perlu dilakukan tes sensibilitas panas-dingin, seperti berikut:  Sediakan 2 buah tabung / kantung plastik kecil. Sebuah tabung berisi air panas (hangat) yang lain berisi air dingin (air es).  Kedua tabung tersebut diujikan satu per satu ke bagian tubuh pasien yang normal sambil mengenalkan rasa /sensasi yang dirasakan oleh pasien (pasien diminta untuk melihat pengujian / pengenalan ini).  Setelah pengenalan sensasi dilakukan, pengujuan sensasi yang sebenarnya dilakukan. Pasien diminta untu tidak melihat pengujian pada daerah yang abnormal. Pasien bisa diminta untuk memejamkan matanya ataupundengan cara yang lain, misalnya dengan menghalangi pandangannya



2.Pemilihan metode terapi Metode terapi ditentukan sesuai hasil pemeriksaan pada pasien ( tahap 1 ). Apakah pasien indkasi untuk diterapi dengan metode parafin bath atau kontra indikasi. 3.Persiapan alat  Alat yang digunakan untuk terapi harus tersedia sesuai dengan metode terapi. Berikut alat-alat da bahan yang digunakan untuk parafin bath:  Parafin & parafin oil  Handuk  Kuas  4.Persiapan penderita Pasien diberikan pengetahuan / diberi tahu tentang perlakuan-perlakuan apa saja yang akan diberikan oleh terapis kepada pasien. 5.Teknik pelaksanaan Pelaksanaan terapi terkait dengan pemilihan metode terapi. Berikut adalah penatalaksanaan parafin bath dengan metode rendaman:  Panaskan parafin dengan suhu antara 90-100 C.  Setelah parafin mencair, dinginkan terlebih dahulu karena untuk pemakaian hanya dibutuhkan suhu antara 45-50 C.  Pada suhu tersebut, bagian tubuh yang akan diterapi kemudian dicelupkan ke dalam parafin cair tersebut selama beberapa detik  Kemudian diangkat dan didiamkan selama beberapa waktu sampai rasa hangatnya berkurang  Setelah itu bagian tubuh tersebut dicelupkan lagi ke dalam parafin cair selama beberapa detik dan diangkat lagi serta didinginkan. Begitu seterusnya sampai parafin yang menempel sudah tebal dan saat dicelup ke parafin cair pasien tidak merasakan panas lagi.  Kemudian bagian tubuh yang sudah tertempel parafin tersebut dibungkus dengan handuk  Diamkan selama 10-15 menit.  Lalu handuk dilepas dan parafin yang sudah mengering tadi dilepas (dikelupas) dari bagian tubuh yang tertempel parafin tadi. Setelah itu akan tampak eritema pada bagian tubuh tersebut.  Rapikan peralatan.Sedangkan bila diterapkan pada wajah adalah sebagai berikut:  Panaskan parafin dengan suhu antara 90-100 C. Setelah parafin mencair, dinginkan terlebih dahulu karena untuk pemakaian hanya dibutuhkan suhu antara 45-50 C.  Perlahan-lahan dengan kuas ratakan parafin cair pada wajah pasien (selain daerah mata, mulut dan lubang hidung).  Tidak seperti metode rendaman, parafin yang dioleskan tidak berlapislapis melainkan hanya satu lapis.  Setiap kali parafin sudah kering, parafin kering itu dikelupas dari wajah.  Begitu seterusnya.



6.Evaluasi dan dokumentasi Evaluasi dan dokumentasi bertujuan untuk:  Melihat / mengetahui efek hasil terapi  Membandingkan kondisi patologis sebelum dan sesudah diberikan terapi  Menentukan tindakan / terapi selanjutnya. Parafin cair hanya dapat mempertahankan suhunya yang sekitar 45-50 C hanya 20 menit. Parafin bekas (yang sudah dipakai pasien) yang sudah dikelupas masih bisa digunakan lagi untuk terapi. Hal ini merupakan salah satu keuntungan dari parafin selain mudah didapat dengan harga yang murah. Parafin berbeda dengan air, parafin bekas diprbolehkan untuk digunakan terapi lagi tetapi air tidak diijinkan. Kemungkinan menularnya penyakit kulit melalui parafin bekas yang kemudian digunakan lagi untuk terapi hampir tidak ada. Hal itu sangat berbeda dengan air yang masih memiliki kemungkinan menularnya penyakit kulit yang cukup besar. Pada bagian tubuh (kulit) pasien yang diterapi timbul eritema. Eritema ini muncul sebagai efek fisiologis yang ditimbulkan karena adanya stimulasi berupa sensasi panas yang ditimbulkan oleh parafin cair. Eritema lebih tepatnya lagi terjadi karena respon tubuh terhadap panas, respon ini berupa vasodilatasi pembuluh darah yang pada akhirnya menyebabkan eritema. Efek fisiologis lain yang tampak secara nyata adalah pasien berkeringat. Keringat dikeluarkan tidak hanya pada bagian tubuh yang bersangkutan saja, melainkan seluruh tubuh pasien. Kelenjar keringat pada kulit pasien terangsang sehingga memberikan respon terhadap temperatur yang tinggi yang digunakan dalam terapi ini (450C-500C).



BAB III KESIMPULAN Parafin bath merupakan pengobatan dengan cara mengolskan atau mencelupkan bagian tubuh yang ingin diobati dengan menggunakan lilin parafin. Yang akan dirasakan pasien selama menjalani terapi paraffin bath ini yaitu adanya eritema atau kemerahan pada kulit, kulit terasa panas, supel atau menguap dan berkeringat. Prosedur pelaksanaan terapi parafin bath ini ada 3 langkah. Yang pertama persiapan pasien. Posisikan pasien dengan nyaman, bebaskan bagian tubuh yang ingin diterapi dari pakaian atau kain, bagian yang ingin diterapi tersebut dibersihkan menggunakan alkohol atau kain basah, selanjutnya terapis cek sensibilitas pada pasien seperti panas, dingin, tajam maupun tumpul. Yang kedua siapkan alat. Lilin paraffin dipanaskan pada suhu 55 derajat celcius sebelum digunakan. Yang ketiga yaitu pelaksanaan terapi. Turunkan suhu parafin menjadi 47 derajat celcius, kemudian oleskan atau celupkan bagian yang ingin diterapi tersebut ke paraffin lalu dibalut dengan handuk tebal agar suhu parafin tetap stabil.



DAFTAR PUSTAKA Atin, Rofi’. 2015. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Dextra di RS Pku Muhammadiyah Yogyakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Readmore:http://www.artikel.indonesianrehabequipment.com/2011/03/paraffinbath.html#ixzz50QvKtYOH



MAKALAH PARAFIN BATH



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 9 YEYEN M SIHOTANG



: 1711401016



EDGAR SITUMEANG



: 1711202010



LUCIANA FREDERICA BARUS



: 1711202014



DAY KEMRIANUS ZEBUA



: 1711202008



DOSEN PEMBIMBING: SULAIMAN ST.M.KM



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SITI HAJAR MEDAN T.A 2017