Makalah Gizi Kerja [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat (ILO, 2005). Untuk membangun suatu bangsa diperlukan sumber daya baik alam maupun manusia. Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam proses keberhasilan suatu pembangunan (Puji Yanti, 2005).



Pembangunan suatu bangsa merupakan upaya pemerintah bersama masyarakat dalam mensejahterakan bangsa. Keberhasilan pembangunan nasional ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM). SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima dan menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi. SDM yang berkualitas sangat dibutuhkan karena SDM yang berkualitas dibutuhkan untuk menghadapi berbagai tantangan globalisasi (Puji Yanti, 2005). Indikator yang digunakan untuk pengukur tinggi rendahnya kualitas SDM antara lain indeks kualitas hidup atau yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM). Pada dasarnya IPM dan IKM mempunyai komponen yang sama, yaitu angka harapan hidup (tingkat kesehatan), penguasaan ilmu pengetahuan (tingkat pendidikan) dan standar kehidupan yang layak (tingkat ekonomi) (Ellis Endang).



Gizi dalam hal ini merupakan salah satu faktor penentu kapasitas kerja. Masukan gizi yang cukup kualitas dan kuantitasnya sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan pembangunan fisik maupun mental. Dari berbagai penelitian yang dilakukan ternyata bahwa gizi mempunyai kaitan dengan produktifitas kerja; hal ini terbukti dari hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa secara umum kurang gizi akan menurunkan daya kerja serta produktifitas kerja (Linda T., 2003).



Dalam melakukan pekerjaannya, perlu disadari bahwa masyarakat pekerja yang sehat akan bekerja dengan giat, tekun, produktif dan teliti sehingga dapat mencegah kecelakaan 1



yang mungkin terjadi selama bekerja. Dapat dibayangkan apabila pekerja mengalami kurang gizi, hal ini paling tidak akan mengurangi konsentrasi bekerja ataupun ketelitiannya dalam melakukan kerja; kondisi ini tentunya sangat membahayakan keselamatannya apalagi kalau pekerja tersebut bekerja dengan menggunakan alat-alat yang dalam penggunaannya sangat membutuhkan konsentrasi dan perhatian yang tinggi karena kalau tidak berhati-hati dapat menimbulkan kecelakaan (Linda T., 2003).



1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana kondisi lingkungan kerja di Kepolisian Direktorat Sabhara Subdit Dalmas Semarang? 1.2.2 Bagaimana status gizi anggota Kepolisian Direktorat Sabhara Subdit Dalmas Semarang? 1.2.3 Bagaimana tingkat asupan gizi anggota Kepolisian Direktorat Sabhara Subdit Dalmas Semarang? 1.2.4 Bagaimana beban kerja anggota Kepolisian Direktorat Sabhara Subdit Dalmas Semarang? 1.2.5 Bagaimana penyelenggaraan makanan di Kepolisian Direktorat Sabhara Subdit Dalmas Semarang? 1.2.6 Bagaimana alternatif pemecahan masalah anggota Kepolisian Direktorat Sabhara Subdit Dalmas Semarang?



1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum 1.3.1.1 Untuk mengetahui kondisi lingkungan kerja di Kepolisian Direktorat Sabhara Subdit Dalmas Semarang; 1.3.1.2 Untuk mengetahui status gizi anggota Kepolisian Direktorat Sabhara Subdit Dalmas Semarang; 1.3.1.3 Untuk mengetahui tingkat asupan gizi anggota Kepolisian Direktorat Sabhara Subdit Dalmas Semarang; 1.3.1.4 Untuk mengetahui beban kerja anggota Kepolisian Direktorat Sabhara Subdit Dalmas Semarang; 2



1.3.1.5 Untuk mengetahui penyelenggaraan makanan di Kepolisian Direktorat Sabhara Subdit Dalmas Semarang; 1.3.1.6 Untuk mengetahui alternatif pemecahan masalah anggota Kepolisian Direktorat Sabhara Subdit Dalmas Semarang;



1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Untuk mengetahui gambaran pekerjaan di Direktorat Sabhara Subdit Dalmas Semarang 1.3.2.2 Untuk mengetahui gambaran lingkungan kerja di Direktorat Sabhara Subdit Dalmas Semarang 1.3.2.3 Untuk mengetahui status gizi polisi sabhara di Direktorat Sabhara Subdit Dalmas Semarang 1.3.2.4 Untuk mengetahui tingkat asupan gizi polisi sabhara di Direktorat Sabhara Subdit Dalmas Semarang 1.3.2.5 Untuk mengetahui beban kerja polisi sabhara di Direktorat Sabhara Subdit Dalmas Semarang 1.3.2.6 Untuk mengetahui Produktivitas Kerja polisi sabhara di Direktorat Sabhara Subdit Dalmas Semarang 1.3.2.7 Untuk mengetahui penyelenggaraan makan polisi sabhara di Direktorat Sabhara Subdit Dalmas Semarang 1.3.2.8 Untuk mengetahui identifikasi masalah gizi kerja polisi sabhara di Direktorat Sabhara Subdit Dalmas Semarang 1.3.2.9 Untuk mengetahui alternatif pemecahan masalah polisi sabhara di Direktorat Sabhara Subdit Dalmas Semarang. 1.4 Manfaat 1.4.1



Mahasiswa mampu memahami ruang lingkup gizi kerja;



1.4.2



mahasiswa mengerti pengaruh lingkungan kerja terhadap kebutuhan gizi pekerja;



1.4.3



mahasiswa mengerti dan mampu menganalisa masalah gizi yang terjadi pada pekerja dan faktor yang memengaruhinya;



3



BAB II METODOLOGI 2.1



Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada hari Jumat dan Sabtu, 28-29 Maret 2014 di



Direktorat Sabhara Subdit Dalmas yang beralamat di Jalan Doktor Soetomo No.19 Semarang. 2.2



Sampel Penelitian Sampel



penelitian



ini



adalah



para



sabhara



yang



tinggal



di



barak



Direktorat Sabhara Subdit Dalmas. Sabhara adalah anggota polisi yang bertugas mencegah terjadinya ancaman serta mewujudkan ketertiban dan keamanan dalam Negara Republik Indonesia. Jumlah total sampel dalam penelitian ini sebanyak 26 orang dari jumlah keseluruhan 140 orang. 2.3 Metode Penelitian



yang



dilakukan



meliputi



keadaan



lingkungan



kerja,



beban



kerja,



penyelenggaraan makan, asupan makanan, dan status gizi. Metode yang digunakan untuk mengetahui lingkungan kerja, beban kerja, dan penyelenggaraan makan adalah dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan untuk mengetahui asupan makan sampel digunakan metode food recall 2x24 jam. Dan untuk mengukur status gizi sampel dilakukan pengukuran secara langsung yang meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, lingkar pinggul, persen lemak tubuh, dan persen lemak perut.



4



BAB III ISI



2.1 Gambaran pekerjaan 2.1.1 Gambaran Umum Kerja Kepolisian Sabhara merupakan salah satu bagian dari Kepolisian Republik Indonesia, atau bisa disebut Samapta Bayangkhara. Samapta Bayangkara berarti satuan Kepolisian Republik Indonesia yang senantia siap siaga untuk menghindari dan mencegah terjadinya ancaman atau bahaya yang merugikan masyarakat dalam upaya mewujudkan ketertiban dan keamanan masyarakat. Tugas kepolisian Sabhara adalah melaksanakan pengaturan masyarakat (pengaturan pintu keluar masuk konser), penjagaan (penjagaan jalan, tempat keramaian), pengawalan (pengawalan presiden saat datang ke suatu daerah), serta patroli (luar kota maupun dalam kota) seperti penjagaan demo dan bentrok antar warga. Kepolisian Sabhara beranggotakan laki-laki dengan kisaran umur 19 hinga 22 tahun setelah menyelesaikan pendidikan selama kurang lebih satu tahun setelah lulus sekolah menengah tingkat atas. Lama bekerja anggota Kepolisian Sabhara adalah 8 jam setiap harinya yaitu dari pukul 07.00 hingga pukul 15.00. Namun saat sudah turun dilapangan, para anggota bisa bekerja selama 24 jam nonstop. Pada sistem Kepolisian Sabhara ini juga diberlakukan shift kerja, yaitu dengan model bekerja 1 hari pertama full 24 jam, 1 hari selanjutnya lepas dinas atau libur, kemudian hari ketiga masuk normal selama 8 jam. Gaji para anggota Kepolisian Sabhara tersebut berkisar antara 3,2 juta hingga 3,8 juta perbulan, dengan termasuk tunjangan makan kurang lebih 1,4 juta/ bulan. Anggota Kepolisian Sabhara adalah pegawai negeri sipil, dengan pangkat golongan II A. Banyak dari para anggota yang melanjutkan kuliah, rata-rata dari mereka mengambil kuliah strata 1 jurusan ilmu hukum dan rata-rata dari anggota telah bekerja selama 1 tahun dan belum menikah. Sistem kerja dari Kepolisian Sabhara ini adalah insidental, sehingga ditekankan pada pekerjaan yang siap tanggap dan siap sedia kapanpun dibutuhkan, oleh karena itu diberlakukan shift kerja. Setiap hari kerja, para anggota melakukan latihan di pagi hari, 5



berupa latihan fisik dan bela diri POLRI. Saat berada di kantor, para anggota tidak terlalu banyak melakukan aktifitas selain latihan dan apel. Namun saat berada di lapangan, hal apapun akan dilakukan oleh para anggota. Tugas para anggota saat dilapangan adalah fokus pada pengamanan dan pengawalan masyarakat. Frekuensi turun lapangan rata-rata adalah dua kali dalam sebulan. Namun pengakuan beberapa para anggota, penjelang pemilu legislatif 2014 ini, mereka tidak pernah libur, dan sering turun lapangan untuk memantau kampanye dan sebagai penjagaan jika terjadi kerusuhan pilleg, sehingga para anggota sering mengalami kelelahan kerja. Intensitas latihan rutin anggota Kepolisian Sabhara adalah sekitar 5 kali dalam seminggu. Latihan fisik yang dilakukan adalah seperti berikut : beladiri POLRI, latihan DALMAS (pengendalian massa) seperti latihan tameng, fitness, senam tongkat, PBB, serta latihan kebugaran (sit up, push up, lari). 2.1.2 Gambaran Umum Pekerja Dalam institusi kepolisian ini semua anggota adalah laki-laki yang berumur sekitar 19-25 tahun. Tabel 1 menunjukkan bahwa 100% anggota polisi berjenis kelamin laki-laki. Tabel .1. Jenis kelamin Jenis kelamin



N



Persen (%)



Laki-laki



26



100



Perempuan



0



0



Total



26



100



Dari hasil wawancara dengan responden yang berjumlah 26 anggota dapat diketahui bahwa umur mereka sekitar 19-22 tahun. Tabel .2. Karakteristik Usia Sampel Usia (tahun) 19 20 21 22 Total



N 2 10 5 9 26



Persen (%) 7,69 38,46 19,23 34,62 100



6



Dari tabel 2 menunjukkan bahwa usia terbanyak berada pada usia 20 tahun yaitu sebanyak 10 orang (38,46%). Usia polisi paling muda adalah 19 tahun dan usia polisi paling tua adalah 22 tahun. Tabel .3. Lama Waktu Tidur Setiap Hari Kisaran lama tidur (jam) 5.5 6.5 6 5 7 7.5 8



Persen (%) 17.4 13 17.4 8.7 8.7 4.3 30.4



Dari tabel tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar sampel anggota Kepolisian Sabhara mempunyai kebiasaan tidur yang cukup baik yaitu 30.4% tidur selama 8 jam perhari, kemudian waktu tidur paling sedikit adalah selama 5 jam sebesar 8.7 %. Tabel .4. Aktifitas Yang Dilakukan Selama Libur Jenis aktifitas Istirahat jalan-jalan Kuliah Olahraga Bertemu keluarga dan orang-orang dekat Mencari hiburan (melakukan hobi)



Persen (%) 21.9 21.9 8.5 8.5 10.8 28.4



Dari tabel tersebut dapat dikatakan bahwa aktifitas yang paling dominan dilakukan adalah mencari hiburan (melakukan hobi) yaitu sebesar 28.4% kemudian diikuti istirahat dan jalan-jalan yaitu 21.9 %.



7



lama tidur setiap harinya (dalam jam)



5.5 jam/hari 6.5 jam/hari 6 jam/hari 5 jam/hari 7 jam/hari 7.5 jam/hari 8 jam/hari



Gambar .1. Lama Tidur Setiap Harinya



Aktifitas saat libur istirahat



jalan-jalan



kuliah



Gambar .2. Aktifitas Saat Libur 2.2 Gambaran Lingkungan Kerja Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik maupun non fisik, langsung maupun tidak langsung, yang dapat mempengaruhi sesorang dan pekerjaannya saat bekerja. Lingkungan kerja dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu factor fisik, kimia, biologi dan psikologis. Penelitian ini menggunakan metode angket/kuesioner untuk menganalisa lingkungan kerja. Berikut ini merupakan indicator-indikator yang kami gunakan untuk mengetahui gambaran lingkungan kerja anggota polisi Sabhara. 8



Tabel .5. Kondisi Lingkungan Kepolisian Sabhara Kategori



N



%



Sangat kotor



0



0,00



Kotor



0



0,00



Agak kotor



6



23,07



Bersih



19



73,07



Sangat bersih



1



3,84



Sangat kotor



2



7,69



Kotor



7



26,92



Agak kotor



12



46,15



Bersih



4



15,38



Sangat bersih



1



3,84



Sangat bising



1



3,84



Bising



10



38,46



Agak bising



11



42,3



Tidak bising



4



15,38



Bebas



21



80,76



Tidak bebas



5



19,23



Kebersihan Lingkungan



Kebersihan Udara



Tingkat Kebisingan



Ruang Gerak



2.2.1 Faktor fisik Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas dan akan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia dalam melakukan pekerjaannya adalah kondisi fisik 9



lingkungan. Kondisi fisik lingkungan kerja adalah keseluruhan atau setiap aspek dari gejala fisik dan social-kultural yang mengelilingi atau mempengaruhi individu. Yang termasuk kondisi fisik lingkungan kerja diantaranya adalah pencahayaan, bunyi/kebisingan, udara, ruang gerak, kemanan, kebersihan, pewarnaan, getaran, dan radiasi. Dalam penelitian ini akan dibahas beberapa faktor fisik lingkungan kerja yang mempengaruhi produktivitas kerja anggota polisi sabhara. Lingkungan kerja anggota polisi sabhara tidak hanya di sekitar kantor dinas melainkan juga di lapangan. Namun, sebagian besar waktu kerjanya berada di lapangan. Berdasarkan data yang kami dapatkan, 6 dari 26 responden atau sekitar 23,07 % responden merasa kondisi lingkungan kerjanya agak kotor. Sedangkan 19 dari 26 responden atau sekitar 73,07 % merasa lingkungan kerjanya bersih. Berdasarkan informasi yang kami dapatkan ketika melakukan wawancara pada anggota polisi sabhara, diketahui bahwa mereka menganggap lingkungan kerjanya kotor ketika sedang bekerja di lapangan. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan keadaan tersebut, misalnya ketika bekerja di lapangan banyak orang yang membuang sampah sembarangan. Ketika mereka berada di lingkungan kantor dinas, mereka merasa lingkungannya lebih bersih dan rapi. Berdasarkan tingkat kebersihan udara, sebagian besar dari mereka merasa menyatakan sering terpapar polusi udara ketika sedang bekerja di lapangan. Hal ini dapat dibuktikan dari data yang kami ambil menunjukkan lebih dari 50% responden menyatakan bahwa tingkat kebersihan udara di lingkungan kerja mereka cukup kotor. Salah satu penyebabnya adalah mereka sering terpapar polusi udara dari kendaraan bermotor. Dilihat dari tingkat kebisingan, sebanyak lebih dari 70% responden merasa bising dengan kondisi lingkungan kerja mereka, terutama ketika mereka sedang berada di lapangan. Hal ini dikarenakan suara sirine, suara kendaraan bermotor yang lalu-lalang, dan suara massa yang sedang melakukan demonstrasi. Ruang gerak juga merupakan salah satu faktor fisik lingkungan kerja. Berdasarkan hasil dari wawancara yang telah dilakukan, 21 dari 26 responden atau sekitar 80,76% merasa bebas dan memiliki ruang gerak yang cukup. Namun sebanyak, 5 responden atau sekitar 19,23% merasa tidak terlalu bebas atau merasa dibatasi ruang geraknya. Hal ini dikarenakan ketika mereka berada dilapangan dan bertugas mengawal dan mengamankan suatu acara atau sebuah demonstrasi mereka tidak bisa bebas bergerak dan harus terfokus pada suatu tempat. 10



2.2.2 Faktor Kimia Faktor kimia lingkungan kerja adalah faktor didalam tempat kerja yang bersifat kimia, yang meliputi bentuk padatan, partikel, cair, gas, kabut, aerosol, dan uap yang berasal dari behan-bahan kimia, mencakup wujud yang bersifat partikel adalah debu, kabut, uap logam, dan asap; serta wujud yang tidak bersifat partikel adalah gas dan uap (Arief LM.). Bentuk yang biasa ditemukan dalam lingkungan kerja anggota polisi adalah debu dan asap. Debu adalah suspensi partikel benda padat di udara. Butiran debu ini dihasilkan oleh aktivits mekanis seperti aktivitas mesin-mesin industry, transportasi, bahkan aktivitas manusia lainnya. Debu yang tidak kelihatan berada di udara untuk jangka waktu tertentu dapat membahayakan karena bisa masuk ke dalam tubuh dan menembus ke dalam paru-paru (Arief LM.). Sedangkan asap adalah butiran-butiran benda padat hasil kondensasi bahan-bahan dari bentuk uap. Dilihat dari faktor kimia, kondisi lingkungan kerja anggota polisi sabhara cukup berdebu karena seringkali mereka ditugaskan di jalan raya atau lapangan. Juga mereka sering terpapar asap ketika berada di lapangan. Hal ini dikarenakan ketika mereka mengawal atau menjaga sebuah demonstrasi, kadang terdapat demonstran yang membakar ban dan sebagainya, sehingga menimbulkan asap yang cukup tebal dan mengganggu pernafasan.



2.2.3 Faktor Biologi Faktor biologi dapat mengancam kesehatan saat bekerja. Namun terkadang hal ini tidak diperhatikan sehingga bahaya dari faktor ini tidak dikontrol maupun diantisipasi. Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organic yang berasal dari sumber-sumber biologi yang berbeda, seperti virus, bakteri, dan jamur dari binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradas



2.2.4 Faktor Psikologis Faktor psikologis adalah faktor yang berhubungan dengan aspek-aspek psikologis individu, misalnya minat, ketenteraman kerja, sikap saat kerja, bakat, intelegensi, dan keterampilan atau pengalaman (Dariyo A., 2003). Faktor psikologis dalam lingkungan kerja berupa kondisi stress.



Indikator yang kami gunakan untuk mengetahui bagaimana kondisi



psikologis responden adalah dengan mencari tahu bagaimana hubungan responden dengan rekan 11



kerjanya dan hubungan responden dengan atasannya. Dari wawancara yang telah kami lakukan dengan anggota polisi Sabhara, didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel .6. Hubungan Kerja Responden Kategori



N



%



Baik



26



100,00



Kurang baik



0



0,00



Baik



25



96,15



Kurang baik



1



3,85



Hubungan dengan Rekan



Hubungan dengan Atasan



Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, pada indikator hubungan responden dengan rekan kerjanya terjalin cukup baik. seluruh responden mengaku memiliki hubungan yang baik dengan rekan kerjanya. Sedangkan berdasarkan indikator hubungan responden dengan atasan, sebanyak 25 dari 26 responden atau sekitar 96,15% mengaku memiliki hubungan yang baik juga dengan atasannya. Terdapat 1 responden yang kurang memiliki hubungan baik dengan atasannya. Hal ini dikarenakan terkadang mereka mendapat tekanan dari atasan atau seniornya.



2.3



Aktivitas Fisik Salah satu faktor yang kami cantumkan dalam kuesioner kami adalah faktor aktivitas



fisik. Aktivitas fisik dapat didefinisikan sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot yang memerlukan pengeluaran energy. Kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan seorang individu telah diidentifikasi sebagai faktor risiko ke empat di dunia penyebab kematian, yang menyebabkan 3,2 juta kematian secara global. Berikut ini merupakan hasil wawancara tentang aktivitas fisik yang dilakukan selama jam kerja:



12



Tabel .7. Aktifitas Fisik Selama Jam Kerja Kategori



N



%



Tidak pernah



2



7,69



Jarang



10



38,46



Kadang-kadang



5



19,23



Sering



9



34,61



Sangat sering



0



0,00



Tidak pernah



0



0,00



Jarang



3



11,53



Kadang-kadang



4



15,38



Sering



17



65,38



Sangat sering



2



7,69



Tidak pernah



0



0,00



Jarang



7



26,92



Kadang-kadang



9



34,61



Sering



10



38,46



Sangat sering



0



0,00



Tidak pernah



2



7,69



Jarang



6



23,07



Kadang-kadang



8



30,76



Sering



10



38,46



Frekuensi Duduk



Frekuensi Berdiri



Frekuensi Berjalan



Frekuensi Angkat Beban



13



Sangat sering



0



0,00



Tidak pernah



2



7,69



Jarang



4



15,38



Kadang-kadang



14



53,84



Sering



6



23,07



Sangat sering



0



0,00



Tidak pernah



0



0,00



Jarang



3



11,53



Kadang-kadang



3



11,53



Sering



17



65,38



Sangat sering



3



11,53



Tingkat Kelelahan



Frekuensi Keluar Keringat



Dari hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan anggota polisi sabhara, diketahui 10 dari 26 responden atau sekitar 38,46% frekuensi duduknya jarang. Bahkan 2 responden mengaku ketika bekerja di lapangan mereka tidak pernah duduk. Namun, terdapat 9 responden atau sekitar 34,61% yang menjawab sering duduk ketika bekerja. Akan tetapi hal ini hanya dapat dilakukan ketika mereka berada di kantor dinas. Ketika mereka berada di lapangan, frekuensi duduknya menurun menjadi jarang atau tidak pernah. Untuk frekuensi berdiri selama bekerja, 17 dari 26 responden atau sekitar 65,38% mengaku frekuensi berdirinya sering dan juga terdapat 2 responden atau sekitar 7,69% yang merasa sangat sering berdiri ketika bekerja. Ketika mereka berada di lapangan, salah satu tugas utama mereka adalah menjaga keamanan, sehingga mereka harus selalu sigap dalam setiap kondisi. Oleh karenanya, ketika mereka diterjunkan di lapangan frekuensi berdirinya menjadi cukup tinggi. Dari hasil wawancara yang telah kami lakukan, diketahui juga sebanyak 4 responden atau sekitar 15,38% frekuensi berdirinya hanya kadang-kadang, dan 3 responden atau sekitar 11,53% frekuensi berdirinya jarang. Frekuensi berdiri yang cenderung jarang ini 14



dilakukan ketika mereka sedang tidak bertugas di lapangan dan hanya berada di kantor dinas, sehingga frekuensi untuk duduk dapat lebih sering dilakukan. Pada point frekuensi berjalan, 10 dari 26 responden atau sekitar 38,46% mengaku sering berjalan ketika jam kerja dan sebanyak 9 responden atau sekitar 34,61% frekuensi berjalannya kadang-kadang. Frekuensi berjalan ketika berada di lapangan maupun di kantor dinas hampir sama, hanya kadang-kadang saja. Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa sebanyak 7 responden atau sekitar 26,92% merasa frekuensi berjalannya jarang. Hal ini dikarenakan ketika mereka bekerja di lapangan mereka lebih sering berdiri dan ketika bertugas di kantor dinas mereka cenderung lebih sering duduk. Sebanyak 10 dari 26 responden atau sekitar 38,46% mengaku sering mengangkat beban ketika jam kerja, dan sekitar 8 responden atau sekitar 30,76% frekuensi mengangkat bebannya kadang-kadang saja. Frekuensi mengangkat beban ini menjadi lebih sering ketika mereka berada di lapangan, karena ketika mengawal atau menjaga keamanan suatu acara, mereka menggunakan atribut lengkap seperti helm pengaman, tongkat polisi dan juga membawa tameng yang beratnya kurang lebih sekitar 4,5 kilogram selama berjam-jam. Selain itu, anggota polisi sabhara juga melakukan latihan rutin 5 kali dalam seminggu. Latihan rutin yang dilakukan adalah bela diri, latihan pengendalian massa (DALMAS) seperti latihan tameng, fitness, senam tongkat, PBB, serta latihan kebugaran (sit up, push up, dan lari). Dari hasil wawancara juga diketahui tingkat kelelahan para anggota polisi sabhara, sebanyak 14 dari 26 responden atau sekitar 53,84% mengaku kadang-kadang merasa lelah seusai bekerja. Sedangkan sebanyak 6 responden atau sekitar 23,07% mengaku sering merasa kelelahan seusai bekerja. Tingkat kelelahan ini meningkat ketika mereka selesai bertugas di lapangan, karena ketika bekerja di lapangan aktifvitas yang mereka lakukan lebih berat daripada ketika berada di kantor dinas. Selain itu, diketahui sebanyak 4 responden atau sekitar 15,38% merasa jarang kelelahan, dan sebanyak 2 responden atau sekitar 7,69% tidak merasa lelah seusai bekerja. Anggota polisi sabhara yang merasa jarang bahkan tidak lelah seusai bekerja ini dikarenakan mereka lebih sering bertugas di kantor dinas daripada terjun ke lapangan. Pada frekuensi mengeluarkan keringat, lebih dari 60% responden mengaku sering mengeluarkan keringat ketika bekerja. Hal ini dikarenakan ketika mereka diterjunkan ke lapangan cuacanya cukup panas dan aktivitas fisik yang mereka lakukan juga cukup berat.



15



Meskipun aktivitas fisik yang mereka lakukan ketika jam kerja cukup tinggi, di waktu luang pun mereka juga melakukan beberapa aktivitas fisik. Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan responden anggota polisi sabhara tentang aktivitas fisik selama waktu luang. Tabel .8. Aktivitas Fisik Selama Waktu Luang Kategori



N



%



Tidak pernah



1



3,84



Jarang



7



26,92



Kadang-kadang



7



26,92



Sering



11



42,30



Sangat sering



0



0,00



Tidak pernah



0



0,00



Jarang



3



11,53



Kadang-kadang



6



23,07



Sering



17



65,38



Sangat sering



0



0,00



Tidak pernah



5



19,23



Jarang



13



50,00



Kadang-kadang



5



19,23



Sering



3



11,53



Sangat sering



0



0,00



Frekuensi Berjalan



Frekuensi Berolahraga



Frekuensi Keluar Keringat



16



Dari hasil wawancara yang kami lakukan dengan anggota polisi sabhara, sebanyak 11 dari 26 responden atau sekitar 42,3% mengaku sering berjalan diwaktu luangnya. Sedangkan sebanyak 7 responden atau sekitar 26,92% mengaku hanya kadang-kadang berjalan ketika memiliki waktu luang, dan 7 responden lainnya jarang berjalan diwaktu luangnya. Frekuensi olahraga yang dilakukan anggota polisi sabhara ketika memiliki waktu luang cukup baik. sebanyak 17 dari 26 responden atau sekitar 65,38% mengaku sering berolahraga untuk mengisi waktu luangnya. Anggota polisi sabhara terbiasa berolahraga di waktu luang. Dalam sehari mereka menggunakan 1-2 jam di waktu luangnya untuk berolahraga. Olahraga yang dilakukan oleh anggota polisi sabhara bermacam-macam, mulai dari main sepak bola, voli, futsal, fitness dan renang. Terdapat beberapa alasan yang dikemukakan oleh responden mengenai kebiasaan olahraganya. Beberapa diantaranya adalah untuk menjaga kesehatan, menjaga stamina, dan menjaga bentuk tubuh mereka. Pada point frekuensi mengeluarkan keringat, sebanyak 13 dari 26 responden atau sekitar 50% mengaku jarang mengeluarkan keringat. Terdapat 5 responden atau sekitar 19,23% mengaku hanya kadang-kadang saja mengeluarkan keringat, dan 5 responden lainnya mengaku tidak berkeringat di waktu luangnya. Di waktu luangnya, mereka jarang melakukan aktivitas berat tetapi tetap meluangkan waktunya untuk berolahraga. Ketika mereka sedang tidak berolahraga frekuensi mengeluarkan keringatnya rendah. Sedangkan 3 responden atau sekitar 11,53% mengaku sering mengeluarkan keringat di waktu luangnya. Ketiga responden ini memiliki frekuensi mengeluarkan keringat yang cukup tinggi karena melakukan olahraga 2-4 jam dari waktu luangnya untuk olahraga.



1.4 Gambaran Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terhadap 26 sampel di Polisi Sabhara yaitu penentuan status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) diperoleh sebanyak 15 sampel (57,69%) yang mempunyai IMT normal, 7 sampel (26,92%) overweight, dan 4 org (15,39%) obesitas I.



17



Tabel .9. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi (IMT) Status Gizi (IMT)



N



%



Normal



15



57,69



Overweight



7



26,92



Obesitas I



4



15,39



Jumlah



26



100



Berdasarkan data diatas status gizi sampel pada umumnya normal. Status gizi baik merupakan indikator bahwa penduduk mengonsumsi pangan secara cukup dan seimbang. Ketidakseimbangan gizi yang dicerminkan oleh adanya penyakit gizi lebih dan gizi kurang. Gizi lebih seringkali diakibatkan oleh konsumsi karbohidrat dan lemak yang berlebihan sehingga memicu timbulnya penyakit degeneratif. Dalam menentukan status gizi pekerja terutama pekerja yang aktifitas fisiknya lebih daripada pekerja biasa sebaiknya tidak hanya menggunakan satu pengukuran antropometri saja. Pengukuran menggunakan IMT dianggap kurang valid karena IMT mengukur tulang dan massa otot yang dapat menyebabkan data menjadi bias. Karena polisi termasuk pekerjaan yang pekerja nya memiliki massa otot lebih. Jika massa otot besar maka IMT juga besar. Dalam penentuan status gizi polisi selain IMT juga dapat dilengkapi dengan persentase lemak tubuh dan lean body mass serta digabungkan dengan pengukuran lainnya.



2.5 Status Hidrasi Dehidrasi adalah kehilangan cairan tubuh yang berlebihan karena penggantian cairan yang tidak cukup akibat asupan yang tidak memenuhi kebutuhan tubuh dan terjadi peningkatan pengeluaran air (Clap AJ. et al., 2002).



Pemenuhan cairan melalui asupan sangatlah penting. Cairan yang hilang melalui keringat dan tidak diganti menyebabkan volume plasma menurun dan terjadi penurunan kemampuan fisik dan kognitif pekerja (Robert W. Kenefick and Michael N. Sawka. 2007).



18



Tabel .10. Status Hidrasi Responden Karakteristik Status Hidrasi Hidrasi Baik Hidrasi Kurang Dehidrasi



Frekuensi (n)



Presentase (%)



2 19 5



7,69 73,08 19,23



Total



26



100



Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hanya 2 subjek (7,69%) yang memiliki status hidrasi baik. Sisanya ditemukan subjek mengalami kurang terdehidrasi dengan baik 19 subjek (73,08%) , sedangkan yang mengalami dehidrasi sebesar 5 subjek (19,23%).



2.6 Tingkat asupan gizi 1. Kecukupan Energi Gizi kerja adalah gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerjanya. Gizi kerja sebagai salah satu aspek dari kesehatan kerja mempunyai peran penting, baik bagi kesejahteraan maupun dalam rangka meningkatkan disiplin dan produktivitas. Kekurangan gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari akan membawa akibat buruk pada tubuh, seperti: pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat, kurang bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan lain-lain (Hendrayati, 2009).



Tabel .11. Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Zat Gizi Makro Kategori



E



P



L



KH



Asupan



N



%



N



%



n



%



N



%



Kurang



21



80,77



23



88,46



7



26,92



16



61,54



Baik



4



15,38



0



0



5



19,23



6



23,08



Lebih



1



3,85



3



11,54



14



53,85



4



15,38



Jumlah



26



100



26



100



26



100



26



100



19



Hasil analisa zat gizi untuk asupan zat gizi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 4 sampel (15,38%)memiliki asupan energi baik 21 sampel (80,77%) asupan energinya kurang dan 1 sampel (3,85%) memiliki asupan energi lebih. Tingkat asupan protein pada penelitian ini, hampir seluruh karyawan asupan proteinnya kurang dan hanya 3 sampel (11,54%) yang asupan proteinnya cukup. Untuk tingkat asupan lemak menunjukkan bahwa 5 sampel (19,23%) yang asupan lemaknya cukup, 7 sampel (26,92%)asupan lemaknya kurang, dan 14 sampel (53,85%) . Tingkat asupan karbohidrat karyawan pada penelitian ini menunjukkan bahwa 6 sampel



(23,08%)



asupan



karbohidratnya



baik,



16



sampel



(61,54%)



asupan



karbohidratnya kurang dan 4 sampel (15,38%) asupan karbohidratnya lebih.



Tabel .12. Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Zat Gizi Mikro Lebih



Baik



Kurang



Kategori Asupan N



%



n



%



Serat (g)



n



%



26



100



Kalsium (mg)



6



23,07



3



11,54



17



65,39



Fosfor (mg)



16



61,54



2



7,69



8



30,77



Besi (mg)



10



38,46



5



19,23



11



42,31



Natrium (mg)



26



100



Kalium (mg)



26



100



Seng (mg)



26



100



18



69,24



26



100



25



96,15



20



76,92



Tiamin (mg)



4



15,38



4



15,38



Riboflavin (mg) Niasin (mg)



1



3,85



Vit. C (mg)



3



11,54



3



11,54



20



2.7 Beban Kerja



Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menentukan beban kerja seseorang. Cara tersebut antara lain: 1. Beban kerja berdasarkan konsumsi oksigen, ventilisasi paru-paru, suhu, dan denyut nadi. Kategori beban kerja



Konsumsi oksigen (ltr/mnt) 0,5 – 1,0 1,0 – 1,5 1,5 – 2,0 2,0 – 2,5 2,5 – 4,0



Ringan Sedang Berat Sangat berat Berat sekali



Ventilisasi paru-paru (l/mnt) 11 – 20 20 – 31 31 – 43 43 – 56 60 – 100



Suhu (oC)



Denyut jantung (denyut/mnt)



37,5 37,5- 38,0 38,0 – 38,5 38,5 – 39,0 >39



75 – 100 100 – 125 125 – 150 150 – 175 >175



2. Beban kerja berdasarkan jumlah energi yang dikeluarkan a. Beban kerja ringan



: 100 – 200 kkal/jam



b. Beban kerja sedang



: 200 – 350 kkal/jam



c. Beban kerja berat



: 350 – 500 kkal/jam



Karena kelompok kami tidak melakukan perhitungan pada denyut nadi, maka untuk menentukan beban kerja menggunakan perhitungan berdasarkan jumlah energi yang dikeluarkan. 1) Tn. NH AMB laki-laki = 72,4 kg x 1 kkal/jam = 72,4 kkal/jam (



= =



(



)



) (



(



)



) (



)



(



)



0 kkal/jam



× 60 kkal/jam



21



= 246 kkal/jam Total BK



= AMB + rata-rata BK = 72,4 kkal/jam + 246 kkal/jam = 318,4 kkal/jam



Jadi beban kerja Tn. NH termasuk dalam kategori sedang



2) Tn. AF AMB laki-laki = 80,43 kg x 1 kkal/jam = 80,43 kkal/jam (



= =



(



)



(



) (



)



) (



(



)



)



0 kkal/jam



× 60 kkal/jam



= 132 kkal/jam



Total BK



= AMB + rata-rata BK = 80,43 kkal/jam + 132 kkal/jam = 212,43 kkal/jam



Jadi beban kerja Tn. AF termasuk dalam kategori sedang



3) Tn. WF AMB laki-laki = 80,1 kg x 1 kkal/jam 22



= 80,1 kkal/jam (



=



(



)



(



) (



)



(



) (



=



)



)



0 kkal/jam



× 60 kkal/jam



= 183,82 kkal/jam Total BK



= AMB + rata-rata BK = 80,1 kkal/jam + 183,82 kkal/jam = 263,92 kkal/jam



Jadi beban kerja Tn. WF termasuk dalam kategori sedang 4) Tn. SR AMB laki-laki = 54,1 kg x 1 kkal/jam = 54,1 kkal/jam (



= =



(



)



(



) (



) (



)



(



)



)



0 kkal/jam



× 60 kkal/jam



= 222 kkal/jam Total BK



= AMB + rata-rata BK



23



= 54,1 kkal/jam + 222 kkal/jam = 276,1 kkal/jam Jadi beban kerja Tn. SR termasuk dalam kategori sedang 5) Tn. DP AMB laki-laki = 69,8 kg x 1 kkal/jam = 69,8 kkal/jam (



=



(



) (



) (



)



) (



)



= = 154,8 kkal/jam Total BK



= AMB + rata-rata BK = 69,8 + 154,8 = 224,6 kkal/jam (kerja sedang)



6) Tn. CATU AMB laki-laki = 65,4 kg x 1 kkal/jam = 65,4 kkal/jam (



=



(



) (



)



) (



) (



)



= 24



= 200,4 kkal



Total BK



= AMB + rata-rata BK = 65,4 + 200,4 = 265,8 kkal/jam (kerja sedang)



7) Tn. AR AMB laki-laki = 66,7 kg x 1 kkal/jam = 66,7 kkal/jam ( =



) (



(



)



) (



) (



)



= = 170 kkal/jam



Total BK



= AMB + rata-rata BK = 66,7 + 170 = 236,7 (kerja sedang)



8) Tn. AD AMB laki-laki = 62 kg x 1 kkal/jam = 62 kkal/jam (



)



(



) (



(



)



) (



(



)



)



= 187,33 kkal/jam



25



Total BK



= AMB + rata-rata BK = 62 + 187,33 = 249,33 kkal/jam



Jadi, beban kerja yang diterima Tn.AD adalah sedang. 9) Tn.RA AMB laki-laki = 74,6 kg x 1 kkal/jam = 74,6 kkal/jam



R



(



) ( (



) ( ) (



) ) (



)



= 180 kkal/jam Total BK



= AMB + rata-rata BK = 74,6 + 180 = 254,6 kkal/jam



Jadi, beban kerja yang diterima Tn.RA termasuk sedang.



10) Tn. NW AMB laki-laki = 69,8 kg x 1 kkal/jam = 69,8 kkal/jam (



)



(



)



(



)



(



)



(



)



(



)



= 156,55 kkal/jam Total BK



= AMB + rata-rata BK = 69,8 + 156,55



26



= 226,35 kkal/jam Jadi, beban kerja yang diterima Tn. NW termasuk sedang. 11) Tn. JP AMB laki-laki = 69,9 kg x 1 kkal/jam = 69,9 kkal/jam (



(



)



(



) (



)



) (



(



)



)



= 207,6 kkal/jam Total BK



= AMB + rata-rata BK = 69,9 + 207,6 = 277,5 kkal/jam



Jadi, beban kerja yang diterima Tn. JP termasuk sedang.



12) Tn. RA



(



)



(



)



(



(



)



(



)



(



) )



27



Jadi, beban kerja Tn. RA tergolong kedalam kategori sedang.



13) Tn. NW



(



)



(



)



(



)



(



)



(



)



(



)



Jadi, beban kerja Tn. NW termasuk kedalam kategori sedang.



14) Tn. RAS



28



(



)



(



)



(



(



)



(



)



(



) )



Jadi, beban kerja Tn. RAS masuk dalam kategori sedang.



15) Tn. WA



(



)



(



)



(



(



)



(



)



(



) )



29



Jadi, beban kerja Tn. WA masuk kedalam kategori sedang.



16) Tn. AS AMB laki-laki



= 61,7 kg x 1 kkal/jam = 61,7 kkal/jam (



)



=



(



(



)



) (



(



)



) (



)



= 154,8 kkal/jam Total BK



= AMB + rata-rata BK = 61,7 + 154,8 = 226,5 kkal/jam



Jadi beban kerja Tn. AS termasuk sedang.



17) Tn. EP AMB laki-laki



= 67,2 kg x 1 kkal/jam = 67,2 kkal/jam



(



=



)



(



) (



(



)



) (



(



)



)



30



= 169,2 kkal/jam Total BK



= AMB + rata-rata BK = 67,2 + 169,2 = 236,4 kkal/jam



Jadi beban kerja Tn. EP termasuk sedang.



18) Tn. MH AMB laki-laki



= 71,5 kg x 1 kkal/jam = 71,5 kkal/jam



(



=



)



(



(



) (



)



) (



(



)



)



= 170,4 kkal/jam Total BK



= AMB + rata-rata BK = 71,5 + 170,4 = 241,9 kkal/jam



Jadi beban kerja Tn. MH termasuk sedang.



19) Tn. NTS



31



AMB laki-laki



= 81,2 kg x 1 kkal/jam = 81,2 kkal/jam



(



)



(



=



(



) (



)



(



) (



)



)



= 214,8 kkal/jam Total BK



= AMB + rata-rata BK = 81,2 + 214,8 = 296 kkal/jam



Jadi beban kerja Tn. NTS termasuk sedang. 20) Tn. NS AMB laki-laki = 68,7 kg x 1 kkal/jam = 68,7 kkal/jam (



(



)



(



) (



)



) (



(



)



)



136,66 kkal/jam



Total BK



AMB + rata-rata BK 68,7 + 136,66 205,36 kkal/jam



32



Jadi beban kerja Tn. NS termasuk sedang.



21) Tn. BP AMB laki-laki = 60,9 kg x 1 kkal/jam = 60,9 kkal/jam (



(



)



(



) (



)



) (



(



)



(



)



)



118 kkal/jam



Total BK



AMB + rata-rata BK 60,9 + 118 178 kkal/jam



Jadi beban kerja Tn. BP termasuk ringan.



22) Tn. NEH AMB laki-laki = 61,6 kg x 1 kkal/jam = 61,6 kkal/jam (



(



)



(



) (



)



) (



)



200,4 kkal/jam



Total BK



AMB + rata-rata BK 61,6 + 200,4 33



262 kkal/jam Jadi beban kerja Tn. NEH termasuk sedang



23) Tn. PB AMB laki-laki = 56,3 kg x 1 kkal/jam = 56,3 kkal/jam (



)



(



(



)



) (



) (



(



)



)



169,63 kkal/jam



Total BK



AMB + rata-rata BK 56,3 + 169,63 225,93 kkal/jam



Jadi beban kerja Tn. PB termasuk sedang.



24) Tn. ZA AMB laki-laki



= BB (kg) x 1 kkal/jam = 63,7 kg x 1 kkal/jam = 63,7 kkal/jam (



)



=



(



(



)



) (



(



) (



)



)



= 154,8



34



Total BK



= AMB + rata-rata BK = 63,7 + 154,8 = 218,5 kkal/jam



Jadi beban kerja Tn. ZA termasuk sedang.



25) Tn. RF AMB laki-laki



= BB (kg) x 1 kkal/jam = 63,7 kg x 1 kkal/jam = 61,7 kkal/jam (



)



(



=



(



) (



)



(



)



) (



)



= 202,2 kkal/jam Total BK



= AMB + rata-rata BK = 61,7 + 202,2 = 263,9 kkal/jam



Jadi beban kerja Tn. RF termasuk sedang.



26) Tn. AA AMB laki-laki



= BB (kg) x 1 kkal/jam = 59,7 kg x 1 kkal/jam = 59,7 kkal/jam (



=



)



(



) (



(



)



) (



(



)



)



= 183 kkal/jam 35



Total BK



= AMB + rata-rata BK = 59,7 + 183 = 242,7 kkal/jam



Beban kerja Tn. AA termasuk sedang.



Jadi, menurut perhitungan yang kami lakukan, rata-rata aktivitas fisik sampel tergolong sedang.



2.8 Penyelenggaraan Makan 2.8.1 Gambaran Gizi/Makan Pada Institusi Anggota Kepolisian Sabhara diberi tunjangan makan sebesar kurang-lebih Rp 45.000,00 per hari atau sekitar 1,4juta per bulan, karena pihak kantor tidak mengadakan penyelenggaraan makan atau food service. Oleh karena itu, mereka mengikuti cara/ alur makan sesuai dengan kebiasaan makan dan kesukaan makan mereka (eating behavior dan food preference ) sehingga tidak bisa dipastikan apakah gaji tunjangan makan tersebut dipergunakan secara keseluruhan atau tidak. Ketidakberadaan food service pada kantor mereka menyebabkan mereka harus senantiasa menyempatkan diri untuk membeli makanan diluar kantor bahkan saat sedang bekerja. Pelayanan makanan dapat didefinisikan sebagai bisnis, institusi dan perusahaan bertanggung jawab atas makanan yang disiapkan di luar rumah. Yang termasuk industri ini adalah restoran, kafetaria sekolah dan rumah sakit, katering, dan lainnya. Pembentukan pelayanan makanan adalah tempat dimana makanan disiapkan dan ditujukan untuk melayani porsi individual dan termasuk tempat yang digunakan untuk menyajikan porsi individual tersebut. Istilah ini tidak termasuk perusahaan pengolahan makanan, toko makanan, rumah pribadi dimana makanan disiapkan atau disajikan untuk konsumsi keluarga (Departement of Health, 1997). Pelayanan makan dalam suatu instansi atau perusahaan sangat penting untuk menunjang status gizi pekerja dan produktivitas kerja mereka. Pelayanan makan 36



dalam suatu institusi atau perusahaan harus mencukupi seluruh kebutuhan gizi pekerjanya. Kebutuhan makan juga harus disesuaikan dengan beban kerja masingmasing pekerja.



Apabila pelayanan makan mereka mencukupi sesuai kebutuhan



maka produktivitas akan meningkat. Sebaliknya, apabila pelayanan makan tidak mencukupi kebutuhan produktivitas kerja akan menurun. Itu berarti kualitas kerja mereka juga menurun. Pelayanan makan merupakan hal yang penting dalam suatu institusi atau perusahaan. Untuk mendapatkan kualitas pelayanan makan yang baik dibutuhkan perencanaan makan yang matang. Perencanaan makan harus dipikirkan sebaik mungkin agar pelayanan makan pada para pekerja dapat berjalan dengan baik. Pelayanan makan tidak selalu diberikan dalam bentuk makanan jadi, namun juga bisa dalam bentuk uang makan. Dengan uang makan sebesar Rp 45.000,00 sehari sudah dapat mencukupi kebutuhan makan para anggota kepolisian. Uang makan sebesar Rp 15.000,00 untuk sekali makan tersebut sudah bisa untuk membeli makanan yang beraneka ragam dan mengandung nilai gizi yang cukup. Dengan uang sebesar Rp 15.000,00 dapat digunakan untuk membeli nasi sebagai sumber karbohidrat; lauk yang mengandung protein hewani (seperti ayam, ikan laut, dan lain-lain) dan yang mengandung protein nabati (seperti tahu, tempe, dan lain-lain); sayur; serta buah. Jika terdapat sisa uang, bisa digunakan untuk membeli susu sebagai pelengkap nutrisi. 2.9



Identifikasi Masalah Gizi Kerja Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, masalah yang muncul antara lain : 2.9.1



Status Hidrasi



Berdasarkan pengamatan status hidrasi yang telah kami lakukan diketahui sebanyak 73,08% kurang terhdrasi dengan baik dan sebanyak 19,23% diketahui asupan cairannya kurang. Hal ini menjadi masalah sebab dehidrasi pada pekerja dapat menurunkan produktivitas kerja, meningkatkan risiko kecelakaan kerja dan ketidakhadiran karena sakit.



37



2.9.2 Kurangnya asupan total energy Hasil survey untuk asupan zat gizi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 21 sampel (80,77%) asupan energinya kurang. Hanya 4 sampel (15,38%) yang memiliki asupan energi baik, sedangkan terdapat 1 sampel (3,85%) memiliki asupan energi lebih. Kekurangan energi pada tenaga kerja akan menyebabkan turunnya kekuatan otot (muscular strength) dan ketetapan gerak otot yang menjadikan kerja tidak efisien.



2.9.3 Kurangnya asupan karbohidrat, lemak, dan protein a.



Tingkat asupan protein Pada penelitian ini, hampir seluruh karyawan asupan proteinnya kurang



dan hanya 3 sampel (11,54%) yang asupan proteinnya cukup. Apabila terjadi kekurangan protein secara terus menerus akan menyebabkan daya tahan tubuh menurun, rentan terhadap penyakit, daya kreativitas dan daya kerja merosot, mental lemah dan lain-lain (Kartasapoetra. G et al., 2005).



b.



Tingkat asupan lemak Hasil survey menunjukkan bahwa hanya 5 sampel (19,23%) yang asupan



lemaknya cukup, 7 sampel (26,92%)asupan lemaknya kurang, dan 14 sampel (53,85%) mengalami kelebihan asupan lemak. Lemak dalam fungsinya sebagai salah satu zat gizi penghasil energi utama sehingga apabila kekurangan asupan lemak akan mengurangi pembentukan energi.



Sedangkan kelebihan asupan



lemak juga tidak baik karena dapat memicu terjadinya masalah gizi lebih dan meningkatkan resiko penyakit metabolic (Sediaoetama, AD., 2000).



c.



Tingkat asupan karbohidrat Pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 16 sampel (61,54%)



asupan karbohidratnya kurang dan 4 sampel (15,38%) asupan karbohidratnya lebih.



38



Hal ini menjadi masalah sebab jika asupan karbohidrat kurang dan lebih dari kebutuhan dapat mengakibatkan penyakit-penyakit karena ketidak seimbangan antara konsumsi dan kebutuhan energi diantaranya protein energi malnutrition (PEM) atau penyakit kurang kalori dan protein (KKP) jika kekurangan, dan penyakit kegemukan atau obesitas dan penyakit degeneratif jika mengalami kelebihan asupan karbohidrat (Sediaoetama, AD., 2000).



2.9.4



Kurangnya Asupan Mikronutrient Menurut survey sebagian besar sampel mengalami kurang asupan



beberapa zat mikronutrient. Terutama Kalsium, Vitamin C, Fosfor, Zinc, Fe.



2.9.5



Tidak Adanya Penyelenggaraan Makan Di Tempat Kerja Dari survey yang dilakukan di Kantor Sabhara tidak menyediakan



penyelenggaraan makan. Pekerja hanya diberi tunjangan makan sebanyak Rp 45.000,00 per hari.



2.9.6 a.



Lingkungan kerja Faktor fisik Ketika berada di lapangan, terdapat beberapa masalah yang ditemukan.



Mereka sering terkena panas dan juga mendengar suara bising yang berasal dari suara kendaraan bermotor dan suara dari massa yang sedang berdemonstrasi. b.



Faktor biologi Dari sisi faktor biologi tidak ditemukan masalah karena tidak ada virus,



bakteri, atau binatang yang sampai mengganggu kenyamanan. c.



Faktor kimia Dari faktor kimia ditemukan sebuah masalah yaitu mereka juga menjadi



sering terkena polusi dari kendaraan bermotor ketika bekerja di lapangan.



39



2.9.7



Faktor Psikologis Ada masalah seputar faktor psikologi, yaitu terdapat beberapa responden



yang merasa kurang nyaman dengan lingkungan kerjanya karena memiliki hubungan yang kurang baik dengan atasannya. Selain itu, beberapa responden tersebut juga menyatakan terkadang mendapat tekanan dari atasan maupun seniornya.



2.9.8



Beberapa Kasus kelebihan asupan lemak dan Obesitas Diketahui bahwa, dari 26 sampel responden yang diambil dari data recall



selama 2 hari, 53,85% diantaranya mengasup lemak yang berlebih. Ada beberapa responden yang diukur menggunakan IMT terindikasi overweight dan obesitas 1, dikawatirkan responden mengalami lemak tubuh berlebih yang beresiko terjadinya komplikasi metabolik seperti intoleransi glukosa, hiperinsulinemia, Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM), hipertensi, maupun dislipidemia. Kelima komplikasi metabolik tersebut dapat meningkatkan resiko terhadap terjadinya penyakit jantung dan peredaran darah. 2.10 Pembahasan dan Pemecahan Masalah 2.10.1



Status Hidrasi Setiap hari, sebagian besar orang memeroleh cairan yang cukup melalui



minum secara biasa, seperti minum sewaktu makan dan mengemil. Akan tetapi, rasa haus tidak selalu dapat dijadikan patokan mengenai kondisi hidrasi, khususnya pada anak dan dewasa. Tanda yang lebih akurat adalah warna air seni. Untuk sebagian besar orang sehat, air seni berwarna jernih atau terang mengisyaratkan cukup hidrasi, sementara warna kuning gelap atau oranye biasanya mengisyaratkan dehidrasi. Buang air kecil yang jarang dan volume air seni yang rendah juga dapat mengisyaratkan hidrasi yang tidak memadai. Berikut ini merupakan indicator yang digunakan untuk mengetahui status hidrasi seseorang.



40



Gambar .3. Indikator Status Hidrasi Dehidrasi sedang dapat memengaruhi kerja fisik dan mental serta berkontribusi pada gejala fisik yang tidak menyenangkan seperti sakit kepala dan kejang otot. Tanda-tanda dini dehidrasi mungkin tidak spesifik, biasanya meliputi keletihan, sakit kepala, dan kebingungan. Yang diperlukan biasanya hanya rehidrasi oral. Akan tetapi, dehidrasi parah dapat mengancam nyawa. Bantuan medis harus cepat dicari jika seseorang dikhawatirkan memerlukan penambahan cairan yang lebih agresif. Karena dehidrasi dapat berkembang cepat pada beberapa kondisi, maka sangat penting untuk mengetahui tanda-tanda dehidrasi dan bertindak cepat untuk membantu menormalkan status hidrasi (The Beverage Institute for Health & Wellness).



41



Tanda-tanda dehidrasi antara lain: 1.



Meningkatnya rasa haus



2.



Mulut kering atau lengket



3.



Kepala terasa melayang atau sakit kepala



4.



Keletihan



5.



Fokus mental terganggu



6.



Buangan air seni sedikit



7.



Ketidakmampuan menghasilkan air mata



8.



Kulit kering



Dibawah ini adalah beberapa cara untuk mengembangkan rencana hidrasi : 1.



Mulai terhidrasi Usahakan suatu kegiatan dimulai dengan kondisi terhidrasi dengan



baik, maka kita dapat mencapai performa terbaik. Penuhi kebutuhan untuk setiap deficit cairan yang terjadi sebelumnya dengan mengonsumsi 400-600 ml air atau minuman untuk olahraga 2-3 jam sebelum sesi latihan fisik. Jaga hidrasi yang diperlukan sebelum latihan atau saat melakukan pemanasan, terutama jika kondisi panas atau lembab. 2.



Periksa status hidrasi anda sebelum latihan Pemantauan status hidrasi sebelum latihan dengan memeriksa warna



urin. 3.



Cari tau cairan apa yang diminum Air biasanya baik digunakan untuk latihan pendek atau kegiatan



dalam taraf yang ringan. Namun, untuk latihan intens, , dan kapan saja anda berolahraga di cuaca yang panas dan lembab, minuman olahraga yang



42



menyediakan karbohifrat, cairan, dan sodium adalah pilihan yang jauh lebih baik dari pada air biasa. 4.



Tahu berapa banyak minum Semakin meningkatnya jarak, suhu, atau kelembaban, kebutuhan



cairan akan meningkat. Pada kondisi seperti ini, konsumsi cairan hendaknya dipertahankan berada pada tingkat zona hidrasi. Biasanya membutuhkan sekitar 400-800 ml air setiap jam. Lebih baik untuk mengonsumsi air dalam jumlah yang kecil namun sering, seperti 100-200 ml tiap 15 menit sekali. Namun perlu diingat bahwa kebutuhan cairan dapat bervariasi berdasarkan factor-faktor seperti ukuran tubuh, kecepatan, dan kondisi cuaca. 5.



Rehidrasi selama pemulihan Biasakan untuk menimbang berat badan sebelum dan sesudah



latihan. Perbedaan berat badan anda adalah berapa cairan yang hilang. Ganti cairan yang hilang setelah latihan secara bertahap, minum 690 ml dari minuman olahraga, minuman pemulihan, atau air (1500 ml per kg) dari berat yang hilang (Nestle Nutrition Institute). 2.10.2



Asupan Energi Kalori merupakan panas yang didapat tubuh sebagai hasil pembakaran



karbohidrat, lemak, protein dalam tubuh. Besar kalori yang dibutuhkan untuk masingmasing pekerjaan tidak sama. Semakin berat suatu pekerjaan, maka semakin besar kalori yang dibutuhkan oleh pekerjanya. Semakin meningkat kegiatan tubuh, semakin meningkat pula metabolisme yang terjadi. Kalori yang diperlukan untuk metabolisme dihasilkan dari pembakaran bahan-bahan makanan yang masuk dengan menggunakan oksigen dari udara. Jika kalori yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan (out put) tidak tercukupi dari bahan-bahan makanan (intake), maka kebutuhan kalori akan dipenuhi dengan mengambil zat-zat makanan yang ada di dalam tubuh. Ini akan 43



berakibat menurunya berat badan. Sebaliknya apabila terjadi kenaikan berat badan menunjukkan kelebihan zat makanan terutama zat makanan yang dapat memberikan kalori sehingga kelebihan ini terpaksa disimpan dalam lemak cadangan yang mengakibatkan naiknya berat badan. Kalori yang masuk kedalam tubuh akan dipergunakan sebagai kalori out put : Metabolisme basal yaitu sejumlah tenaga yang diperlukan oleh tubuh dalam keadaan istirahat. a.



Pengaruh makanan atas kegiatan tubuh (kira-kira 10% dari metabolisme basal).



b.



Kerja otot. Kerja otot mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kebutuhan kalori. Hasil analisa zat gizi untuk asupan zat gizi dalam penelitian ini



menunjukkan bahwa 4 sampel (15,38%) memiliki asupan energi baik 21 sampel (80,77%) asupan energinya kurang dan 1 sampel (3,85%) memiliki asupan energi lebih. Tingkat asupan energi yang baik menunjukkan bahwa konsumsi bahan makanan sumber zat tenaga atau energi karyawan telah sesuai dengan kebutuhan harian, untuk tingkat asupan energi yang kurang menunjukkan bahwa konsumsi sumber zat tenaga atau energi karyawan tidak mencukupi kebutuhan harian, begitu pula sebaliknya. Manusia yang kurang makan akan lemah baik daya tahan tubuh, kegiatan pekerjaan-pekerjaan fisik maupun daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima tubuh sehingga energi yang dihasilkan lebih sedikit (Kartasapoetra. G et al., 2005). Kekurangan energi pada tenaga kerja akan menyebabkan turunnya kekuatan otot (muscular strength) dan ketetapan gerak otot yang menjadikan kerja tidak efisien. Kebutuhan kalori sehari ditentukan oleh jenis pekerjaan, jenis kelamin, usia, dan aktivitas fisik. Menurut Grandjean (1993) bahwa kebutuhan kalori seorang pekerja selama 24 jam ditentukan oleh tiga hal:



44



1.



Kebutuhan kalori untuk metabolisme basal.



2.



Kebutuhan kalori untuk kerja. Kebutuhaan kalori untuk kerja sangat ditentukan oleh jenis aktivitas kerja yang dilakukan atau berat ringannya pekerjaan.



3.



Kebutuhan kalori untuk aktivitas-aktivitas lain diluar jam kerja. Anggota Kepolisian Sabhara dalam hal ini dianjurkan mengonsumsi



hidangan yang mengandung cukup energi agar dapat hidup dan melaksanakan pekerjaan dengan baik. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengonsumsi bahan makanan sumber karbohidrat, protein, dan lemak (Depkes RI. 1996). Untuk meningkatkan asupan energi, diperlukan tambahan asupan makanan yang mengandung energi tinggi seperti gandum, almond, apel, pisang, alpukat untuk mencukupi kebutuhan energi karyawan.



2.10.3



Kurangnya Asupan Makronutrien Besarnya kalori makanan ditempat kerja yang dianjurkan adalah 2/5 dari



total kalori sehari yang diperlukan tenaga kerja (Wijayanti R, 2007) tersebut dengan kandungan kalori dari zat gizi yang dianjurkan adalah sebagai berikut : a.



Karbohidrat : 65% - 70% dari total kalori.



b.



Protein : 10% - 15% dari total kalori.



c.



Lemak : 20% dari total kalori. Kebutuhan makanan yang dikonsumsi tenaga kerja harus memenuhi gizi



yang sesuai dan diberikan dalam volume dan kandungan kalori yang tepat serta dihidangkan pada saat yang tepat dan disajikan secara menarik serta sesuai dengan selera sehingga akan mempertinggi prestasi kerja. 1)



Karbohidrat Karbohidrat merupakan senyawa organik yang mengandung atom



karbon, hydrogen dan oksigen. Fungsi karbohidrat yang paling utama adalah sebagai sumber energi bagi kebutuhan selsel dan jaringan tubuh. Disamping itu karbohidrat juga berfungsi sebagai pelindung protein tubuh. Setiap gram karbohidrat mengandung 4 kalori (Hertog Nur Sanyoto, 1992).



45



Tingkat asupan karbohidrat karyawan pada penelitian ini menunjukkan bahwa 6 sampel (23,08%) asupan karbohidratnya baik, 16 sampel (61,54%) asupan karbohidratnya kurang dan 4 sampel (15,38%) asupan karbohidratnya lebih. Untuk sampel yang telah memiliki asupan karbohidrat yang baik tidak memerlukan modifikasi asupan karbohidrat, namun dipertahankan agar asupannya tidak berlebih atau berkurang. Untuk sampel yang memiliki asupan karbohidrat yang berlebih dan kurang diperlukan modifikasi asupan karbohidrat. Untuk sampel yang memiliki kekurangan karbohidrat, dapat diberikan makanan tambahan yang mengandung pati dan gula. Biji-bijian dan sayuran (jagung, pasta, nasi, kentang, roti) merupakan sumber pati. Gula alami ditemukan dalam buah-buahan dan jus. Sumber gula dapat ditambahkan dalam minuman ringan, permen, minuman buah, dan makanan penutup. Namun asupan gula yang ditambahkan tidak lebih dari 25% dari total kalori. Sedangkan untuk sampel yang mengalami kelebihan asupan karbohidrat, disarankan untuk mengurangi makanan sumber karbohidrat pada menu makanan.Recommended



Dietary Allowance



(RDA)



untuk



karbohidrat



ditetapkan sebesar 130 g / d untuk orang dewasa dan anak-anak (NAP, 2002/2005).



2)



Lemak Lemak dan minyak merupakan sumber energi tubuh dan merupakan



salah satu bentuk makanan yang mempunyai energi paling tinggi. Setiap gram lemak mengandung 9 kalori atau dua kali lipat lebih banyak bila dibandingkan dengan kabohidrat maupun protein dalam jumlah yang sama. Pada tubuh lemak disimpan dijaringan bawah kulit yang berperan untuk menstabilkan suhu tubuh. Disamping itu lemak dibawah kulit juga berfungsu sebagai bantalan organorgan tubuh sehingga terlidung dari gertaran yang terlalu keras (Hertog Nur Sanyoto, 1992) Untuk tingkat asupan lemak menunjukkan bahwa 5 sampel (19,23%) yang asupan lemaknya baik, 7 sampel (26,92%)asupan lemaknya kurang, dan 46



14 sampel (53,85%) asupan lemaknya lebih. Untuk sampel yang memiliki asupan lemak yang baik tidak diperlukan modifikasi asupan lemak, namun dipertahankan agar asupannya tidak berkurang atau berlebih. Sedangkan untuk sampel yang memiliki asupan yang berlebih dan kurang diperlukan modifikasi asupan lemak. Untuk meningkatkan asupan lemak, diperlukan tambahan makanan sumber lemak seperti mentega, margarin, minyak sayur, susu, lemak pada daging, unggas, dan ikan, kerang, beberapa produk tanaman seperti biji-bijian dan kacang-kacangan, dan produk roti.1 Sedangkan untuk menurunkan asupan lemak yang berlebih dilakukan pengurangan makanan sumber lemak seperti yang telah disebutkan sebelumnya dan juga mengurangi makanan yang digoreng.Acceptable Macronutrient Ranges Distribution (AMDR) untuk lemak dan karbohidrat diperkirakan 20 sampai 35 dan 45 sampai 65 persen dari total energi untuk orang dewasa (NAP, 2002/2005).



3)



Protein Protein dalam tubuh berfungsi sebagai zat pembangun dalam tubuh, zat



pengatur, dan sebagai sumber energi. Setiap gram protein mempunyai nilai energi 4 kalori (Hertog Nur Sanyoto, 1992). Tingkat asupan protein pada penelitian ini, hampir seluruh karyawan (88,46) asupan proteinnya kurang dan hanya 3 sampel (11,54%) yang asupan proteinnya lebih. Tidak ada sampel yang memiliki asupan protein yang baik. Maka, diperlukan modifikasi asupan protein pada sampel yang memiliki kekurangan dan kelebihan protein, terutama pada sampel yang kekurangan protein. Untuk sampel yang mengalami kekurangan asupan protein dibutuhkan tambahan makanan sumber protein hewani dan nabati. Protein hewani, seperti daging, unggas, ikan, telur, susu, keju, dan yogurt, menyediakan sembilan asam amino yang sangat diperlukan dalam jumlah cukup yang disebut protein lengkap. Protein nabati, seperti kacang-kacangan, biji-bijian, kacang-kacangan, biji-bijian, dan sayuran cenderung kekurangan satu atau lebih asam amino. Untuk asupan protein yang berlebih dapat mengurangi makanan yang 47



mengandung sumber protein. RDA untuk pria dan wanita adalah 0,8 g / kg berat badan / hari protein (NAP, 2002/2005).



2.10.4 Asupan Mikronutrient Pemenuhan zat gizi mikro bisa dipenuhi dengan mengonsumsi berbagai macam sumber makanan seperti sayuran dan buah-buahan. Untuk memenuhi kebutuhan kalsium bisa dengan konsumsi susu beserta hasil olahannya yang mengandung sekitar 1150 mg kalsium per liter. Sumber lain kalsium adalah sayuran berwarna hijau dan kacang-kacangan. Roti dan bijian, menyumbang asupan kalsium yang nyata karena konsumsi yang sering. Ikan dan makanan sumber laut mengandung kalsium lebih banyak dibanding daging sapi maupun ayam (Kartono Dj dan Soekatri M. 2004). Peranan utama kalsium adalah untuk pembentukan dan pemeliharaan tulang dan gigi, selain itu kalsium juga berperan dalam berbagai proses dalam tubuh. Kalsium berperan penting dalam proses pembekuan darah dan kontraksi otot. Fungsi vitamin C antara lain adalah sebagai antioksidan yang larut dalam air dan juga berperan dalam berbagai reaksi hidroksilasi yang dibutuhkan untuk sintesis kolagen, karnitin dan seronin. Dengan demikian vitamin C bermanfaat untuk meningkatkan aktivitas tubuh (Keith RE. 1994). Selain itu, fungsi vitamin C pada tubuh juga sebagai anti radang gusi (scurvy), antioksidan, pertahanan tubuh dan penyembuhan luka. Pemenuhan kebutuhan vitamin C bisa diperoleh dengan mengonsumsi buah dan sayuran segar (Setiawan B dan Rahayu S. 2004). Zat besi disimpan dalam hemoglobin (sel darah merah), zat besi membawa oksigen ke selsel tubuh dan membawa karbon dioksida keluar tubuh, mendukung fungsi otot, enzim, protein dan metabolisme energi. Kekurangan zat besi menyebabkan anemia, kelelahan, kelemahan, sakit kepala dan apatis. Untuk memenuhi kebutuhan zat besi bisa dengan cara mengonsumsi daging, unggas, ikan, kacangkacangan, brokoli, bayam, dan kangkung.



48



Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan Fosfor dapat diperoleh dengan mengonsumsi dari berbagai bahan pangan, seperti daging, unggas, ikan, telur, susu dan produk olahannya, kacang-kacangan, biji-bijian dan sayur-sayuran. Tujuan utama mengonsumsi fosfor adalah untuk menunjang pertumbuhan dan sebagai pengganti fosfor yang hilang dari tubuh. Vitamin A berperan dalam berbagai fungsi faali tubuh, seperti: penglihatan, diferensiasi sel, fungsi kekebalan, reproduksi, pencegahan kanker dan penyakit jantung (Almatsier. S 2004). Untuk pemenuhan kebutuhan vitamin A bisa diperoleh dengan mengonsumsi hati, kuning telur, susu, dan mentega. Zinc berperan penting dalam sintesis DNA dan RNA, produksi protein, insulin dan sperma, membantu dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein dan alkohol, berperan dalam mengeluarkan karbondioksida, mempercepat penyembuhan, pertumbuhan, perawatan jaringan tubuh, dan mendukung indera seperti penciuman dan perasa. Kekurangan zinc menyebabkan gangguan pertumbuhan, kehilangan nafsu makan, penyembuhan lambat, rambut rontok, libido seks rendah, kehilangan rasa dan bau dan kesulitan beradaptasi dengan cahaya malam. Pemenuhan kebutuhan zinc bisa diperoleh dengan mengonsumsi makanan berprotein tinggi seperti daging sapi, kambing, dan unggas, kerang, kepiting, lobster, kacang-kacangan dan biji-bijian. 2.10.5



Penyelenggaraan Makan di Tempat Kerja Penyelenggaraan makanan adalah rangkaian kegiatan mulai dari



perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen dalam rangka pencapaiana status yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat dan termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi bertujuan untuk mencapai status kesehatan yang optimal melalui pemberian makan yang tepat (Depkes, 2003) (Rahmawati, 2011) Untuk



sebuah



instansi



kantor



kepolisian,



lebih



baik



apabila



penyelenggaraan makan dilakukan oleh kantor. Dengan pengaturan menu dan jadwal yang sesuai dengan kebutuhan polisi yang memiliki aktivitas berat dan padat. 49



Dengan penyelenggaraan makan di tempat kerja diharapkan para pekerja mendapat asupan makan yang bervariasi. Selain itu jadwal pemberian makan yang teratur dapat mencegah pekerja meninggalkan salah satu makan besar (meal skipping). Lebih baik lagi apabila penyelenggaraan makan tersebut diawasi oleh ahli gizi. 2.10.6 a.



Lingkungan Kerja Dalam Ruangan Aktivitas di dalam ruangan Pasukan Kepolisian Sabhara tergolong sedikit.



Mereka di dalam ruangan hanya pada saat –saat tertentu. Aktivitas dalam ruang kebanyakan hanya digunakan untuk beristirahat. Tempat istirahat



sudah



disediakan oleh Kepolisian Sabhara yaitu dengan menyediakan srama bagi pasukan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, menurut responden asrama yang mereka diami pengap dan kurang bersih, karena asrama tersebut ditinggali sekitar 100 pasukan dan sirkulasi udara hanya mengandalkan jendela dan kipas angin. Untuk kebersihan dalam asrama menurut responden kurang terjaga, karena banyak tikus dan kecoa yang menganggu. Asrama merupakan bangunan atau ruangan yang digunakan untuk tidur sekelompok orang yang disediakan untuk pekerja di bawah hunian bersama dan pengelolaan tunggal, dengan atau tanpa makanan, tetapi tanpa fasilitas memasak (Singapore Civil Defence Force, 2010). Ukuran tempat tidur untuk masing-masing individu juga harus diatur agar tidak berdesak-desakan. Setiap tempat tidur diatur tidak melebihi 120 m2 (Singapore Civil Defence Force, 2010). Untuk meningkatkan kondisi tempat tinggal pekerja, semua asrama harus menyediakan ruang gerak untuk pekerja minimal 4,5 m2 dari luas kotor lantai (Han Yong Hoe, 2012). Sanitasi dalam asrama juga harus diperhatikan. Fasilitas sanitasi yang harus diberikan dalam asrama setiap 15 pekerja atau kurang seperti (Anonim, 2010): -



1 water cliset



-



1 urinal



-



1 tempat pencuci tangan/wastafel 50



-



1 kamar mandi



b.



Luar Ruangan Responden pasukan Kepolisian Sabhara



Semarang lebih banyak



melakukan aktivitas di outdoor daripada di indoor. Pekerjaan yang dilakukan di outdoor seperti penjagaan massa demonstrasi/kampanye, penjagaan bank, pengamanan bentrokan antar warga, latihan rutin ( latihan DALMAS, bela diri, baris berbaris) dan berolahraga di lapangan (futsal dan voli). Bekerja di luar ruangan memiliki risiko seperti kepanasan, mendengar suara bising dan polusi. Khusus untuk Kepolisian Sabhara kebisingan yang terdengar bersumber dari suara kendaraan bermotor/lalu lintas kendaraan dan suara massa saat berdemostrasi.



Menurut



Keputusan



Menteri



Negara



Lingkungan



Hidup



Kep-



48/MENLH/11/1996, yang dimaksud dengan kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Wardika Ketut et al., 2012). Kebisingan yang ditimbulkan dari kendaraan bermotor merupakan jenis kebisingan yang disebut dengan kebisingan semi kontinyu (intermitten), yaitu kebisingan kontinyu yang hanya sekejap, kemudian hilang dan mungkin akan datang lagi. Intensitas kebisingan lalu lintas sekitar 80 db. Untuk melindungi pekerjaa agar tidak terkena gangguan-gangguan yang membahayakan pekerja harus diberlakukan waktu maksimum yang diperbolehkan untuk bekerja dalam kebisingan tersebut 16 jam per hari (Buchari, 2007).



51



Gambar .4. Intensitas suara lalu lintas



Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian, atau ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan audiotory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non audiotory seperti komunikasi terganggu, bahaya keselamtan, menurunnya perfomance kerja, kelelahan dan stres. Gangguan fisiologis dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan, nadi, basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama bagian kaki, yang dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensori. Gangguan psikologis berupa rasa tidak nyaman, konsentrasi menurun, susah tidur dan emosi (Buchari, 2007). Kepolisian Sabhara yang melakukan pekerjaan di luar ruangan juga mengalami gangguan panas dari sinar matahari. Serangan hawa panas dapat mengakibatkan beberapa gejala umum seperti kehausan, kelelahan, mual dan skit kepala, kulit lembab dan pucat, serta lemah dan detak nadi cepat, bahkan 52



bisa terjadi kekejangan otot. Untuk mencegah gejala-gejala yang timbul akibat terkena paparan sinar matahari dapat dilakukan dengan membuat pengaturan kerja bagi para pekerja untuk istirahat di tempat yang sejuk atau daerah teduh selama periode waktu panas dan menyediakan air minum botol dingin untuk para pekerja setiap waktu selama kerja. Pasukan Kepolisian Sabhara dianjurkan untuk minum air secukupnya atau minuman lain yang yang layak untuk menambah cairan dan elektrolit yang hilang dari tubuh karena keringat.



2.10.7



Faktor Psikologi Untuk mendapatkan hubungan kerja yang baik tentunya semua pihak



harus mampu memenuhi dan memberikan hal-hal yang menjadi keinginan dan harapan dari pihak lainnya. Dalam artian sama-sama saling tahu dan mengerti kemampuan dari masing-masing pihak. Hubungan yang baik tidak akan tercipta apabila satu pihak hanya mau dimengerti dan tidak mau mengerti pihak lainnya. Inilah yang penting untuk diciptakan dan diwujudkan dalam lingkungan kerja. Inilah juga yang menjadi dasar hubungan sosial dimanapun seseorang berada, tidak hanya di lingkungan kepolisian saja. Atasan sebaiknya memberikan teladan yang baik kepada bawahan. Bawahan akan mendapat contoh bagaimana kerja yang serius yang akan memberi kemajuan. Bawahan akan sangat senang apabila seorang atasan dapat diajak bicara, mau mendengarkan, dan mau mengerti mereka. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengatasi konflik antara atasan dan bawahan (Hendriks dan William. 2001) : 1.



Menciptakan sistem dan pelaksanaan komunikasi yang efektif.



2.



Mencegah konflik yang destruktif sebelum terjadi.



3.



Menetapkan peraturan dan prosedur yang baku terutama yang menyangkut hak bawahan.



4.



Atasan mempunyai peranan penting dalam menyelesaikan konflik yang muncul.



5.



Menciptakan iklim dan suasana kerja yang harmonis. 53



6.



Membentuk team work dan kerja-sama yang baik antar kelompok/unit kerja.



7.



Semua pihak hendaknya sadar bahwa semua unit/eselon merupakan mata rantai organisasi yang saling mendukung, jangan ada yang merasa paling hebat.



8.



Membina dan mengembangkan rasa solidaritas, toleransi, dan saling pengertian antar unit/departemen.



2.10.8



Penyelesaian Masalah Beberapa Kasus kelebihan asupan lemak dan Obesitas Sumber peneliti mengatakan bahwa, penurunan massa lemak visceral



mempunyai hubungan yang signifikan dengan penurunan resiko terhadap penyakit jantung koroner dan NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Perubahan keseimbangan kalori dengan pembatasan masukan kalori dan peningkatan penggunaan energi dengan peningkatan aktivitas fisik telah menunjukkan penurunan dari massa lemak visceral. Namun demikian dengan pembatasan masukan kalori saja juga akan memperoleh penurunan yang signifikan pada massa lemak visceral dan massa lemak subkutan. Akan tetapi pembatasan masukan kalori saja akan mempunyai dampak negatif dengan berkurangnya massa otot. Sehingga untuk tujuan penurunan lemak badan total lebih baik digunakan dua cara yaitu meningkatkan aktivitas fisik yang diiringi dengan pembatasan masukan kalori (Abe, T et al., 1997). Banyak program-program latihan fisik yang ditawarkan, namun sesuai dengan tujuannya yaitu menurunkan lemak badan total maka program latihan yang paling tepat adalah latihan yang bersifat aerobik dengan intensitas rendah sampai sedang. Untuk menilai tingkat keberhasilan latihan yang telah dilakukan perlu dilakukan monitoring sebelum, selama, dan setelah latihan dengan mengukur berat badan, dan proporsi masing-masing komponen badan seperti lingkar pinggang, lingkar pinggul, hingga persen lemak tubuh.



54



Contoh Menu waktu makan sarapan



Selingan 1



makan siang



jenis makanan



bahan makanan



URT



BBD (gr)



nasi



nasi putih



2,5 ctg



omelet telur



telur



1 btr



60



sup bayam wortel



tomat



1/2 bh



20



daging sapi



1 ptg kcl



30



bayam



2 sdm



30



wortel



2 sdm



30



minyak



2 sdm



10



tempe goreng bawang (2)



tempe



2 ptg sdg



10



susu putih hangat



susu skim



1 sdm



20



melon



melon



1 ptg sdg



80



kentang kukus keju



kentang



1 ptg bsr



100



es teh



keju



1 ptg kcl



50



gula pasir



1 sdm



10



nasi



nasi



2,5 ctg



250



ayam bumbu rujak



ayam



1 ptg sdg



80



kacang tanah



1 sdm



20



gula jawa



1 sdm



20



krupuk



tepung



1 sdm



10



tahu bakso



tahu



2 ptg sdg



80



daging giling



1 sdm



20



pisang ambon



1 bh sdg



pisang ambon



250



100



55



es jeruk



jeruk



1 bh sdg



80



gula pasir



1 sdm



10



wortel



1 sdm



15



brokoli



1 sdm



15



kol



1 sdm



15



telur



1/4 btr



15



roti krispi



roti krispi



1 bks



100



susu sapi manis



susu sapi



1 gls



100



gula



1 sdm



10



nasi



nasi



2 ctg



200



sambal tomat



tomat



1 bh sdg



50



lalapan



kubis



2 sdm



20



mentimun



1/5 bh



40



krupuk udang



tepung



2 sdm



20



jus apel



apel



1/4 bh



40



gula



1 sdm



10



ayam



1 ptg sdg



80



orak arik



selingan 2



makan malam



ayam goreng



jenis kebutuhan Energi



Protein



waktu makan sarapan makan siang makan malam selingan jumlah sarapan makan siang makan malam



besar dalam satuan



besar kebutuhan sesungguhnya 683 913,5 413,8 644



2652,3



2613,361 38,88 36,5 26



tingkat kecukupan (%) 25,75 34,44 15,6 24,21 100 30,69 28,82 20,52 56



Karbohidrat



Lemak



selingan jumlah sarapan makan siang makan malam selingan jumlah sarapan makan siang makan malam selingan jumlah



25,3 126,68 65,1 119,9 80,7 102,4 368,1 15,7 23,3 6,9 11,3 57,2



131



393



58



19,97 100 17,65 32,6 21,92 27,83 100 27,44 40,74 12,06 19,76 100



57



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.1.1 Gambaran lingkungan kerja Lingkungan kerja kepolisian Sabhara tidak hanya di kantor dinas tapi juga di lapangan. Secara keseluruhan kondisi lingkungan kerja kantor sabhara tergolong baik. Namun keadaan lingkungan kerja lapangan polisi sabhara bisa dikatakan kurang baik. 4.1.2 Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), status gizi anggota polisi sabhara sebagian besar adalah normal. Namun, juga terdapat beberapa anggota polisi sabhara yang status gizinya overweight dan obesitas tingkat I. Akan tetapi penentuan status gizi berdasarkan IMT ini kurang valid dikarenakan komposisi tubuh anggota polisi lebih dominan massa ototnya. 4.1.3 Tingkat Asupan Gizi Tingkat asupan gizi sebagian besar anggota kepolisian sabhara tergolong kurang memenuhi kebutuhan energy, kebutuhan makronutrien dan mikronutrient. 4.1.4 Beban Kerja Berdasarkan hasil perhitungan, beban kerja rata-rata anggota kepolisian sabhara tergolong kategori sedang. 4.1.5 Penyelenggaraan makan Pihak kantor kepolisian sabhara belum mengadakan penyelenggaraan makan. Sebagai gantinya, anggota kepolisian sabhara diberi tunjangan makan sebesar Rp 45.000,00/hari.



4.2 Saran 4.2.1 Lebih baik pihak kantor kepolisian Sabhara memberikan fasilitas penyelenggaraan makan kepada para anggota kepolisian yang bekerja di sana. Sehingga kebiasaan meal skipping dapat terhindari dan asupan makanan dapat lebih bervariasi. 58



4.2.2 Memberikan edukasi bahwa dengan aktivitas fisik yang demikian, harus diimbangi dengan asupan makan yang cukup dan bervariasi serta konsumsi cairan yang cukup.



59



Daftar Pustaka Abe, T., Kawakami, Y., Fukunaga, T. (1997). Relationship between training frequency and subcutaneus and visceral fat in women. Med. Sci. Sports Exerc. Vol. 29. Almatsier. S 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Anonim. Environmental Health Guidelines for Dormintories. Agustus 2010



Arief LM. Lingkungan Kerja Faktor Kimia dan Biologi. Jakarta : Universitas Esa Unggul.



Buchari. Kebisingan Industri dan Hearing Consevation Program. 2007



Clap AJ, Bishop PA, Smith JF, Lloyd LK, Wright KE. A Review of Fluid Replacement for Workers in Hot Jobs. AIHA Journal. 2002; 63: 190-198.



Dariyo A. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda : Jakarta : Grasindo. Depkes RI. 1996. 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta; Direktorat Jenderal Binkesmas. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Dietary Reference Intakes for Energy, Carbohydrate. Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein, and Amino Acids (2002/2005). Available from: www.nap.edu Dr. Linda T. Maas, MPH. Masalah gizi dalam kaitannya dengan Ketahanan fisik dan produktifitas kerja. 2003. [Internet] [Cited



2013 April 8]. Available From :



http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3774/1/fkm-linda.pdf



Ellis Endang Nikmawati. PENDIDIKAN GIZI MENUJU INDONESIA SEHAT SALAH SATU ALTERNATIF DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM BIDANG BOGA. [Internet]



[Cited



2013



April



8].



Available



From



:



http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/196303 11199001260



ELIS_ENDANG_NIKMAWATI/PENDIDIKAN_GIZI__MENUJU_INDONESIA_SEHAT_ _SALAH_SATU_OK.pdf Grandjean, E., 1993. Fatique Dalam : Parmeggiani, L.ed Encyclopedia of Occupational Health and Safety, Third (Revised) edt. International Labour Organization, Ganeva. H



Yo g Hoe.



Februari



2012.



evised A e i y P ovisio Guide i es fo Wo e s’ Do [Internet][cited



8



April



2014].



i o ies.



Available



From



. :



http://www.ura.gov.sg/uol/circulars/2012/feb/dc12-02.aspx Hendrayati, Sitti Sahariah Rowa, Hj. Sumarny Mappeboki. Gambaran Asupan Zat Gizi, Status Gizi Dan Produktivitas Karyawan Cv. Sinar Matahari Sejahtera Di Kota Makassar. Media Gizi Pangan, Vol. VII, Edisi 1, Januari – Juni 2009.



Hendriks, William. 2001. Bagaimana Mengelola Konflik. Jakarta: Bumi Aksara. Hertog Nur Sanyoto, 1992. Ilmu Gizi, Zat Gizi Utama. Jakarta : Golden Terayon Press Kartasapoetra. G, dkk. 2005. Ilmu GIzi Korelasi Gizi, Kesehatan dan Produktivitas Kerja. Jakarta; Penerbit Rineka Cipta. Kartono Dj, Soekatri M. 2004. Angka Kecukupan Mineral : Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi, Yodium, Seng, Selenium, Mangan, Flour. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, Jakarta Keith RE. 1994. Vitamins and Physical Activity. In Nutrition in Exercise and Sport. Second Ed.Wolinsky I. and Hickson Jr JF. (Eds). CRC Press, London. Nestle Nutrition Institute. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. Cited: 08 April 2014. Available



from:



http://www.nestlenutrition-



institute.org/country/id/resources/Library/Free/NutrisiOlahraga/sport2/Documents/Menjaga%20Keseimbangan%20Cairan%20dan%20Elektrolit.pd f



61



Part



14,



Subpart



14-1



Food



Service



Establishments.



https://www.health.ny.gov/regulations/nycrr/title_10/part_14/subpart_14-1.htm#s20.



Access: Cited:



07 April 2014 Puji Yanti Fauziah. Pendidikan Luar Sekolah Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Dalam Era Globalisasi. 2005. Bandung. [Internet] [Cited 2013 April 8]. Available From : http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/B.SDM%20dalam%20era%20globalisasi.pdf



Robert W. Kenefick, Michael N. Sawka. Review: Hydration at The Work Site. Journal of The American College of Nutrition. 2007; 26(5): 597s–603s Sediaoetama, AD. 2000. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta; Dian Rakyat. Setiawan B, Rahayu S. 2004. Angka Kecukupan Gizi Vitamin Larut Air. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, Jakarta. Singapore Civil Defence Force. Building Professionals. 2010. 4 Agustus 2010. [cited 8 April 2014].



Tersedia



di:



http://www.scdf.gov.sg/content/scdf_internet/en/building-



professionals/publications_and_circulars/fire_code_2007master_version.html



The Beverage Institute for Health & Wellness (BIHW). Memantau Status Hidrasi dan Mengenali



Dehidrasi.



Citied:



08



April



2014.



Available



from:



http://beverageinstitute.org/indonesia/article/monitoring-hydration-status-andrecognizing-dehydration/. Undang-undang Ketenagakerjaan Indonesia; Major Labour Laws of Indonesia. 2014. Jakarta, Kantor Perburuhan Internasional. [Internet] [Cited 2013 April 8]. Available From : http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilojakarta/documents/publication/wcms_120125.pdf



Wardika Ketut, I Gusti Putu Suparsa dan D.M Priyantha W. Analisis Kebisingan Lalu Lintas pada Ruas Jalan Arteri (Studi Kasus Jalan Prof. Dr. IB. Mantra pada Km 15 s/d 16). Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil XV 1-8 62



Wijayanti R, 2007. Materi Kuliah Gizi Kerja. Surakarta : Program DIII Hiperkes dan Klamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS



63