Makalah Hijrah Madinah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR



Sembah sujud penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena anugerah dan rahmatNya jualah sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin, yang mana telah memakan waktu dan pengorbanan yang tak ternilai dari semua pihak yang memberikan bantuannya, yang secara langsung merupakan suatu dorongan yang positif bagi penulis ketika menghadapi hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan materi untuk menyusun makalah ini. Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian materinya maupun dari segi bahasanya. Karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif senantiasa penulis harapkan demi untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.



Jeunieb, 04 Septemb18 Penyusun



Kelompok 4



DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah perkembangan umat Islam, hijrah memiliki pengertian perpindahan Rasul bersama para sahabat ke Madinah, yang terjadi pada hari senin bulan Rabiul Awal pada tahun ketiga belas kenabian. Setelah terjadinya peristiwa Baiat Aqobah kedua, dan Islam memancangkan tonggak negara ditengah padang pasir yang bergelombang kekufuran dan kebodohan, dan ini merupakan hasil paling besar yang diperoleh Islam semenjak dakwah dimulai, maka Rasulullah saw. dan orang-orang muslim di perkenankan untuk hijrah ke negara tersebut. Hijrahnya mereka bukan semata-mata untuk menjauhkan diri dari gangguan dan ejekan kaum Musyrikin Quraisy, tetapi sekaligus merupakan usaha bersama untuk mendirikan sebuah masyarakat baru di daerah yang aman. Rasulullah hijrah dari makah ke Madinah bukan tanpa alasan, ada beberapa latar belakang hijrah itu dilakukan oleh nabi. Prof. DR. Abu Su’ud dalam bukunya yang berjudul “Islamologi” menyebutkan tiga faktor yang melatar belakangi hijrah. Pertama, tawaran dan undangan kepada nabi untuk berhijrah ke Madinah, yang selanjutnya dapat dianggap sebagai pusat penyiaran Islam di Arab. Faktor ini bisa di analogikan sebagai faktor daya tarik (pull factor). Kedua, situasi keamanan Mekah tidak menguntungkan bagi kaum muslimin, karena makin besarnya tekanan kaum Quraisy serta efisiennya boikot mereka terhadap kaum muslimin. Inilah faktor pendorong (push factor) bagi terjadinya hijrah. Ketiga, turunnya wahyu untuk melakukan hijrah dan ini adalah factor yang paling menentukan (determinant factor).



Dalam melakukan hijrah kaum muslimin ada yang berangkat dalam bentuk rombongan dan ada pula yang berangkat secara perorangan, hingga Mekah hampir kosong dari orang-orang yang memeluk agama Islam. Demikianlah secara berangsur-angsur kaum muslim melakukan hijrah ke Madinah sehingga tidak ada yang tertinggal di makah kecuali Rasulullah saw., Abu Bakar ra., Ali ra., orang-orang yang di tahan, orang-orang sakit dan orang-orang yang tidak mampu keluar. Setelah orang-orang musyrik mengetahui para sahabat rasulullaah saw. Meninggalkan Mekah sulit digambarkan bagaimana kekhuwatiran dan kegundahan yang menghantui mereka. Oleh karna itu mereka berusaha mencari sarana yang paling efektif untuk menyingkirkan bahaya ini, yang sumbernya Uadalah pembawa bendera dakwah Islam. Yang tidak lain adalah Muhammad. Akhirnya mereka berkumpul di Darun Nadwah untuk mengambil keputusan tegas mengenai persoalan itu. Dan mereka pun mensetujui pendapat yang dikemukakan Abu Jahal sebagai berikut: “menurutku, setiap suku harus memilih para pemudannya yang kuat dan perkasa. Mereka semua harus membunuh Muhammad secara serentak. Dengan cara ini Bani Hasyim tidak akan mampu membalas dendam, karena semua suku ikut terlibat. Jika Bani Hasyim meminta ganti rugi, kita akan sanggup membayarnya barsama-sama. Malam itu, Nabi menrima wahyu untuk berhijrah. Tentang taktik pelaksanaan hijrah, dikatakan pada Ali agar dia mau tidur di tempat tidur nabi untuk mengecoh orang-orang Quraisy yang memburunya. Mereka merasa yakin akan dapat membunuh nabi. Ketika menyaksikan Nabi Muhammad masih tergolek di tempat tidur. Sama sekali mereka tidak mengira bahwa yang berbaring itu Ali. Nabi sendiri bersama Abu bakar diam-diam telah menyelinap keluar pada suatu saat dimalam hari yang hening.



Malam itu juga Nabi beserta Abu Bakar bergegas ke gua Tsur. Disana mereka bersembunyi selama tiga hari tiga malam tanpa di ketahui musuh. Namun akhirnya, kepergian itupun di ketahui dan mereka menyusul ke gua Tsur. Aneh sekali, konon para pemburu Nabi meragukan dugaan semula bahwa di dalam gua itu bersembunyi Nabi Muhammad, karna dua alasan. Pertama, pintu gua penuh dengan jaring laba-laba yang sama sekali tidak terusik dan tidak rusak. Kedua, karena di pintu gua itu pula terdapat sarang tempat sejoli merpati sedang mengerami telur mereka. Pada hari ke empat rombongan kecil itu menuju Yatrsib dengan menyisir pantai laut merah dan mereka sampai di Quba’ 5 km arah selatan Yatsrib, tepat pada hari senin, 12 Rabiul Awal.



B. Rumusan Masalah 1. Apasaja faktor-faktor yang menyebabkan Rasulullah Hijrah Ke Madinah ? 2. Bagaimanakah subtansi dan strategi da’wah Rasulullah Periode Madinah? 3. Bagaimanakah Kebijakan pemerintahan Rasullulah SAW padia periode Islam di Madinah?



C. Tujuan Penulisan Adapun Tujuan dsari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, selain itu untuk menabah wawasan dan pengetahuan penulis serta pembaca tentang bagaimana sejarah Hijrah dan Da’wahnya Nabi Muhammad SAW Periode Madinah.



BAB II PEMBAHASAN A. Faktor – Faktor Penyebab Rasulluah SAW Hijrah ke Madinah



Setalah Turun Ayat 94 Al-Hijr yang artinya : “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”



B. Subtansi dan Strategi dakwah Rasulullah Periode pada Madinah Setelah Nabi hijrah ke Madinah, kota tersebut dijadikan pusat jamaah kaum muslimin, dan selanjutnya menjadi ibukota Negara islam yang segera didirikan oleh Nabi, dengan dirubah namanya Madinah, yang semula bernama Yastrib. a.



Pembinaan Masjid



Masjid merupakan institusi dakwah pertama yang dibina oleh Rasulullah SAW. setibanya baginda di Madinah. Ia menjadi nadi pergerakan Islam yang menghubungkan manusia dengan Penciptanya serta manusia sesama manusia. Masjid menjadi lambang akidah umat Islam atas keyakinan tauhid mereka kepada Allah SWT. Pembinaan masjid dimulakan dengan membersihkan persekitaran kawasan yang dikenali sebagai ‘mirbad’ dan meratakannya sebelum menggali lubang untuk diletakkan batu-batu sebagai asas binaan. Malah, Rasulullah SAW. sendiri yang meletakkan batu-batu tersebut. Batu-batu itu kemudiannya disemen dengan tanah liat sehingga menjadi binaan konkrit. b.



Mengukuhkan Persaudaraan



Rasulullah SAW mempersadarakan kaum Muhajirin dan Ansar. Jalinan ini diasaskan kepada kesatuan cinta kepada Allah serta pegangan akidah tauhid yang sama. Persaudaraan ini membuktikan kekuatan kaum muslimin melalui pengorbanan yang besar sesama mereka tanpa membeda – bedakan pangkat, bangsa dan harta. Selain itu, ia turut memadamkan api persengketaan di kalangan suku kaum Aus dan Khajraz. Sebagai contoh, Abu bakar dipersaudarakan dengan Harisah bin Zaid, Jafar bin Abi Thalib dipersaudarakan dengan Mu’az bin Jabal, dan Umar bin Khattab dipersaudarakan dengan Itbah bin Malik. Begitu seterusnya sehingga tiap – tipa orang dari kaum Ansar dipersaudarakan dengan kaum Muhajirin. c.



Pembentukan Piagam Madinah Madinah sebagai sebuah Negara yang menghimpunkan masyarakat Islam dan



Yahudi daripada pelbagai bangsa memerlukan kepada satu perlembagaan khusus yang menjaga kepentingan semua pihak. Rasulullah SAW. telah menyediakan sebuah piagam yang dikenali sebagai Piagam Madinah untuk membentuk sebuah masyarakat di bawah naungan Islam. Piagam ini mengandungi 32 pasal yang menyentuh segenap aspek kehidupan termasuk akidah, akhlak, kebajikan, undang-undang, kemasyarakatan, ekonomi dan lain-lain. Di dalamnya juga terkandung aspek khusus yang mesti dipatuhi oleh kaum Muslimin seperti tidak mensyirikkan Allah, tolong-menolong sesama mukmin, bertaqwa dan lain-lain. Selain itu, bagi kaum bukan Islam, mereka mesti berkelakuan baik kepada kaum islam di Madinah. Piagam ini harus dipatuhi oleh semua penduduk Madinah Islam atau bukan Islam. Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam yang adil, membangun serta disegani oleh musuh-musuh Islam.



d.



Strategi Ketenteraan Peperangan merupakan strategi dakwah Rasulullah di Madinah untuk



melebarkan perjuangan Islam ke seluruh pelosok dunia. Strategi ketenteraan Rasulullah s.a.w digeruni oleh pihak lawan khususnya pihak musyrikin di Mekah dan Negara-negara lain. Antara tindakan strategik baginda menghadapi peperangan ialah persiapan sebelum berlakunya peperangan seperti pengitipan dan maklumat musuh. Ini berlaku dalam perang Badar, Rasulullah SAW. telah mengutuskan pasukan berani mati seperti Ali bin Abi Talib, Saad Ibnu Waqqash dan Zubair Ibn Awwam untuk bersiap-sedia menghadapi perang. Rasulullah SAW. turut membacakan ayat-ayat al-Quran untuk menggerunkan hati musuh serta menguatkan jiwa kaum Muslimin. Antara firman Allah Taala bermaksud: “Dan ingatlah ketika Allah menjajikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan yang kamu hadapi adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayatNya dan memusnahkan orang-orang kafir.” (Surah al-Anfal: 7) Rasulullah SAW. turut mengambil pandangan dari para sahabat dalam menyusun strategi peperangan. Dalam perang Khandak, Rasulullah SAW. setuju dengan pandangan Salman al-Farisi yang berketurunan Parsi berkenaan pembinaan benteng. Strategi ini membantu pasukan tentera Islam berjaya dalam semua peperangan dengan pihak musuh. e.



Hubungan Luar Hubungan luar merupakan orientasi penting bagai melebarkan sayap dakwah.



Ini terbukti melalui tindakan Rasulullah SAW. menghantar para dutanya ke negaranegara luar untuk menjalin hubungan baik berteraskan dakwah tauhid kepada Allah.



Negara-negara itu termasuk Mesir, Iraq, Parsi dan Cina. Sejarah turut merekamkan bahwa Saad Ibn Waqqas pernah berdakwah ke negeri Cina sekitar tahun 600 hijrah. Sejak itu, Islam bertebaran di negeri Cina hingga saat ini. para sahabat yang pernah menjadi duta Rasulullah ialah Dukyah Kalibi kepada kaisar Rom, Abdullah bin Huzaifah kepada kaisar Hurmuz, Raja Parsi, Jaafar bin Abu Talib kepada Raja Habsyah. Memelihara dan mempertahankan masyarakat islam dalam upaya menciptakan suasana tentram dan aman agar masyarakat muslim yang di bina itu dapat terpelihara dan bertahan. Rasulullah SAW membuat perjanjian persahabatan perdamaian dengan kaum Yahudi yang berdiam di kota Madinah dan sekitarnya. Tindakan ini belum pernah dilakukan oleh nabi dan rasul sebelumnya. Isi perjanjiannya sebagai berikut : a)



Kebebasan beragama bagi semua golongan dan masing-masing golongan mempunyai wewenang penuh terhadap anggits golongannya.



b)



Semua lapisan, baik muslim maupun Yahudi harus tolong menolong dan saling mebantu untuk melawan siapa saja yang memerangi mereka. Semua wajib mempertahankan kota bila ada serangan dari luar



c)



Kota Madinah adalah ota suci yang wajib dihormati oleh mereka yang terikat dengan perjanjian itu. Apabila terjadi perselisihan antara muslim dan Yahudi, maka urusan itu diserahkan kepada Allah SWT dan rasul(Al Qur’an dan sunah).



d)



Mengakui dan mentaati kesatuan pimpinan untuk kota Madinah yang disetujui dipegang oleh Nabi Muhammad SAW.



C. Perkembangan Islam Madinah Setelah sampai di Madinah, babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Nabi Muhammad tidak hanya menjadi kepala agama tetapi juga sebagai kepala negara. Dalam rangka memperkokoh Islam disana, beliau segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat, sebagai berikut: Pembangunan mesjid sebagai tempat salat, bermusyawarah, sebagai pusat pemerintahan, dan juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum Muslimin, contohnya Masjid Nabawi[8]. Ukhuwah Islamiyyah. Nabi mempersaudarakan antara golongan Muhajirin dan golongan Anshar untuk melenyapkan rasa asing pada diri sahabat Muhajirin di kota Madinah, membangun rasa persaudaraan, serta agar mereka saling tolongmenolong. Hubungan persahabatan dengan golongan Yahudi Madinah yang terdiri dari Bani Quraizhah, Bani Nadhir, dan Bani Qainuqa. Nabi Muhammad mengadakan perjanjian, yang berisi. Janganlah kaum Yahudi mendengki kaum Muslimin dan sebaliknya janganlah kaum Muslimin mendengki mereka. Hendaknya kaum Yahudi dan kaum Muslimin hidup bersama-sama sebagai suatu bangsa. Kaum Yahudi dan kaum Muslimin masing-masing merdeka mengerjakan agamanya dan masing-masing janganlah saling mengganggu. Jikalau kaum Yahudi diserang oleh musuh dari luar, kaum Muslimin wajib membantu mereka, begitupula sebaliknya. Jikalau kota Madinah diserang oleh musuh dari luar, kaum Yahudi dan Muslimin harus mempertahankannya besama-sama.



Perkembangan Islam yang terjadi di Madinah membuat orang-orang Mekah dan musuh-musuh Islam lainnya menjadi risau. Untuk menghadapi kemungkinankemungkinan gangguan dari musuh, Nabi mengatur siasat dan membentuk pasukan tentara. Umat Islam diizinkan untuk berperang dengan dua alasan yaitu[11]: untuk mempertahankan diri dari musuh serta menjaga keselamatan umat dan penyebaran Islam. Adapun peperangan yang terjadi diantaranya yaitu:



a) Perang Badar Terjadi pada 8 Ramadhan tahun kedua H di daerah Badar, kurang lebih 120 Km dari Madinah. Nabi bersama 305 orang muslim melawan pasukan Quraisy yang berjumlah sekitar 900 sampai 1000 orang. Dalam perang ini kaum Muslimin keluar sebagai pemenang meskipun jumlahnya jauh lebih sedikit dibanding dengan tentara Quraisy.



b) Perang Uhud Untuk membalas kekalahan mereka dalam perang badar, pada tahun 3 H Kaum kafir Quraisy berangkat ke Madinah dengan membawa 3000 pasukan berkendara unta, 200 pasukan berkuda dibawah pimpinan Khalid Bin Walid, 700 orang diantara mereka memakai baju besi. Nabi Muhammad menyongsong mereka dengan 1000 orang pasukan. Namun, baru saja melewati batas kota, Abdullah bin Ubay dengan 300 orang Yahudi membelot dan kembali ke Madinah. Meskipun demikian, dengan 700 pasukan yang tertinggal Nabi tetap melanjutkan perjalanan[12]. Kemudian beliau mengatur barisan perang kaum muslimin dan menempatkan 50 orang pemanah dilereng bukit uhud yang diketuai oleh Abdullah bi Jubair. Beliau berpesan padanya untuk tidak meninggalkan bukit tersebut baik tentara Islam menang ataupun kalah



Pada awalnya pasukan Islam berhasil memukul mundur tentara musuh. Namun, kemenangan itu gagal karena prajurit Islam, termasuk didalamnya 40 anggota pemanah tergoda untuk memunguti harta rampasan milik musuh. Kelengahan kaum Muslimin ini dimanfaatkan dengan baik oleh musuh. Pasukan Khalid bin walid menyerang pasukan Muslimin dari belakang, melumpuhkan kesepuluh pemanah Muslimin yang masih berada dibukit, dan mengambil alih tempat strategis tersebut. Kemudian pasukan Quraisy yang tadinya melarikan kembali berbalik menyerang pasukan Islam menjadikannya porak poranda.



Dalam kondisi genting tersebut Nabi dilindungi oleh 30 orang sahabat yang terus melawan musuh dan menggunakan tubuh mereka sebagai tameng untuk melindungi Nabi. Pasukan Islam yang masih bertahan terus berjuang dengan gigih sehingga lambat laun pasukan Muslim menjadi teratur kembali. Melihat kekuatan pasukan Muslimin yang mulai dapat mengimbangi lagi kekuatan pasukan Musyrikin, akhirnya pemimpin mereka memerintahkan pasukannya untuk mundur dan kembali ke negeri mereka dengan tanpa membawa tawanan ataupun ghonimah dari pasukan Muslim. Oleh karena itu mereka tidak dapat dikatakan menang perang[14]. Tujuh puluh pahlawan Islam gugur dalam perang ini. Para sahabat lain dan Nabi sendiri menderita luka yang parah. Abdullah bin Ubay dan Bani Nadhir yang telah berkomolot untuk mengkhianati Nabi diusir dari Madinah. Kebanyakan dari mereka mengungsi ke Khaibar



c) Perang Khandak Golongan Yahudi yang telah diusir oleh Nabi bersekongkol dengan kaum Quraisy guna menyerang Madinah. Mereka membentuk pasukan gabungan yang terdiri dari



24.000 orang dan berangkat ke Madinah pada tahun 5 H. Atas usul Salman al-Farisi, Nabi memerintahkan umat Islam untuk menggali parit guna menghalangi musuh. Karena tidak bisa memasuki Madinah, mereka mengepung kaum Muslimin dengan mendirikan kemah-kemah diluar parit hampir sebulan lamanya. Setelah itu Allah SWT menurunkan pertolongan berupa angin dan badai kencang yang menghantam dan menerbangkan perkemahan dan seluruh perlengkapan tentara sekutu. Akhirnya, mereka kembali ke negeri masing-masing tanpa hasil apapun.



d) Perjanjian Hudaibiyah Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyari’atkan, Nabi memimpin sekitar seribu kaum Muslimin ke Mekah untuk melakukan ibadah umrah. Mereka berangkat dengan mengenakan pakaian ihram tanpa membawa senjata apapun. Sebelum tiba di Mekah, mereka berkemah di Hudaibiyah, beberapa kilometer dari Mekah. Namun, kaum Quraisy tidak mengizinkan mereka memasuki Mekah, sehingga diadakanlah perjanjian Hudaibiyah yang isinya antara lain Kaum Muslimin belum boleh mengunjungi Mekah tahun ini tetapi ditangguhkan sampai tahun depan. Lama kunjungan dibatasi hanya 3 hari saja. Kaum Muslimin wajib mengembalikan orang-orang Mekah yang melarikan diri ke Madinah, sedang sebaliknya pihak Quraisy tidak harus menolak orang-orang Madinah yang kembali ke Mekah. Selama sepuluh tahun diadakan gencatan senjata antara masyarakat Madinah dan Mekah. Tiap kabilah yang ingin masuk kedalam persekutuan kaum Quraisy atau kaum Muslimin bebas melakukannya tanpa mendapat rintangan.



Meski secara sekilas perjanjian ini merugikan umat Islam, namun sebaliknya perjanjian ini merupakan kemenangan diplomatik yang besar bagi umat Islam. Gencatan senjata dengan kaum Quraisy telah memberi kesempatan pada Nabi untuk memperkokoh dan menyebrkan Islam ke berbagai negeri. Nabi mengirim utusan dan surat pada kepala-kepala negara seperti raja yang ada di Ghassan, Mesir, Abesinia, Persia, dan Romawi. Diantara raja-raja diatas, ada yang menolak ajakan Nabi dengan baik, ada pula yang menolak dengan kasar, seperti raja Ghassan yang membunuh utusan Nabi dengan kejam D.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Latar belakang hijrahnya Nabi diawali dengan peristiwa perjanjian aqabah. Perjanjian aqabah dilakukan 2 kali, yang pertama dilakukan pada saat musim haji pada bulan juli tahun 620 M. Yang kedua yaitu dilakukan pada tahun ketiga belas dari nubuwah, tepatnya pada bulan Juni 622 M. Setelah itu, kaum muslimin dari Mekah dan berbagai daerah lainnya berbondong-bondong hijrah ke Madinah. Orang-orang kafir marah besar dengan kepergian kaum muslimin ke Madinah, karenanya mereka mempunyai rencana busuk untuk membunuh Nabi. Mereka berdua memilih goa untuk persembunyian mereka, yaitu goa Tsaur. Setelah tiga hari tiga malam Rasulullah saw bersama Abu Bakar bersembunyi didalam goa, mereka melanjutkan perjalanan. Rasulullah dan para sahabat beliau menyelesaikan perjalanan ke Madinah selama delapan hari, dan sampai disana pada tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun keempat belas yang bertepatan dengan 26 Juni 622 Masehi. Setelah Nabi hijrah ke Madinah, Islam berkembang dengan pesat. Nabi banyak melakukan perjanjian diplomatik dengan golongan nonmuslim seperti perjanjian Nabi dengan kaum Yahudi madinah dan perjanjian dengan kafir Quraisy yang dikenal dengan perjanjian Hudaibiyyah. Selain itu, banyak pula peperangan yang terjadi antara umat Muslim dan kaum kafir seperti, perang badar, uhud, khandak, hunain, dan fathul Makkah.



B. Kritik dan Saran Demikian makalah ini kami susun. Kami berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.