MAKALAH Hipertensi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI



DOSEN PEMBIMBING : Ns. HUSNI, S.Kep., M.Pd.



KELOMPOK 5 : INDAH KURNIA NINGSIH



P0 5120218010



YOLANDA AULIA KHASANAH



P0 5120218044



OBI AJI HUSEN



P0 5120218027



MELLA MARIANTI



P0 5120218021



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU JURUSAN KEPERAWATAN BENGKULU TAHUN 2019



1



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Medikal Bedah I yang berjudul ‘Asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipertensi’ dengan tepat waktu. Penulis menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik materi maupun bahasa. Namun demikian, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis juga sangat mengharapkan saran dan kritik khususnya dari Dosen pembimbing mata kuliah serta pembaca demi kemajuan makalah ini kedepannya. Semoga Tuhan senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin.



14 Agustus 2019



Penulis



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2 DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4 1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 4 1.2 Tujuan ............................................................................................................... 4 BAB II TINJAUAN TEORITIS ......................................................................................... 6 A. Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler .............................................. 6 B. Konsep Teoritis Penyakit Hipertensi ...................................................... 7



1. Definisi .............................................................................................. 2. Klasifikasi .......................................................................................... 3. Etiologi .............................................................................................. 4. Woc .................................................................................................... 5. Patofisiologi ....................................................................................... 6. Manifestasi Klinis .............................................................................. 7. Komplikasi......................................................................................... 8. Pemeriksaan Diagnostik .................................................................... 9. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................... 10. Penatalaksanaan ................................................................................. C. Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Hipertensi ................................ 1. Pengkajian Keperawatan ................................................................... 2. Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 3. Intervensi Keperawatan ..................................................................... 4. Implementasi Keperawatan ............................................................... 5. Evaluasi Keperawatan .......................................................................



7 8 8 9 10 11 11 12 13 14 17 17 20 21 41 41



BAB III PENUTUP .................................................................................................. 42 A. Kesimpulan ......................................................................................... 42 B. Saran ................................................................................................... 42 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 43



3



BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Masalah Dewasa ini masyarakat sudah tidak asing lagi mendengar kata Hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang umum dijumpai di masyarakat, dan merupakan penyakit yang terkait dengan sistem kardiovaskuler. Hipertensi memang bukan penyakit menular, namun kita juga tidak bisa menganggapnya sepele, selayaknya kita harus senantiasa waspada. Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan arterosclerosis (pengerasan arteri) adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga menyebabkan gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik untuk mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, hal ini dikarenakan banyak faktor penghambat yang mempengaruhi seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi (pengertian, klasifikasi, tanda dan gejala, sebab akibat, komplikasi) dan juga perawatannya. Saat ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia). Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Sementara di dunia Barat, hipertensi justru banyak menimbulkan gagal ginjal, oleh karena perlu diadakan upaya-upaya untuk menekan angka peyakit hipertensi terlebih bagi penderita hipertensi perlu diberikan perawatan dan pengobatan yang tepat agar tidak menimbukan komplikasi yang semakin parah. Selain itu pentingnya pemberian asuhan keperawatan pada pasien hipertensi juga sangat diperlukan untuk melakukan implementasi yang benar pada pasien hipertensi.



B. TUJUAN Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:



4



1. Memaparkan konsep penyakit hipertensi yang meliputi anatomi dan fisiologi penyakit jantung, definisi, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pathway, komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, keperawatan dan diet 2. Memahami asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan metodologi asuhan keperawatan yang benar.



5



BAB II KONSEP TEORITIS



A. ANATOMI FISIOLOGI KARDIOVASKULER



Sistem kardiovaskular berperan dalam homeostatis dengan berfungsi sebagai sistem transportasi tubuh, terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan darah. Semua jaringan tubuh tergantung pada aliran darah yang disalurkan dengan didahului kontraksi jantung. Jantung mendorong darah melintasi pembuluh darah untuk sampai ke jaringan dalam jumlah yang mencukupi, baik tubuh dalam keadaan istirahat maupun beraktivitas. a. Jantung Jantung dibungkus oleh pericardium dan terletak didalam mediastinum medius. Organ terbagi menjadi 2 belahan oleh septum longitudinal yang berjalan oblique. Masingmasing belahan terdiri atas sebuah ruangan. Yang disebut atrium, yaitu ruangan yang menerima darah dari vena dan sebuah ruangan. Yang disebut ventrikulus yaitu bagian yang memompa darah menuju ke arteri. b. Peredaran Darah



6



1. Sirkulasi sistemik : darah dari ventrikel sinistra dipompa masuk ke aorta, kemudian disebar keseluruh tubuh. Darah yang telah terpakai kemudian dialirkan kembali melalui vv. cavae yang kemudian bermuara kedalam atrium dekstra. 2. Sirkulasi pulmonal : darah dari ventrikel dekstra dipompa menuju ke trunkus pulmonalis dan akhirnya akan masuk ke pulmo. Kemudian darah yng mengalami oksigenasi akan dialirkan melalui vv. pulmonalis yang akan bermuara kedalam atrium sinistra. c. Siklus Denyut Jantung Kontraksi jantung disebut systole dan relaksasi jantung disebut diastole. Bila ventrikel diisi darah, maka jantung akan mulai berkontraksi. Kenaikan tekanan darah didalam ventrikel akan menyebabkan valva antrioventrikulus bergerak menutup dan getaran akibat peenutupan katup ini akan menyebabkan suara jantung I atau “LUB”. Selama fase kenaikan, tekanan intraventricular valvula atrioventrikularis tetap menutup dan dijaga agar tidak membuka kearah atrium oleh kontraksi muskuli palpillaris. Pada saat ini, katup-katup pada aorta dan trunkus pulmonalis terbuka sehingga darah mengalir melalui kedua pembuluh darah ini. Akibatnya, valva aortae dan valva trunkus pulmonalis akan menutup dan getaran akibat penutupan kedua valva ini menyebabkan suara jantung II atau “DUB”. Penurunan tekanan intraventriculli ini juga menyebabkan terbukanya valva artrioventrikularis sehingga darah akan mengalir dari atrium ke ventrikel. B. KONSEP TEORITIS PENYAKIT HIPERTENSI 1. DEFINISI Menurut WHO (2015), hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang sistolik pada atau diatas 140 mmHg dan/atau diastolik pada atau di atas 90 mmHg. Menurut WHO (2014), hipertensi adalah tekanan darah dimana sistolik sama dengan atau diatas 140 mmHg dan / atau tekanan darah dimana diastolik sama dengan atau diatas 90 mmHg. Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat duduk system vasokontraktor simpatis terangsang melalui saraf rangka menuju otot-otot abdomen. Keadaan ini meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung. Hal tersebut membuat darah yang tersedia 7



bagi jantung untuk dipompa menjadi meningkat. Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen. Kerja jantung pada posisi duduk, dalam memompa darah akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi sehingga kecepatan denyut jantung meningkat (Istiqomah, 2009). Pemeriksaan tekanan darah dikatakan mengalami hiprtensi jika pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang) (Kaplan, 2010). 2. KLASIFIKASI Klasifikasi hipertensi adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Kategori



Optimal



Tekanan sistolik (mmHG) < 120



Tekanan diastolik (mmHg)



Normal



120-129



80-81



Normal tinggi



130-139



85-89



Hipertensi derajat I



140-159



90-99



Hipertensi derajat II



160-179



100-109



Hipertensi derajat III



> 180



> 110



Hipertensi sistolik terisolasi



> 190



< 90



< 80



(Menurut European Society of Cardiology, 2007)



3. ETIOLOGI Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respons peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberpa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, yaitu : a.



Genetik, respons neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.



b.



Obesitas, terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.



c.



Stress karena lingkungan.



d.



Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2016). 8



4. PATOFISIOLOGI Terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis ditoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang begerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstiktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pada saaat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang pembilih darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vaskontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan hipertensi. Sebagai pertimbangan gerotologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pad usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer. 9



Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmanometer (Aspiani, 2016). 5. WOC Bagan 2.1 WOC Hipertensi



Retensi Na



.



MK : Kelebihan Volume cairan



MK : Intoleransi Aktivitas



MK : Resiko Perfusi Miokard



Edema 10



6. MANIFESTASI KLINIS Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut : a. Sakit kepala b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa jatuh d. Jantung berdebar atau detak jantung tersa cepat e. Telinga berdenging f. Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi, yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lainlain (Aspiani, 2016). 7. KOMPLIKASI Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ sebagai berikut : a. Jantung Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung coroner. Pada penderita hipertensi, beban jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak mampu lagi memompa sehingga banyak cairan tertahan di paru maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak napas atau edema, kondisi ini disebut gagal jantung. b. Otak Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar. c. Ginjal Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan sistem penyaringan di dalam ginjal akibatnya lambat laun



11



ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh. d. Mata Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan (Wijaya dkk, 2016). 8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a. Hemoglobin / Hematocrit Bukan diagnostic tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas dan anemia. b. BUN / Kreatinin Memberikan informasi tentang perufsi / fungsi ginjal. c. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi). d. Kalium Serum Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi, e. Kolestrol dan Trigeliserida Serum Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentuk plak ateromatosa (efek kardiovaskuler). f. Pemeriksaan Tiroid Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi. g. Kadar Aldosterone Urine / Serum Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab). h. Urinalisa Darah, protein, glukosa mengisyaratkan difungsi ginjal dan atau adanya penyebab diabetes. i. VMA Urine (metabolit katekolamin) 12



Kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokromositoma (penyebab). VMA urine 24 jam dapat dilakukan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul. j. Asam Urat Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi. k. Steroid Urine Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma atau disfungsi pituitary, sindrom Cushing’s dan kadar renin dapat juga meningkat. l. IVP Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter. m. Foto Dada Dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katup, deposit pada dan atau taktik aorta, perbesaran jantung. n. CT Scan Mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati, atau feokromositoma. o. EKG Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi. Catatan : luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi (Doengoes, 2010). 9. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang hipertensi menurut Aspiani tahun 2016 adalah : a. Laboratorium 1) Albuminaria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal 2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut 3) Darah perifer lengkap



13



4) Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa) b. EKG 1) Hipertropi ventrikel kiri 2) Iskemia atau infark miokard 3) Peninggi gelombang p 4) Gangguan konduksi c. Foto Rontgen 1) Bentuk dan besar jantung 2) Perbandingan, lebarnya paru 3) Hipertrofi parenkim ginjal 4) Hipertrofi vaskuler ginjal 10. PENATALAKSANAAN a. Penatalaksanaan farmakologis yang diterapkan pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut : 1) Terapi oksigen 2) Pemantauan hemodinamik 3) Pemantauan jantung 4) Obat-obatan a) Diuretik, bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya, juga dapat menurunkan TPR. b) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos jantung atau enzim dengan mengintevensi influx kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi.



14



c) Penghambat enzim mengubah angiotensin II atau inhibitor ACE berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. d) Antagonis (penyekat) respektor beta (β-blocker), terutama penyekat selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung. e) Vasodilator arteriol digunakan untuk menurunkan TPR, misalnya : natrium, nitroprusida, nikardipin, hidralazin, nitrogliserin dll. f) Antagonis reseptor alfa (α-blocker) menghambat reseptor alfa di otot polos vaskular yang secara normal berespons terhadap rangsangan saraf simpatis dengan vasokonstriksi. Hal ini akan menurunkan TPR (Aspiani, 2016). b. Penatalaksanaan non farmakologis pada penderita hipertensi antara lain : 1. Pengaturan diet Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal ginjal jantung dan dapat memperbaiki keadaan hipertropi ventrikel kiri. Beberapa diet yang dianjurkan : a) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi sistem renin-angiontensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam/hari. b) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksida nitrat pada dinding vascular. c) Diet kaya buah dan sayur, dapat mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak total d) Diet rendah kolestrol, sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.



15



2. Penurunan berat badan. Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah dan dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup. Beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertropi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah. 3. Olahraga. Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, berspeda bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung. Olahraga isotonic dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya aterosklerosis akibat hipertensi. 4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung. 5. Penurunan stress. Stress memang tidak menyababkan hipertensi yang menetap namun jika episode stress sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi. 6. Terapi masase (pijat). Pada prinsipnya pijat yang dilakukan pada penderita hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energi dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir, ketika semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak lagi terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka resiko hipertensi dapat ditekan (Aspiani, 2016). c. Penatalaksanaan keperawatan 1. Anjurkan istirahat 2. Anjurkan diit rendah natrium dan tinggi protein



16



3. Anjurkan posisi semi fowler dan tirah baring 4. Anjurkan tidur yang adekuat 5. Anjurkan banyak mengonsumsi buah dan sayuran (Aspiani, 2016). C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT HIPERTENSI 1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN a. Data biografi : Nama, alamat, umur, tanggal masuk rumah sakit, diagnose medis, penanggung jawab, catatan kedatangan. b. Riwayat kesehatan 1) Keluhan utama : pasien datang ke RS dengan keluhan sakit kepala dan bagian kuduk terasa berat, tidak bisa tidur, kepala terasa pusing. 2) Riwayat kesehatan sekarang : pada saat dilakukan pengkajian pasien masih mengeluh sakit kepala yang berat, penglihatan berkunangkunang, tidak bisa tidur. 3) Riwayat kesehatan dahulu : penyakit hipertensi ini adalah penyakit dari genetik yang menahun dan sudah lama dialami oleh pasien atau anggota keluarga lainnya. 4) Riwayat kesehatan keluarga : adalah penyakit yang diderita anggota keluarga lainnya. 5) Riwayat psikososial-spiritual a) Psikologis : perasaan yang dirasakan oleh klien, apakah cemas/sedih? b) Sosial : bagaimana hubungan klien dengan orang lain maupun orang terdekat klien dengan lingkungan? c) Spiritual : apakah klien tetap menjalankan ibadah selama perawatan di rumah sakit? c. Data dasar pengkajian pada pasien hipertensi, meliputi : 1) Nutrisi Makanan yang biasa dikonsumsi mencakup makanan tinggi natrium seperti makanan awitan, tinggi lemak, timggi kolestrol, perubahan berat badan (meningkat). 2) Eliminasi



17



Biasanya pada pasien dengan hipertensi tidak mengalami gangguan pada pola eliminasi kecuali hipertensi yang diderita sudah menyerang target organ seperti ginjal dan akan mengakibatkan gangguan pada proses eliminasi urine. 3) Personal hygiene Pada pasien dengan hipertensi ringan tidak mengalami gangguan pada proses personal hygienenya, dalam beberapa kasus pada pasien dengan hipertensi berat dengn komplikasi mengakibatkan pasien mengalami gangguan dalam pemenuhan personal hygienenya, contohnya pada pasien dengan stroke yang menyerang organ otak mengakibatkan pasien mengalami kelumpuhan sehingga pasien tidak dapat melakukan pola aktivitas personal hygiene dengan mandiri. 4) Istirahat tidur Aktivitas istirahat pada pasien hipertensi terjadi gangguan pola tidur, seperti : susah tidur, sering terbangun pada saat malam hari, gelisah karena pusing, akibatnya aktivitas pasien terganggu, pada kasus hipertensi berat terjadinya kelelahan fisik, lemah, letih, resiko jatuh, nafas pendek, gaya hidup monoton dengan frekuensi jantung meningkat, perubahan trauma jantung dan takipnea. (Doengoes 2010; Aspiani 2016). d. Pemeriksaan Fisik Regulasi Hemodinamik 1) Keadaan umum Pada pasien dengan hipertensi biasanya memiliki berat badan yang normal atau melebihi indeks masa tubuh, berat badan normal, tekanan darah > 140/90 mmHg, nadi > 100 x/menit, frekuensi nafas 16-24 x/menit pada hipertensi berat terjadi pernafasn takipnea, ortopnea, dyspnea nocturnal paroksimal, suhu tubuh 36,537,5°C pada hipertensi berat suhu tubuh dapat menurun dan mengakibatkan pasien hipotermi, keadaan umum pasien compos mentis pada kasus hipertensi berat dengan komplikasi dapat mengakibatkan pasien mengalami gangguan kesadaran dan sampai pada koma, contohnya stroke hemoragik. 2) Kepala dan leher Pada pasien dengan hipertensi memiliki sistem penglihatan yang baik tidak mengalami



gangguan



oada



fungsi pendengaran dan



keseimbangan,



pada kasus hipertensi berat pasien mengalami nyeri kepala, penglihatan kabur, 18



terdapat pernafasan cuping hidung, terjadi distensi vena jugularis, terdapat pernafasan pursed lips dan dapat terjadinya anemis konjungtiva. 3) Dada Secara umum baik dengan frekuensi nafas 16-24x/menit dengan irama teratur, pada kasus hipertensi tertentu seperti hipertensi berat pasien mengalami gangguan sistem pernafasan seperti takipnea, dyspnea dan ortopnea, adanya distress pernafasan / penggunaan otot-otot pernafasan pada hipertensi berat, frekuensi pernafasan >24 x/menit dengan irama pernafasan tidak teratur, kedalaman nafas cepat dan dangkal, adanya batuk dan terdapat sputum pada batuk pasien sehungga mengakibatkan sumbatan jalan nafas dan terdapat bunyi mengi, pada jantung pada kasus hipertensi ringan, sirkulasi jantung dalam keadaan normal dengan kecepatan denyut jantung apical teratur dan terdapat bunyi jantung tambahan (S3), adanya nyeri dada pada kasus hipertensi sekunder dengan komplikasi kelainan jantung, pada pasien dengan hipertensi ringan dalam keadaan normal dengan frekuensi nadi 60-100 x/menit, irama teratur. Pada kasus hipertensi berat frekuensi nadi pasien dapat mencapai >100 x/menit, irama tidak teratur dan lemah, TD > 140/90 mmHg 4) Abdomen Pada pasien hipertensi dalam keadaan baik, pada kasus hipertensi berat dengan komplikasi menyerang organ pada abdomen mengakibatkan pasien mengalami nyeri pada daerah abdomen. 5) Genitouria Terjadinya perubahan pola kemih pada hipertensi sekunder yang menyerang organ ginjal sehingga menyababkan terjadinya gangguan pola berkemih yang sering pada malam hari. 6) Ekstremitas Pada hipertensi ringan pasien tidak mengalami gangguan pada sistem musculoskeletal, tetapi pada hipertensi berat pasien mengalami kesulitan dalam bergerak, refleks fisiologi meliputi refleks biceps fleksi dan triceps ekstensi, serta refleks patologis negative, dan kelemahan otot. 7) Integumen



19



Pada hipertensi berat yang ditandai dengan keadaan umum pucat, turgor kulit buruk, dan adanya edema pada hipertensi sekunder didaerah ekstremitas. (Doengoes, 2010) 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien hipertensi berdasarkan respon pasien (Doengoes, 2010) yang disesuaikan dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2016) yaitu : a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload vasokontriksi, iskemia miokard. a) Data mayor subjektif : Mengeluh lelah, mengeluh cemas, mengeluh sesak, dan mengeluh gelisah. b) Data mayor objektif : Takikardi, distensi vena jugularis, tekanan darah menigkat, nadi perifer teraba lemah, capillary refill time >3 detik, warna kulit pucat atau sianosis, dan turgor kulit menurun. b. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan suplai otak menurun. a) Data mayor subjektif : Mengeluh nyeri



dibagian ekstremitas dan mengeluh parastesia (kesemutan)



b) Data mayor objektif : Waktu pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun/tidak teraba, akral terba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun, edema, dan peneyembuhan luka lambat. c. Risiko perfusi miokard tidak efektif berhubungan dengan hipertensi. Faktor Risiko : Risiko yang akan didapat seperti hipertensi, hipoksemia, hypovolemia, tamponade jantung, riwayat penyakit kardiovaskuler pada keluarga Faktor Risiko yang dapat diubah : Seperti merokok, gaya hidup kurang gerak, obesitas



20



3. INTERVENSI KEPERAWATAN Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan yang akan perawat rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnose yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2011). Dalam teori perencanaan keperawatan dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan NOC & NIC (Bulechech & Moorhead, 2016). NAMA PASIEN : ……………………………………………………… RUANGAN



NO 1



: ………………………………………………………



DIAGNOSA KEPERAWATAN



TUJUAN DAN HASIL KRITERIA HASIL



Penurunan curah jantung



Setelah dilakukan intervensi



berhubungan dengan peningkatan



keperawatan selama … x 24



afterload vasokontriksi, iskemia



jam, diharapkan



miokard



NOC : Status sirkulasi



Ditandai dengan : 



cemas, mengeluh sesak, dan mengeluh gelisah. DO : Takikardi, distensi vena jugularis, tekanan darah menigkat, nadi perifer



Dipertahankan pada level…



DS : Mengeluh lelah, mengeluh







 



Ditingkatkan ke level…



Deskripsi Level :



1. Deviasi berat dari kisaran normal



2. Deviasi yang cukup besar dari kisaran normal



UMUR :……………………………………………………………. NO.REG :……………………………………………………………… INTERVENSI



RASIONAL



NIC : Regulasi Hemodinamik Aktivitas Keperawatan :



1. Lakukan penilaian



2.



Perbandingan dari tekanan



komprehensif terhadap status



memberikan gambaran yang



hemodinamik (periksa



lebih lengkap tentang



tekanan darah, denyut



keterlibatan/bidang masalah



jantung, denyut nadi, tekanan



vascular. Hipertensi berat



vena jugularis, tekanan vena



diklasifikasikan pada orang



sentral, atrium kiri dan kanan.



dewasa sebagai peningkatan tekanan diastolic sampai 130; hasil pengukuran diastolic diatas 130 dipertimbangkan



teraba lemah, capillary refill



sebagai peningkatan pertama,



time >3 detik, warna kulit



kemudian maligna. Hipertensi



21



pucat atau sianosis, dan turgor kulit menurun.



sistolik juga merupakan faktor



3. Deviasi sedang dari kisaran



risiko yang ditentukan untuk



normal



penyakit serebrovaskular dan



4. Deviasi ringan dari kisaran



penyakit iskemi jantung bila



normal



tekanan diastolic 90115.



5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal Dengan kriteria hasil :



3.



2. Atur Posisi fowler (Tilkian &



darah karena dengan posisi ini



Conover 2011).



aliran darah yang balik ke



1. Tekanan darah sistol (100 -



jantung.



140 mmHg) 1/2/3/4/5



2. Tekanan darah diastole (60-90 mmHg) 1/2/3/4/5



3. Kekuatan nadi karotis (60100 x/m) 1/2/3/4/5



4. Capillary refill (kembali < 3 detik) 1/2/3/4/5



Untuk menurunkan tekanan



4.



3. Kurangi kecemasan dengan



Menurunkan stress dan ketegangan yang



memberikan informasi yang



mempengaruhi tekanan darah



akurat dan perbaiki setiap



dan perjalanan penyakit



kesalahpahaman



hipertensi.



4. Berikan jus mentimun sekali



5.



Dapat menurunkan tekanan



sehari dengan takaran timun



darah dengan menibulkan efek



100 gram ditambahkan air



vasodilatasi sehingga



100 cc atau 1 gelas jus



menyebabkan penurunan



mentimun (Zauhani, 2010)



retensi perifer total dan meningkatkan output jantung.



5. Berikan minuman teh hijau



6.



Dapat menurunkan tekanan



dicampur dengan madu



darah di karenakan didalam teh



dengan pemberian satu kali



terdapat polifenol sebagai



sehari (Emilia, 2016)



vasodilatasi pembuluh darah. 7.



Untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan tekanan darah disebabkan karena



22



pisang ambon banyak



6. Berikan pisang ambon sebanyak 3 kali sehari (Eny



mengandung tinggi kalium dan



Sutria & Aulia, 2016).



rendah natrium. Dapat menurunkan tekanan darah baik itu tekanan sistolik maupun diastolik. 8.



Kerja dari terapi ini dapat memberikan pereganggan kardiopulmonari.



7. Lakukan terapi relaksasi nafas dalam.



8. Untuk membantu menurunkan tekanan darah serta mempertahankan tekanan



8. Kolaborasi dengan ahli dalam melakukan diet rendah garam.



darah menuju normal.



9. Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat



9. Arahkan pasien dan keluarga mengenai pemantauan hemodinamik (obat-obatan, terapi, tujuan peralatan)



efek tenang, sehingga akan menurunkan TD.



10. Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vascular



10. Identifikasi adanya tanda dan gejala peringatan dini sistem hemodinamik yang dikompromikan (seperti, dyspnea, , ortopnea, sangat



23



kelelahan, pusing, melamun, edema, palpitasi).



11. Lakukan auskultasi pada jantung.



11. S4 umum nya terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium (peningkatan volume/tekanan atrium). Perkembangan S3 menunjukkan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya krakles, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya gagal jantung kronik.



12. Untuk melihat perkembangan denyut jantung bekerja dengan



12. Monitor dan catat tekanan



baik atau tidak.



darah, denyut jantung, irama, dan denyut nadi



13. Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis ;



13. Minimalkam stress lingkungan.



meningkatkan relaksasi.



14. Diperlukan untuk mengobati hipertensi berat bilakombinasi



14. Berikan obat vasodilator.



diuretic dan inhibitor simpatis tidak berhasil mengontrol TD. Vasodilatasi vsakuler jantung sehat dan meningkatkan aliran darah coroner keuntungan



24



sekunder dari terapi vasodilator.



15. Terapi oksigen dapat meningkatkan suplai oksigen ke miokard, obatobatan



15. Berkolaborasi dengan dokter,



a.



Diuretik untuk



sesuai indikasi dalam



mengurangi curah



pemberian terapi oksigen dan



jantung mendorong ginjal



obat-obatan jenis diuretic,



b.



penyekat saluran kalsium,



Menurunkan kontraksi otot polos jantung



angiotensin II, Vasodilator



c. d.



Menghambat enzim Untuk melebarkan pembuluh darah



2



Ketidakefektifan perfusi jaringan



Setelah dilakukan intervensi



serebral berhubungan dengan



keperawatan selama … x 24



suplai otak menurun



jam, diharapkan



Ditandai dengan data : c) DS : Mengeluh nyeri dibagian



NOC : Perfusi jaringan Perifer 



level…



ekstremitas dan mengeluh parastesia (kesemutan) d) DO : Waktu pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun/tidak teraba, akral terba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun,



Dipertahankan pada







Ditingkatkan ke level...



Deskripsi Level :



1. deviasi berat dari kisaran normal



2. deviasi cukup besar dari kisaran normal



NIC : Regulasi Hemodinamik Aktivitas Keperawatan :



1. Lakukan penilaian



1.



Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang



komprehensif terhadap status



lebih lengkap tentang



hemodinamik (periksa



keterlibatan/bidang masalah



tekanan darah, denyut



vascular. Hipertensi berat



jantung, denyut nadi, tekanan



diklasifikasikan pada orang



vena jugularis, tekanan vena



dewasa sebagai peningkatan



sentral, atrium kiri dan kanan.



tekanan diastolic sampai 130; hasil pengukuran diastolic diatas 130 dipertimbangkan sebagai peningkatan pertama, kemudian maligna. Hipertensi



25



edema, dan peneyembuhan luka lambat.



sistolik juga merupakan faktor



3. deviasi sedang dari kisaran



risiko yang ditentukan untuk



normal



penyakit serebrovaskular dan



4. deviasi ringan dari kisaran



penyakit iskemi jantung bila



normal



tekanan diastolic 90115.



5. tidak ada deviasi dari kisaran normal



2. Atur Posisi fowler (Tilkian &



2.



darah karena dengan posisi ini



Conover 2011).



aliran darah yang balik ke



Dengan kriteria hasil :



jantung.



1. Pengisian kapiler jari (< 3 detik) 1/2/3/4/5



2. Pengisian kapiler jari kaki (< 3 detik) 1/2/3/4/5



3. Suhu kulit ujung kaki dan



3. Kurangi kecemasan dengan



3.



Menurunkan stress dan



memberikan informasi yang



ketegangan yang



akurat dan perbaiki setiap



mempengaruhi tekanan darah



kesalahpahaman



dan perjalanan penyakit hipertensi.



tangan (36.5 -37.2 °C) 1/2/3/4/5



Untuk menurunkan tekanan



4. Berikan jus mentimun sekali



4.



Dapat menurunkan tekanan



sehari dengan takaran timun



darah dengan menibulkan efek



100 gram ditambahkan air



vasodilatasi sehingga



100 cc (Zauhani, 2010).



menyebabkan penurunan retensi perifer total dan meningkatkan output jantung.



5. Berikan minuman teh hijau



5.



Dapat menurunkan tekanan



dicampur dengan madu



darah di karenakan didalam



dengan pemberian satu kali



teh terdapat polifenol sebagai



sehari (Emilia, 2016)



vasodilatasi pembuluh darah. 6.



Untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan tekanan darah disebabkan karena



26



pisang ambon banyak



6. Berikan pisang ambon sebanyak 3 kali sehari (Eny



mengandung tinggi kalium



Sutria & Aulia, 2016).



dan rendah natrium. Dapat menurunkan tekanan darah baik itu tekanan sistolik maupun diastolik. 7.



Kerja dari terapi ini dapat memberikan pereganggan kardiopulmonari.



7. Lakukan terapi relaksasi nafas dalam (Rita, 2016).



8.



Untuk membantu menurunkan tekanan darah serta mempertahankan tekanan



8. Kolaborasi dengan ahli gizi



darah menuju normal.



dalam melakukan diet rendah garam (Salman, 2007)



9.



Dapat menurunkan rangsangan yang



9. Arahkan pasien dan keluarga



menimbulkan stress, membuat



mengenai pemantauan



efek tenang, sehingga akan



hemodinamik (obat-obatan,



menurunkan TD.



terapi, tujuan peralatan)



10. Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau



10. Identifikasi adanya tanda dan



vascular.



gejala peringatan dini sistem hemodinamik yang dikompromikan (seperti, dyspnea, ortopnea, sangat



27



kelelahan, pusing, melamun, edema, palpitasi)



11. S4 umum nya terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium



11. Lakukan auskultasi pada jantung.



(peningkatan volume/tekanan atrium). Perkembangan S3 menunjukkan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya krakles, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya gagal jantung kronik. 12. Untuk melihat perkembangan denyut jantung bekerja dengan baik atau tidak.



12. Monitor dan catat tekanan



13. Membantu untuk menurunkan



darah, denyut jantung,



rangsang simpatis ;



irama, dan denyut nadi



meningkatkan relaksasi.



13. Minimalkam stress lingkungan.



14. Diperlukan untuk mengobati hipertensi berat bilakombinasi diuretic dan inhibitor simpatis



14. Berikan obat vasodilator.



tidak berhasil mengontrol TD. Vasodilatasi vsakuler jantung sehat dan meningkatkan aliran darah coroner keuntungan sekunder dari terapi vasodilator.



28



15. Terapi oksigen dapat meningkatkan suplai oksigen ke miokard, obatobatan



a. Diuretik untuk 15. Berkolaborasi dengan



mengurangi curah



dokter, sesuai indikasi dalam



jantung mendorong



pemberian terapi oksigen



ginjal



dan obat-obatan jenis



b. Menurunkan



diuretic, penyekat saluran



kontraksi otot polos



kalsium, angiotensin II,



jantung



Vasodilator



c. Menghambat enzim d. Untuk melebarkan pembuluh darah



3



Risiko perfusi miokard tidak



Setelah dilakukan intervensi



efektif berhubungan dengan



keperawatan selama … x 24 jam,



hipertensi



diharapkan NOC : Perfusi jaringan



NIC : Regulasi Hemodinamik Aktivitas Keperawatan :



1. Lakukan penilaian



kardiak



komprehensif terhadap status







hemodinamik (periksa tekanan



dipertahankan pada level…







ditingkatkan ke level...



Deskripsi Level :



1. deviasi berat dari kisaran normal



darah, denyut jantung, denyut nadi, tekanan vena jugularis, tekanan vena sentral, atrium kiri dan kanan.



1. Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vascular. Hipertensi berat diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan tekanan diastolic sampai 130; hasil



29



pengukuran diastolic



2. deviasi cukup besar dari



diatas 130



kisaran normal



dipertimbangkan sebagai



3. deviasi sedang dari kisaran



peningkatan pertama,



normal



kemudian maligna.



4. deviasi ringan dari kisaran



Hipertensi sistolik juga



normal



merupakan faktor risiko



5. tidak ada deviasi dari kisaran



yang ditentukan untuk



normal



penyakit serebrovaskular dan penyakit iskemi



Dengan kriteria hasil :



jantung bila tekanan



1. Denyut jantung apical (60-



diastolic 90115.



100x/m) 1/2/3/4/5



2. Denyut nadi radial (60-100 x/m) 1/2/3/4/5



2. Atur Posisi fowler (Tilkian & Conover 2011).



3. Tekanan darah sistol (100 -



90 mmHg) 1/2/3/4/5



tekanan darah karena dengan posisi ini aliran



140 mmHg) 1/2/3/4/5



4. Tekanan darah diastole (60-



2. Untuk menurunkan



darah yang balik ke



3. Kurangi kecemasan dengan memberikan informasi yang



jantung.



3. Menurunkan stress dan



akurat dan perbaiki setiap



ketegangan yang



kesalahpahaman.



mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi.



4. Berikan jus mentimun sekali



4. Dapat menurunkan



sehari dengan takaran timun



tekanan darah dengan



100 gram ditambahkan air 100



menibulkan efek vasodilatasi sehingga



30



cc atau 1 gelas jus mentimun



menyebabkan penurunan



(Zauhani, 2010)



retensi perifer total dan meningkatkan output jantung.



5. Dapat menurunkan tekanan darah di



5. Berikan minuman teh hijau dicampur dengan madu dengan pemberian satu kali sehari (Emilia, 2016)



karenakan didalam teh terdapat polifenol sebagai vasodilatasi pembuluh darah.



6. Untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan



6. Berikan pisang ambon sebanyak 3 kali sehari (Eny Sutria & Aulia, 2016).



tekanan darah disebabkan karena pisang ambon banyak mengandung tinggi kalium dan rendah natrium. Dapat menurunkan tekanan darah baik itu tekanan sistolik maupun diastolik.



7. Kerja dari terapi ini dapat 7. Lakukan terapi relaksasi nafas dalam.



memberikan pereganggan kardiopulmonari.



8. Untuk membantu menurunkan tekanan darah



31



8. Kolaborasi dengan ahli dalam



serta mempertahankan



melakukan diet rendah garam.



tekanan darah menuju normal.



9. Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress,



9. Arahkan pasien dan keluarga



membuat efek tenang,



mengenai pemantauan



sehingga akan



hemodinamik (obat-obatan,



menurunkan TD.



terapi, tujuan peralatan)



10. Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vascular.



10. Identifikasi adanya tanda dan gejala peringatan dini sistem hemodinamik yang dikompromikan (seperti, dyspnea, , ortopnea, sangat



11. S4 umum nya terdengar



kelelahan, pusing, melamun,



pada pasien hipertensi



edema, palpitasi)



berat karena adanya



11. Lakukan auskultasi pada jantung.



hipertropi atrium (peningkatan volume/tekanan atrium). Perkembangan S3 menunjukkan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya krakles,



32



mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya gagal jantung kronik.



12. Untuk melihat perkembangan denyut jantung bekerja dengan



12. Monitor dan catat tekanan darah, denyut jantung, irama, dan denyut nadi



baik atau tidak.



13. Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis ; meningkatkan



13. Minimalkam stress lingkungan.



relaksasi.



14. Diperlukan untuk mengobati hipertensi berat bilakombinasi diuretic dan



14. Berikan obat vasodilator.



inhibitor simpatis tidak berhasil mengontrol TD. Vasodilatasi vsakuler jantung sehat dan meningkatkan aliran darah coroner keuntungan sekunder dari terapi vasodilator.



15. Terapi oksigen dapat meningkatkan suplai



33



oksigen ke miokard,



15. Berkolaborasi dengan dokter, sesuai indikasi dalam pemberian terapi oksigen dan obat-obatan jenis diuretic, penyekat saluran kalsium, angiotensin II, Vasodilator



obatobatan



a.



Diuretik untuk mengurangi curah jantung mendorong ginjal



b. Menurunkan kontraksi otot polos jantung



c. Menghambat enzim d. Untuk melebarkan pembuluh darah



34



4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Implementasi keperawatan merupakan mewujudkan pelaksanaan tindakan dari perencaan yang telah di buat (Potter & Perry, 2005). Implementasi yang dilakukan pada pasien hipertensi dapat bersifat mandiri dimana perawat dapat melakukannya tanpa bantuan dari tenaga kesehatan lainnya, implementasi kolaborasi seperti pemberian obat dan diaslisa, dan implementasi edukasi untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga mengenai tindakan pencegahan komplikasi yang dapat dilakukan. 5. EVALUASI KEPERAWATAN Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai berdasarkan tujuan yang telah di buat dalam rencana keperawatan. Evaluasi yang digunakan berbentuk S (subyektif), O (obyektif), A (analisis), P (perencanaan terhadap analisis) (Potter & Perry, 2005). Hasil evaluasi yang diharapkan setelah dilakukan intervensi terhadap pasien adalah tekanan darah sistol dan diastole dibatas nilai normal dengan menggunakan beberapa intervensi yang telah dilakukan sebelumnya, kekuatan nadi karotis dalam batas normal, capillary refill kembali dalam waktu 3 detik, dan suhu kulit di bawah 37.2 °C dan diatas 36.5 °C (Doengoes, et al., 2010).



35



Tabel 2.2 Implementasi Dan Evaluasi



NAMA PASIEN :………………………………...



UMUR



RUANGAN :………………………………… HARI/TANGGAL:…………………………………



NO.REG :………………………..... HARI PERAWATAN KE :…………………………….



DIAGNOSA KEP &



IMPLEMENTASI



PENGKAJIAN ULANG (S-O-A-P)



(Waktu & Tindakan )



:…………..……………….



EVALUASI FORMATIF (RESPON HASIL )



SUMATIF (RESPON PERKEMBANGAN)



36



TABEL2.3 CONTOH TABEL IMPLEMENTASI DAN EVALUASI



Pengkajian ( S O A P) 17.30 WIB Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi Subjektif (S):  Klien nyesak.  Klien mengatakan dada nya berdebar debar  Klien mengatakan badannya terasa lemas seperti tidak bertenaga.  klien mengatakan nyesak bertambah ketika pasien tidur dan lebih nyaman dengan posisi semi fowler.  Klien mengatakan cemas



Objektif (O) :  Nadi perifer teraba lemah dengan irama tidak teratur.



No Dx 1



17.30 WIB 1. Melakukan penilaian komprehensif terhadap status hemodinamik (periksa tekanan darah, denyut jantung, denyut nadi, irama) 2. Mengatur Posisi semi fowler 3. Mengurangi kecemasan dengan memberikan informasi yang akurat dan perbaiki kesalah pahaman 4. Memberikan jus mentimun sekali sehari dengan takaran timun 100 gram ditambahkan air 100 cc atau 1 gelas jus mentimun 5. Memberikan pisang ambon sebanyak 2 kali sehari (Eny Sutria & Aulia, 2016)



Evaluasi Sumatif (Respon Perkembangan SOAP)



Evaluasi Formatif (Respon Hasil )



Implementasi 1.



21.00 WIB Hasil pemeriksaan status hemodinamik pasien: TD 175/100 mmHg, Nadi 102x/mnt, irama teratur



Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi Subjektif (S) :  Klien mengatakan masih nyesak.



2. 3. Pasien dalam posisi semi fowler dan pasien mengatakan lebih nyaman 4. Pasien tampak lebih tenang dan mengatakan mendapat penegetahuan baru



5.



Pasien diberikan mentimun sekali sehari



jus



 Klien mengatakan dada nya masih berdebar debar  Klien mengatakan badannya masih terasa lemas seperti tidak bertenaga.  klien mengatakan nyesak bertambah ketika pasien tidur dan lebih nyaman dengan posisi semi fowler.  Klien mengatakan tidak cemas lagi



Pasien tampak memakan pisang dan diberikan pada malam hari dan pada pagi



Objektif (O) :  Nadi perifer teraba lemah



37



 Tanda-tanda vital : tekanan darah klien 180/100 mmHg, nadi 110 x/menit, frekuensi pernafasan 21x/menit, suhu 38.0°C.  Bunyi jantung S1 dan S2 terdengar melemah  CRT < 3 detik Analisa (A) : Status Sirkulasi berada pada level 2 atau Deviasi berat dari kisaran normal Planning (P) : Lakukan NIC : Regulasi Hemodinamik



17.55 wib 6. Mengajarkan pasien teknik terapi relaksasi nafas dalam (Rita, 2016) 7. Memberikan makanan diet rendah garam dengan kolaborasi ahli gizi (Salman, 2007) 8. Mengkaji adanya tanda dan gejala peringatan dini sistem hemodinamik (seperti, dyspnea, ortopnea, sangat kelelahan, pusing, melamun, edema, palpitasi) 9. Melakukan auskultasi pada jantung 10. Meinimalkam stress lingkungan dengan membatasi jumlah pengunjung



hari



6. Pasien dapat melakukan teknik napas dalam dan mengatakan lebih nyaman 7. Pasien belum menghabiskan makanan nya, karena makanan kurang terasa



dengan irama tidak teratur.  Tanda-tanda vital : tekanan darah klien 170/95 mmHg, nadi 104x/menit, frekuensi pernafasan 22x/menit, suhu 37.2° C.  Bunyi jantung S1 dan S2 terdengar melemah



Analisa (A) : 8. Pasien tampak tidak sesak, Status Sirkulasi berada pada masih tampak kelelahan, level 2 atau Deviasi berat dari mengatakan pusing, dan kisaran normal jantungnya terasa berdebarberdebar Planning (P) : Lanjutkan NIC : Regulasi 9. Bunyi jantung S1 dan S2 Hemodinamik terdengarn melemah 10.Pasien tampak hanya dijaga oleh istrinya dan anaknya



19.00 WIB 11. Memberikan obat, oral



38



Amplodipine 1x10 mg, Neurodex 1x1 tab, 12. Memberikan obat IV neurobion drip cairan RL, omeprazole 1 ampul, ketorolac 1 ampul dan paracetamol melalui IV



11.Obat telah diberikan tanpa ada masalah 12.Obat telah diberikan tanpa ada masalah



39



BAB III PENUTUP



A. KESIMPULAN Jika sistem kompleks yang mengatur tekanan darah tidak berjalan dengan semestinya, maka tekanan dalam arteri akan meningkat. Peningkatan tekanan dala arteri yang berlanjut dan menetap disebut tekanan darah tinggi Hipertensi dikelompokan dalam 2 kategori besar yaitu hipertensi essensial (primer) dan sekunder. Menurut WHO batasan-batasan nilai systole dan diastole yaitu : a. Normal: sistolik kurang dari 120 mmHg diastolik kurang dari 80 mmHg. b. Prahipertensi: sistolik 120 sampai 139 mmHg diastolik 80 sampai 89 mmHg. c. Stadium 1: sistolik 140 sampai 159 mmHg diastolik 90 sampai 99 mml Hg. d. Stadium 2: sistolik 2160 mmHg diastolik 2100 mmHg. B. SARAN Penulis sadar bahwasanya makalah ini masih banyak kekurangan dalam penulisan dari isi maupun sususan dalam pembuatan makalah ini akan tetapi penulis berharap malkalh ii dapat berguna bagirekan rekan mahasiswa lain sebagai referensi untuk media pembelajaran , kiranya penulis memerlukan saran dan kritik sebagai pembangun agar bisa membuat maklah yang lebih baik lagi.



40



DAFTAR PUSTAKA



e) Aspiani, dkk. 2016. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan kardiovaskuler. Jakarta : EGC. f) Bulecheck, G.M, H. Dochterman, J M Butcher, Dochterman. 2016 Nursing Interventions Clasification (NIC) Edisi ke Enam Bahasa Indonesia. New Jersey : Mocamedia.  Suiraoka, IP.2012.Penyakit Degeneratif.Yogyakarta: Nuha Media  Mashudi, Sugeng.2011.Anatomi dan Fisiologi Dasar.Jakarta: Salemba Medika  Brunner dan Suddarth.2010.Keperawatan Medikal Bedah.Ed.12.Jakarta: EGC



41