Makalah Identifikasi Bakteri Dan Pengecatan - Kelompok 9 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KELOMPOK MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI IDENTIFIKASI BAKTERI DAN PENGECATAN



Dosen Pembimbing : Suliati S.Pd., S.Si. Disusun oleh : Elvira Amara Putri



P27820720014



Halimah Nur Fitri Sana



P27820720019



Mochammad Wildanil Ulya



P27820720028



Nadila Ayu Agdriani



P27820720031



Zainatush Su'udiyah



P27820720046



Ahmad Rofiq Wahyu Kurniawan P27820720049 Kiranti Raras Wahyuningtyas



P27820720069



Sabrina Aracely Della Nabilah



P27820720083



TINGKAT I SEMESTER 1 SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS TAHUN AKADEMIK 2020/2021



LEMBAR PENGESAHAN



Judul Makalah



: Identifikasi Bakteri dan Pengecatan



Disusun oleh



: Kelompok 9



Jurusan



1. Elvira Amara Putri



P27820720014



2. Halimah Nur Fitri Sana



P27820720019



3. Mochammad Wildanil Ulya



P27820720028



4. Nadila Ayu Agdriani



P27820720031



5. Zainatush Su'udiyah



P27820720046



6. Ahmad Rofiq Wahyu Kurniawan



P27820720049



7. Kiranti Raras Wahyuningtyas



P27820720069



8. Sabrina Aracely Della Nabilah



P27820720083



: Pendidikan Profesi Ners jenjang Sarjana Terapan Keperawatan Soetomo Tingkat 1



Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah yang kami selesaikan adalah benar. Dengan ini kami menyatakan penulisan makalah dengan judul “Identifikasi Bakteri dan Pengecatan” telah memenuhi semua syarat serta ketentuan yang ditetapkan oleh ibu guru dosen.



Surabaya, 8 Mei 2021 Yang Memberi Pengesahan



Yang Membuat Pengesahan



(Suliati S.Pd., S.Si.,)



(Kelompok 9)



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Identifikasi Bakteri dan Pengecatan”. Dalam penyusunan makalah ini kami tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak/Ibu dosen pengampu mata kuliah Mikrobiologi dan Parasitologi 2. Orang tua saya yang selalu memberi dukungan dan dorongan 3. Teman-teman sekelompok yang saling mendukung 4. Semua pihak yang tidak mungkin saya sebutkan satu per satu Makalah ini telah kami susun dengan baik dan seksama dengan landasan teori dari seluruh referensi yang terkumpul. Beberapa referensi tersebut kami pilih untuk dijadikan referensi utama. Semoga dengan tersusunnya makalah ini bisa menambah wawasan keilmuan dalam mempelajari Mikrobiologi dan Parasitologi dan memberi manfaat bagi kami dan pembaca. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu kami mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.



Surabaya, 8 Mei 2021



Penyusun



DAFTAR ISI



Cover.........................................................................................................................i Lembar Pengesahan.................................................................................................ii Kata Pengantar........................................................................................................iii Daftar Isi..................................................................................................................iv BAB I (Pendahuluan) 1.1



Latar



Belakang....................................................................................................6 1.2



Rumusan



Masalah...............................................................................................6 1.3 Tujuan 1.3.1



Tujuan



Umum......................................................................................7 1.3.2



Tujuan



Khusus.....................................................................................7 1.4 Manfaat...............................................................................................................7 BAB II (Isi) 2.1



Media



Pemeriksaan.............................................................................................7 2.2 Identifikasi Bakteri...........................................................................................14 2.3 Kuman............................................................................................21



Pewarnaan



BAB III (Penutup) 3.1 Kesimpulan.......................................................................................................30 Daftar Pustaka........................................................................................................32



BAB I Pendahuluan



1.1 Latar Belakang Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri mejadi dua kelompok besar, yaitu gram positif dan gram negatif berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, yaitu ilmuwan asal Denmark, Hans Christian Gram yang mengembangkan teknik tersebut pada tahun 1884 untuk membedakan antara Pneumococcus dan bakteri Klebsiella pneumonia. Pewarnaan gram dibagi menjadi dua hasil, yaitu gram positif dan gramnegatif yang tergantung dari reaksi dinding sel terhadap tinta safranin atau kristal violet. Beberapa bakteri tidak dapat terwarnai dengan pewarnaan gram dikarenakan dinding selnya yang mengandung banyak lipid, sehingga perlu digunakan pewarnaan tahan asam untuk mengidentifikasi bakteri tersebut. Pada pewarnaan tersebut sel bakteri akan berwarna merah, tetapi sel jaringan akan berwarna hijau. Pada pewarnaan gram ini, reagen yang digunakan ada 4 jenis, yaitu kristal violet, iodine, alcohol, dan safranin. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu dari kristal violet sehingga ketika diamati mikroskop akan menunjukkan warna ungu, sedangkan bakteri gram negatif tidak dapat mempertahankan warna ungu dari kristal violet tetapi zat warna



safranin dapat terserap pada dinding selsehingga akan memperlihatkan warna merah. Pengecatan gram dilakukan pada kultur bakteri umur 24 jam yang ditumbuhkan pada medium padat. Bakteri gram positif akan memberikan warna ungu ketika diberi cat gram. Warna ungu tersebut terjadi karena dinding sel bakteri mengikat cat kristal violet yang diperkuat oleh iodine dan kristal violet tersebut tidak akan hilang pada waktu diberi cat peluntur sehingga tidak terpengaruh pada saat diberi cat penutup yang berwarna merah. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja media pemeriksaan untuk identifikasi bakteri dan pengecatan? 2. Bagaimana cara mengidentifikasi bakteri dan pengecatan? 3. Bagaimana cara pewarnaan kuman ? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Identifikasi Bakteri dan Pengecatan. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui media pemeriksaan identifikasi bakteri dan pengecatan. 2. Untuk mengetahui cara mengidentifiasi bakteri dan pengecatan. 3. Untuk mengetahui cara pewarnaan kuman. 1.4 Manfaat Memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi dan Parasitologi, serta menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang pengidentifikasian dan pengecatan bakteri.



BAB II Isi



2.1



Media Pemeriksaan Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara



(nutrient) yang digunakan untuk membiakkan mikroba. Media terdapat bermacam-macam yang dapat digunakan untuk isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba maupun untuk transport specimen dari suatu tempat ke tempat pemeriksaan mikrobiologi. Dalam pemeriksaan mikrobiologi, media menjadi suatu hal yang penting agar mikroba yang dapat hidup dan menentukan bahwa mikroba yang diperiksa adalah benarbenar mikroba yang dicari atau yang diharapkan. Upaya pembiakan mikroorganisme memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai agar bakteri dapat berkembang dengan baik. Dalam pertumbuhannya, mikroorganisme memerlukan bahan-bahan organik dan ion-ion pendukung sebagai sumber energi dan katalis. Faktor-faktor yang penting bagi proses pembiakan mikroorganisme yaitu nutrisi, oksigen dan gas lain, kelembaban, pH media,



suhu,



serta



kontaminan.



Media



yang



baik



untuk



pembiakan



mikroorganisme harus mengandung unsur-unsur seperti karbon, nitrogen, fosfat inorganic, sulfur, logam, air, dan mineral.  Macam-macam Media Media untuk kultur bakteri dalam mikrobiologi ada banyak jenisnya dan dapat menjadi tiga kelompok besar berdasarkan bentuk, komposisi/susunannya. A. Berdasarkan Bentuknya Bentuk media ada tiga macam yang dapat dibedakan dari ada atau tidaknya bahan tambahan berupa bahan pemadat seperti agar-agar atau gelatin. Bentuk media tersebut yaitu: 1. Media Padat Media padat merupakan media yang mengandung banyak agar atau zat pemadat kurang lebih 15% agar sehingga media menjadi padat. Media ini dapat dibedakan menjadi tiga jenis menurut bentuk dan wadahnya yaitu, media tegak, media miring, dan media lempeng. Media tegak menggunakan tabung reaksi yang ditegakkan sebagai wadahnya, media miring menggunakan tabung reaksi yang dimiringkan, sedangkan media lempeng menggunakan petridish (plate) sebagai wadahnya. Media ini umumnya digunakan untuk pertumbuhan koloni bakteri atau kapang. Ke dalam media ditambahkan antara 10-15 gram tepung agar-agar per 1000 ml media. Jumlah tepung agar-agar yang ditambahkan tergantung kepada jenis atau kelompok mikroba yang dipelihara. Kalau ke dalam media tidak ditambahkan zat pemadat, umumnya dipergunakan untuk pembiakkan mikroalga tetapi juga mikroba lain, terutama bakteri dan ragi. Ada yang memerlukan kadar air tinggi sehingga jumlah tepung agar-agar rendah. Tetapi ada pula yang



memerlukan



kandungan



air



rendah



sehingga



penambahan tepung agar-agar harus sedikit. Media padat



umumnya dipergunakan untuk bakteri, ragi, jamur dan kadang-kadang juga mikroalga 2. Media semi padat Media semi padat atau semi cair merupakan media yang mengandung agar kurang dari yang seharusnya kurang lebih 0,3% - 0,4% sehingga media menjadi kenyal, tidak padat dan tidak begitu cair. Umumnya digunakan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan air dan hidup anerobik dan untuk melihat pergerakan mikroba. Kalau penambahan zat pemadat hanya 50% atau kurang dari yang seharusnya. Ini umumnya diperlukan untuk pertumbuhan



mikroba



yang



banyak



memerlukan



kandungan air dan hidup anaerobic atau fakultatif. 3. Media cair Media cair merupakan media yang tidak ditambahi bahan pemadat, umumnya digunakan untuk pertumbuhan mikroalga. Kalau ke dalam media tidak ditambahkan zat pemadat, umumnya dipergunakan untuk pembiakkan mikroalge tetapi juga mikroba lain, terutama bakteri dan ragi. B. Berdasarkan Komposisi/Susunannya Berdasarkan komposisinya media di bagi atas : 1. Media alami/non sintetis merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami dimana komposisinya yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya seperti: kentang, tepung, daging, telur, ikan sayur, dsb. Contohnya: Tomato juice agar. 2. Media semi sintesis merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami dan bahan-bahan sintesis. Contohnya: Kaldu nutrisi disusun dari : Pepton 10,0 g, Ekstrak daging 10,0 g, NaCl 5,0 g, dan Aquadest 1000 ml.



3. Media sintesis, yaitu media yang disusun dari senyawa kimia yang jenis dan takarannya diketahui secara pasti. Contohnya : Mac Conkey Agar. C. Berdasarkan bentuk Berdasarkan bentuk, media perbenihan dapat dikelompokkan menjadi: 1. Media alami, yaitu media yang disusun oleh bahan-bahan alami seperti kentang, tepung, daging, telur, ikan, umbiumbian lainnya dan sebagainya. Pada saat sekarang media alami yang banyak dipergunakan adalah dalam kultur jaringan tanaman maupun hewan. Media untuk budidaya mikroorganisme



memiliki



sumber



karbon



untuk



dimasukkan ke dalam biomasa. Kalau ke dalam media tidak ditambahkan zat pemadat, umumnya dipergunakan untuk pembiakan mikroalge tetapi juga mikroba lain, terutama bakteri dan ragi. Contoh media alami yang paling banyak dipergunakan



adalah



telur



untuk



pertumbuhan



dan



perkembangbiakan virus 2. Media sintetik yaitu media yang disusun oleh senyawa kimia.



Contohnya



media



untuk



pertumbuhan



dan



perkembangbiakan bakteri Clostridium tersusun oleh : K2HPO4 : 0,5 g KH2PO4 : 0,5 g MgSO4, 7H2O : 0,1 g NaCl : 0,1 g FeSO4, 7H2O : 0,01 g MnSO4, 7H2O : 0,01 g CaCO3 : seangin 3. Media semi sintetik yaitu media yang tersusun oleh campuran bahan-bahan alami dan bahan-bahan sintetis. Berikut ini beberapa media yang sering digunak an secara umum dalam mikrobiologi



A. Lactose Broth Lactose



broth



digunakan



sebagai



media



untuk



mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (preenrichment broth) untuk Salmonellae dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya. Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk memetabolisme bakteri. Laktosa menyediakan



sumber



karbohidrat



yang



dapat



difermentasi untuk organisme koliform. B. EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) Media



Eosin



Methylene



Blue



mempunyai



keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. C. Nutrient Agar Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam arti mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. NA merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji air biasa, uji air limbah, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. D. Nutrient Broth



Nutrient broth merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk cair. Intinya sama dengan nutrient agar. E. MRSA (de Mann Rogosa Sharpe Agar) MRSA merupakan media yang diperkenalkan oleh De Mann, Rogosa, dan Shape (1960) untuk memperkaya, menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan. MRS agar mengandung polysorbat, asetat, magnesium, dan mangan yang diketahui



untuk



pertumbuhan



beraksi/bertindak



bagi



Lactobacillus,



sebagai sebaik



faktor nutrien



diperkaya. F. Trypticase Soy Broth (TSB) TSB adalah media broth diperkaya untuk tujuan umum, untuk



isolasi,



dan



penumbuhan



bermacam



mikroorganisme. Media ini banyak digunakan untuk isolasi bakteri dari spesimen laboratorium dan akan mendukung pertumbuhan mayoritas bakteri patogen. Media TSB mengandung kasein dan pepton kedelai yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen lainnya yang membuatnya menjadi media bernutrisi untuk bermacam mikroorganisme. G. Plate Count Agar (PCA) PCA digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan inokulasi di atas permukaan. Media PCA ini baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba) karena di dalamnya mengandung komposisi



casein



enzymic



hydrolisate



yang



menyediakan asam amino dan substansi nitrogen kompleks lainnya serta ekstrak yeast mensuplai vitamin B kompleks. H. Potato Dextrose Agar (PDA)



PDA



digunakan



mengidentifikasi



untuk ragi



dan



menumbuhkan



atau



kapang.



juga



Dapat



digunakan untuk enumerasi ragi dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan. PDA cocok untuk pertumbuhan



jamur.



PDA



mengandung



sumber



karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. D. Jenis-Jenis Media Berdasarkan Fungsinya Berdasarkan fungsinya, media dapat dibedakan menjadi enam yaitu: 1. Media Basal (media dasar) adalah media yang digunakan sebagai bahan dasar untuk, membuat media lain yang lebih kompleks. Media ini dapat mendukung pertumbuhan hampir semua jenis mikrobia, contohnya adalah nutrient broth, kaldu pepton, dsb. 2. Media Diferensial adalah media yang bila ditumbuhi oleh mikroba yang berbeda, mikroba tersebut akan tumbuh dengan ciri khusus sehingga dapat dibedakan. Contohnya: Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Media Sulfit Indol Motility (SIM), dan sebagainya. Pada media diferensial ditambahkan bahan-bahan kimia atau reagensia tertentu yang menyebabkan mikroba yang tumbuh memperlihatkan perubahanperubahan spesifik sehingga dapat dibedakan dengan jenis lainnya. 3. Media selektif adalah media yang memungkinkan suatu jenis mikroba tumbuh dengan pesat, sementara jenis mikroba



yang



lain



terhambat.



Contohnya:



Media



Salmonella Shigella Agar (SSA), Thiosulphate Citrate Bile Salt (TCBS), dan sebagainya. Media selektif merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan tertentu yang akan



menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan yang ada dalam suatu spesimen. Inhibitor yang digunakan berupa antibiotik, garam dan bahan-bahan kimia lainnya. 4. Media diperkaya (enrichment) adalah media yang dirancang untuk mendukung pertumbuhan mikroorganisme. Media tersebut memiliki konstituen nutrisi yang mendorong pertumbuhan mikroba tertentu. Contohnya: kaldu selenit, atau kaldu tetrationat untuk memisahkan bakteri Salmonella thyposa dari tinja. Pada media diperkaya (enrichment media)



ditambahkan



bahan-bahan



tertentu



untuk



menstimulasi pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Hal ini dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan mikroba yang jumlahnya sedikit dalam suatu campuran berbagai mikroba contoh Chocolate media dan Yeast-Extractpoptasium Nitrat Agar. 5. Media pengkayaan adalah media yang mengandung bahanbahan tertentu yang di satu pihak dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu, tetapi di lain pihak sebaliknya dapat menunjang pertumbuhan bakteri tertentu lainnya. Misalnya media Muller-Kauffman mengandung natrium tetrationat yang menunjang pertumbuhan Salmonella tetapi menghambat pertumbuhan Escherichia. 6. Media uji (identifikasi) adalah media yang digunakan untuk identifikasi mikroba, misalnya Medium Litmus Milk umumnya ditambah dengan substansi tertentu yang bisa menjadi indicator. 7. Medium umum, media yang ditambahkan bahan-bahan yang bertujuan menstimulasi pertumbuhan mikroba secara umum. Contoh Nutrien Agar (NA) untuk menstimulasi pertumbuhan bakteri, Potato Dextose Agar (PDA) untuk menstimulir pertumbuhan fungi.



8. Medium khusus (spesifik), merupakan medium untuk menentukan tipe pertumbuhan mikroba dan kemampuannya untuk mengadakan perubahan-perubahan kimia tertentu misalnya,



medium



tetes



tebu



untuk Saccharomyces



cerevisiae. 9. Medium penguji (Assay medium), yaitu medium dengan susunan tertentu yang digunakan untuk pengujian senyawasenyawa tertentu dengan bantuan bakteri misalnya medium untuk menguji vitamin-vitamin, antibiotika dan lain-lain. 10. Medium perhitungan jumlah mikroba yaitu medium spesifik yang digunakan untuk menghitung jumlah mikroba dalam suatu bahan, misalnya medium untuk menghitung jumlah bakteri E. coli air sumur. 2.2



Identifikasi Bakteri Tahap pengidentifikasian ini menurut buku Bergey Manual Of



Determinative Bacteriology. Proses identifikasi bakteri dilakukan melalui beberapa tahapan pengamatan morfologi dan uji biokimia. Adapun tahapan identifikasi bakteri yang akan dilakukan dalam penelitian A. Pengamatan Isolat Koloni Bakteri Pengamatan koloni bakteri ini dilakukan dengan mengamati koloni bakteri yang terbentuk dalam media NA saat pengisolasian dan dihitung jumlah isolat bakteri yang tumbuh pada media NA. Indikator dalam pengamatan koloni bakteri ini yaitu mengamati bentuk, warna, tepi dan permukaan dari koloni bakteri. B. Pewarnaan Gram Pengamatan bakteri dengan pewarnaan gram dilakukan untuk mengetahui bakteri tersebut termasuk dalam bakteri gram positif atau gram negatif. Pewarnaan ini dilakukan dengan cara koloni bakteri yang diperoleh dibuat dipreparat ulas kemudian di fiksasi, lalu ditetesi denan larutan kristal violet, dibiarkan 1 menit. Setelah itu, kaca objek



dimiringkan guna untuk membuang zat warna ungu berlebih, lalu dibilas dengan aquades dengan cara dialirkan dari botol semprot. Selanjutnya, diberi larutan iodium dan dibiarkan selama 1 menit, lalu kaca objek dimiringkan untuk membuang larutan iodium yang berlebih dan bilas dengan aquades. Kemudian, dicuci dengan alkohol 95% dengan cara ditetesi selama 10 detik sampai zat warna ungu tidak terlihat lagi. Dicuci dengan akuades lalu beri pewarna safranin selama 1 menit, lalu kaca objek untuk membuang pewarna safranin berlebih, dan dibilas dengan aquades.Setelah itu, diamati dengan menggunakan mikroskop (Cappucino dan Sherman, 2014:75). C. Pewarnaan Spora Pengamatan bakteri dengan pewarnaan spora untuk mengetahui isolat bakteri tersebut memiliki spora. Pewarnaan ini dibuat dengan mengambil koloni pada setiap isolat dengan membuat preparat ulas dan dibiarkan mengering dengan melakukan fiksasi panas, lalu digenangi apusan dengan melakit hijau dan tempatkan di atas penangas air selama 23 menit, lalu dipreparat didinginkan dan dibilas dengan akuades, diberikan pewarna tandingan safranin selama 30 detik, dibilas dengan akuades. Setelah itu dikeringkan menggunakan kertas saring dan diamati dengan mikroskop (Cappucino dan Sherman, 2014:87). D. Uji Biokimia 1. Hidrolisis Starch (Amilum) 2. Hidrolisis Gelatin 3. Fermentasi Karbohidrat 4. Produksi Indol 5. Tes Katalase 6. Tes Methyl Red



7. Tes Voges Proskauer 8. Tes Pemanfaatan Sitrat 9. Tes Hidrogen Sulfida Menurut jurnal Diyaningsih, Ni Luh De (2019) identifikasi dibagi atas pewarnaan gram dan uji biokimia yaitu 1. Pewarnaan gram Penampakan mikroorganisme dalam keadaan hidup cukup sulit, bukan hanya karena ukurannya yang sangat kecil, melainkan juga krena mikroorganisme tersebut transparan dan praktis tidak berwarna bila disuspensikan dalam suatu media cair. Untuk mempelajari sifatsifat dan membagi mikroorganisme-mikroorganisme tersebut ke dalam kelompok-kelompok spesifik untuk tujuan diagnosis, pewarnapewarna



biologis



dan



prosedur



pewarnaan



bersama



dengan



mikroskopi cahaya telah menjadi peralatan utama pada mikrobiologi. Berbagai teknik pewarnaan tersedia untuk visualisasi, diferensiasi, dan pemisahan bakteri dalam hal karakteristik morfologis dan struktur sel. Salah satu pewarnaan bakteri yaitu pewarnaan gram yang merupakan pewarnaan diferensial. Pewarnaan gram membagi sel-sel bakteri ke dalam dua kelompok utama yaitu gram positif dan gram negatif, yang menjadikan sebagai suatu alat yang penting untuk klasifikasi dan diferensiasi mikroorganisme. Reaksi pewarnaan gram didasarkan pada perbedaan komposisi kimiawi dinding sel bakteri. Sel-sel gram positif memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal, sedangkan lapisan peptidoglikan pada sel-sel gram negatif jauh lebih tipis dan dikelilingi oleh lapisan yang mengandung lemak di bagian luarnya. Pewarnaan gram menggunakan empat pereaksi yang berbeda yaitu kristal violet yang digunakan pertama kali dan mewarnai seluruh sel menjadi



ungu, iodin gram berperan sebagai



peluntur yang



meningkatkan afinitas sel terhadap suatu pewarna dengan cara



berikatan dengan pewarna primer, etil alkohol 95% sebagai senyawa pendehidrasi protein dan pelarut lipid dan pewarna safranin digunakan untuk memberikan warna merah pada sel-sel yang sebelumnya telah kehilangan warna. 2. Uji Biokimia 3. Uji Triple Sugar-Iron Agar (TSIA) Uji TSIA dirancang untuk membedakan antar-kelompok atau antar-genus yang berbeda dalam Enterobacteriaceae, yang seluruhnya merupakan Bacillus gram negatif yang dapat memfermentasi glukosa dengan disertai pembentukan asam, dan untuk membedakan Enterobacteriaceae dari Bacillus gram negatif intestinal lainnya. Pembedaan ini dilakukan berdasarkan perbedaan pola fermentasi karbohidrat dan pembentukan hidrogen sulfida oleh berbagai kelompok organisme intestinal. Agar miring TSIA mengandung laktosa dan sukrosa berkonsentrasi 1% serta glukosa berkonsentrasi 0,1% yang akan memungkinkan deteksi penggunaan substrat-substrat tersebut saja. Indikator asam-basa fenol merah juga ditambahkan dalam media utnuk mendeteksi fermentasi karbohidrat yang ditandai oleh perubahan warna media dari merah-jingga menjadi kuning karena terbentuknya asam. Media TSIA juga mengandung natrium tiosulfat, suatu substrat untuk pembentukan hidrogen sulfida (H2S), dan fero sulfat untuk mendeteksi hasil akhir yang tidak berwarna ini. Setelah inkubassi, hanya biakan organisme yang dapat menghasikan H2S yang akan menunjukkan penghitaman yang pekat di bagian dasar karena terjadi pengendapan fero sulfida yang tidak larut. 4. Fermentasi karbohidrat Sebagian besar mikroorganisme mendapatkan energi melalui serangkaian reaksi enzimatik yang teratur dan terpadu pada biooksidasi suatu substrat, biasanya karbohidrat. Pada fermentasi, substrat-substrat seperti karbohidrat dan alkohol mengalami disimilasi



anaerob dan menghasilkan suatu asam organik yang kemungkinan disertai dengan pembentukan gas seperti hidrogen atau karbon dioksida. 5. Uji Indole Metil Merah Voges-Proskauer Citrate (IMViC) Diferensiasi kelompok-kelompok utama Enterobacteriaceae dapat dilakukan berdasarkan sifat biokimia dan reaksi enzimatik bakteribakteri tersebut ketika terdapat substrat-substrat spesifik. A. Triptofan Triptofan merupakan asam amino esensial yang dapat mengalami oksidasi melalui aktivitas enzimatik beberapa bakteri. Pengubahan



triptofan



menjadi



produk-produk



metabolik



dimediasi oleh enzim triptofanase. Pada uji ini digunakan agar Sulfide Indole Motility (SIM) yang mengandung substrat triptofan. Keberadaan indol dapat dideteksi dengan menambahkan pereaksi Kovac, yang akan menghasilkan suatu lapisan pereaksi berwarna merah ceri. Warna ceri dihasilkan oleh pereaksi yang terdiri atas p-dimetilaminobenzaldehida, butanol dan asam hidroklorida. Indol diekstraksi dari media ke dalam lapisan pereaksi oleh komponen butil alkohol yang diasamkan dan membentuk suatu kompleks dengan p-dimetilaminobenzaldehida menghasilkan warna merah ceri (Cappucino dan Sherman, 2009). B. Metil Merah Monosakarida heksosa glukosa merupakan substrat utama yang digunakan oleh semua organisme enterik untuk membentuk energi. Produk-produk akhir dalam proses ini akan beragam bergantung pada jalur enzimatik spesifik yang ada dalam bakteri. Pada uji ini, indikator pH metil merah mendeteksi terbentuknya produk akhir asam berkonsentrasi tinggi. Meskipun sebagian besar



mikroorganisme



enterik



memfermentasi



glukosa



menghasilkan asam-asam organik, uji ini penting untuk membedakan Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes (Cappucino dan Sherman, 2009). C. Voges-Proskauer Uji Voges - Proskauer menentukan kemampuan beberapa organisme membentuk produk akhir non-asam atau netral, seperti asetilmetilkarbinol, dari asam-asam organik yang dihasilkan dari metabolisme glukosa. Fermentasi glukosa ini yang merupakan karakteristik Enterobacter aerogenes. Pereaksi yang digunakan dalam uji ini, pereaksi barritt, terdiri atsa campuran senyawa alkohol α-naftol dan larutan kalium hidroksida 40%. Deteksi asetilmetilkarbinol dapat dilakukan apabila produk akhir ini dioksidasi menjadi suatu senyawa diasetil. Reaksi ini akan terjadi dengan adanya katalis α-naftol dan gugus guanidin dalam pepton yang terkadung dalam media MR-VP. Hasilnya akan terbentuk kompleks berwarna merah muda, yang memberikan warna merah mawar pada media. D. Simmons Citrate (SC) Dalam kondisi tidak ada glukosa atau laktosa yang dapat difermentasi, beberapa mikroorganisme dapat menggunakan sitrat sebagai sumber karbon tuntuk mendapatkan energi, kemampuan menggunakan sitrat sebagai sumber karbon bergantung pada keberadaan sitrat permease yang memfasilitasi transpor sitrat di dalam sel. Sitrat diaktifkan oleh enzim sitrase, yang menghasilkan asamoksaloasetat dan asetat. Produk-produk ini kemudian diubah secara enzimatik menjadi asam piruvat dan karbondioksida. Selama reaksi ini, media menjadi basa karbondioksida yang dihasilkan akan bergabung dengan natrium dan air membentuk natrium karbonat, suatu produk yang bersifat basa (Cappucino dan Sherman, 2009).



E. Hidrogen Sulfida dan Motilitas Media SIM mengandung peptone dan natrium tiosulfat sebagai substrat sulfur, fero sulfat (FeSO4), yang berperan sebagai indikator H2S, dan agar secukupnya untuk menghasilkan media yang semisolid sehingga meningkatkan respirasi anaerob. Selain itu agar SIM juga digunakan untuk mendeteksi organisme motil. Motilitas dikenali apabila pertumbuhan biakan (kekeruhan) organisme berflagelum tidak hanya tampak pada garis inokulasi (Cappucino dan Sherman, 2009). 6. Uji Katalase Organisme-organisme



yang



dapat



menghasilkan



katalase



menguraikan hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen bebas. Produksi katalase dapat ditentukan dengan menambahkan substrat H2O2 ke dalam biakan agar miring Trypticase Soy Agar (TSA). Jika terdapat katalase maka akan terbentuk gelembung-gelembung gas oksigen bebas (Cappucino dan Sherman, 2009). 7. Uji Koagulase Plasma kelinci atau plasma manusia yang mengandung sitrat dan diencerkan 1:5, dicampur dengan biakan kaldu atau pertumbuhan koloni pada agar dengan volume yang sama dan diinkubasi pada suhu 370C. Jika terbentuk bekuan dalam 1-4 jam, tes ini positif. Staphylococcus koagulase positif dianggap patogen bagi manusia (Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 2012). 2.3



Pewarnaan Kuman Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat



macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad-jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur



pewarnaan yang menampilkan perbedaan diantara sel-sel mikroba atau bagianbagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan pengecatan struktural hanya bisa mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengectan endospora, flagela dan pengecatan kapsul. 1. Pewarnaan Sederhana Antara komponen kromofor pada pewarna dengan sel bakteri, hal tersebut menyebabkan bakteri dapat menyerap pewarna dengan baik. Pewarnaan sederhana bertujuan untuk memberikan kontras antara bakteri dan latar belakang. Pewarnaan sederhana dilakukan ketika kita ingin mengetahui informasi tentang bentuk dan ukuran sel bakteri. Gambar pewarnaan sederhana yang dilihat dibawah mikroskop. Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan asam dan pewarna basa. Pewarna asam dapat terjadi karena bila senyawa pewarna bermuatan negatif. Dalam kondisi pH mendekati netral dinding sel bakteri cenderung bermuatan negatif, sehingga pewarna asam yang bermuatan negatif akan ditolak oleh dinding sel, maka sel tidak berwarna. Pewarna asam ini disebut pewarna negatif. Contoh pewarna asam misalnya: tinta cina, larutan nigrosin, asam pikrat, eosin, dll. Pewarna basa bisa terjadi bila senyawa pewarna bersifat positif, sehingga akan diikat oleh dinding sel bakteri dan sel bakteri ini jadi berwarna dan terlihat. Contoh dari pewarna basa misalnya metilen biru, kristal violet, safranin, dan lain-lain. Teknik pewarnaan asam basa ini hanya menggunakan satu jenis senyawa pewarna, teknik ini disebut pewarna sederhana. Pewarnaan sederhana ini diperlukan untuk mengamati morfologi, baik bentuknya maupun susunan sel. Teknik pewarnaan yang lain adalah pewarnaan diferensial, yang menggunakan senyawa pewarna yang lebih dari satu jenis.



Diperlukan untuk mengelompokkan bakteri misalnya, bakteri gram positif dan gram negatif atau bakteri tahan asam dan tidak tahan asam. Juga diperlukan untuk mengamati struktur bakteri seperti flagela, kapsula, spora, dan nukleus. 2. Pewarnaan Negatif Pewarnaan negatif adalah pewarnaan yang tidak langsung mewarnai bakteri, melainkan mewarnai latar belakang preparat bakteri tersebut. Pewarnaan ini dilakukan menggunakan pewarnaan yang bersifat asam seperti negrosin, tinta india atau eursin. Pewarna ini tidak akan menembus atau berikatan dengan dinding sel bakteri karena daya muatan negatif dinding sel 8 bakteri. Pewarna akan membentuk deposit disekitar bakteri atau menghasilkan latar belakang hitam sehingga bakteri tampak tidak berwarna, sementara latar belakangnya berwarna gelap. Pewarnaan Negatif adalah pewarnaan yang menggunakan pewarna asam seperti Negrosin, Eosin, atau Tinta India sebagai pewarna utama. Pewarnaan negatif dilakukan pada bakteri yang sukar diwarnai oleh pewarna sederhana seperti spirochaeta. Pewarnaan negatif bertujuan untuk memberi warna gelap pada latar belakang dan tidak memberi warna pada sel bakteri. Hal tersebut dapat terjadi karena pada pewarnaan negatif, pewarna yang digunakan adalah pewarna asam dan memiliki komponen kromoforik yang bermuatan negatif, yang juga dimiliki oleh sitoplasma bakteri. Sehingga pewarna tidak dapat menembus atau berpenetrasi ke dalam sel bakteri karena negatif charge pada permukaan sel bakteri. Pada pewarnaan negatif ini, sel bakteri terlihat transparan (tembus pandang). Gambar pewarnaan negative dilihat dari mikroskop 3. Pewarnaan Diferensial Pewarnaan



diferensial



adalah



pewarnaan



yang



mampu



mendiferensiasi atau membedakan bakteri, sehingga bakteri dapat



digolongkan menjadi dua yaitu Gram negatif dan Gram positif. untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka. Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk No



Zat Warna



Sebagai



1



Kristal violet Gram A



Zat warna utama



2



Iodin



Mengintensifkan



Gram B



Fungsi



warna utama. 3



Alkohol



Gram C



Larutan peluntur



4



Safranin



Gram D



Cat penutup



mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka. Tabel 1. Zat Warna yang digunakan dalam Pewarnaan Gram Positif dan Gram Negatif



Tabel 2.



No



Zat Warna



Gram Positif



Gram Negatif



1



Kristal violet



Ungu



Ungu



2



Iodin



Ungu



Ungu



3



Alkohol



Ungu



Ungu



4



Safranin



Ungu



Merah



Perubahan warna dalam pewarnaan Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif 4. Pewarnaan Tahan Asam Beberapa



spesies



bakteri



pada



genus



Mycobacterium,



Cryptosporidium dan Nocardia tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan sederhana. Namun, mikroorganisme ini dapat diwarnai dengan menggunakan Karbol Fuchsin yang dipanaskan. Panas membuat pewarna dapat terserap oleh sel bakteri karena panas dapat menghilangkan lapisan lilin pada dinding sel bakteri. Sekali bakteri tahan asam menyerap karbol fuchsin, maka akan sangat sulit untuk dilunturkan dengan asam-alkohol, oleh karena itu mereka disebut bakteri tahan asam. Bakteri tahan asam memiliki kadar lemak (asam mycolic) yang tinggi pada dinding sel mereka. Pada pewarnaan bakteri asam menggunakan metode Ziehl-Neelsen (juga disebut Hot Stain),



bakteri tahan asam akan berwarna merah karena menyerap pewarna karbol fuchsin yang dipanaskan, karena pada saat pemanasan dinding sel bakteri yang memiliki banyak lemak membuka sehingga pewarna dapat terserap. Namun tidak dapat dilunturkan dengan asam alkohol karena pada saat suhu normal lemak pada dinding sel bakteri kembali menutup, sehingga ketika diwarnai dengan pewarna tandingan, yaitu Methylene Blue, warnanya tetap merah. Berbeda dengan bakteri tidak tahan asam, ia akan menyerap pewarna tandingan yaitu methylene blue sehingga berwarna biru. Pada metode Kinyoun-Gabbet, tidak perlu dilakukan pemanasan, maka dari itu metode Kinyoun-Gabbet juga disebut Cold Stain. Metode Kinyoun-Gabbet tidak perlu dilakukan dengan pemanasan karena pada pewarna Kinyoun terdapat alkali fuchsin dengan konsentrasi yang tinggi, sehingga walau tanpa pemanasan dapat menghilangkan lapisan lilin pada dinding sel bakteri tahan asam. Komposisi Kinyoun antara lain: alkali fuchsin, fenol, alkohol 95%, dan aquades. Sebagai pewarna tandingan adalah Gabbet, yang memiliki komposisi antara lain : methylene blue, asam sulfat 96%, alkohol murni, dan aquades. Sama seperti pada metode Ziehl-Neelsen, bakteri tahan asam akan berwarna merah, sedangkan bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru. 5. Pewarnaan Spora Ada dua genus bakteri yang dapat membentuk endospora, yaitu genus Bacillus dan genus Clostridium. Struktur spora yang terbentuk di dalam tubuh vegetatif bakteri disebut sebagai ‘endospora’ (endo = dalam, spora=spora) yaitu spora yang terbentuk di dalam tubuh. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa endospora merupakan sel yang mengalami dehidrasi dengan dinding yang mengalami penebalan serta memiliki beberapa lapisan tambahan. Dengan adanya kemampuan untuk membentuk spora ini, bakteri tersebut dapat bertahan pada kondisi yang ekstrim. Menurut Pelczar (1986) bakteri yang dapat membentuk endospore ini dapat hidup dan mengalami tahapan-tahapan



pertumbuhan sampai beberapa generasi, dan spora terbentuk melalui sintesis protoplasma baru di dalam sitoplasma sel vegetatifnya. Menurut Volk & Wheeler (1988), dalam pengamatan spora bakteri diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat menembus dinding tebal spora. Contoh dari pewarnaan yang dimaksudkan tersebut adalah dengan penggunaan larutan Hijau Malakit 5%, dan untuk memperjelas pengamatan, sel vegetatif juga diwarnai dengan larutan Safranin 0,5% sehingga sel vegetatif ini berwarna merah, sedangkan spora berwarna hijau. Dengan demikian ada atau tidaknya spora dapat teramati, bahkan posisi spora di dalam tubuh sel vegetatif juga dapat diidentifikasi. Namun ada juga zat warna khusus untuk mewarnai spora dan di dalam proses pewarnaannya melibatkan proses pemanasan, yaitu; spora dipanaskan bersamaan dengan zat warna tersebut sehingga memudahkan zat warna tersebut untuk meresap ke dalam dinding pelindung spora bakteri. Beberapa zat warna yang telah disebutkan di atas, dapat mewarnai spora bakteri, tidak lepas dari sifat kimiawi dinding spora itu sendiri. Semua spora bakteri mengandung asam dupikolinat, yang mana subtansi ini tidak dapat ditemui pada sel vegetatif bakteri, atau dapat dikatakan, senyawa ini khas dimiliki oleh spora. Dalam proses pewarnaan, sifat senyawa inilah (asam dupikolinat) yang kemudian dimanfaatkan untuk diwarnai menggunakan pewarna tertentu, dalam hal ini larutan hijau malakit. Sedangkan menurut Pelczar (1986), selain subtansi di atas, dalam spora bakteri



juga



terdapat



kompleks



Ca2+



dan



asam



dipikolinan



peptidoglikan. Terdapat beberapa metode pewarnaan spora bakteri, diantaranya yaitu metode Schaeffer-Fulton dan metode Dorner. Pada metode Schaeffer-fulton, pewarna yang digunakan adalah hijau malaksit dan safranin, sedangkan pada metode Dorner, pewarna yang digunakan adalah carbol fuchsin yang dipanaskan dan negrosin. 6. Pewarnaan Kapsul Beberapa jenis bakteri mengeluarkan bahan-bahan yang amat berlendir dan lengket pada permukaan selnya, dan melengkungi dinding



sel. Bila bahan berlendir tersebut kompak dan tampak sebagai suatu bentuk yang pasti ( bundar/lonjong) maka disebut kapsul, tetapi bila bentuknya tidak teratur dan kurang menempel dengan erat pada sel bakteri disebut selaput lendir. Kapsul dan lendir tidaklah esensial bagi kehidupan sel, tetapi dapat berfungsi sebagai makanan cadangan, perlindungan terhadap fagositosis (baik dalam tubuh inang maupun dialam bebas) atau perlindungan terhadap dehidrasi. Kemampuan menghasilkan kapsul merupakan sifat genetis, tetapi produksinya sangat dipengaruhi oleh komposisi medium tempat ditumbuhkannya sel-sel yang bersangkutan. Komposisi medium juga dapat mempengaruhi ukuran kapsul. Ukuran kapsul berbeda-beda menurut jenis bakterinya dan juga dapat berbeda diantara jalur-jalur yang berlainan dalam satu spesies. Pada beberapa jenis bakteri adanya kapsul sebagai petunjuk virulensi. Semua kapsul bakteri tampaknya dapat larut dalam air. Komposisi kimiawi kapsul ada yang berupa glukosa (misalnya dektrosa pada leokonostok mesendteroides), polimer gula amino (misalnya asam hialuronat pada Staphylococcus piogenik), polipeptida (misalnya polimer asam D-glutamat pada Bacillus antraksis) atau kompleks polisakarida, dan glikoprotein ( misalnya B disentri). Pewarnaan kapsul tidak dapat dilakukan sebagaimana melakukan pewarnaan sederhana, pewarnaan kapsul dilakukan dengan menggabungkan prosedur dari pewarnaan sederhana dan pewarnaan negatif. Masalahnya adalah ketika kita memanaskan preparat dengan suhu yang sangat tinggi kapsul akan hancur, sedangkan apabila kita tidak melakukan pemanasan pada preparat, bakteri akan tidak dapat menempel dengan erat dan dapat hilang ketika kita mencuci preparat. Pewarnaan kapsul menggunakan pewarna Kristal Violet dan sebagai pelunturnya adalah Copper Sulfate. Kristal violet memberikan warna ungu gelap terhadap sel bakteri dan kapsul. Namun kapsul bersifat nonionic, sehingga pewarna utama tidak dapat meresap dengan kuat pada kapsul bakteri. Copper sulfate bertindak sebagai peluntur sekaligus counterstain, sehingga mengubah warna yang sebelumnya ungu gelap menjadi biru muda atau pink. Maka



dari itu pada pewarnaan kapsul, kapsul akan transparan sedangkan sel bakteri dan latar belakangnya akan berwarna biru muda atau pink. 7. Pewarnaan Flagella Flagel



merupakan



salah



satu



alat



gerak



bakteri.



Flagel



mengakibatkan bakteri dapat bergerak berputar. Penyusun flagel adalah sub unit protein yang disebut flagelin, yang mempunyai berat molekul rendah. Berdasarkan jumlah dan letak flagelnya, bakteri dibedakan menjadi monotrik, lopotrik, amfitrik, peritrik dan atrik. Prinsip pewarnaan flagella adalah membuat organel tersebut dapat dilihat dengan cara melapisinya dengan mordant dalam jumlah yang cukup. Dua metode pewarnaan flagella, yaitu metode Gray dan metode Leifson. Metode Gray digunakan untuk mendapat hasil yang lebih baik dan mengena walaupun dalam metode ini tidak dilakukan pencelupan yang khusus. Pada pewarnaan flagella larutan kristal violet bertindak sebagai pewarna utama, sedangkan asam tannic dan alumunium kalium sulfat bertindak sebagai mordant. Kristal violet akan membentuk endapan disekitar flagel, sehingga meningkatkan ukuran nyata flagel.



BAB III Penutup



3. 1 Kesimpulan Media terdapat bermacam-macam yang dapat digunakan untuk isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba maupun untuk transport specimen dari suatu tempat ke tempat pemeriksaan mikrobiologi.Dalam pemeriksaan mikrobiologi, media menjadi suatu hal yang penting agar mikroba yang dapat hidup dan menentukan bahwa mikroba yang diperiksa adalah benar-benar mikroba yang dicari atau yang diharapkan. Media ini dapat dibedakan menjadi tiga jenis menurut bentuk dan wadahnya yaitu, media tegak, media miring, dan media lempeng.Umumnya digunakan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan air dan hidup anerobik dan untuk melihat pergerakan mikroba. Media alami/non sintetis merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami dimana komposisinya yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya seperti: kentang, tepung, daging, telur, ikan sayur, dsb. Media sintesis, yaitu media yang disusun dari senyawa kimia yang jenis dan takarannya diketahui secara pasti.



NA merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji air biasa, uji air limbah, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. Media TSB mengandung kasein dan pepton kedelai yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen lainnya yang membuatnya menjadi media bernutrisi untuk bermacam mikroorganisme. Media Basal (media dasar) adalah media yang digunakan sebagai bahan dasar untuk, membuat media lain yang lebih kompleks. Media Diferensial adalah media yang bila ditumbuhi oleh mikroba yang berbeda, mikroba tersebut akan tumbuh dengan ciri khusus sehingga dapat dibedakan. Media selektif merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan tertentu yang akan menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan yang ada dalam suatu spesimen. Media pengkayaan adalah media yang mengandung bahan-bahan tertentu yang di satu pihak dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu, tetapi di lain pihak sebaliknya dapat menunjang pertumbuhan bakteri tertentu lainnya. Media uji (identifikasi) adalah media yang digunakan untuk identifikasi mikroba, misalnya Medium Litmus Milk umumnya ditambah dengan substansi tertentu yang bisa menjadi indicator. Medium penguji (Assay medium), yaitu medium dengan susunan tertentu yang digunakan untuk pengujian senyawa-senyawa tertentu dengan bantuan bakteri misalnya medium untuk menguji vitamin-vitamin, antibiotika dan lain-lain. Metode Gray digunakan untuk mendapat hasil yang lebih baik dan mengena walaupun dalam metode ini tidak dilakukan pencelupan yang khusus.



DAFTAR PUSTAKA



Putri, M. H. P., Sukini, Yadong, 2017, Bahan Ajar Keperawatan Gigi Mikrobiologi, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Jakarta. Diyaningsih, Ni Luh De (2019) IDENTIFIKASI BAKTERI PATOGEN PADA ALAT BEDAH MINOR DI RUANG IGD RSD MANGUSADA. Diploma thesis, Poltekkes Denpasar Hasana, N., Rares F., Porotu’o J. 2017, Isolasi dan identifikasi bakteri aerob yang dapat meyebabkan infeksinosokomial di Ruang Bedah Mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kondou Manado, Jurnal e-Biomedik (eBm), 5(1), 7 Rasbawati, Fitriani, 2019, Mikrobiologi Hewan, Parepare. Putri, M. H. P., Sukini, Yadong, 2017, Bahan Ajar Keperawatan Gigi Mikrobiologi, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Jakarta



Moda, Kevin Febrianus. 2019. Laporan Praktikum Mikrobiologi Pewarnaan ram. https://www.academia.edu/40670770/LAPORAN_PRAKTIKUM_MIKROBIOL OGI_PEWARNAAN_GRAM