Makalah Imunologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH Mikrobiologi Imunologi



Oleh: Kelompok 8 Dicky Wahyudi



(180210103055)



Nur Hanifah Alim K.



(180210103057)



A’ilda Pramudya S.



(180210103069)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2020



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang sistem pertahanan tubuh. Terminologi kata “imunologi” berasal dari kata immunitas dari bahasa latin yang berarti pengecualian atau pembebasan. Immunitas (imunitas) selanjutnya dipakai untuk suatu pengertian yang mengarah pada perlindungan dan kekebalan terhadap suatu penyakit, dan lebih spesifik penyakit infeksi. Konsep imunitas yang berarti perlindungan dan kekebalan sesungguhnya telah dikenal oleh manusia sejak jaman dahulu. Tubuh manusia tidak



mungkin terhindar



dari lingkungan yang



mengandung mikroba pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai karakteriskik tertentu pula. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi oleh system pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negattif, bagaimanapun, dapat menekan system pertahanan tubuh, system kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal. 1.2 Rumusan Masalah a. Apa pengertian imunologi? b. Apa pengertian sistem imun? c. Apa pengertian respon imun? d. Apa saja jenis-jenis respon imun?



e. Apa yang dimaksud dengan antigen dan antibodi? f. Bagaimana reaksi antigen dan antibodi? g. Apa yang dimaksud dengan sistem komplemen? h. Apa saja jenis-jenis sel sistem imunologi? i. Apa saja macam-macam penyakit imunitas? 1.3 Tujuan a. Untuk mengetahui lebih jauh gambaran tentang imunologi. b. Untuk mengetahui pengertian sistem imun. c. Untuk mengetahui pengertian respon imun. d. Untuk mengetahui jenis-jenis respon imun. e. Untuk mengetahui pengertian antigen dan antibodi. f. Untuk mengetahui reaksi antigen dan antibodi. g. Untuk mengetahui pengertian dari sistem komplemen. h. Untuk mengetahui jenis-jenis sel sistem imunologi. i. Untuk mengetahui penyakit imunitas



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Imunologi Imunologi berasal dari bahsa latin yaitu Imunis dan Logos, Imun yang berarti kebal dan logos yang berarti ilmu. Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kekebalan tubuh. Imunitas adalah perlindungan dari penyakit, khususnya penyakit infeksi. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin seperti: malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun. Imunologi juga di katakan sebagai suatu bidang ilmu yang luas yang meliputi penelitian dasar dan penerapan klinis , membahas masalah antigen, antibodi, dan fungsi-fungsi berperantara sel terutama yang berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit , reaksi biologik yang bersifat hipersensitif, alergi dan penolakan jaringan asing. 2.2 Pengertian Sistem Imun Sistem Imun adalah satu sistem terpenting yang terus menerus melakukan tugas dan kegiatan dan tidak pernah melalaikan tugas-nya adalah sistem kekebalan tubuh. Sistem ini melindungi tubuh sepanjang waktu dari semua jenis penyerang yang berpotensi menimbulkan penyakit pada tubuh kita. Ia bekerja bagi tubuh bagaikan pasukan tempur yang mempunyai persenjataan lengkap. Setiap sistem, organ, atau kelompok sel di dalam tubuh mewakili keseluruhan di dalam suatu pembagian kerja yang sempurna. Setiap kegagalan dalam sistem akan menghancurkan tatanan ini. Sistem imun sangat sangat diperlukan bagi tubuh kita. Sistem imun adalah sekumpulan sel, jaringan, dan organ yang terdiri atas :







Pertahanan lini pertama tubuh, merupakan bagian yang dapat dilihat oleh tubuh dan berada pada permukaan tubuh manusia sepeti kulit, air mata, air liur, bulu hidung, keringat, cairan mukosa, rambut.







Pertahanan lini kedua tubuh, merupakan bagian yang tidak dapat dilihat seperti timus, limpa, sistem limfatik, sumsum tulang, sel darah putih/ leukosit, antibodi, dan hormon. Semua bagian sistem imun ini bekerja sama dalam melawan



masuknya virus, bakteri, jamur, cacing, dan parasit lain yang memasuki tubuh melalui kulit, hidung, mulut, atau bagian tubuh lain. Fungsi dari sistem imun antara lain: 



Melindungi



tubuh



dari



invasi



penyebab



penyakit



dengan



menghancurkan dan menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh 



Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak untuk perbaikan jaringan







Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal. Sasaran utama yaitu bakteri patogen dan virus. Leukosit



merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, dan sel mast). 2.3 Pengertian Respon Imun Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen. Respons ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen dan sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme pertahan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik (Akib, dkk., 2010). Tahapan Respon Sistem Imun 1. Deteksi dan mengenali benda asing 2. Komunikasi dengan sel lain untuk merespon 3. Rekruitmen bantuan dan koordinasi respon



4. Destruksi atau supresi penginvasi Fungsi respons imun 1. Pertahanan (Defense): terhadap benda asing/mikroba 2. Homeostasis: eliminasi sel tak berguna/debris 3. Pengawasan (Surveillance): bertugas untuk waspada dan mengenal adanya perubahan-perubahan dan secara cepat membuang sel-sel yang abnormal tersebut. 2.4 Jenis-Jenis Respon Imun 1. Respon Imun Non Spesifik (Innate Immunity) Respon imun non spesifik (innate immunity) merupakan imunitas alamiah yang telah ada sejak lahir. Imunitas ini tidak ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen, jadi bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu (Kresno, 2003). Respon imun non spesifik terdiri dari: 1. Pertahanan fisik/mekanik Kulit, selaput lendir, silia saluran pernafasan, batuk, bersin akan mencegah masuknya berbagai kuman patogen kedalam tubuh. Kulit yang rusak misalnya oleh luka bakar dan selaput lendir yang rusak oleh asap rokok akan meninggikan resiko infeksi. 2. Pertahanan biokimia Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, kel kulit, telinga, spermin dalam semen, mengandung bahan yang berperan dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi. asam HCL dalam cairan lambung, lisozim dalam keringat, ludah , air mata dan air susu dapat melindungi tubuh terhadap berbagai kuman gram positif dengan menghancurkan dinding selnya. Air susu ibu juga mengandung laktoferin dan asam neuraminik yang mempunyai sifat antibacterial terhadap E. coli dan staphylococcus. Lisozim yang dilepas oleh makrofag dapat menghancurkan kuman gram negatif dan hal tersebut diperkuat oleh komplemen. Laktoferin



dan transferin dalam serum dapat mengikat zan besi yang dibutuhkan untuk kehidupan kuman pseudomonas. 3. Pertahanan humoral Berbagai bahan dalam sirkulasi berperan pada pertahanan tubuh secara humoral. Bahan-bahan tersebut adalah: a. Komplemen Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri dan parasit karena:  Komplemen dapat menghancurkan sel membran bakteri  Merupakan faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke tempat bakteri  Komponen komplemen lain yang mengendap pada permukaan bakteri



memudahkan



makrofag



untuk



mengenal



dan



memfagositosis (opsonisasi). b. Interferon Interferon adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel manusia yang mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi virus. Interveron mempunyai sifat anti virus dengan jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi virus sehingga menjadi resisten terhadap virus. Disamping itu, interveron juga dapat mengaktifkan Natural Killer cell (sel NK). Sel yang diinfeksi virus atau menjadi ganas akan menunjukkan perubahan pada permukaannya. Perubahan tersebut akan dikenal oleh sel NK yang kemudian membunuhnya. Dengan demikian penyebaran virus dapat dicegah. c. C-Reactive Protein (CRP) Peranan CRP adalah sebagai opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen. CRP dibentuk oleh badan pada saat infeksi. CRP merupakan protein yang kadarnya cepat meningkat (100 x atau lebih) setelah infeksi atau inflamasi akut. CRP berperanan pada imunitas non spesifik, karena dengan bantuan Ca++ dapat



mengikat berbagai molekul yang terdapat pada banyak bakteri dan jamur. 4. Pertahanan seluler Fagosit/makrofag dan sel NK berperanan dalam sistem imun non spesifik seluller. a. Fagosit Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis tetapi sel utama yang berperaan dalam pertahanan non spesifik adalah sel mononuclear (monosit dan makrofag) serta sel polimorfonuklear seperti neutrofil. Dalam kerjanya sel fagosit juga berinteraksi dengan komplemen dan sistem imun spesifik. Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa tingkat sebagai berikut: Kemotaksis, menangkap, memakan (fagosistosis), membunuh dan mencerna. Kemotaksis adalah gerakan fagosit ketempat infekis sebagai respon terhadap berbagai faktor sperti produk bakteri dan faktor biokimiawi yang dilepas pada aktivasi komplemen. Antibody seperti pada halnya dengan



komplemen



C3b



dapat



meningkatkan



fagosistosis



(opsonisasi). Antigen yang diikat antibody akan lebih mudah dikenal oleh fagosit untuk kemudian dihancurkan. Hal tersebut dimungkinkan oleh adanya reseptor untuk fraksi Fc dari immunoglobulin pada permukaan fagosit. b. Natural Killer Cell (sel NK) Sel NK adalah sel limfoid yang ditemukan dalam sirkulasi dan tidak mempunyai cirri sel limfoid dari siitem imun spesifik, maka karenan itu disebut sel non B non T (sel NBNT) atau sel poplasi ketiga. Sel NK dapat menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel neoplasma dan interveron meempunyai pengaruh dalam mempercepat pematangan dan efeksitolitik sel NK.



1. Respon Imun Spesifik Respon imun spesifik merupakan mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, karena itu tidak dapat berperan terhadap antigen jenis lain. Imun spesifik mampu mengenali kembali antigen yang pernah dijumpainya (memiliki memory), sehingga paparan berikutnya akan meningkatkan efektifitas mekanisme pertahanan tubuh (Kresno, 2003). Sistem imun spesifik ada 2, yaitu: 1) Sistem imun spesifik humoral, yang berperanan dalam sistem imun humoral adalah limfosit B atau sel B. sel B tersebut berasal dari sel asal multipoten. Bila sel B dirangsang oleh benda asing maka sel tersebut akan berproliferasi dan berkembang menjadi sel plasma yang dapat menbentuk zat anti atau antibody. Antibodi yang dilepas dapat ditemukan didalam serum. Funsi utama antibodi ini ialah



untuk



pertahanan



tehadap



infeksi



virus,



bakteri



(ekstraseluler), dan dapat menetralkan toksinnya. 2) Sistem imun spesifik selular, yang berperanan dalam sistem imun spesifik seluler adalah limfosit T atau sel T. sel tersebut juga berasal dari sel asal yang sama dari sel B. factor timus yang disebut timosin dapat ditemukan dalam peredaran darah sebagai hormon asli dan dapat memberikan pengaruhnya terhadap diferensiasi sel T diperifer. Berbeda dengan sel B , sel T terdiri atas beberapa sel subset yang mempunyai fungsi berlainan. Fungsi utama sel imun spesifik adalah untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit, dan keganasan. Imunitas spesifik dapat terjadi sebagai berikut: a. Alamiah 



Pasif Imunitas alamiah pasif ialah pemindahan antibody atau sel darah putih yang disensitisasi dari badan seorang yang imun



ke orang lain yang imun, misalnya melalui plasenta dan kolostrum dari ibu ke anak. 



Aktif Imunitas



alamiah



aktif



dapat



terjadi



bila



suatu



mikoorgansme secara alamiah masuk kedalam tubuh dan menimbulkan



pembentukan



antibodi



atau



sel



yang



tersensitisasi. b. Buatan 



Pasif Imunitas buatan pasif dilakukan dengan memberikan serum, antibody,



antitoksin



misalnya



pada



tetanus,



difteri,



gangrengas, gigitan ular dan difesiensi imun atau pemberian sel yang sudah disensitisasi pada tuberkolosis dan hepar. 



Aktif Imunitas buatan aktif dapat ditimbulkan dengan vaksinasi melalui pemberian toksoid tetanus, antigen mikroorganisme baik yang mati maupun yang hidup.



2.5 Pengertian Antigen dan Antibodi Antigen molekul asing yang dapat menimbulkan respon imun spesifik dari limfosit pada manusia dan hewan. Antigen meliputi molekul yang dimilki virus, bakteri, fungi, protozoa dan cacing parasit. Molekul antigenic juga ditemukan pada permukaan zat-zat asing seperti serbuk sari dan jaringan yang dicangkokkan. Sel B dan sel T terspesialisasi bagi jenis antigen yang berlainan dan melakukan aktivitas pertahanan yang berbeda namun saling melengkapi. Antigen yang juga disebut imunogen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun atau bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi yang sudah ada tanpa memperhatikan kemampuannya untuk merangsang produksi antibody (KG, 2004). Antigen biasanya protein atau polisakarida tetapi dapat jjuga berupa molekul lainnya, termasuk molekul kecil dipasangkan ke protein pembawa (Baratawidjaja 1991: 13).



Antigen merupakan glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel darah merah (Diah dkk, 2007). Antigen juga berupa zat-zat asing yang pada umumnya merupakan protein yang berkaitan dengan bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Beberapa berupa polisakarida atau polipeptida, yang tergolong makromolekul dengan BM > 10.000. Antibodi adalah senjata utama respon humoral (George, 2006). Antibodi merupakan protein-protein yang dihasilkan oleh sel-B (limfosit B) untuk merespon adanya antigen yang masuk ke tubuh, kemudian bereaksi secara spesifik dengan antigen tersebut. Konfigurasi molekul antigen-antibodi sedemikian rupa sehingga hanya antibodi yang timbul sebagai respon terhadap suatu antigen tertentu saja yang cocok dengan permukaan antigen itu sekaligus bereaksi dengannya. Antibodi tersusun atas empat rantai polipeptida (George, 2006). 2.6 Reaksi Antigen dan Antibodi Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang bisa masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila dia melekat pada protein tubuh kita yang dikenal dengan istilah hapten. Substansi-substansi tersebut lolos dari barier respon non spesifik, kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B yang akan mensintesis pembentukan antibodi. Sebelum pertemuan pertamanya dengan sebuah antigen, sel-sel-B menghasilkan molekul immunoglobulin IgM dan IgD yang tergabung pada membran plasma untuk berfungsi sebagai reseptor antigen. Sebuah antigen merangsang sel untuk membuat dan menyisipkan dalam membrannya molekul immunoglobulin yang memiliki daerah pengenalan spesifik untuk antigen itu. Setelah itu, limfosit harus membentuk immunoglobulin untuk antigen yang sama. Pemaparan kedua kali terhadap antigen yang sama memicu respon imun sekunder yang segera terjadi dan meningkatkan titer antibodi yang beredar sebanyak 10 sampai 100 kali kadar sebelumnya. Sifat molekul antigen yang memungkinkannya



bereaksi



dengan



antibodi



disebut



antigenisitas.



Kesanggupan molekul antigen untuk menginduksi respon imun disebut imunogenitas. 2.7 Pengertian Sistem Komplemen Sistem komplemen adalah protein dalam serum darah yang bereaksi berjenjang sebagai enzim untuk membantu sistem kekebalan selular dan sistem kekebalan humoral untuk melindungi tubuh dari infeksi. Protein komplemen tidak secara khusus bereaksi terhadap antigen tertentu, dan segera teraktivasi pada proses infeksi awal dari patogen. Oleh karena itu sistem komplemen dianggap merupakan bagian dari sistem kekebalan turunan. Walaupun demikian, beberapa antibodi dapat memicu beberapa protein komplemen, sehingga aktivasi sistem komplemen juga merupakan bagian dari sistem kekebalan humoral. Sistem komplemen adalah suatu sistem yang terdiri dari seperangkat kompleks protein yang satu dengan lainnya sangat berbeda. Pada kedaan normal komplemen beredar di sirkulasi darah dalam keadaan tidak aktif, yang setiap saat dapat diaktifkan melalui dua jalur yang tidak tergantung satu dengan yang lain, disebut jalur klasik dan jalur alternatif. Aktivasi sistem komplemen menyebabkan interaksi berantai yang menghasilkan berbagai substansi biologik aktif yang diakhiri dengan lisisnya membran sel antigen. Aktivasi sistem komplemen tersebut selain bermanfaat bagi pertahanan tubuh, sebaliknya juga dapat membahayakan bahkan mengakibatkan kematian, hingga efeknya disebut seperti pisau bermata dua. Bila aktivasi komplemen akibat endapan kompleks antigen-antibodi pada jaringan berlangsung terusmenerus, akan terjadi kerusakan jaringan dan dapat menimbulkan penyakit. 2.8 Sel-sel Sistem Imunologi Sel – sel imun terdiri dari sel APC (Antigen Presenting Cell) yang bertugas mengenali antigen yang masuk lalu informasi yang didapat oleh sel APC dikomunikasikan pada sel T (limfosit T) untuk memusnahkan antigen yang masuk, dalam hal ini sel T dapat memusnahkan antigen dengan cara mengerahkan banyak sel T atau dengan bantuan sel B (limfosit B) untuk



membentuk antibody yang digunakan sebagai senjata dalam memusnahkan agen (Admin 2013). Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah dan pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam jumlah yang besar pada organ limfoid dan dan dapat ditemukan pula dalam keadaan tersebar pada seluruh jaringan tubuh kecuali pada CNS (Central Nervous System). Sel-sel yang terlibat dalam sistem imun itu berasal dari sumsum tulang. Kemampuan sel-sel tersebut untuk bersirkulasi dan mengadakan perpindahan antara darah, lymph dan jaringan adalah hal yang sangat penting untuk terjadinya respon imun (Muhaimin Rifai, 2011). 2.9 Penyakit Imunitas Berikut ini merupakan macam-macam penyakit imunitas: 1. Hipersensivitas Hipersensivitas adalah reaksi imun yang patologik, terjadi akibat respons imun yang berlebihan sehingga menimbulkan kerusakaan jaringan tubuh. Reaksi tersebut oleh Gell dan Coombs dibagi dalam 4 tipe reaksi berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi, yaitu tipe I, II, III dan IV. Reaksi itu dapat terjadi sendiri – sendiri, tetapi klinik sering dua atau lebih jenis tersebut terjadi bersama. 2.



Autoimunitas Autoimunitas atau hilangnya toleransi ialah reaksi sistem imun



terhadap antigen jaringan sendiri. Antigen tersebut disebut autoantigen sedangkan antibodi yang dibentuk disebut autoantibodi. Penyakit autoimun dapat dibagi atas beberapa golongan, yaitu: a. Berdasarkan organ terdiri atas penyakit autoimun organ spesifik dan non organ spesifik. b. Berdasarkan mekanisme penyakit autoimun melalui antibodi (anemia hemolitik autoimun, miastenia gravis dan tirotoksikosis); penyakit autoimun melalui kompleks imun (LES, AR); penyakit autoimun melalui sel T dan penyakit autoimun melalui komplemen.



3. HIV AIDS AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome, merupakan sekumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV disertai gejala infeksi yang oportunistik yang diakibatkan adanya penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan sistem imun. Sedangkan HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. 4. Lupus Penyakit lupus dikenal sebagai Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit radang yang menyerang banyak sistem dalam tubuh, dengan perjalanan penyakit bisa akut atau kronis, dan disertai adanya antibodi yang menyerang tubuhnya sendiri. Penyebab dan mekanisme terjadinya SLE masih belum diketahui dengan jelas. Namun diduga mekanisme terjadinya penyakit ini melibatkan banyak faktor seperti genetik, lingkungan, dan sistem kekebalan humoral. Faktor genetik yang abnormal menyebabkan seseorang menjadi rentan menderita SLE, sedangkan lingkungan berperan sebagai faktor pemicu bagi seseorang yang sebelumnya sudah memiliki gen abnormal. Gejala Klinis dan perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi. Penyakit dapat timbul mendadak disertai tanda-tanda terkenanya berbagai sistem dalam tubuh. Munculnya penyakit dapat spontan atau didahului faktor pemicu. Setiap serangan biasanya disertai gejala umum, seperti demam, badan lemah, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun.Infeksi juga lebih mudah terjadi pada penderita SLE, sehingga penderita dianjurkan mendapat terapi pencegahan dengan antibiotika bila akan menjalani operasi gigi, saluran kencing, atau tindakan bedan lainnya. Salah satu bagian dari pengobatan SLE yang tidak boleh terlupakan adalah memberikan penjelasan kepada penderita mengenai penyakit yang dideritanya, sehingga penderita dapat bersikap positif terhadap terapi yang akan dijalaninya.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Imunologi berasal dari bahsa latin yaitu Imunis dan Logos, Imun yang berarti kebal dan logos yang berarti ilmu. Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kekebalan tubuh. 2. Sistem Imun adalah satu sistem terpenting yang terus menerus melakukan tugas dan kegiatan dan tidak pernah melalaikan tugas-nya adalah sistem kekebalan tubuh. 3. Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen. 4. Jenis-jenis respon imun ada 2, yaitu: respon imun non spesifik (innate immunity): pertahanan fisik, pertahanan biokimia, pertahanan humoral, pertahanan seluler; dan respon imun spesifik: humoral dan selular. 5. Antigen yang juga disebut imunogen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun atau bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi yang sudah ada tanpa memperhatikan kemampuannya untuk merangsang produksi antibody. Sedangkan, Antibodi merupakan protein-protein yang dihasilkan oleh sel-B (limfosit B) untuk merespon adanya antigen yang masuk ke tubuh, kemudian bereaksi secara spesifik dengan antigen tersebut. 6. Interaksi antigen-antibodi, atau reaksi antigen-antibodi, adalah interaksi kimia



spesifik



antara antibodi yang



dihasilkan



dan antigen selama reaksi imun. Reaksi ini



oleh



sel



B



merupakan reaksi mendasar



dalam tubuh membuat tubuh dilindungi dari molekul asing yang kompleks, seperti patogen dan racun kimianya. 7. Sistem komplemen adalah protein dalam serum darah yang bereaksi berjenjang sebagai enzim untuk membantu sistem kekebalan selular dan sistem kekebalan humoral untuk melindungi tubuh dari infeksi. 8. Macam-macam penyakit imunitas: hipersensivitas, autoimunitas, HIV, lupus.



3.2 Saran Perlu adanya pemahaman lebih lanjut terkait materi agar penulis dan pembaca dapat menambah wawasan tentang materi imunologi ini.



DAFTAR PUSTAKA Akib, dan Arwin A.P. 2007. Buku Ajar Alergi Imunologi Anak, Edisi 2. Jakarta: IDAI. Bratawidjaja, K. G. 2004. Immunologi Dasar 6th. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Fried, G.H., dan George J. Hademenos. 2006. Schaum’s Outlines of Theory and Problem of Biology. Jakarta: Erlangga. Kresno, S. 2003. Ilmu Dasar Onkologi. Jakarta: PT Quparada Makuda Perkasa.