Makalah Industri Air Minum Dalam Kemasan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KIMIA INDUSTRI INDUSTRI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK)



OLEH KELOMPOK 3 SITI ZAKIA AMELIA NUR KHAIRAH SUCIANTI ILAN KARTIKA



JURUSAN KIMIA



FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2020



KATA PENGANTAR



Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu Segala puji kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang diberikan, sehingga makalah asam dan basa ini bisa terselesaikan dengan baik. Adapun makalah ini disusun sebagai tugas kelompok kimia industri. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari pengetahuan dan pengalaman penyusun masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan bermanfaat demi penyempurnaan penyusunan makalah ini dan mendatang. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penyusun menyadari bahwa hanya kepada Allah SWT kita menyerahkan segalanya. Semoga kita semua mendapat curahan rahmat dan ridho-Nya, Amin.



Samata, Maret 2020



penyusun,



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR………………………………………………………... DAFTAR ISI…………………………………………………………………. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang……………………………………………………….. B. Rumusan Masalah……………………………………………………. C. Tujuan………………………………………………………………… D. Manfaat………………………………………………………………. BAB II ISI A. Struktur Organisasi…………………………………………………… B. Alat dan Bahan……………………………………………………….. C. Proses Produksi………………………………………………………. D. Reaksi………………………………………………………………… E. Produk……………………………………………………………….. F. Penanganan Limbah………………………………………………….. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………



BAB I



PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan oleh orang banyak, bahkan semua makhluk hidup. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup lainnya. Salah satu pemanfaatan air yaitu digunakan sebagai air minum. Air minum memerlukan persyaratan yang ketat karena air minum itu langsung berhubungan dengan proses biologis tubuh yang menentukan kualitas kehidupan manusia. Lebih dari 70% tubuh terdiri dari air dan lebih dari 90% proses biokimiawi tubuh memerlukan air sebagai mediumnya (Amsyari, 1996). Seiring berkembangnya zaman, air minum dikemas dalam wadah yang dikenal dengan istilah Air Mineral dalam Kemasan (AMDK). Air Mineral dalam Kemasan (AMDK) merupakan air minum yang siap di konsumsi secara langsung tanpa harus melalui proses pemanasan terlebih dahulu. AMDK menjadi produk yang banyak dibutuhkan oleh konsumen sehingga berkembang begitu pesat di Indonesia. Besarnya kebutuhan akan produk air mineral, banyak bermunculan pengusahapengusaha baru yang terjun ke dalam bisnis Air Mineral dalam Kemasan (AMDK), hal tersebut mengakibatkan semakin ketatnya persaingan antar perusahaan air mineral (Ismani, 2008). Perkembangan teknologi saat ini menyebabkan perusahaan Air Mineral dalam Kemasan (AMDK) saling berlomba untuk meningkatkan kualitas dan melakukan inovasi-inovasi produk air mineral yang bertujuan untuk menarik konsumen. Dalam



menghadapi persaingan antar produk Air Mineral dalam Kemasan (AMDK), perusahaan dituntut untuk membuat strategi untuk mempertahankan konsumen agar tidak berpidah menjadi konsumen produk lain dan terus mengembangkan serta mencari konsumen baru (Morgan dan Hunt, 1994). B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini yaitu: 1. Apa saja alat dan bahan yang digunakan dalam produksi air minum dalam kemasan? 2. Bagaimanan prosedur kerja dalam memproduksi air kemasan? 3. Reaksi apa saja yang terjadi dalam proses produksi air minum dalam kemasan? 4. Bagaimana cara penangan limbah yang dihasilkan oleh indutri air minum dalam kemasan? C. Tujuan Tujuan makalah ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam produksi air minum dalam kemasan. 2. Untuk mengetahui prosedur kerja dalam memproduksi air minum dalam kemasan. 3. Untuk mengetahui reaksi kimia yang terjadi dalam memproduksi air minum dalam kemasan. 4. Untuk mengetahui cara penanganan limbah yang dihasilkan oleh indutri air minum dalam kemasan.



D. Manfaat Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan yang berupa informasi mengenai alat dan bahan, prosedur kerja dan reaksi kimia dalam memproduksi air minum dalam kemasan (AMDK) serta cara penanganan limbah yang dihasilkan oleh industri air minum dalam kemasan tersebut.



BAB II ISI A. Strutur Organisasi



Industri air minum dalam kemasan dipimpin oleh seorang Presiden Direktur dan diawasi oleh Dewan Komisaris serta membawahi Managing Direktur. Dalam menjalankan tugasnya, Managing Direktur dibantu oleh beberapa Kepala Bagian yang terdiri dari Kepala Bagian PPIC, Kepala Bagian Purchasing, Kepala Bagian Batang, Kepala Bagian HRD dan Sekretaris. Managing Direktur dan masing-masing Kepala Bagian tersebut membawahi Operational Direktur, GM Marketing, Finance Controller, Manajer Pengembangan, dan Wakil Manajemen (Pratiwi, 2013). Berikut ini klasifikasi tugas masing-masing jabatan: 1. Presiden Direktur Merupakan pimpinan tertinggi yang bertugas meninjau dan menyetujui rencana dalam mengontrol pengeluaran biaya, efektivitas kerja, efisiensi bahan, masalah ketenagakerjaaan, menjalin dan mempertahankan hubungan kerja yang baik antar departemen. Presiden Direktur bertanggung jawab kepada Direktur Komisaris, Dewan Komisaris ini mempunyai tanggung jawab untuk menentukan arah perkembangan perusahaan (Pratiwi, 2013). 2. Managing Direktur Managing Direktur bertanggung jawab kepada Presiden Direktur. Bertugas merumuskan kebijakan pengembangan bisnis, meletakkan dasar-dasar visi misi perusahaan dan menyusun strategi pencapaian tujuan perusahaan (Pratiwi, 2013).



3. Kepala Bagian PPIC (Personal Production Internal Control) Bertanggung jawab untuk merencanakan, mengatur dan mengontrol semua proses produksi serta melakukan pembelian dan pemilihan bahan baku. Pada bagian



inilah pembimbing yang membimbing saat melaksanakan “Kerja Praktek” (Pratiwi, 2013). 4. Kepala Bagian Purchasing Bertanggung jawab atas tugas-tugas jalannya proses produksi preform dan botol untuk produksi AMDK botol, serta bertanggung jawab kepada Managing Direktur (Pratiwi, 2013). 5. Kepala Bagian Batang Bertanggung jawab mengendalikan segala aktivitas yang berhubungan dengan proses produksi teh BK di Batang dan bertanggung jawab terhadap pengelolaan lingkungan di Batang (Pratiwi, 2013). 6. Kepala Bagian HRD (Human Resource Development) Bertanggung jawab atas perencanaaan, pelaksanaan dan kontrol terhadap kebijakan pimpinan perusahaan di bidang sumber daya manusia yang merupakan tugas HRD, serta bertanggung jawab kepada Managing Direktur (Pratiwi, 2013). 7. Finance Controller Bertanggung jawab dalam mengatur keuangan di perusahaaan, membuat laporan keuangan, serta wajib melaporkan dan mempertanggungjawabkan keuangan perusahaan kepada Managing Direktur (Pratiwi, 2013).



Dewan Komisaris Presiden Direktur Managing Direktur Kepala Bagian PPIC



Kepala Bagian Purchasing



Kepala bagian batang



Kepala Bagian HRD



Seretaris



Operational Direktur



Operational Direktur



Operational Direktur



Operational Direktur



Operational Direktur



GM Marketing



GM Marketing



GM Marketing



GM Marketing



GM Marketing



Finance Controller



Finance Controller



Finance Controller



Finance Controller



Finance Controller



Manajer Pengembangan



Manajer Pengembangan



Manajer Pengembangan



Manajer Pengembangan



Manajer Pengembangan



Wakil Manajemen



Wakil Manajemen



Wakil Manajemen



Wakil Manajemen



Wakil Manajemen



B. Alat dan Bahan 1. Alat Peralatan untuk membuat AMDK merupakan peralatan yang langsung kontam dengan air yang tara pangan, tahan korosi dan tidak bereaksi dengan zat zat kimia. Jenis mesin dan perlatan seperti Bak atau tangki untuk menampung air dan Unit pengolahan air. Unit pengolahan air memiliki alat desinfeksi seperti ozonator dan lampu UV. Sesuai dengan kualitas bahan baku utama unit pengolahan air terdiri dari: a.



Prefilter berfungsi untuk menyaring partikel kasar dengan bahan dasar pasir atau bahan jenis lain yang efektif.



b.



Filter karbon aktif berfungsi untuk menyerap bau, rasa, warna dan sisa clor serta bahan organik lainnya.



c.



Mikrofilter berfungsi sebagai saringan halua yang berukuran maksiman 10 mikron. Ada beberapa jenis mikrofilter



d.



bottle washer (mesin pencuci kemasan)



e.



filling machine (mesin pengisi kemasan)



f.



capping machine (mesin penutup kemasan) 2. Bahan Plastik Sebagai Bahan Pengemas AMDK Kemasan AMDK telah diatur dalam Peraturan Mentri Perindustrian RI



No. 96/M-IND/DEP/12/2011 dalam pasal 12 ayat 1 bahwasanya bahan pengemas AMDK terbuat dari kaca ataupun bahan plastik. Bahan plastik yang dimaksud adalah : a.



Polietilen (PE) Terdapat dua jenis polietilen yaitu Polietilen Densitas Rendah (PEDR)



dihasilkan dari proses polimerisasi pada tekanan tinggi. Bahan ini bersifat kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaannya terasa agak berlemak. Di bawah temperatur 60°C sangat resisten terhadap sebagian besar senyawa kimia. Di atas temperatur tersebut polimer ini menjadi larut dalam pelarut karbon dan hidrokarbon klorida. Daya proteksinya terhadap uap air baik, tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen (Sulchan dan Endang, 2007). b. Polipropilen (PP) Polipropilen termasuk kelompok olefin, bersifat lebih keras dan titik lunaknya lebih tinggi daripada PEDT, lebih kenyal tetapi mempunyai daya tahan



terhadap kejutan lebih rendah. Tidak mengalami stress cracking oleh perubahan kondisi lingkungan, tahan terhadap sebagian besar senyawa kimia kecuali pelarut aromatik dan hidrokarbon klorida dalam keadaan panas, serta sifat permeabilitasnya terletak antara PEDR dan PEDT (Sulchan dan Endang, 2007). c.



Polyethylene terephthalate (PET)



Bersifat jernih dan transparan, kuat, tahan pelarut, kedap gas dan air, o melunak pada suhu 80 C. Biasanya digunakan untuk botol minuman, minyak goreng, kecap, sambal, obat. Tidak untuk air hangat apalagi panas. Untuk jenis ini, disarankan hanya untuk satu kali penggunaan dan tidak untuk mewadahi pangan o dengan suhu > 60 C (Sulchan dan Endang, 2007). d. Polivinil Klorida (PVC) Polivinil Klorida dibuat dari monomer yang mngandung gugus vinil. PVC mempunyai sifat kaku, keras, namun jernih dan lengkap, sangat sukar ditembus air dan permeabilitas gasnya rendah. Pemberian plasticizers (biasanya ester aromatik) dapat melunakkan film yang membuatnya lebih fleksibel tetapi regang putusnya rendah, tergantung jumlah plasticizers yang ditambahkan (Sulchan dan Endang, 2007). e.



Polikarbonat (PC) Polikarbonat, polimer ini mempunyai titik leleh bervariasi sampai 300°



C, kuat, ulet, keras dan tembus cahaya, serta mudah larut dalam pelarut hidrokarbon klorida (Sulchan dan Endang, 2007). Beberapa aditif yang terdapat pada plastik dan styrofoam diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisika kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif yang sengaja ditambahkan itu dikelompokkan sebagai komponen nonplastik, berfungsi sebagai



pewarna, antioksidan, penyerap cahaya ultraviolet, penstabil panas, penurun viskositas, penyerap asam, pengurai peroksida, pelumas, peliat dan lain-lain (Sulchan dan Endang, 2007). Kemasan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang menggunakan bahan baku polivinil khlorida dan kopolimer akrilonitril perlu disimpan di tempat yang bebas dari panas matahari, untuk mencegah lepasnya monomer-monomer plastik. Di dalam perdagangan sering kita melihat para penjual meletakkan AMDK di bawah terik matahari. Hal ini perlu dihindarkan karena semakin tinggi suhu semakin tinggi peluang terjadinya migrasi zat-zat plastik ke dalam bahan yang dikemas (Sulchan dan Endang, 2007). C. Proses produksi 1. Air Mineral Tahap air tanah atau air permukaan pertama-tama ditampung dalam bak ataupun tangki. Bila lokasi sumber air cukup jauh, air dapat dialirkan menggunakan pipa atau diangkut menggunakan tangki. Pada proses transportasi, air dapat ditambahkan desinfektan (Florence B, 2015). Tahap selanjutnya adalah penyaringan atau filtrasi. Penyaringan dilakukan dalam beberapa tahap yakni penyaringan secara mikrofiktrasi penyaringan dengan karbon



aktif, dan penyaringan



makrofiltrasi



digunakan



untuk



secara makro-filtrasi. menyaring



Penyaringan



partikel-partikel



kasar



secara dengan



menggunakan pasir. Penyaringan menggunakan karbon aktif digunakan untuk menyerap bau, rasa, warna, sisa khlor, dan bahan organik. Penyaringan secara



mikrofiltrasi digunakan untuk menyaring partikel halus dengan ukuran maksimal 10 mikron (Florence B, 2015). Desinfeksi berfungsi untuk membunuh mikroba pathogen. Desinfeksi dapat dilakukan dengan menggunakan ozon, penyinaran lampu UV dengan panjang 2



gelombang 254 nm dan intensitas minimum 10000 mw detik per cm dan desinfeksi menggunakan ion silver. Pengisian dan penutupan pada kemasan yang telah dicuci dilakukan secara higenis dalam ruang pengisian yang bersih dan saniter. Suhu ruang maksimal 25° C . Selanjutnya air yang telah dikemas dipak dan didistribusikan (Florence B, 2015). Pengambilan dan penampungan air baku (air tanah atau air permukaan) Penyaringan/filtrasi (Makrofilter,karbon aktif,mikrofilter) Desinfeksi (ozon, uv, atau ion silver) Pengisian dan penutupan (dapat diisi ditambah gas oksigen, karbon dioksida, atau nitrogen) pada kemasan yang telah dicuci



2. Air Demineral



Pengepakan



Tahapan produksi air demineralisasi secara umum sama seperti air mineral, hanya terdapat perbedaan karena pada air demineral membutuhkan tahap demineralisasi. Demineralisasi dapat dilakukan dengan cara pengunaan membran Reverse Osmosis (RO), distilasi, dan deionisasi. Pada demineralisasi RO, digunakan membran dengan diameter hollow fibre yang kecil sehingga dihasilkan produk



akhir dengan kandungan zat terlarut maksimum 10 mg/L. Demineralisasi distilasi menggunakan perangkat penyulingan dan pada deionisasi menggunakan perangkat de-ionisasi dengan produk akhir memiliki kandungan zat terlarut maksimal 10 mg/L (Florence B, 2015). Pengambilan dan penampungan air baku (air tanah atau air permukaan Penyaringan/filtrasi (Makrofilter,karbon aktif,mikrofilter) Demineralisasi (RO, destilasi, deionnisasi) Pengisian dan penutupan (dapat diisi ditambah gas oksigen, karbon dioksida, atau nitrogen) pada kemasan yang telah dicuci Pengepakan Gambar II.2 Proses Produksi Air Demineral (Sumber: Florence B, 2015 Berdasarkan Permenprin RI No. 96 Tahun 2011)



3. Air Mineral Alami Proses produksi air mineral alami sama saja dengan air mineral, hanya saja tidak terdapat tahap desinfeksi (Florence B,2015). Pengambilan dan penampungan air baku (air tanah atau air permukaan Penyaringan/filtrasi (Makrofilter,karbon aktif,mikrofilter) Pengisian dan penutupan (dapat diisi ditambah gas oksigen, karbon dioksida, atau nitrogen) pada kemasan yang telah dicuci



Pengepakan



Gambar II.3 Proses Produksi Air Mineral Alami (Sumber: Florence B, 2011 Berdasarkan Permenprin RI No. 96 Tahun 2011)



4. Air Mineral Embun Tahap pertama dalam proses produksi air



minum embun



adalah



pengambilan udara. Udara yang lembab dihisap dengan menggunakan mesin proses pengembunan yang terkendali. Selanjutnya udara disaring sehingga diperoleh udara bersih.



Udara



bersih



kemudian



diembunkan



atau



dikondensasi



dengan



menggunakan perangkat yang sama sehingga diperoleh air embun. Air embun lalu ditampung dalam tangki penampung dan disaring menggunakan karbon aktif dan mikrofilter. Tahap desinfeksi, pengisian dan penutupan pada kemasan yang telah dicuci dan pengepakan dilakukan seperti proses produksi pada jenis AMDK yang lainnya (Florence B, 2015). pengambilan udara (udara lembab) penyaringan/ filtrasi udara penampungan air embun penyaringan/ filtrasi air embun (mirofilter) desinfeksi (ozon, UV, atau ion silver pengisian dan penutupan (dapat ditambahkan oksigen)



pengepakan



Gambar II.4 Proses Produksi Air Mineral Embun (Sumber: Florence B, 2015 Berdasarkan Permenprin RI No. 96 Tahun 2011)



Secara umum proses untuk memproduksi AMDK galon, cup, maupun botol yaitu dimulai dari water treatment. Penanganan air di water treatment prinsipnya yaitu dengan desinfeksi dan filtrasi. Proses water treatment dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. water treatment I Pada water treatment I meliputi klorinasi, carbon filter, final filter, dan gravity. Proses ini biasanya digunakan untuk memproduksi air minum dalam kemasan small pack. Proses water treatment I yaitu air dari sumber ditampung terlebih dahulu di dalam tangki spiral dan didalamnya ada proses klorinasi. Setelah itu air masuk ke carbon filter untuk dilakukan penyaringan. Proses penyaringan ini bertujuan untuk menyerap atau menghilangkan rasa, aroma



dan warna yang



tidak dikehendaki menggunakan adsorpsi kimia. Pada carbon filter juga tidak dikehendaki adanya kaporit. Apabila terdeteksi kaporit pada carbon filter maka harus di regenerasi. Carbon filter juga efektif dalam menghilangkan klorin (Jayati, 2018). Tahap selanjutnya yaitu penyaringan mikro menggunakan cartridge filter berukuran 5 mikron (pre filter). Selanjutnya penyaringan dengan cartridge filter berukuran 3 mikron dan dilanjutkan dengan menggunakan cartridge filter berukuran



1 mikron (final filter). Penyaringan ini bertujuan untuk menyaring mikroorganisme yang masih ada di dalam air. Kemudian dilanjutkan dengan injeksi ozon sebelum air masuk ke tanki reaksi untuk memastikan air bebas dari kontaminasi (Jayati, 2018). Setelah itu air masuk ke tanki reaksi dan terjadi proses ozonisasi. Selanjutnya air masuk ke dalam tanki gravity dan di dalam tanki gravity harus terdapat ozon untuk memastikan air bebas kontaminasi. Standar ozon yang digunakan PT. Indotirta Jaya Abadi yaitu 0,15 – 0,25. Untuk melihat diagram alir proses produksi AMDK small pack dapat dilihat pada gambar berikut (Jayati, 2018).



2. water treatment II Pada water treatment II meliputi filter mesh, UV, ultra filtrasi, injeksi ozon buffer tank. Proses ini biasanya digunakan untuk memproduksi air minum dalam kemasan galon. Pada proses water treatment II yaitu melakukan filtrasi pada air sumber dengan screen filter. Selanjutnya dilakukan penyinaran dengan UV dengan tujuan untuk mematikan mikroba yang ada dalam air dengan langsung membunuh inti selnya. Penyinaran UV bersifat sebagai desinfektan yang bebas kimia (Jayati, 2018).



Kemudian dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan ultra filtrasi yang berukuran ± 0,1 mikron untuk menyaring mikroba. Selanjutnya dilakukan injeksi ozon untuk menghilangkan mikroba dan memastian air dalam kondisi steril. Lalu air akan masuk ke dalam tangki buffer untuk diisi ke dalam galon, berikut gambar diagram alirnya (Jayati, 2018).



D. Reaksi 1. Disinfeksi dengan senyawa khlor Menurut Herschdoefer (1986), produksi AMDK yang menggunakan bahan baku air dari pegunungan masih banyak terdapat kontaminan baik berupa bahan kimia maupun mikrobia. Oleh karena itu, dari bahan baku awal hingga proses produksi dan hasil akhir produk harus selalu dipantau mutunya. Penggunaan klorin pada proses produksi ini sudah sesuai dengan teori Tchbanoglous (1981) bahwa, agen kimiawi yang sering digunakan sebagai desinfektan antara lain klorin. Prinsip



kerja klorin dalam membunuh mikroba (khususnya spora jamur/lumut) adalah dengan menghambat sistem mRNA dan potensi sel mikroorganisme, serta dengan fosforilasi oksidatif pada sel bakteri (Gebriel, 1994). Gas khlor (Cl2) bila dimasukkan ke dalam air akan terhidrolisa, seperti reasi berikut: Cl2 + H2O ↔ HOCl + H+ + ClAsam hipoklorit berdisosiasi dalam air, seperti reaksi berikut: HOCl ↔ H+ + OClPerbandingan HOCl dan OCl- tergantung pada pH air. Khlor sebagai HOCl atau OCl- disebut sebagai khlorin bebas yang tersedia (free available chlorine). Disosiasi asam hipoklorit (HOCl) akan berkurang pada pH rendah (suasana asam). Pada pH 5 atau lebih kecil sisa khlor akan berupa HOCl, pada ph 7,5 sekitar 50% sisa khlor berupa HOCl dan pada pH 9 sebagian besar sisa khlor berupa OCl (Gebriel, 1994). Selain berperan sebagai proses desinfeksi, klorinasi juga dapat menghilangkan 2+



2+



kesadahan. Kesadahan muncul karena adanya ion Ca dan Mg di dalam air. Klorin 2+



akan mengoksidasi Ca dan Mg



2+



menjadi Ca(OH)2 dan Mg(OH)2 yang bersifat tidak



larut air sehingga dapat dihilangkan dengan proses penyaringan berikutnya. Prinsip kerja senyawa klorin bebas tersebut dalam memusnahkan mikroorganisme adalah oksigen yang dilepaskan dari asam hipoklorit akan mengoksidasi komponen tidak jenuh pada mikroba: HOCl → HCl + On - Menginaktifasi enzim mikroba



- Mendenaturasi protein sel mikroba sehingga permeabilitas sel terganggu



dan akhirnya mikroba mati (Gebriel, 1994). 2. Desinfeksi dengan khloramin Dalam larutan, HOCl bereaksi dengan ammonia dan membentuk khloramin anorganik, seperti reaksi berikut: NH3 + HOCl → NH2Cl + H2O NH2Cl + HOCl → NHCl2 + H2O NHCl2 + HOCl → NCl3 + H2O Perbandingan ketiga bentuk khloramin itu sangat tergantung pada pH air. Monokhloramin lebih dominan pada pH ¿ 8,5. Di dalam proses pengolahan air minum diharapkan hanya terbentuk monokhloramin, karena dikhloramin dan trikhloramin menimbulkan rasa yang tidak enak pada air (Gebriel, 1994). 3. Desinfeksi dengan khlor dioksida Khlor dioksida (ClO2) dihasilkan dari reaksi gas khlor dengan sodium khlorit sesuai dengan persamaan reaksi berikut: 2 NaClO2 + Cl2 → 2 ClO2 + 2 NaCl Atau dapat juga dihasilkan dari reasi antara asam khlorida (HCl) dengan sodium atau natrium khlorit dengan persamaan reaksi berikut: 4 HCl + 5 NaClO2 → 5 ClO2 + 5 NaClO2 + 2 H2O ClO2 tidak terhidrolisa dalam air namun berada sebagai gas terlarut. Dalam larutan alkali, zat ini membentuk khlorit dan khlorat 2 ClO2 + OH- → ClO2- + ClO3- + H2O Pada pengolahan air, khlorit paling banyak terbentuk. Untuk mengurangi pembentukan THM, ClO2 digunakan sebagai peroksidan dan desinfektan utama



kemudian diikuti dengan penambahan khlor untuk menjaga residual khlor (Noss and Olivieri, 1985). 4. Desinfeksi dengan ozon Selain itu, injeksi dengan ozon (2-3 ppm) berfungsi sebagai desinfektan yang akan membunuh mikroba yang berasal dari sumber air. Ozon ini diproduksi dari alat yang disebut ozon generator. Mesin ini akan mengambil O2 yang berasal dari tabung oksigen dan akan direaksikan hingga menjadi ozon (O3). Menurut Suriawiria (1993), ozon dapat terjadi dari gas oksigen yang menyerap energi sebesar 68 kkal dengan reaksi: 3O2 ↔ 2O3. O3 + H2O ↔ H2O + O2 + O -



di mana O berfungsi sebagai desinfektan, sedang O2 akan memberi kesegaran pada air



(Noss and Olivieri, 1985).



E. Produk No



Nama



Gambar



Keterangan



1.



Galon



Galon 19 liter



2.



Botol



Aguaria botol 600 ml.



3.



Cup



Aguaria cup 240 ml



F. Penanganan Limbah Pengolahan limbah cair supaya aman untuk dibuang ke lingkungan menjadi bagian terpenting untuk kelanjutan kehidupan makhluk disekitarnya. Oleh sebab itu dibutuhkan instalasi yang dilakukan untuk melakukan pengolahan limbah cair dengan cara penetralan. Plant proses penetralan pH yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah Water Waste Treatment Process. Proses penetralan pH merupakan bagian dari pengolahan limbah buangan dari industri Air Minum Dalam Kemasan. Pengukuran uji fisik limbah cair menggunakan 8 parameter diantaranya pH, suhu, kekeruhan, konduktivitas, salinitas, TDS, warna, dan bau (Anwar, 2015). Rata-rata hasil pH di effluent limbah cair adalah 7,15, suhu effluent 23,85°C, kekeruhan effluent 20,23 NTU, konduktivitas effluent 12,86 μS/cm, salinitas effluent 7,67 o/oo, TDS effluent 6,85 g/L, warna limbah cair di effluent tidak berwarna, dan bau limbah cair di effluent tidak berbau. Berdarkan hasil pengukuran tersebut perusahaan sudah menerapkan proses penetralan limbah cair dengan baik dan limbah yang dibuang ke lingkungan sudah aman berdasarkan nilai pH, suhu, dan



kekeruhan. Limbah cair dilakukan pengawasan pada ground tank setiap hari pada pukul 10.00 WIB (Anwar, 2015). Limbah padat yang dihasilkan oleh industri air minum dalam kemasan hanya berupa plastik atau galon yang rusak atau terdapat kotoran yang tidak bisa dibersihkan, kemasan ini ditempatkan ditempat yang jauh dari proses produksi dan kemudian dijual kembali (Anwar, 2015).



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam produksi air minum dalam kemasan yaitu ozonator, lampu UV, prefilter, filter karbon aktif, mikrofilter, bottle washer, filling machine, capping machine, dan bahan pengemas AMDK. 2. Secara umum proses untuk memproduksi AMDK galon, cup, maupun botol yaitu dimulai dari water treatment. Penanganan air di water treatment prinsipnya yaitu dengan desinfeksi dan filtrasi. Proses water treatment dibedakan menjadi 2 yaitu water treatment I dan water treatment II. 3. Pada proses produksi AMDK reaksi kimia terjadi pada saat desinfeksi khlor, khloramin, khlor diosida, dan ozon. 4. Pengolahan limbah cair dalam suatu industri yaitu dengan cara penetralan. 5. Industri air minum dalam kemasan dipimpin oleh seorang Presiden Direktur dan diawasi oleh Dewan Komisaris serta membawahi Managing Direktur. Dalam menjalankan tugasnya, Managing Direktur dibantu oleh beberapa Kepala Bagian



yang terdiri dari Kepala Bagian PPIC, Kepala Bagian



Purchasing, Kepala Bagian Batang, Kepala Bagian HRD dan Sekretaris. Managing Direktur dan masing-masing Kepala Bagian tersebut membawahi Operational



Direktur, GM Marketing, Finance Controller,



Pengembangan, dan Wakil Manajemen.



Manajer



DAFTAR PUSTAKA Amsyari, 1986. Prinsip-prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Ghalia. Bitton Gabriel, 1994. Wastewater Microbio-logy, A John Wiley and Soon, inc., New York. Florene B, Amsalia.,2015. Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Sripsi, Fakultas Tenologi Industri, Institut Tenologi Bandung,Bandung. Ismani, Platomi. (2008). Pengaruh Citra Merek. FISIP UI. Jayati, Katarina Dwi. Ozonisasi dalam Produksi Air Minum dalam Kemasan. LKP. Faultas Tenologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, 2018. Morgan, R.M and Hunt, S.D (1994), “The commitment-trust theory of relationship marketing”, Journal of Marketing, Vol. 58 No.3, pp. 20-38. Noss, C.I., and V.P. Olivieri, 1985. Disinfecting Capabilities of Oxyclorine Compound. Appl. Environ. Microbiology 50: 1162-1164. Pratiwi, Hakiki. Sanitas dan Higiene pada proses Produksi Air Minum dalam Kemasan di PT. Indotirta Jaya Abadi. LKP. Faultas Tenologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, 2013. Sulchan, M. dan Endang N.W.2007. Keamanan Pangan Kemasan Plastik dan Styrofoam. Majalah Kedokteran Indonesia Vol. 57 No. 2 : 54-59.