Makalah Infeksi Pasca Partum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH INFEKSI PASCA PARTUM Dosen pembimbing : Ns. Bestfy Anitasari, S.Kep., M.Kes, Sp.Mat



DI SUSUN OLEH : INTAN WARIS (01.2018.009)



PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWTAN STIKES KURNIA JAYA PERSADA PALOPO 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini dengan judul ”infeksi pasca partum” Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing dan temanteman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...



Palopo 7 maret 2020 penulis



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR



DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang……………………………………………………………………..4 B. Rumusan masalah………………………………………………………………….4 C. Tujuan…………………………………………………………………………….. BAB II PEMBAHASAN A. B. C. D. E. F. G.



Defenisi …………………………………………………………………………. Penyebab………………………………………………………………………… Cara terjadinya infeksi ………………………………………………………… Klafisikasi……………………………………………………………………… Manifestasi klinis………………………………………………………………… patofisiologi ………………………………………………………………………. Pencegahan………………………………………………………………………



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Kasus B. Pembahasan kasus C. Intervensi keperawatan BAB IV PENUTUP DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dinegara maju, kebanyakan perempuan hamil dalam keadaan sehat dan bergizi baik. Mereka melahirkan bayinya dirumah sakit atau rumah sakit bersalin dan sedikit yang menjadi subjek dari berbagai prosedur diagnostic yang infasif seperti dialami oleh kebanyakan pasien rumah sakit. Bahkan untuk mereka yang memerlukan secsio sesarea, pembedahannya berlangsung singkat (kurang dari satu jam), biasanya tidak ada



komplikasi, kateterisasi urin, kalau perlu sebentar (1-2 hari), dan jarang sekali memerlukan bantuan ventilasi pasca bedah. Disamping itu, kebanyakan perempuan hamil tidak menggunakan antibiotic sistemik dan tidak memerlukan perawatan lama sebelum persalinan (Tietjen, L, Bossemeyer, D & McIntosh, N, 2004). Infeksi pascapartum terjadi pada sekitar 6 % kelahiran di Amerika serikat dan kemungkinan besar merupakan penyabab utama morbiditas dan mortalitas maternal diseluruh dunia. Organisme yang paling sering menginfeksi ialah organisme streptococcus dan bakteri anaerobic. Infeksi staphylococcus aureus, gonococcus, koliformis, dan klosrtidia lebih jarang terjadi, tetapi merupakan organisme pathogen serius yang menyebabkan infeksi pascapartum. B. Rumusan masalah 1. Apa defenisi infeksi postpartum? 2. Apa penyebab infeksi postpartum? 3. Bagaimana terjadinya infeksi postpartum? 4. Apa klafisikasi infeksi postpartum? 5. Apa manifestasi klinis infeksi postpartum? 6. Bagaimana patofisiologi infeksi postpartum? 7. Bagaimana pemeriksaan penunjang infeksi post partum? 8. Bagaimana pencegahan infeksi postpartum? 9. Bagaimana penanganan infeksi postpartum?



C. Tujuan 1. Tujuan umum Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan maternitas dan untuk memnambah pengetahuan mahasiswa tentang infeksi pada klien pasca partum. 2. Tujuan khusus  Untuk mengetahui defenisi infeksi pasca partum  Untuk mengetahui etiologi dari infeksi pasca partum  Untuk mengetahui penatalaksanaan yang harus diberikan pada klien infeksi pasca partum



BAB II PEMBAHASAN A. Defenisi Infeksi nifas merupakan peradangan yang terjadi pada organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme atau virus kedalam organ reproduksi tersebut selama proses persalinan dan masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi. Infeksi pasca partum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan (Bobak, 2004). Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. B. Etiologi 1. Faktor presipitasi infeksi post partum Penyebab dari infeksi post partum ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob pathogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. 1. Kuman yang sering menyebabkan infeksi post partum antara lain : a. Streptococcus haemoliticus anaerobic Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).



b. Staphylococcus aureus Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orangorang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum. c. Escherichia Coli Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius. d. Clostridium Welchii Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit. 2. Faktor predisposisi infeksi post partum a. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti perdarahan, dan kurang gizi atau malnutrisi b. Partus lama, partus terlantar, dan ketuban pecah lama. c. Tindakan obstetri operatif baik pervaginam maupun perabdominal. d. Tertinggalnya sisa-sisa uri, selaput ketuban, dan bekuan darah dalam rongga rahim. e. Keadaan-keadaan yang menurunkan daya tahan seperti perdarahan, kelelahan, malnutrisi, pre-eklamsi, eklamsi dan penyakit ibu lainnya (penyakit jantung, tuberkulosis paru, pneumonia, dll). f. Anemia, hygiene, kelelahan C. Cara terjadinya infeksi 1. Tangan penderita atau penolong yang tetutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.



2. Droplet infeksion. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau pembantu-pembantunya. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas harus ditutup dengan masker. 3. Infeksi rumah sakit (hospital infection) Dalam rumah sakit banyak sekali kumankuman patogen berasal dari penderita-penderita di seluruh rumah sakit. Kumankuman ini terbawa oleh air, udara, alat-alat dan benda-benda rumah sakit yang sering dipakai para penderita (handuk, kain-kain lainnya). 4. Koitus pada akhir kehamilan sebenarnya tidak begitu berbahaya, kecuali bila ketuban sudah pecah. 5. Infeksi intrapartum, sering dijumpai pada kasus lama, partus terlantar, ketuban pecah lama, terlalu sering periksa dalam. Gejalanya adalah demam, dehidrasi, lekositosis, takikardi, denyut jantung janin naik, dan air ketuban berbau serta berwarna keruh kehijauan. Dapat terjadi amnionitis, korionitis dan bila berlanjut dapat terjadi infeksi janin dan infeksi umum. D. Klafisikasi 1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium. a. Vulvitis Merupakan infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca persalinan terjadi dibekas sayatan episiotomy atau luka perineum. Tepi luka berwarna merah dan bengkak, jahitan sudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah. b. Vaginitis Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada ibu pasca melahirkan terjadi secara langsung pada luka vagina atau luka perineum. Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah dari daerah ulkus. c. Servisitis Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik,tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum parametrium.



latum



dapat



menyebabkan infeksi yang



menjalar



ke



d. Endometritis Endometritis paling sering terjadi. Biasanya demam mulai 48 jam postpartum



dan



bersifat



naik



turun.



Kuman-kuman



memasuki



endometrium (biasanya pada luka insersio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada infeksi setempat, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas kepingkeping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran. 2. Mastitis Infeksi pada payudara. Infeksi terjadi karena adanya luka pada putting susu dan bendungan ASI (Mansjoer Arif, 2002). 3. Infeksi yang penyebarannya melalui pembuluh darah a. Septikemia Kuman-kuman yang ada di uterus, langsung masuk ke peredaran darah dan menyebabkan infeksi umum. Adanya septikemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah. b. Piemia Infeksi dan abses pada organ-organ yang diserang yang didahului oleh terjadinya tromboflebitis. Dari tempat-tempat thrombus itu embolus kecil yang mengandung kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan , embolus masuk ke peredaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ketempat –tempat lain, antaranya ke paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya mengakibatkan terjadinya abses-abses di tempat-tempat tersebut. c. Tromboflebitis Perluasan invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah vena disepanjang vena dan cabang-cabangnya. (MA Themone, 2014). 4. Infeksi yang penyebarannya melalui pembuluh limfe a. Parametritis



Parametritis atau sellulitis pelvika adalah radang yang terjadi pada parametrium yang disebabkan oleh invasi kuman. Penjalaran kuman sampai ke parametrium terjadi pada infeksi yang lebih berat. Infeksi sampai ke parametrium lewat pembuluh limfe atau melalui jaringan di antara kedua lembar ligamentum latum. parametrium dapat juga terjadi melalui salfingo-ooforitis. b. Peritonitis Inflamasi pada peritoneum yang merupakan lapisan membran serosa rongga abdomen. 5. Infeksi yang penyebarannya melalui permukaan endometrium a. Salpingitis : reaksi imflamasi dan infeksi pada saluran tuba. b. Ooforitis : infeksi pada ovarium.



H. Manifestasi klinis Manifestasi klinis adanya infeksi yaitu adanya Rubor (kemerahan), kalor (demam setempat) akibat vasodilatasi dan tumor (bengkak) karena eksudasi. Ujung syaraf merasa akan terangsang oleh peradangan sehingga terdapat rasa nyeri (dolor). Nyeri dan pembengkan akan mengakibatkan gangguan  faal, dan reaksi umum antara lain berupa sakit kepala, demam dan peningkatan denyut jantung (Sjamsuhidajat, R. 1997). 1. Manifestasi klinis yang lain : a. peningkatan suhu b. takikardie c. nyeri pada pelvis d. demam tinggi e. nyeri tekan pada uterus f. lokhea berbau busuk/menyengat g. penurunan uterus yang lambat h. nyeri dan bengkak pada luka episiotomy E. Patofisiologi Setelah kala III, daerah bekas insertio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter kira-kira 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus dan merupakan area yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman



dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan bagitu juga vulva, vagina, perineum



merupakan tempat



masuknya kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya. Reaksi tubuh dapat berupa reaksi local dan dapat pula terjadi reaksi umum. Pada infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan metabolic pada saat itu terjadi reaksi ringan limporetikulasi diseluruh tubuh, berupa proliferasi sel fagosit dan pembuat antibody (limfosit B). Kemudian rekasi local disebut inflamsi akut, reaksi ini terus berlangsung selama menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma. Bila penyebab pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan yang rusak disebut debris akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reaksi sel fagosit kadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses atau berkumpul dijaringan tubuh yang lain membentuk flegman (peradangan yang luas dijaringan ikat). F. Pemeriksaan penunjang



1. pemeriksaan laboratorium a. darah : hemoglobin dan hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, trombosit. b. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine. c. Pemeriksaan mikroskopis urine : guna pemeriksaan mikroskopis urine adalah untuk melihat kelainan ginjal dan salurannya (stadium, berat ringannya penyakit. d. Pemeriksaan protein urine : Ditemukan protein dalam urine tetapi kelainan yang terjadi tidak menandakan adanya indikasi penyakit. Normalnya tidak boleh sampai + 1. e. Pemeriksaan glukosa urin : pada keadaan normal tidak ditemukan glukosa didalam urine. Karena molekul glukosa besar dan ginjal akan menyerap kembali hasil filtrasi dan glumerulus (Normal 1-25 mg/dL). G. Pencegahan 1. Masa persalinan



a) Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit ibu.



b) Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu c) Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut.



d) Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin. e) Melakukan perawatan luka post partum dengan teknik aseptic. f) Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan tranfusi darah.



g) Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus bersih. h) Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah. 2. Masa nifas a) Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain-kain harus steril. b) Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat. c) Tamu yang berkunjung harus dibatasi.



Penanganan Penanganan umum a) Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses



persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa nifas. b)



Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas.



c)



Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan.



d) Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui. e) Beri cacatan atau intruksi tertulis untuk asuhan mandiri dirumah dan gejala-



gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera. Penanganan postpartum a) Suhu diukur empat kali sehari. b) Perhatikan diet ibu; diet tinggi kalori tinggi protrin (TKTP). c) Lakukan tranfusi darah bila perlu. d) Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk kedalam rongga peritoneum. Pengobatan secara umum a) Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina, luka operasi dan darah serat uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat dalam pengobatan. b) Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat. c) Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika spectrum luas (broad spectrum) menunggu hasil laboratorium. d) Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infuse atau tranfusi darah diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai.



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. KASUS



Ny. N berusia 25 tahun post partum hari ke 4. Status obstetri : G1P0A0, dirawat di RS karena infeksi post partum. Saat ini Ny. N mengeluh badan terasa lemah, badan terasa demam, terdapat luka episiotomy latero medial. Tanda REEDA (+). Lokea rubra 1 kotek penuh dalam 5 jam. Saat ini Ny. N tampak gelisah dan mudah marah, dan merasa tidak mampu menjadi ibu yang baik. TD: 180/90mmHg, nadi:83x/menit, suhu: 38C, leokosit 17,9. B. Pembahasan kasus 1. Pengkajian Dilakukan pada : a. Nama



: Ny. N



b. Umur



: 25 tahun



c. Jenis kelamin



: perempuan



d. Agama



: Kristen



e. Pekerjaan



: Ibu rumah tangga



f. Tgl Masuk RS



: kamis 4 maret 2020



g. Pukul



: 10:30 WITA



h. Tempat



: RS widya kasih



i. Pengkajian oleh : perawat 2. Riwayat kesehatan a. Keluhan utama Pasien mengatakan badan terasa lemah, badan terasa demam. b. Riwayat kesehatan saat ini terdapat luka episiotomy latero medial c. Riwayat kesehatan yang lalu  d. Riwayat obstetrik  G1P0A0 3. Pemeriksaan fisik a.



tampak gelisah dan mudah marah, dan merasa tidak mampu menjadi ibu yang baik.



b. Tanda-tanda vital TD: 180/90mmHg, nadi:83x/menit, suhu: 38C, leokosit 17,9. 4. DATA a. DS:  Klien mengeluh badan terasa lemah  Klien mengeluh badan terasa demam  Klien merasa tidak mampu menjadi ibu yang baik b. DO:  Terdapat luka episiotomy latero medial  TD: 180/90 mmHg  Nadi: 83x/menit  Suhu: 38C  Leukosit 17,9  Tanda REEDA (+)  Lokea rubra 1 kotek penuh dalam 5 jam  Klien mudah marah  Klien tampak gelisah C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko kekurangan volume cairan



berhubungan dengan Kehilangan



cairan melalui rute normal 2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Hipertermia 3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gelisah D. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Resiko kekurangan volume cairan Resiko berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui rute normal a. Monitor asupan dan pengeluaran b. Monitor membrane mukosa, turgor kulit, dan respon haus c. Berikan cairan dengan cepat 2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Hipertermia  Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan dengan tepat



 Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia 3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gelisah  Gunakan pendekatan tenang dan meyakinkan  Berikan objek yang menunjukkan perasaan aman  Dorong keluarga untuk memdampingi klien dengan cara yang tepat



BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN



Infeksi nifas merupakan peradangan yang terjadi pada organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme atau virus kedalam organ reproduksi tersebut selama proses persalinan dan masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi. Infeksi pasca partum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan (Bobak, 2004). Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.



B. Saran Bagi keluarga:



 Di harapkan keluarga dapat membantu, mensupport, dan berpartisipasi dalam proses persalinan



 Di harapkan pada keluarga memberikan perhatian terhadap klien. Bagi perawat



 Di harapkan perawat dapat melaksanakan tugas dan perannya sebagai perawat yang professional dengan melaksanakan prosedur dan asuhan keperawatan yang menitikberatkan pada aspek psikologis bukan pada farmakologi



DAFTAR PUSTAKA Arlina Satyawati1 , 2016, studi kualitatif persepsi ibu nifas tentang infeksi masa nifas di ruang eva rumah sakit mardi rahayu kudus. Di ambil dari akbidmr.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/4-draf-untuk-jurnal https:// www.academia.edu/36947940/INFEKSI-POST-PARTUM https:// www.scribd.com/doc/378481227 http://elearning.fkkumj.ac.id/pluginfile.php?file=%2f8638%2Fcourse%2Foverviewfiles %2FAsuhan%20kebidanan%20nifas.pdf&forcedownload=1