Makalah Initial Assessment [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH INITIAL ASSESSMENT



Disusun Oleh :



NAMA : PIBRIANI NIM : PO7120318049



Dosen MK : SAPONDRA WIJAYA S.KEP,NS.,M.KEP



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PRODI KEPERAWATAN LUBUK LINGGAU TAHUN AKADEMIK 2019/2020



KATA PENGANTAR



Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan saya kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan judul “INITIAL ASSESSMENT”. . saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyusun makalah ini.Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat saya harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang. Lubuk Linggau, September 2020



DAFTAR ISI BAB 1.................................................................................................................4 PENDAHULUAN...............................................................................................4 A.



LATAR BELAKANG...................................................................................................................4



B.     Rumusan Masalah...........................................................................................................................4 C.     Tujuan.............................................................................................................................................5



BAB II................................................................................................................6 PEMBAHASAAN..............................................................................................6 A.    Definisi............................................................................................................................................6 B.     Proses Initial Assessment................................................................................................................6



BAB III.............................................................................................................16 PENUTUP........................................................................................................16 A.    Kesimpulan....................................................................................................................................16 B.     Saran.............................................................................................................................................16



BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG



Kecelakaan merupakan masalah kesehatan yang sangat serius di dunia. Kecelakaan juga dapat menyebabkan cedera yang sangat fatal hingga menyebabkan kematian, sehingga perlu adanya tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan sebelum korban dibawa ke rumah sakit. Namun, memberikan bantuan pertolongan pertama pada kecelakaan dibutuhkan pengetahuan dan tatacara yang benar dalam melaksanakannya agar jiwa korban terselamatkan dan dapat membantu mengurangi cedera yang diderita. Berdasarkan latar belakang, maka tujuan penelitian ini yaitu menganalisis perbedaan antara pengetahuan masyarakat tentang tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan berdasarkan karakteristik demografi masyarakat di Jalan Raya Genengan Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malan Initial Assessment atau pengkajian awal korban cedera kritis akibat cedera multipel merupakan tugas yang menantang, dan tiap menit bisa berarti hidup atau mati sehingga diperlukan sistem pelayanan tanggap darurat untuk mencegah kematian dini (early) karena trauma yang bisa terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam sejak cedera. Kematian dini yang sering terjadi pada korban cedera gawat darurat diakibatkan oleh oksigenasi yang tidak adekuat pada organ vital terutama otak dan jantung. Tujuan pengkajian awal adalah untuk menstabilkan pasien, mengidentifikasi cedera / kelainan pengancam jiwa dan untuk memulai tindakan sesuai, serta untuk mengatur kecepatan dan efisiensi tindakan definitif atau transfer kefasilitas sesuai. Setiap kejadian kegawat daruratan selalu menampilkan bahaya dan kesulitannya masingmasing. Paper ini akan membahas mengenai petunjuk umum dalam mengelola korban gawat darurat khususnya pada tahap initial assessmnet. B. Rumusan Masalah 1.      Apa yang dimaksud Initial Assessment pada kondisi kegawat daruratan? 2.      Bagaimana cara melakukan Initial Assessment pada kondisi kegawat daruratan? 3.      Bagaimana standar Initial Assessment pada kondisi kegawat daruratan dengan cedera tertentu? C.     Tujuan 1.      Mengetahui definisi Initial Assessment pada kondisi kegawat daruratan 2.      Mengetahui bagaimana cara melakukan Initial Assessment pada kondisi kegawat daruratan 3.      Mengatahui bagaimana standar Initial Assessment pada kondisi kegawat daruratan dengan cedera tertentu



BAB II PEMBAHASAAN



A. Definisi Menurut Yayasan Ambulance Gawat Darurat 118, Initial Assesment adalah proses penilaian yang cepat dan pengelolaan yang tepat guna menghindari kematian pada pasien yang dilakukan saat menemukan korban atau pasien dengan kondisi gawat darurat dan merupakan salah satu penentu keberhasilan penanganan korban/pasien. Tujuannya mencegah semakin parahnya penyakit dan menghindari kematian korban dengan penilaian yang cepat dan tindakan yang tepat. Initial assesment adalah proses evaluasi secara cepat pada penderita gawat darurat yang langsung diikuti dengan tindakkan resusitasi (Suryono dkk, 2008 ). Informasi digunakan untuk membuat keputusan tentang intervensi kritis dan waktu yang dicapai. Ketika melakukan pengkajian, pasien harus aman dan dilakukan secara cepat dan tepat dengan mengkaji tingkat kesadaran (Level Of  Consciousness) dan pengkajian ABC (Airway, Breathing, Circulation), pengkajian ini dilakukan pada pasien memerlukan tindakan  penanganan segera dan pada pasien yang terancam nyawanya.   B.     Proses Initial Assessment Initial assessment meliputi: 1.      Persiapan Triase Primary survey (ABCDE) 2.      Resusitasi 3.      Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi 4.      Secondary survey 5.      Tambahan terhadap secondary survey 6.      Pemantauan dan re-evaluasi berkesinarnbungan 7.      Transfer ke pusat rujukan yang lebih baik Urutan kejadian diatas diterapkan seolah-seolah berurutan namun dalam praktek sehari-hari dapat dilakukan secara bersamaan dan terus menerus.  1.       PERSIAPAN a.       Fase Pra-Rumah Sakit



ü Koordinasi



yang baik antara dokter di rumah sakit dan petugas lapangan



ü



Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit sebelum penderita mulai diangkut dari tempat kejadian.



ü



Pengumpulan keterangan yang akan dibutuhkan di rumah sakit seperti waktu kejadian, sebab kejadian, mekanisme kejadian dan riwayat penderita.



b.     Fase



Rumah Sakit



ü Perencanaan



sebelum penderita tiba



ü Perlengkapan ü



airway sudah dipersiapkan, dicoba dan diletakkan di tempat yang mudah dijangkau



Cairan kristaloid yang sudah dihangatkan, disiapkan dan diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau



ü Pemberitahuan ü Pemakaian



terhadap tenaga laboratorium dan radiologi apabila sewaktu-waktu dibutuhkan.



alat-alat proteksi diri 



2.       TRIASE



Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Dua jenis triase : a.       Multiple Casualties Jumlah penderita dan beratnya trauma tidak melampaui kemampuan rumah sakit. Penderita dengan masalah yang mengancam jiwa dan multi trauma akan mendapatkan prioritas penanganan lebih dahulu. b.       Mass Casualties Jumlah penderita dan beratnya trauma melampaui kemampuan rumah sakit. Penderita dengan kemungkinan survival yang terbesar dan membutuhkan waktu, perlengkapan dan tenaga yang paling sedikit akan mendapatkan prioritas penanganan lebih dahulu. Pemberian label kondisi pasien pada musibah massal : 1.      Label hijau Penderita tidak luka . Ditempatkan di ruang tunggu untuk dipulangkan. 2.      Label kuning Penderita hanya luka ringan. Ditempatkan di kamar bedah minor UGD. 3.      Label merah Penderita dengan cedera berat. Ditempatkan di ruang resusitasi UGD dan disiapkan dipindahkan ke kamar operasi mayor UGD apabila sewaktu-waktu akan dilakukan operasi 4.      Label biru Penderita dalam keadaan berat terancam jiwanya. Ditempatkan di ruang resusitasi UGD disiapkan untuk masuk intensive care unit atau masuk kamar operasi. 5.      Label hitam Penderita sudah meninggal. Ditempatkan di kamar jenazah. 3.       PRIMARY SURVEY a.       Airway ü Pengkajian §   Mengenal §   Penilaian



patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi)



secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi ü Pengelolaan



§   Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line immobilisasi §   Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan alat yang rigid §   Pasang



pipa nasofaringeal atau orofaringeal



§   Pasang



airway definitif sesuai indikasi ( lihat tabel 1 )



§   Fiksasi



leher Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap penderita multi trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau perlukaan diatas klavikula. ü Evaluasi b.       Breathing Yang harus dilakukan dalam memeriksa breathing adalah nilai look, listen, feel untuk mengetahui breathingnya baik atau tidak. ü  Penilaian     



Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan kontrol servikal in-line immobilisasi Tentukan laju dan dalamnya pernapasan Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak, pemakaian otot-otot tambahan dan tanda-tanda cedera lainnya. Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor Auskultasi thoraks bilateral



ü Pengelolaan     



Pemberian oksigen konsentrasi tinggi ( nonrebreather mask 11-12 liter/menit) Ventilasi dengan Bag Valve Mask Menghilangkan tension pneumothorax Menutup open pneumothorax Memasang pulse oxymeter



ü Evaluasi c.        Circulation



dengan kontrol perdarahan



ü  Penilaian     



Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal Mengetahui sumber perdarahan internal Periksa nadi : kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus. Tidak diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda diperlukannya resusitasi masif segera. Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis. Periksa tekanan darah



ü  Pengelolaan §  Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal §  Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta konsultasi pada ahli bedah.



§  Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, tes kehamilan (pada wanita usia subur), golongan darah dan cross-match serta Analisis Gas Darah (BGA). §  Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat. §  Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada pasien-pasien fraktur pelvis yang mengancam nyawa. §  Cegah hipotermia ü  Evaluasi d.       Disability ü  Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/PTS ü  Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi tanda-tanda lateralisasi ü  Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi, ventilasi dan circulation. e.        Exposure/Environment ü  Buka pakaian penderita ü  Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan yang cukup hangat. 4.       Resusitasi a.       Re-evaluasi ABCDE b.       Dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml pada dewasa dan 20 mL/kg pada anak dengan tetesan cepat ( lihat tabel 2 ) c.        Evaluasi resusitasi cairan ü  Nilailah respon penderita terhadap pemberian cairan awal ( lihat gambar 3, tabel 3 dan tabel 4 ) ü  Nilai perfusi organ ( nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi urin ) serta awasi tanda-tanda syok d.     Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap pemberian cairan awal. ü  Respon cepat §  Pemberian cairan diperlambat sampai kecepatan maintenance §  Tidak ada indikasi bolus cairan tambahan yang lain atau pemberian darah §  Pemeriksaan darah dan cross-match tetap dikerjakan §  Konsultasikan pada ahli bedah karena intervensi operatif mungkin masih diperlukan ü  Respon Sementara §  Pemberian cairan tetap dilanjutkan, ditambah dengan pemberian darah §  Respon terhadap pemberian darah menentukan tindakan operatif §  Konsultasikan pada ahli bedah ( lihat tabel 5 ). ü  Tanpa respon §  Konsultasikan pada ahli bedah §  Perlu tindakan operatif sangat segera §  Waspadai kemungkinan syok non hemoragik seperti tamponade jantung atau kontusio miokard 5.       Tambahan Pada Primary Survey Dan Resusitasi a.     Pasang



EKG



ü Bila



ditemukan bradikardi, konduksi aberan atau ekstrasistole harus dicurigai adanya hipoksia dan hipoperfusi



ü Hipotermia b.     Pasang



dapat menampakkan gambaran disritmia



kateter uretra



ü  Kecurigaan



adanya ruptur uretra merupakan kontra indikasi pemasangan kateter urine



ü 



Bila terdapat kesulitan pemasangan kateter karena striktur uretra atau BPH, jangan dilakukan manipulasi atau instrumentasi, segera konsultasikan pada bagian bedah



ü  Ambil ü 



sampel urine untuk pemeriksaan urine rutine



Produksi urine merupakan indikator yang peka untuk menilai perfusi ginjal dan hemodinamik penderita



ü  Output



urine normal sekitar 0,5 ml/kgBB/jam pada orang dewasa, 1 ml/kgBB/jam pada anak-anak dan 2 ml/kgBB/jam pada bayi



c.        Pasang ü 



kateter lambung



Bila terdapat kecurigaan fraktur basis kranii atau trauma maksilofacial yang merupakan kontraindikasi pemasangan nasogastric tube, gunakan orogastric tube.



ü  Selalu



tersedia alat suction selama pemasangan kateter lambung, karena bahaya aspirasi bila pasien muntah.



d.     Monitoring



hasil resusitasi dan laboratorium Monitoring didasarkan atas penemuan klinis; nadi, laju nafas, tekanan darah, Analisis Gas Darah (BGA), suhu tubuh dan output urine dan pemeriksaan laboratorium darah. e.      Pemeriksaan foto rotgen dan atau FAST ü  Segera lakukan foto thoraks, pelvis dan servikal lateral, menggunakan mesin x-ray portabel dan atau FAST bila terdapat kecurigaan trauma abdomen. ü  Pemeriksaan foto rotgen harus selektif dan jangan sampai menghambat proses resusitasi. Bila belum memungkinkan, dapat dilakukan pada saat secondary survey. ü  Pada wanita hamil, foto rotgen yang mutlak diperlukan, tetap harus dilakukan. 6.       SECONDARY SURVEY a.     Anamnesis Anamnesis yang harus diingat : A : Alergi M : Mekanisme dan sebab trauma M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini) P : Past illness L : Last meal (makan minum terakhir) E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan. 7.       TAMBAHAN PADA SECONDARY SURVEY a.     Sebelum dilakukan pemeriksaan tambahan, periksa keadaan penderita dengan teliti dan pastikan hemodinamik stabil b.     Selalu siapkan perlengkapan resusitasi di dekat penderita karena pemeriksaan tambahan biasanya dilakukan di ruangan lain c.     Pemeriksaan tambahan yang biasanya diperlukan : ü CT scan kepala, abdomen ü USG abdomen, transoesofagus ü Foto ekstremitas ü Foto vertebra tambahan ü Urografi dengan kontras 8.       Re-Evaluasi Penderita a.       Penilaian ulang terhadap penderita, dengan mencatat dan melaporkan setiap perubahan pada kondisi penderita dan respon terhadap resusitasi.



b.       Monitoring tanda-tanda vital dan jumlah urin c.        Pemakaian analgetik yang tepat diperbolehkan 9.       Transfer Ke Pusat Rujukan Yang Lebih Baik



Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien karena keterbatasan SDM maupun fasilitas serta keadaan pasien yang masih memungkinkan untuk dirujuk. Tentukan indikasi rujukan, prosedur rujukan dan kebutuhan penderita selama perjalanan serta komunikasikan dengan dokter pada pusat rujukan yang dituju. C.    Initial Assessment pada cedera tertentu 1.    Trauma Vertebra a.     Primary Survey Dan Resusitasi - Penilaian Cedera Tulang Belakang Penderita harus dipertahankan dalam keadaan berbaring, posisi netral dengan menggunakan tehnik imobilisasi yang baik. ü  Airway Nilai airway sewaktu mempertahankan posisi tulang leher. Membuat airway definitif apabila diperlukan. ü  Breathing Menilai dan memberikan oksigenasi yang adekuat dan bantuan ventilasi bila diperlukan. ü  Circulation §  Bila terdapat hipotensi, harus dibedakan antara syok hipovolemik (penurunan tekanan darah, peningkatan denyut jantung, ekstremitas yang dingin) dari syok neurogenik (penurunan tekanan darah, penurunan denyut jantung, ekstremitas hangat). §  Penggantian cairan untuk menanggulangi hipovolemia §  Bila terdapat cedera medula spinalis, pemberian cairan harus dipandu dengan monitor CVP. ( Catatan : Beberapa penderita membutuhkan pemberian inotropik ) §  Bila melakukan pemeriksaan colok dubur sebelum memasang kateter, harus dinilai sensasi serta kekuatan sfinkter. ü  Disability- Pemeriksaan neurologis singkat §  Tentukan tingkat kesadaran dan menilai pupil. §  Tentukan AVPU atau lebih baik dengan Glasgow Coma Scale §  Kenali paralisis / paresis. b.     Survey Sekunder - Penilaian Neurologis ü  Memperoleh anamnesis AMPLE §  Anamnesis dan mekanisme trauma §  Riwayat medis §  Identifikasi dan mencatat obat yang diberikan kepada penderita sewaktu datang dan selama pemeriksaan dan penatalaksanaan. ü  Penilaian ulang Tingkat Kesadaran dan Pupil ü  Penilaian ulang Skor GCS ü  Penilaian Tulang Belakang o   Palpasi §  Rabalah seluruh bagian posterior tulang belakang dengan melakukan log roll penderita secara hati-hati . Yang dinilai



§  Deformitas dan / atau bengkak §  Krepitus §  Peningkatan rasa nyeri sewaktu dipalpasi §  Kontusi dan laserasi/luka tusuk. o   Nyeri, paralisis, paresthesia §  ada/ tidak §  Lokasi §  Level neurologis o   Sensasi Tes pinprick untuk mengetahui sensasi, dilakukan pada seluruh dermatom dan dicatat bagian paling kaudal dermatom yang memberikan sensasi rasa. o   Fungsi Motoris o   Refleks tendo dalam (kurang memberikan informasi pada keadaan emergensi) o   Pencatatan dan pemeriksaan ulang Catat pemeriksaan neurologis dan ulangi pemeriksaan sensoris dan motoris secara reguler sampai datang spesialis terkait. ü  Evaluasi ulang akan adanya cedera penyerta/ cedera yang tersembunyi 2.      Trauma Musculoskeletal a.    Melihat, Gambaran Umum Perdarahan luar dapat diketahui dengan jelas dari perdarahan pada ekstremitas, kumpulan darah pada lantai atau brankar, balutan yang penuh darah, dan perdarahan yang terjadi selama ditranspor ke rumah sakit. Pemeriksa perlu menanyakan karakteristik terjadinya trauma dan pelayanan pra rumah sakit. §  Luka terbuka mungkin sudah tidak berdarah, tetapi bisa terdapat trauma saraf atau fraktur terbuka. §  Deformitas



pada ekstremitas menunjukkan adanya fraktur atau trauma sendi. Jenis trauma ini harus dibidai sebelum penderita dirujuk atau segera setelah aman.



§  Warna



ekstremitas perlu diperiksa. Adanya memar menunjukkan adanya trauma otot atau jaringan lunak diatas tulang atau sendi. Perubahan ini mungkin disertai bengkak atau hematoma. Gangguan vaskular mula-mula ditandai dengan pucat pada ekstremitas distal.



§  Posisi



ekstremitas dapat membantu membedakan sejumlah pola trauma. Bila ada trauma saraf akan menampilkan posisi ekstremitas yang khas, misalnya trauma saraf radialis menimbulkan wrist drop, dan trauma saraf peroneus menimbulkan drop foot.



§  Pengawasan



aktifitas spontan penderita dapat membedakan beratnya trauma. Dalam pengawasan, adanya gerakan spontan dapat menunjukkan adanya trauma yang tampak atau terselubung. Misalnya pada trauma kepala penderita tidak mengikuti perintah dan tidak ada gerakan spontan ekstremitas, penderita ini mungkin ada trauma torakal atau lumbal.



§  Jenis



kelamin dan usia penting untuk menentukan potensi trauma Anak-anak dapat terjadi trauma lempeng epifisis atau patah tulang tersembunyi (misalnya buckle fraktur). Pada wanita dengan trauma pelvis, lebih besar kemungkinan cedera vagina dibandingkan cedera uretra.



§  Urin



yang keluar dari kateter harus dilihat. Jika urin berdarah atau jika pemasangan kateter sulit, penderita mungkin menderita fraktur pelvis dan trauma traktus urinarius. b.   Raba Ancaman jiwa dan ancaman ekstremitas disingkirkan terlebih dahulu.



§  Pelvis dipalpasi anterior dan posterior akan adanya deformitas, pergerakan, dan jarak yang menunjukkan potensi pelvis tidak stabil. Tes kompresi-distraksi seperti menarik-mendorong pelvis dikerjakan sekali saja. Tes ini berbahaya karena terlepasnya bekuan darah dapat menimbulkan perdarahan baru. §  Pulsasi ekstremitas dipalpasi dan penemuannya dicatat. Adanya perbedaan atau abnormalitas harus dicatat. Pengisian kapiler yang normal (kurang dari 2 detik) di bawah kuku atau telapak tangan menandakan aliran darah di ekstremitas distal baik. Hilangriya pulsasi dengan pengisian kapiler normal menandakan ekstremitas viable, walaupun demikian konsultasi bedah perlu dilakukan. Jika pulsasi dan pengisian kapiler tidak ada diperlukan pembedahan gawat darurat. §  Kompartemen otot seluruh ekstremitas dipalpasi untuk menentukan adanya fraktur atau sindroma kompartemen. Dilakukan dengan palpasi yang lembut. Jika terdapat fraktur, penderita sadar akan mengeluh nyeri. Jika penderita tidak sadar, hanya teraba gerak abnormal. Sindroma kompartemen dicurigai jika teraba keras-tegang dan nyeri. Sindroma kompartemen dapat disertai fraktur. §  Stabilitas sendi diperiksa dengan meminta penderita menggerakkan sendi secara aktif. Hal ini tidak perlu dikerjakan jika terdapat fraktur yang nyata atau deformitas, atau penderita tidak kooperatif. Setiap sendi dipalpasi untuk nyeri, bengkak, dan adanya cairan intar-artikular. Stabilitas sendi diperiksa dengan melakukan regangan lateral, medial, dan anterior -posterior. Segala deformitas atau dislokasi sendi harus dibidai dan dilakukan pemeriksaan ronsen sebelum melakukan pemeriksaan akan stabilitas. §  Pemeriksaan neurolgi secara cepat dan menyeluruh dilakukan dan dicatat pada ekstremitas. Pemeriksaan diulang dan dicatat sesuai indikasi dan keadaan klinis penderita. Sensasi diperiksa dengan rabaan/sentuhan dan tusukan pada setiap ekstremitas. Adanya trauma neurologis yang progresif menunjukkan ada masalah besar. a.        C5 - Sisi lateral dari lengan atas (juga N.axilaris) b.        C6 - Sisi palmar ibu jari dan telunjuk (N.medianus) c.         C7 - Sisi palmar jari tengah. d.        C8 - Sisi palmar jari kelingking (N.ulnaris). e.         T1 - Sisi dalam lengan bawah. f.         L3 - Sisi dalam paha. g.        L4 - Sisi dalam tungkai bawah,terutama diatas maleolus medialis. h.        L5 - Dorsal kaki diantara ibu jari dan jari kedua (peroneus communis) i.          Si - Sisi lateral kaki. §  Pemeriksaan motorik ekstremitas yang harus dikerjakan; a.        Abduksi bahu - N. axilaris, C5. b.        Fleksi siku - N. muskulokutaneus, C5 dan C6



c.         Ekstensi siku - N.radialis, C6, C7, dan C8. d.        Tangan dan pergelangan - Kekuatan genggaman dorsofleksi pergelangan (N. radialis, C6) dan fleksi jari jari (N medianus dan ulnaris, C7 dan C8). e.         Aduksi dan abduksi jari - N ulnaris, C 8 dan Ti. f.         Ekstremitas bawah- dorsofleksi ibu jari dan pergelangan kaki memeriksa N.peroneus profundus, L5, dan plantar fleksi memeriksa N.tibialis posterior, S1. g.        Pemeriksaan tingkat kekuatan otot menurut standar. Pemeriksaan ini spesifik sesuai dengan gerakannya. Pemeriksaan refleks tendo. Jangan lupa memeriksa punggung. 3.      Trauma Kepala  a.      Survei Primer §  ABCDE §  Imobilisasi dan Stabilisasi Servikal  



§  Melakukan Pemeriksaan Neurologis Singkat o   Respon Pupil o   Menentukan Nilai GCS b.      Survey Sekunder Dan Penatalaksanaan 1.      Inspeksi Keseluruhan Kepala, Termasuk Wajah 1.      Laserasi 2.      Adanya LCS dari lubang hidung dan telinga 2.      Palpasi Keseluruhan Kepala, Termasuk Wajah 1.      Fraktur 2.      Laserasi dengan fraktur di bawahnya 3.      Inspeksi Semua Laserasi Kulit Kepala 1.      Jaringan otak 2.      Fraktur depresi tulang tengkorak 3.      Debris 4.      Kebocoran LCS 4.      Menentukan Nilai GCS dan Respon Pupil 1.      Respon buka mata 2.      Respon motorik terbaik anggota gerak 3.      Respon verbal 4.      Respon pupil 5.      Pemeriksaan Vertebra Servikal 1.      Palpasi untuk mencari adanya rara nyeri dan pakaikan kolar servikal semirigid bila perlu. 2.      Pemeriksaan foto ronsen vertebra servikalis proyeksi cross-table lateral bila perlu.



6.      Penilaian Beratnya Cedera 7.      Pemeriksaan Ulang Secara Kontinyu-Observasi Tanda-tanda Perburukan 1.      Frekuensi 2.      Parameter yang dinilai 3.      Ingat, pemeriksaan ulang ABCDE



BAB III PENUTUP A.    Kesimpulan Initial asessment atau pengkajian awal pada kasus kegawat daruratan sangat penting dilakukan sebelum melakukan tidakan resusitasi atau pertolongan pada korban/pasien kegawat daruratan. Tujuan dari pengkajian awal adalah untuk mengetahui atau menilai kondisi korban dengan cepat dan tepat sehingga dapat melakukan resusitasi sesegera mungkin dengan prosedur yang tepat sehingga dapat mengurangi resiko kematian dini pada korban gawat darurat. Secara umum tindakan yang dilakukan dalam pengkajian awal ini ialah primery suvey, secondary survey primary survey, secondary survey dan penanganan definitive (menetap) yang meliputi airway, breathing, circulation, disability dan exposure. B. Saran Sebagai calon perawat atau tegana medis, hal yang penting ditingkatkan mengenai kondisi kegawat daruratan ialah skill dalam melakukan resusitasi kepada pasien salah satunya dengan menguasai ilmu dan skill dalam initial asessment ini sehingga pertolongan kepada pasien dengan kondisi gawat darurat dapat kita lakukan dengan cepat dan tepat.



REFERENSI https://scholar.google.co.id/scholar? start=10&q=LATAR+BELAKANG+initial+assessment&hl=id&as_sdt=0,5