Makalah Instalasi [PDF]

  • Author / Uploaded
  • rizqi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SISTEM INSTALASI LISTRIK



Disusun OLEH : M. Habib Akbar Ristanto



5163230026



Muhammad Rizqi Rafizal



5163230030



Raisha Uchrowi



5163230032



DOSEN PENGAMPU : Dr. Adi Sutopo , MT



JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2018/2019



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah pada mata kuliah Iluminasi dan Instalasi Listrik. Tak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut – pengikutnya sampai akhir zaman. Penulis menyadari bahwa Makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari bapak dosen yang bersifat membangun guna perbaikan dimasa mendatang. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah diberikan dan semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.



Medan, 16 Februari 2019



Tim Penulis



BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Instalasi tenaga listrik adalah pemasangan komponen-komponen peralatan listrik untuk melayani perubahan energi listrik menjadi tenaga mekanis dan kimia. Instalasi listrik yang lebih baik adalah instalasi yang aman bagi manusia dan akrab dengan lingkungan sekitarnya. Selain



itu pemasangan



daya yang terjadi



instalasi



listrik



yang benar juga dapat



pada saat pemakaian energi listrik sehingga dapat



mengurangi rugi-rugi menghemat



biaya



pemakaian daya listrik. Perencanaan sistem instalasi listrik pada suatu bangunan haruslah mengacu pada peraturan dan ketentuan yang berlaku sesuai dengan PUIL dan UndangUndang Ketenagalistrikan. Pada gedung bertingkat biasanya membutuhkan energi listrik yang cukup besar, oleh karena itu pendistribusian energi listriknya harus diperhitungkan sebaik mungkin agar energi listrik dapat terpenuhi dengan baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. 2. Tujuan Adapun tujuannya adalah : a. Mampu mengetahui pemasangan sistem instalasi tenaga listrik sesuai aturan yang berlaku. b. Mampu mengetahui jenis jenis kebutuhan konsumen terhadap energy listrik. c. Mampu menjelaskan pembagian jenis jenis tegangan 3. Manfaat Adapun manfaatnya adalah : a. Dapat mempelajari penerapan sistem instalasi tenaga listrik b. Dapat menambah wawasan tentang sistem instalasi.



BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Instalasi 1. Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah suatu bagian penting yang terdapat dalam sebuah bangunan gedung , yang berfungsi sebagai penunjang kenyamanan penghuninya .



Dalam perancangan sistem instalasi listrik sebuah gedung, instalasi listrik dibagi menjadi 2 yaitu: a. Instalasi pencahayaan buatan b. Instalasi daya listrik Instalasi pencahayaan buatan adalah upaya untuk memberikan daya listrik pada lampu sehingga dapat dijadikan sumber cahaya ketika pencahayaan alami terkendala waktu dan lingkungan. Pencahayaan buatan ini meliputi lampu, armatur lampu, kabel/penghantar dan sakelar. Instalasi pencahayaan buatan ini bertujuan untuk memberikan kenyamanan pada penghuni sebuah gedung dalam menjalankan aktivitas keseharian. Instalasi daya listrik merupakan instalasi untuk menjalankan mesin-mesin listrik yang ada dalam gedung untuk memeberikan supply daya listrik pada seluruh peralatan yang membutuhkan daya listrik dalam sebuah gedung. Di Indonesia dalam dunia teknik listrik aturan yang ada antar lain PUIL (Persyaratan Umum Instalasi Listrik). Dalam suatu perancangan, produk yang dihasilkan adalah gambar dan analisa .Gambar adalah bahasa teknik yang diwujudkan dalam kesepakatan simbol.Gambar ini dapat berupa gambar sket, gambar perspektif, gambar proyeksi, gambar denah serta gambar situasi.Gambar denah ruangan atau bangunan rumah (gedung) yang kan dipasang instalasi digambar dengan menggunakan lambanglambang (simbol-simbol) yang berlaku untuk instalasi listrik. Gambar instalasi listrik memegang peranan yang sangat vital dan menentukan dalam suatu perencanaan instalasi, karena hanya dengan bantuan gambar suatu pekerjaan pemasangan instalasi dapat dilaksanakan . Untuk instalasi penerangan yang kecil dengan nilai daya pasang 450 VA, disebut instalasi listrik penerangan 1 phase, 1 group dengan pengaman arus (MCB) 2 Ampere. Pelayanan tenaga listrik dari tiang jaringan listrik ke pemakai (kwh + MCB) merupakan tugas dari PLN sedangkan dari panel bagi (kotak sekering) sampai ke pemasangan titik nyala (lampu dan kotak kontak) dan satu unit grounding (pentanahan) merupakan tugas Biro Teknik Listrik (BTL). Penempatan Saklar dan Kotak Kontak Penempatan saklar dekat pintu dan mudah dicapai oleh tangan, arah tuas (kutub) saklar harus sama baik saat di-on-kan maupun di-off-kan, sedangkan pemasangan dan penempatan kotak kontak disesuaikan dengan beban yang akan disambung. Tinggi penempatan saklar dan kotak kontak 150 cm diatas lantai. 2. Syarat-Syarat Instalasi Listrik



Di samping Persyaratan Umum Instalasi Listrik dan peraturan mengenai kelistrikan yang berlaku, harus diperhatikan pula syarat-syarat dalam pemasangan instalasi listrik, antara lain : 1) Syarat ekonomis Instalasi listik harus dibuat sedemikian rupa sehingga harga keseluruhan dari instalasi itu mulai dari perencanaan, pemasangan dan pemeliharaannya semurah mungkin, kerugian daya listrik harus sekecil mungkin. 2) Syarat keamanan Instalasi listrik harus dibuat sedemikian rupa, sehingga kemungkinan timbul kecelakaan sangat kecil. Aman dalam hal ini berarti tidak membahayakan jiwa manusia dan terjaminnya peralatan dan benda benda disekitarnya dari kerusakan akibat dari adanya gangguan seperti: a) gangguan hubung singkat b) tegangan lebih c) beban lebih dan sebagainya. 3) Syarat keandalan (kelangsungan kerja) Kelangsungan pengaliran arus listrik kepada konsumen harus terjamin secara baik. Jadi instalasi listrik harus direncana sedemikian rupa sehingga kemungkinan terputusnya atau terhentinya aliran listrik adalah sangat kecil. 3. Ketentuan yang Terkait Di samping Persyaratan Umum Instalasi Listrik ini, harus pula diperhatikan ketentuan yang terkait dengan dokumen berikut : 1) Undang undang no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 2) Undang-undang No. 15 tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan. 3) Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. 4) Peraturan Pemerintah RI No. 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik. 5) Peraturan Pemerintah Tenaga Listrik.



No.



25



tahun



1995



tentang



Usaha



Penunjang



6) Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/40/M.PE/1990 tentang Instalasi Ketenagalistrikan. 7) Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 02.P/0322/M.PE/1995 tentang Standardisasi, Sertifikasi dan Akreditasi dalam Lingkungan pertambangan dan energy B. Pembagian Jenis Tegangan Pada Umumnya pembagian tingkatan tegangan dibagi dengan istilah klasifikasi Besar tegangan Listrik seperti TR (Tegangan Rendah), TM (Tengangan Menengah), TT (Tegangan Tinggi), TET(Tegangan Ekstra Tinggi). Ada pula pembagian tegnagan tersebut sudah di atur dalam ketentuan nasional maupun Internasional sebagi berikut : 1. Menurut versi SPLN 1:1995 PT. Perusahaan Listrik Negara (PERSERO) alias PLN pada tahun 1995 mengeluarkan Standar Perusahaan Listrik Negara (SPLN) No 1 yang berjudul Tegangan-Tegangan Standar. Pada SPLN 1:1995 tersebut tercantum keterangan bahwa standar PLN tersebut merujuk pada publikasi IEC 33 (tahun 1983) dengan modifikasi sesuai dengan pengalaman dan kebutuhan dari PLN. Di dalamnya antara lain terdapat definisi dari penyebutan klasifikasi tegangan listrik (semua nilai dalam rms): a. Tegangan rendah Tegangan rendah adalah tegangan sistem antara 100 VAC sampai dengan 1 kVAC. b. Tegangan menengah Tegangan menengah adalah tegangan sistem di atas 1 kVAC sampai dengan 35 kVAC. c. Tegangan tinggi Tegangan tinggi adalah tegangan sistem di atas 35 kVAC sampai dengan 245 kVAC. d. Tegangan ekstra tinggi Tegangan ekstra tinggi adalah tegangan sistem di atas 245 kVAC. 2. Menurut versi SNI (PUIL 2000) SNI dikeluarkan oleh BSN, sedangkan PUIL diterbitkan oleh Yayasan PUIL. SNI 04-0225-2000 adalah PUIL (Persyaratan Umum Instalasi Listrik) terbitan tahun 2000 yang ditetapkan menjadi Standar Nasional Indonesia. PUIL menggunakan standar IEC (International Electrotechnical Commission) yaitu IEC 60364 sebagai acuan utamanya, selain itu (menurut prakata dari panitia revisi PUIL) juga mengacu pada NEC, SAA, VDE. Definisi pembagian tegangan listrik menurut PUIL (ditulis ulang secara bebas, hak cipta dokumen PUIL 2000 pada Yayasan PUIL) : a. tegangan ekstra rendah , yaitu tegangan listrik dengan nilai setinggi-tingginya 50 VAC atau 120 VDC



b. tegangan rendah , yaitu tegangan listrik dengan nilai [yang telah melebihi batas nilai tegangan ekstra rendah, tetapi besar tegangannya] setinggi-tingginya 1000 VAC atau 1500 VDC c. tegangan menengah , yaitu tegangan listrik yang nilainya lebih dari 1 kVAC sampai dengan 35 kVAC d. tegangan tinggi , yaitu tegangan listrik yang nilainya lebih dari 35 kVAC 3. Menurut versi BS7671:2001 (16thEditions IEE Wiring Regulations) BS 7671 berasal dari IEE Wiring Regulations dan ditetapkan menjadi British Standard oleh BSI pada tahun 1992. BS7671 juga mengacu pada IEC 60364 dan karenanya juga serupa dengan regulasi yang berlaku di negara-negara Eropa lainnya. Standar Inggris ini juga dipergunakan--baik secara utuh maupun dalam bentuk adaptasi-di beberapa negara non Eropa. IEE (sekarang menjadi IET) adalah sebuah organisasi non pemerntah di Inggris. BS 7671 memiliki detail untuk dua kategori yaitu yang disebut sebagai Band 1 dan Band 2. Pada dasarnya Band 1 adalah sistem yang bertegangan listrik ekstra rendah sedangkan Band 2 adalah sistem bertegangan listrik rendah. Menurut BS 7671 tegangan extra rendah ( ELV : Extra Low Voltage ) adalah sistem yang memiliki nilai tegangan listrik bolak-balik (AC) kurang dari 50 V antara konduktor (penghantar) dengan bumi (ground / pentanahan). Sedangkan tegangan rendah ( LV : Low Voltage ) adalah nilai tegangan listrik yang telah melewati nilai ELV sampai dengan 1000 VAC di antara konduktor-konduktornya atau 600 VAC di antara konduktor dan bumi. 4. Menurut versi AS/NZS 3000 Australian/New Zealand Wiring Rules a. Extra Low Voltage (ELV) didefinisikan sebagai tegangan operasi (operating voltage) yang nilainya tidak melebihi 50 V a.c. atau 120 V d.c yang bebas riak (ripple free DC). b. Low Voltage (LV) didefinisikan sebagai tegangan operasi (operating voltage) yang nilainya sudah melebihi batas nilai ELV tetapi tidak melebihi 1000V a.c. atau 1500V d.c. C. Jenis – Jenis Kebutuhan Beban terhadap energi Listrik Tenaga listrik yang didistribusikan ke pelanggan (konsumen) digunakan sebagai sumber daya untuk bermacam-macam peralatan yang membutuhkan tenaga listrik sebagai sumber



energinya. Peralatan tersebut umumnya bisa berupa lampu (penerangan), beban daya (untuk motor listrik), pemanas, dan sumber daya peralatan elektronik.



Sedangkan tipe-tipe beban menurut konsumen pemakainya pada umumnya dapat dikelompokkan dalam kategori berikut : 1. Rumah Tangga (domestik/residen), terdiri dari bebanbeban penerangan, kipas angin, alatalat rumah tangga misalnya pemanas, lemari es, kompor listrik, dan lainlain. 2. Bisnis, terdiri atas beban penerangan dan alat listrik lainnya yang dipakai pada bangunan komersil atau perdagangan seperti toko, restoran, dan lain-lain. 3. Umum/publik, terdiri dari pemakai selain ketiga golongan di atas misalnya gedung pemerintah, penerangan jalan umum, dan pemakai kepentingan sosial. 4. Industri, terdiri dari industri kecil/rumah tangga hingga industri besar. Umumnya bebannya berupa beban untuk motor listrik. Pengklasifikasian ini sangat penting artinya bila kita melakukan analisa karakteristik beban untuk suatu sistem yang sangat besar. Perbedaan yang paling prinsip dari empat jenis beban diatas, selain dari daya yang digunakan dan juga waktu pembebanannya. Pemakaian daya pada beban rumah tangga akan lebih dominan pada pagi dan malam hari, sedangkan pada heban komersil lebih dominan pada siang dan sore hari.Pemakaian daya pada industri akan lebih merata, karena banyak industri yang bekerja siang-malam. Maka dilihat dari sini, jelas pemakaian daya pada industri akan lebih menguntungkan karena kurva bebannya akan lebih merata. Sedangkan pada beban fasi1itas umum lebih dominan pada siang dan malam hari. Beberapa daerah operasi tenaga listrik memberikan ciri tersendiri, misalnya daerah wisata, pelanggan bisnis mempengaruhi penjualan kWh walaupun jumlah pelanggan bisnis jauh lebih kecil dibanding dengan pelanggan rumah tangga.



BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa : Dalam perencanaan sebuah iluminasi dan Instalasi Listrik dapat diketahui melalui peraturan yang sudah ditentukan pada umumnya di Indonesia mengikuti ketentuan PUIL (Persyaratan Umum Instalasi Listrik). Untuk penggunaan pemakaian listrik di bagi menurut kelasnya masing – masing dari tegangan rendah sampai tegangan ekstra tinggi.