Makalah IPS Kelompok 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL 3 ESENSI KURIKULUM IPS SD BERDASARKAN KTSP 2006 KELAS TINGGI Mata Kuliah : PENDIDIKAN IPS DI SD Tutor : CHAIRUNISA AMELIA, S.Pd,M.Pd



Disusun oleh : Kelompok 2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Eliya Minarti Rokan Ellana Novlyata Ervan Hari Mahar Dika Grace Sibarani Intan Soraya Khairul Muna Reni Sartika Sri Budiyanti



(855851471) (855851647) (855851654) (855846691) (855847701) (855851719) (855851693) (855851797)



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM BI S1-PGSD (MASUKAN SARJANA) UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ MEDAN POKJAR KABUPATEN LANGKAT (PANGKALAN BRANDAN)



TAHUN 2021.1



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Esensi Kurikulum IPS SD berdasarkan KTSP 2006 Kelas Tinggi”. Kami menyadari bahwa makalah ini tidak mungkin tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih setulus hati kepada : 1. Ibu Chairunisa Amelia, S.Pd,M.Pd , tutor atau dosen mata kuliah Pendidikan IPS di SD yang telah memberikan bimbingan serta arahan dalam mengerjakan makalah ini. 2. Teman-teman mahasiswa PGSD BI Tahun 2021.1 yang telah memberikan dukungan serta bantuan Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuandan pengalaman untuk para mahasiswa. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.



Pangkalan Brandan, April 2021 Penulis



Kelompok 2



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .……………………………………………………



i



DAFTAR ISI ………………………………………………………………



ii



BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang …………………………………………………………



1



2. Rumusan Masalah ……………………………………………………..



2



3. Tujuan …………………………………………………………………..



2



4. Manfaat …………………………………………………………………



2



BAB II PEMBAHASAN 1. Peristiwa, Fakta, Konsep, Generalisasi Ilmu-ilmu Sosial dalam Kurikulum SD (KTSP) 2006 Kelas Tinggi ………………………………



3



2. Nilai dan Sikap, Keterampilan Intelektual/Kemampuan Analisis, Personal dan Sosial dalam Kurikulum IPS SD 2006 Kelas Tinggi ……….



8



3. Contoh Keterkaitan antara Peristiwa, Fakta, Konsep, Generalisi, Nilai, Sikap dan Keterampilan Intelektual/Kemampuan Analisis, Personal, Sosial dalam Konteks Pendidikan IPS SD Kelas Tinggi ……………………………………………………………….



14



BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan ……………………………………………………………… 18 2. Saran …………………………………………………………………….



19



DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 20



ii



BAB I PENDAHULUAN



1. Latar Belakang Pendidikan nasional, merupakan salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan menjadikan warga negara indonesia menjadi manusia yang berkualitas yang mampu menjawab tantangan zaman yang selalu berubah dan berkembang. Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan karakter. Perkembangan kurikulum di Indonesia pada dasarnya berpijak pada perkembangan pendidikan di Indonesia itu sendiri, yang sejarahnya sudah dimulai sejak sebelum proklamasi kemerdekaan (zaman penjajahan). Kurikulum merupakan pedoman yang cukup mendasar dalam proses belajar mengajar di dunia pendidikan. Disadari atau tidak bahwa berhasil tidaknya suatu pendidikan, sukses tidaknya dalam mencapai suatu tujuan pendidikan sedikit banyak bergantung pada kurikulumnya. Begitu pun dengan mata pelajaran IPS, tujuan mata pelajaran IPS tercapai sedikit banyak tergantung pada kurikulumnya. Guru diharapkan dapat memahami dan mampu mengembangkan lebih jauh terkait dengan peristiwa, fakta, konsep, generalisasi, nilai, sikap, keterampilan intelektual atau kemampuan analisis, personal dan sosial. Kemampuan tersebut tentu sangat penting dimiliki oleh guru, agar dapat menyajikan pembelajaran IPS dengan lebih baik dan guru tampil lebih siap dengan wawasan yang lebih luas. Hal ini menjadikan suasana belajar kondusif dan interaksi dalam pembelajaran lebih hidup. Maka dari itu, kami akan membahas mengenai ”Ensensi Kurikulum IPS Berdasarkan KTSP 2006 Kelas Tinggi”.



1



2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana identifikasi peristiwa, fakta, konsep, generalisasi ilmu-ilmu sosial dalam Kurikulum IPS SD 2006 di kelas tinggi ? 2. Bagaimana identifikasi nilai dan sikap, keterampilan (intelektual/analisis, personal, dan sosial) dalam kurikulum IPS 2006 di kelas tinggi ? 3. Materi apa yang dapat menunjukkan keterikatan antara peristiwa, fakta, konsep, generalisasi, nilai, sikap, kemampuan analisis/ keterampilan (intelektual, personal, dan sosial) dalam konteks pendidikan IPS SD dalam KTSP 2006 di kelas tinggi ?



3. Tujuan Dengan mempelajari modul 3 diharapkan guru dapat : 1. Mengidentifikasi peristiwa, fakta, konsep, generalisasi ilmu-ilmu sosial dalam Kurikulum IPS SD 2006 di kelas tinggi. 2. Mengidentifikasi nilai dan sikap dalam Kurikulum IPS SD 2006 di Kelas Tinggi. 3. Mengidentifikasi keterampilan (intelektual/analisis, personal, dan sosial) dalam kurikulum IPS 2006 di kelas tinggi. 4. Memberi contoh keterikatan antara peristiwa, fakta,konsep, generalisasi, nilai,sikap dan kemampuan analisis/keterampilan (intelektual, personal, dan sosial) dalam konteks pendidikan IPS SD dalam KTSP 2006 di kelas tinggi.



4. Manfaat Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari makalah ini antara lain : 1. Guru Sumber acuan untuk meningkatkan pemahaman atau pengertian terkait dalam menyajikan pembelajaran IPS dan guru lebih siap dengan wawasan yang lebih luas lagi. 2. Peserta Didik Meningkatkan pengetahuan dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS.



2



BAB II PEMBAHASAN



1. Peristiwa, Fakta, Konsep, Generalisasi Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Kurikulum IPS SD (KTSP) 2006 Di Kelas Tinggi Telah kita pahami betapa pentingnya peristiwa dan fakta dalam konteks pembelajaran IPS walaupun peristiwa dan fakta bukan tujuan akhir pembelajaran IPS. Di dalam pembelajaran IPS, tidak mungkin guru mengabaikan peristiwa dan fakta. Peristiwa dan fakta itu sangat esensial dalam proses berpikir. Peristiwa dan fakta itulah yang memberikan raw material kepada konsep sebagai pilar-pilar kegiatan intelektual. Di dalam kegiatan pembelajaran peristiwa dan fakta harus dipetakan dalam hubungan fungsional dengan konsep, generalisasi dengan cara yang sistematik. Dengan pandangan seperti itu maka peserta didik akan mampu melihat hubungan diantara fenomena intelektual dan penggunaanya ke dalam upaya meraih pengetahuan yang bermakna. Sehingga dapat dikatakan bahwa peristiwa dan fakta itu merupakan fondasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Tugas



seorang



guru



adalah



membantu



peserta



didik



membangun



dan



mengembangkan konsep dan generalisasi. Oleh sebab itu dalam kegiatan pembelajaran, guru dan peserta didik harus menggunakan serangkaian peristiwa dan fakta-fakta ini sebagai dasar pembentukan konsep dan generalisasi. Oleh karena aktivitas pembelajaran itu berlangsung dalam rambu-rambu kurikulum maka pijakan utama dalam proses kegiatan pembelajaran IPS adalah kurikulum, dalam hal ini Kurikulum IPS SD Tahun 2006.



Perhatikan bagan berikut ini.



Gambar 3.1



3



Dari gambaran diatas jelas bahwa peristiwa merupakan dasar dari mana kegiatan pembelajaran IPS dimulai. Guru dan peserta didik harus aktif “menjemput” peristiwa ini dan “mengolahnya” menjadi content, isi bahan pembelajaran. Dalam proses “pengolahan” menjadi bahan pembelajaran itulah fungsinya fakta, konsep dan generalisasi. Dengan kata lain, melalui pemahaman tentang fakta, konsep dan generalisasi itulah guru dapat mengorganisasikan bahan pembelajaran IPS, jadi skenario dari alur di tangan guru, dan dijadikan sebagai bahan dalam perencanaan kegiatan belajar di kelas. Tujuan konseptual dari IPS adalah berkenaan dengan pengembangan pemahaman dasar tentang dunia sekitar dan fungsi-fungsinya. Konsep dan generalisasi itulah yang membantu kita untuk memperoleh pemahaman yang komperhensif tentang kerangka berpikir IPS, agar kita memiliki cara yang teratur untuk menerjemahkan apa yang terjadi di dunia kita ini, di dalam kehidupan manusia ini. Untuk lebih menjelaskan pengertian konsep berikut ini dikemukakan beberapa sifatnya. 1. Konsep bersifat abstrak artinya merupakan gambaran mental tentang benda, peristiwa atau kegiatan. 2. Konsep merupakan kumpulan dari benda-benda yang memiliki karakteristik. 3. Konsep itu bersifat personal, artinya pemahaman seseorang bisa berbeda dengan orang lain. 4. Konsep dipelajari melalui pengalaman dengan belajar. 5. Konsep bukan persoalan arti kata, seperti di dalam kamus.



Konsep dapat pula diartikan sebagai abstraksi dari hal-hal yang bersifat konkrit yang mengandung pengertian. Dalam konsep ada makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif berkenaan dengan arti kata, seperti pada kamus, misalnya arti kata revolusi adalah perubahan cepat dalam hal prosedur, kebiasaan, Lembaga dan seterusnya. Revolusi juga mempunyai makna konotatif antara lain : 1. Makna revolusi merangkum makna denotatif. 2. Revolusi tidak sama dengan pemberontakan, melainkan kejadian yang penting yang telah direncanakan dan diatur secara sungguh-sungguh. Pembelajaran konsep di sekolah sesungguhnya dalam rangka memahami makna konotatif, maka itu pembelajaran konsep harus : 1. Diberikan dalam sesuatu konteks bukan diterangkan tanpa ada kaitan dengan sesuatu. 2. Peserta didik harus diberi kesempatan untuk sampai kepada pengertiannya sendiri tentang sesuatu konsep. 3. Peserta didik harus membacanya sendiri, mendengarkan penjelasan dan segera menuliskan makna konsep segera setelah diperkenalkan.



4



Kemampuan mengklasifikasikan sesuatu dari anak-anak SD pada umumnya berkembang bertahap sebagai berikut : 1. Mereka dapat mengklasifikasikan benda berdasarkan pengalaman (operasi formal). 2. Pada saat beranjak kemampuannya kepada “operasi konkret” mereka sudah bisa memecah grup ke dalam subgrupnya walau masih dalam keadaan belum jelas. 3. Pada perkembangan berikutnya mereka sudah dapat melakukan klasifikasi dan menyadari bahwa sesuatu itu bisa diklasifikasikan pada kelompok yang berbeda. Dalam belajar konsep selain klasifikasi, ada tahap asimilasi dan akomodasi. Peserta didik akan menangkap makna suatu konsep jika di dalam dirinya sudah ada “mental map” sehingga suatu konsepdapat ditangkap maknanya dan ini adalah tahap asimilasi. Adakalanya peserta didik menghadapi suatu konsep, sementara pada dirinya belum ada “mental map” tersebut. Seakan-akan pada dirinya belum ada “kapstok” untuk “menyangkutkan” konsep baru tersebut. Disinilah pentingnya peranan guru. Guru harus memberikan informasi dengan jelas dan mengaitkannya dengan “pengalaman” nasa lampaunya, harus dikembangkan persepsinya sehingga dapat mengakomodasi “barang” baru tersebut, inilah tahap akomodasi. Tahap inilah yang penting dalam belajar konsep. Dalam hubungan antar peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi dapat disimpulkan, bahwa, konsep menghubungkan fakta-fakta, dan generalisasi menghubungkan beberapa konsep. Dengan hubungan itu terbentuklah pola hubunganyang mempunyai makna, yang menggambarkan hasil pemikiran yang tinggi. Kita



dapat



mengambil



beberapa



kesimpulan



tentang



generalisasi



jika



diperbandingkan dengan konsep, yaitu berikut ini : 1. Generalisasi adalah prinsip-prinsip atau rules (aturan) yang dinyatakan dalam kalimat sempurna, sedangkan konsep bukan prinsip dan dinyatakan tidak di dalam kalimat yang sempurna. 2. Generalisasi memiliki dalil, konsep tidak. 3. Generalisasi adalah objektif dan impersonal, sedangkan konsep subjektif dan personal (berbeda antara seseorang dan lainnya). 4. Generalisasi memiliki aplikasi universal, sedangkan konsep terbatas pada orang tertentu.



Perlu kita ketahui pula bahwa pengertian generalisasi dalam sejarah berbeda dengan generalisasi dalam disiplin ilmu sosial lainnya. Oleh karena sifatnya yang unik yang menunjukkan bahwa peristiwa sejarah itu tidak terulang lagi (einmahlig) maka generalisasi dalam sejarah merupakan contradiction in terminis. Namun di dalam sejarah ada juga kemungkinan perulangan, dalam arti bahwa berulang itu adalah hal-hal yang berkaitan



5



dengan pola perilaku manusia yang berorientasi nilai, sistem sosial, kenbutuhan ekonomi, kecenderungan psikologis dan seterusnya. Rochiati mengemukakan adanya sempat jenis generalisasi yang diperlukan dalam kajian sejarah dalam IPS yaitu generalisasi deskripsi, sebab akibat, acuan nilai dan prinsip universal. Tugas guru adalah mengembangkan pengertian konsep dan generalisasi, bersamaan dengan itu juga mengembangkan kemampuannya untuk mengenal konsep-konsep esensial dan konsep-konsep lainnya dan juga untuk mengembangkan kemampuan untuk merumuskan generalisasi sesuai dengan kemampuan berpikir peserta didik. Dan itu merupakan tugas guru di kelas untuk mengembangkannya dalam kegiatan pembelajaran yang disesauikan dengan situasi dan kondisi lingkungan serta kemampuannya. Guru dituntut kreativitasnya dalam mencari dan mengolah sumber belajar agar kegiatan pembelajaran yang dikelolanya berjalan lancar. Contohnya adalah sebagai berikut : Untuk Kelas 5 Topik : Keragaman penampakan alam dan buatan serta Pembagian wilayah Waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya. Peristiwa yang digunakan dan dialami oleh setiap peserta didik adalah musim hujan dan musim kemarau. Peristiwa ini dapat digunakan sebagai pertanyaan pada awal pembelajaran.



Adapun fakta-fakta yang digunakan dalam topik ini misalnya sebagai berikut : 1. Letak Indonesia di antara 2 benua (Asia dan Austaralia). Diapit oleh 2 samudra (Samudra Hindia dan Samudra Pasifik) antara 60 LU dan 110 LS serta antara 950 BT dan 1410 BB. 2. Luas seluruh wilayah lebih kurang 5.193.252 km2. 3. Manfaat : daratan, pantai, dataran rendah, dataran tinggi, perairan, hutan. 4. Peta wilayah pembagian waktu : WIB, WITA, dan WIT. Fakta-fakta ini dapat diungkapkan melalui gambar-gambar, peta, atlas, globe.



Konsep yang dapat dikemukakan misalnya : 1. Musim hujan, musim kemarau, letak geografis, letak astronomis, garis lintang, garis bujur, khatulistiwa. 2. Cuaca, iklim, iklim tropis, subtropis, iklim sejuk, iklim dingin. 3. Tanah vulkanis, humus, dataran tinggi, dataran rendah, pantai. 4. Flora dan fauna



6



Generalisasi yang dapat dikemukakan misalnya : 1. Keadaan iklim suhu dan curah hujan di suatu daerah mempengaruhi perkembangan jenis tumbuh-tumbuhan di daerah tersebut. 2. Perkembanagan teknologi cenderung mengubah pola hubungan antara kota, desa dan mempengaruhi monilitas penduduk, perdagangan dan pelayanan. 3. Kelompok-kelompok



penduduk



berbeda



pandangannya



tergantung kepada nilai-nilai anutannya dan kepentingannya.



7



tentang



lingkungan,



2. Nilai dan Sikap, Keterampilan Intelektual/Kemampuan Analisis, Personal dan Sosial dalam Kurikulum IPS SD 2006 Kelas Tinggi



A. NILAI DAN SIKAP DALAM KURIKULUM IPS SD 2006 DI KELAS TINGGI Pada modul terdahulu telah dikemukakan betapa erat hubungannya antara nilai dan sikap, bahkan ditegaskan bahwa “niali itu menyebabkan sikap”. Dari pernyataan singkat tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap itu akibat sistem nilai yang dianut seseorang. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai yang dianut seseorang tercermin dari sikapnya terhadap sesuatu.



1. Nilai Mubarok (2007) menjelaskan bahwa satu hal yang sangat penting yang harus dipertimbangkan dalam Pendidikan IPS adalah segala tingkatan dan jenjang Pendidikan adalah Pendidikan nilai dan Pendidikan moral. Tananan sistem nilai yang harus menjadi acuan pendidikan IPS, yakni Pancasila. Sementara dalam proses pendidikan kita kembangkan kemampuan peserta didik agar dapat mengembangkan dan menemukan sendiri ukuran-ukuran nilai yang dihayati dengan sungguh-sungguh dan tentunya tidak akan menyimpang dari nilai-nilai luhur pandangan hidup bangsa kita ini. Dalam menyikapi pendidikan nilai itu sendiri tampaknya memang ada dua pendapat yang perlu kita pertimbangkan. Pendapat pertama bahwa nilai itu merupakan kriteria untuk menentukan hal yang bermakna kebajikan, sesuatu yang berharga atau keindahan. Misalnya kejujuran, kebebasan, dan sesuatu yang rasional. Sementara pendapat berikut menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan nilai itu ialah untuk membantu peserta didik agar memiliki kesadaran dan mampu mengidentifikasikan nilai-nilai anutannya dan membandingkannya dengan nilai yang dianut orang lain. Ada beberapa keuntungan dari pencapaian tujuan pendidikan nilai demikian ini. Peserta didik dikembangkan kemampuannya untuk memiliki nilai sesuai dengan kesadaran yang ada pada dirinya, serta mampu mengadakan interelasi dengan nilai-nilai yang dianut orang lain untuk mencegah timbulnya konflik, saling berbagi pengalaman dengan orang lain dan yang penting lagi ia berbuat, berperilaku sesuai dengan nilai yang menjadi miliknya. Bagaimana langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mengklasifikasikan nilai-nilai itu ? tentu banyak alternatif yang dapat dilakukan. Salah satu diantaranya adalah apa yang dikemukan oleh Jhonson (dalam Gross 1978; 215).



8



Gambar 3.2



Gagasan Jhonson ini menunjukkan bahwa pendidikan nilai tidak harus menunggu kapan pelaksanaan pendidikan dimulai. Setiap saat orang bisa melakukannya, dengan pengertian bahwa penahapan seperti yang dikemukakannya tetap akan dilaluinya. Bagaimana tumbuhnya kesadaran nilai itu ? kita bisa melihat penjelasan Kohlberg (1972;125-127) sebagai berikut : 1. Tahap Prekovensional a. Tahap 1 : tahap kepatuhan bukan atas dasar hormat kepada peraturan normal yang mendasarinya, melainkan karena takut hukuman. b. Tahap 2 : pada tahap ini penalaran anak beranggapan bahwa tindakan yang benar adalah tindakan yang memenuhi kebutuhan sendiri. 2. Tahap Konvensional a. Tahap 3 : pada tahap ini penalaran anak beranggapan bahwa tingkah laku yang baik adalah yang menyenangkan orang lain. b. Tahap 4 : tahap orientasi hukum dan ketertiban. Bertindak moral berdasarkan rasa hormat kepada pemegang otoritas serta peraturan-peraturan yang sudah pasti, dan berusaha memelihara ketertiban masyarakat. 3. Tahap Pasca-konvensional a. Tahap 5 : tahap orientasi kontak sosial yang berdasarkan hukum. Telah tumbuh pandangan rasional, legalistik, serta menghargai kemaslahatan untuk kepentingan umum. b. Tahap 6 : tahap orientasi etika universal. Berbuat baik karena mengikuti suara hati nurani sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang dilihatnya. Berdasarkan pertimbangan logis, universalitas dan konstitensi.



9



Tugas sekolah yang utama dalam masalah nilai itu ialah membantu peserta didik mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan nilai-nilai yang mereka anut dan membantu mereka untuk bisa menentukan pilihan nilai-nilai secara inteligen. Menurut Notonagoro (Darmodiharjo, 1979 : 55-56) nilai terbagi atas 3 bagian sebagai berikut : a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia. b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan. c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian ini dapat dibedakan menjadi atas 4 macam sebagai berikut : 1. Nilai kebenaran/kenyataan yang bersumber pada unsur akal manusia. 2. Nilai keindahan yang bersumber pada unsur-unsur rasa manusia, estetis, 3. Nilai kebaikan/moral yang bersumber pada unsur kehendak manusia 4. Nilai religious yang merupakan nilai ketuhanan, kerohanian yang tertinggi dan mutlak yang bersumber pada keyakinan manusia. Sikap seseorang sering kali ditentukan oleh nilai-nilai yang dianutnya. Persoalannya ialah bagaimana sikap itu dibentuk. Ada beberapa teori tentang pembentukan sikap yang perlu diketahui guru. 1. Theoretic of learning Teori ini berkenaan dengan proses conditioning dimana terdapat pertalian antara stimulus dengan respon. Menurut teori ini proses belajar sangat penting artinya dalam pembentukan sikap. 2. Modeling Theoretic Menurut teori ini, sikap tumbuh dengan cara dipelajari langsung dengan mengamati kegiatan perilaku orang yang menjadi model atau contoh. 3. Balance of theoretic Menurut teori ini, perolehan informasi yang mampu memperluas wawasan dan mendukung persoalan pada proporsi yang tepat sangat penting dalam rangka mencapai keseimbangan. Dari ketiga teori diatas dapat disimpulkan bahwa sikap dapat dibentuk dengan dua cara utama sebagai berikut : a. Melalui proses belajar (mendapatkan informasi yang benar). b. Melalui keteladanan dari orang-orang yang dijadikan contoh.



10



Mengevaluasi nilai juga bisa menggunakan teknik menilai diri, misalnya dengan perisai kepribadian. Cara ini sangat bersifat pribadi. Oleh karena itu, apabila akan digunakan dikelas dan dijadikan bahan dialog tentang nilai antara guru dan peserta didik sebaiknya tanpa nama. Peserta didik mengisi beberapa pertanyaan tentang nilai yang berkenaan dengan nilai-nilai yang menjadi pilihan peserta didik, kekurangan diri sendiri, kebaikan yang dimilikinya, kebiasaan dan lain-lain. Mengevaluasi sikap, biasanya dengan menggunakan Skala Sikap. Skala sikap ada bebarapa macam seperti Skala Likert, Skala Thurstone, dan Skala Guttman. Perlu diperhatikan bahwa hasil evaluasi nilai dan sikap ini tidak dapat dijadikan angka hasil belajar peserta didik. Tetapi besar pengaruhnya bagi pencapaian kualitas belajar peserta didik. Dengan pendidikan nilai dan sikap ini peserta didik berlatih bagaimana sebaiknya mereka memilih nilai dan menentukan nilai mana yang baik bagi dirinya dalam hidup bermasyarakat.



Berikut ini contohnya Untuk Kelas 6 Topik : Penampakan Alam dan Keadaan Sosial Negera-negara Tetangga Topik ini sangat luas lingkup bahasanya. Mencakup aspek-aspek kajian ilmu sosial seperti geografi, ekonomi, sejarah, politik, sosial budaya dan lain-lain.



Nilai-nilai yang dapat kita kemukakan antara lain sebagai berikut : 1. Nilai Material Misalnya peserta didik dapat menyaksikan betapa luas wilayah kerja sama ini dan dapat mengetahui manfaat dari kerja sama ini bagi negerinya, pada berbagai bidang khususnya bidang industri dan perdagangan. 2. Nilai vital Misalnya kerja sama antar bangsa merupakan dorongan bagi peningkatan hubungan tetapi juga menumbuhkan saling pengertian. Hal ini dampaknya luas bagi peningkatan aktivitas di bidang ekonomi. 3. Nilai kerohanian Misalnya nilai keagamaan dalam bentuk doa, dan harapan agar kondisi kerja sama yang sudah baik dapat berlangsung lebih baik di masa depan. Sikap yang dapat kita kembangkan misalnya : 1. Sikap keagamaan sesuai nilai di atas. 2. Tanggap terhadap perkembangan yang terjadi di sekitarnya. 3. Rasional dalam menerima informasi dari berbagai pihak. 4. Sikap “ingin mengetahui” persoalan-persoalan yang terjadi di sekitarnya.



11



2. Keterampilan Intelektual/Kemampuan Analisis, Personal dan Sosial Aspek keterampilan kemampuan analisis dalam pengajaran IPS itu hanya dapat dicapai jika guru mengintegrasikan aktivitas peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Artinya guru harus memprogram kegiatan belajarnya dengan pendekatan Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM). Pengalaman berharga yang diperoleh peserta didik itu akan memberikan manfaat,misalnya sebagai berikut : a. Peserta didik dapat memperdalam pemahaman dan pengertian materi pelajaran juga mampu mengembangkan sikap dan keterampilannya. b. Mendorong siswa berpikir kritis dan realistis. c. Pengalaman menghadapkan peserta didik kepada keadaan yang sebenarnya. d. Pengalaman itu akan berakumulasi agar diperoleh pengalaman yang lebih mendalam lagi. Dalam hal ini guru harus mengupayakan agar : a. Pengalaman itu sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik. b. Pengalaman itu beragam, tidak menjemukan. Tujuan mengajarkan keterampilan itu adalah agar peserta didik dapat mengerjakan sesuatu secara baik, disertai keahlian, dan dapat melakukannya secara berulang-ulang. Peserta didik siap dan mampu mengerjakannya dengan baik, kapan saja keterampilan itu diperlukan. Keterampilan terdiri dari 3 bagian, yaitu : 1. Keterampilan Intelektual/kemampuan analisis, keterampilan berpikir ❖ Sejumlah



proses



melukiskan,



menyimpulkan,



menganalisis



informasi,



konseptualisasi, generalisasi, membuat keputusan. ❖ Membuat kesimpulan seperti memahami dan menerangkan berdasarkan pengamatan. ❖ Menganalisis informasi yaitu kemampuan untuk mengamati secara hati-hati dan merumuskan kesimpulan. ❖ Konseptualisasi yaitu membuat konsep melalui proses pembentukan konsep. ❖ Membuat generalisasi yaitu merumuskan pernyataan yang menunjukkan bagaimana konsep itu berkaitan. 2. Keterampilan Personal Berkenaan dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh tiap siswa khususnya dalam mempelajari IPS dalam prosesnya antara lain : ❖ Membaca peta untuk mengenal pembagian permukaan bumi. ❖ Membuat denah rumahnya. ❖ Mengenal waktu dan kronologi



12



3. Keterampilan Sosial Manusia adalah makhluk sosial tinggal dalam kelompok, belajar dengan kelompok, dalam situasi kelompok, memiliki sifat kemanusiaannya di dalam hubungan dengan yang lainnya di dalam kelompok.



13



3. Contoh Keterkaitan antara Peristiwa, Fakta, Konsep, Generalisasi, Nilai, Sikap dan Keterampilan Intelektual/Kemampuan Analisis, Personal, Dan Sosial) Dalam Konteks Pendidikan IPS SD Kelas Tinggi Peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi itu ada keterkaitan hubungan yang tidak mungkin dipisahkan. Keempatnya terpadu di dalam struktur IPS. Melalui proses pembelajaran IPS yang demikian itu, juga dikembangkan kemampuan peserta didik ke dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (keterampilan). Kita hanya dapat memahami keterkaitan antara peristiwa, fakta, konsep, generalisasi dan keterampilan (intelektual, personal, dan sosial) secara nyata hanya dengan melalui proses pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang dikelola guru dengan tepat. Pembelajaran konsep sebaiknya menempuh alur induktif-deduktif, dari yang konkret ke yang abstrak, dari fakta menuju pembentukan konsep. Selanjutnya di bawah ini adalah contoh materi dan proses pembelajaran yang menunjukkan adanya keterkaitan antara peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi, nilai, sikap, dan keterampilan peserta didik. Contoh: Topik : Perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang (Materi Pelajaran, yaitu Zaman Pergerakan Nasional). Kompetensi Dasar : Mendiskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahanBelanda dan Jepang. Indikator : Peserta didik mengenal arti Pergerakan Nasional dan arti Sumpah Pemuda bagi Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia.



A. Ranah kognitif, setelah mempelajari ini peserta didik diharapkan dapat : 1. Menceritakan latar belakang timbulnya pergerakan nasional, serta tokohtokohnya. 2. Menerangkan peristiwa sumpah pemuda. 3. Menceritakan tokoh-tokoh yang berperan dalam Sumpah Pemuda. 4. Menunjukkan arti Pergerakan Nasional dan Sumpah Pemuda bagi Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia.



14



B. Ranah Afektif 1. Menghayati jasa para pelopor Pergerakan Nasional. 2. Mengapresiasi jiwa Sumpah Pemuda.



C. Ranah Psikomotor 1. Mencoba melakukan wawancara untuk memahami makna Zaman Pergerakan Nasional dengan tokoh-tokoh tertentu. 2. Memahami makna Sumpah Pemuda melalui proses diskusi kelas.



Peristiwa sebagai bahan kajian : Peringatan hari kebangkitan nasional atau sumpah pemuda. Fakta-fakta sebagai bahan kajian : 1. Gambar-gambar dari tokoh-tokoh bersejarah.. 2. Naskah sumpah pemuda. 3. Gambar gedung-gedung bersejarah bagi pergerakan nasional. 4. Gambar suasana Jakarta pada zaman penjajahan. Konsep : 1. Nasionalisme, Imperialisme, dan Kolonialisme 2. Kaum Pergerakan, Persatuan bangsa, kemederkaan, dominasi asing, Patriotisme, organisasi politik, hak asasi manusia. Generalisasi : 1. Setiap masyarakat manusia pasti mengalami perubahan 2. Penjajahan selalu menimbulkan konflik dan kesengsaraan. 3. Perwujudan nasionalisme disesuaikan dengan tantangan zamannya.



Nilai : Nilai Material : Peserta didik merasa telah menikamati hasil kemerdekaan. Nilai Vital : 1. Cermat dalam meneliti ulasan sejarah. 2. Objektif dalam menilai informasi. 3. Kreatif dalam memprediksi.



15



Nilai Kerohanian : 1. Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya. 2. Rasional dalam berargumentasi. 3. Memiliki empati terhadap pengorbanan para pahlawan. 4. Rasa bertanggung jawab atas nikmat kemerdekaan. Sikap : 1. Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa disertai rasa tanggung jawab. 2. Tanggap terhadap perkembangan zaman. 3. Bersikap terbuka dan toleran terhadap pendapat lain. 4. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan mencintai bangsa dan tanah airnya.



Keterampilan Intelektual/Kemampuan Analisis : 1. Melukiskan, menyimpulkan, menganalisis informasi konseptualisasi generalisasi dan membuat keputusan. 2. Memperoleh informasi, membentuk konsep, generalisasi, mengorganisasikan informasi, mengkritik informasi, mengambil keputusan, menafsirkan fakta, menyusun laporan. Keterampilan Personal : 1. Membaca peta, membuat denah, membuat peta, mengenal waktu dan kronologis, menerjemahkan konsep waktu, bekerja dalam kelompok. 2. Keterampilan praktis ( membuat peta dan lain-lain), belajar mandiri,memimpin dalam diskusi, mengendalikan emosi dan lain-lain. Keterampilan Sosial : Berkontribusi memberikan gagasan, menjadi pendengar yang baik, mampu menjelaskan, mampu mengadakan wawancara, mampu berperan dengan baik, dan lain-lain Jenis kegiatan perseorangan, kelompok kecil dan klasikal. Persiapan : 1. Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung, guru telah mempersiapkan langkahlangkah apa yang akan dilaksakan dalam kegiatn pembelajaran. 2. Menyediakan media berupa kertas-kertas, spidol berwarna, gambar-gambar, dan lain-lain. Pendekatan Metode : Multimetode yang mencakup ceramah yang divariasikan dengan pendekatan konsep, diskusi disertai tugas.



16



Penugasan Kepada Siswa : Membuat kliping tentang uraian-uraian sekitar peringatan Hari Kebangkitan Nasional dan Sumpah Pemuda. Rancangan pengembangan master Pelajaran oleh Guru : Guru merumuskan pokok-pokok materi sebagai bahan pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar merujuk kepada berbagai sumber (disebutkan sumbernya). Guru berperan sebagai pengembang kurikulum.



Kegiatan Operasional : Tahap Kelas : 1. Pertemuan pertama : Penjelasan pokok-pokok pelajaran dari guru disertai cara belajarnya, memperagakan, menanya, membuat kesimpulan, menyampaikan ceramah singkat, dan pemberian tugas. 2. Tahap Penugasan : Tugas kelompok seperti inkuiri sederhana, inkuiri dokumen lain, dan kerja kelompok. 3. Tahap Kelas (Minggu Berikutnya) : Diskusi kelas dan tes formatif.



17



BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Dari hasil pembahasan tentang “Esensi Kurikulum IPS SD berdasarkan KTSP 2006 Kelas Tinggi,” maka diambil kesimpulan : 1. Peristiwa, Fakta, Konsep, Generalisasi Ilmu-Ilmu Sosial dalam Kurikulum SD (KTSP) Tahun 2006 Kelas Tinggi Peristiwa dan fakta sangat esensial dalam proses berpikir, peristiwa dan faktaitulah yang memberikan raw material kepada konsep sebagai piral-pilar kegiatan intlektual. Didalam kegiatan pembelajaran peristiwa dan fakta harus dipetakan dalam hubungan fungsional dengan konsep, generalisasi dengan cara yang sistematik. Dengan pandangan seperti itu peserta didik mampu melihat hubungan dengan diantara fenomena intelektual dan penggunannya ke dalam upaya meraih pengetahuan yang bermakna. Sehingga dapat dikatakan peristiwa dan fakta itu merupakan fondasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan. 2. Nilai dan Sikap, Keterampilan Intelektual/ Kemampuan Analisis, Personal, dan Sosial dalam kurikulum IPS 2006 di Kelas Tinggi Sikap itu merupakan akibat sistem yang dianut seseorang, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai yang dianut seseorang tercermin dan sikapnya. Keterampilan merupakan proses. Oleh karena itu guru harus merencanakan kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan pengalaman belajar yang mengacu pada pencapaian keterampilan. Guru dapat membuat tabel keterampilan intelektual, personal, dan sosial yang dilakukan melalui observasi.



3. Contoh Keterikatan antara Peristiwa, Fakta, Konsep, Generalisasi, Nilai, Sikap, Keterampilan Intelektual/Kemampuan Analisis, Personal, dan Sosial dalam Konteks Pendidikan IPS SD Kelas Tinggi Pada bagian akhir dikemukakan satu contoh pengembangan materi pembelajaran yang menununjukan adanya keterkaitan antara peristiwa, fakta, konsep, generalisasi, nilai, sikap dan keterampilan, materi pembelajaran ini dapat dikembangkan sesuai kreativitas, sesuai dengan kondisi lingkunganpeserta didik dimana proses pembelajaran dilakukan.



18



2. Saran Perubahan kurikulum dari tahun ke tahun mengalami perkembangan, namun sebagus apapun rancangan kurikulum tersebut jika pelaksanaannya tidak berjalan dengan semestinya maka keberhasilan tujuan awal tidak akan dicapai. Oleh karena itu untuk menjalankan kurikulum dengan berhasil kita memerlukan guru yang benar-benar profesional. Sebelum kurikulum diaplikasikan, kita harus mampu mempersiapkan guru tampil lebih siap dengan wawasan yang lebih luas.



19



DAFTAR PUSTAKA Sardjijo, Ischak (2019) Pendidikan IPS di SD Tangerang Selatan : Universitas Terbuka https://www.coursehero.com/file/70555641/contoh-makalah-yg-baik-rapi-dan-teratur1docx/ diakses tanggal 16 April 2021 pukul 09.00 WIB http://blogmasriri.blogspot.com/2015/11/universitas-terbuka-nilai-dan-sikap.html diakses tanggal 16 April 2021 pukul 10.00 WIB https://pdfcoffee.com/esensi-kurikulum-ips-pdf-free.html diakses tanggal 16 April 2021 pukul 10.25 WIB.



20