Makalah Jenazah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENGURUSAN JENAZAH



DOSEN PENGAMPU : TRIYANI PUJI ASTUTI, S.Sos. I MA.Si



DISUSUN OLEH :



EPAN POMO NIM. 1611320022



PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAKWAH DAN ADAB INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU TAHUN 2019



KATA PENGANTAR



Bismilahirahmanirrahim Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu Alhamdulillahirrabil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Memahami Pengurusan Jenazah” dengan sebaik-baiknya. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi suri tauladan bagi umatnya. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Ibu Siti Johariyah selaku dosen matakuliah. Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah adalah sebagai bacaan alternatif bagi para pembaca agar dapat lebih memahami khususnya dalam pengurusan jenazah. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca dibutuhkan agar penyusunan makalah selanjutnya lebih baik lagi. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu



Bengkulu,



Mei 2019



Penulis



ii



DAFTAR ISI



HALAMAN DEPAN ......................................................................................



i



KATA PENGANTAR ....................................................................................



ii



DAFTAR ISI ...................................................................................................



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...............................................................................



1



B. Rumusan Masalah ..........................................................................



2



C. Tujuan ............................................................................................



2



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Jenazah .........................................................................



3



B. Kewajiban memandikan jenazah....................................................



3



C. Memandikan Jenazah .....................................................................



3



D. Mengkafani Jenazah ......................................................................



9



E. Menshalatkan Jenazah ....................................................................



12



F. Menguburkan Jenazah ....................................................................



16



G. Hikmah Pengurusan Jenazah .........................................................



19



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................



20



B. Saran ...............................................................................................



21



DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Dalam syariat Islam diajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup. Sebagai Umat Beraga Islam, Kita ketahui bahwa petunjuk Rasulullah saw. Dalam masalah penanganan jenazah adalah petunjuk dan bimbingan yang terbaik dan berbeda dengan petunjuk umat-umat lainnya. Bimbingan beliau dalam hal mengurus jenazah didalamnya mencakup aturan yang memperhatikan sang mayat. Termasuk member tuntunan yaitu bagaimana sebaiknya keluarga dan kerabatnya memperlakukan jenazah/mayat. Dengan demikian, petunjuk dan bimbingan Rasulullah saw. Dalam mengurus jenazah ini merupakan aturan yang paling sempurna bagi sang mayat. Aturan yang sangat sempurna dalam mempersiapkan seorang yang telah meninggal untuk kemudian bertemu dengan Rabbnya dengan kondisi yang paling baik. Bukan hanya itu, keluarga , orang-orang yang terdekat dan para tetangga sang mayat pun disiapkan sebagai barisan orang-orang yang memuji Allah SWT dan memintakan ampunan serta Rahmat-Nya bagi yang meninggal dunia. Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang yang telah meninggal tersebut.



1



B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang berkaitan dengan pengurusan jenazah, antara lain : 1. Apa pengertian jenazah ? 2. Apa kewajiban memandikan jenazah ? 3. Siapa saja orang yang memandikan jenazah ? 4. Bagaimana tata cara memandikan jenazah ? 5. Bagaimana tata cara mengkafani jenazah ? 6. Apa syarat dan rukun dalam shalat jenazah ? 7. Bagaimana tata cara menguburkan jenazah ?



C. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah Kepemimpinan Pendidikan yaitu untuk mengetahui : 1. Pengertian jenazah 2. Kewajiban memandikan jenazah 3. Orang yang memandikan jenazah 4. Tata cara memandikan jenazah 5. Tata cara mengkafani jenazah 6. Syarat dan rukun dalam shalat jenazah 7. Tata cara menguburkan jenazah



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Jenazah Kata jenazah diambil dari bahasa Arab yang beararti tubuh mayat dan berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat yang tertutup.1



B. Kewajiban memandikan jenazah Yang wajib dalam memandikan jenazah itu ialah menyampaikan air satu kali ke seluruh tubuhnya, walaupun ia sedang junub atau haidh sekalipun. Lebih utama meletakan mayat di tempat yang ketinggian, di tinggalkan pakaiannya dan ditaruh diatasnya sesuatu yang dapat menutupi auratnya. Ini jika mayat itu bukan mayat seorang anak kecil. 2



C. Memandikan Jenazah Mayat laki-laki dimandikan oleh orang laki-laki. Utamanya untuk memandikan jenazah dengan orang yang terpercaya dan mengerti hukumhukum dan tata cara memandikan mayit karena memandikan mayit memiliki hukum syar’i dan sifat (tata cara) yang khusus. Diutamakan dalam memandikan mayit adalah orang yang disebutkan dalam wasiatnya jika mayit telah berwasiat agar dimandikan oleh orang tertentu. Setelah wasiat itu orang berikutnya adalah ayah mayit. Dia adalah orang yang paling utama untuk memandikan anaknya karena dia memiliki hal yang khusus dalam menyayangi dan belas kasih (lembut) kepada anaknya. Kemudian berkutnya adalah kakeknya karena ia sama dengan seorang ayah hal-hal sebagai yang telah disebutkandisusul kemudian oleh orang yang



1 2



M. Rizal Qasim, 2000, Pengamalan Fikih I, (Jakarta: Tiga Serangkai, 2000), hlm 209 Mahmud Abdul Lathif Uwaidah, Al-Jami ‘u al-Akhamash-shalat,(Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2008), hlm 117



3



lebih dekat dan lebih dekat dari kerabatnya yang menerima ashabah dalam warisan baru kemudian orang asing di luar kerabatnya. Masing-masing dari sepasang suami istri boleh saling memandikkan. Suami boleh memandikan istrinya dan istri boleh memandikan istrinya. Dikarenakan abu bakar Radhiallahu anhu berwasiat agar jasadnya dimandikan oleh istrinya. Pria maupun wanita boleh memandikan mayit anak dibawah umur tujuh tahun, baik mayit laki-laki maupun perempuan.3 Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya hanya laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-laki meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan dia tidak mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yakninya: ‫اذ ما تت ا لمر أ ة مع ا لر جا ل ليس معحم ا مر أ ة غير ها و ا لر جل مع النسا ء ليس معهن ر جل‬ )‫غيره فأ نهما ييممان و يد فنا ن و هما بمنز لة من لم يجد ا لما ء (رواه ه بو داود و ا لبيحقى‬ Artinya: “Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat perempuanperempuan dan tidak ada laki-laki selainnya maka kedua mayat itu ditayamumkan, lalu dikuburkan, karena kedudukannya sama seperti tidak mendapat air.” (H.R Abu Daud dan Baihaqi)4 1. Hal-hal yang Harus diperhatikan dalam Memandikan Jenazah a. Syarat Memandikan Jenazah 1) Mayat itu islam 2) Lengkap tubuhnya atau ada bahagian tubuhnya walaupun sedikit 3) Jenazah tersebut bukan mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Allah).



Zeld Husein, as Salatu “alal Mazahibil Arba’’ah, (Bogor: PT Pustaka Utera Antar Nusa, 1994), hlm. 429 4 Abdul Karim, Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah.(Jakarta: Amzah, 2004), hlm 120 3



4



b. Klasifikasi dalam Memandikan Jenazah Klasifikasi ini bertujuan untuk memberikan perbedaan dalam memandikan jenazah. Hal ini disebabkan bahwa tidak semua jenazah yang ada dapat atau harus dimandikan. Berikut 2 hal yang perlu untuk diperhatikan dalam memandikan jenazah. 1) Jenazah yang boleh dimandikan Jenazah yang wajib dimandikan adalah orang Islam dan orang yang meninggal bukan karena mati syahid di Medan pertempuran. 2) Jenazah yang tidak perlu dimandikan Jenazah yang tidak boleh dimandikan adalah jenazah yang mati syahid di medan pertempuran karena setiap luka atau setetes darah akan semerbak dengan bau wangi pada hari Kiamat. Jenazah orang kafir tidak wajib dimandikan. Ini pernah dilakukan Nabi saw terhadap paman beliau yang kafir. Janin yang dibawah usia empat bulan tidak perlu dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Cukup digali lubang dan dikebumikan. c. Tempat Memandikan Tempat yang akan dipergunakan untuk memandikan mayit hendaknya tertutup atau amandari pandangan mata. Bisa di dalam rumah, atau di halaman rumah namun dibatasi dengan tutup. Usahakan mayit dimandikan di atas dipan, agar mayit tidak mudah terkena percikan air. Juga dianjurkan membakar kemenyan di sekitar tempat memandikan untuk menolak bau yang dimungkinkan keluar dari badan mayit. Orang yang tidak punya tugas atau kepentingan, sebaiknya dilarang memasuki tempat memandikan mayit. Hal ini untuk menjaga kerahasiaan mayit. d. Air untuk Memandikan Air yang dipakai adalah air mutlak (suci menyucikan). Dianjurkan menggunakan air laut, karena bisa memperlambat proses



5



pembusukan. Namun, bila berada di daerah yang sangat dingin, atau di tubuh mayit terdapat kotoran yang sulit dihilangkan, maka lebih baik menggunakan air hangat. e. Persiapan Sebelum Memandikan Jenazah Sebelum memandikan jenazah, maka harus dilakukan beberapa persiapan, adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum proses pemandian adalah: 1) Sabun atau bahan lainnya untuk membersihkan tubuh si jenazah 2) Air bersih secukupnya untuk proses memandikan. Boleh memakai air yang dialiri oleh selang, boleh juga menyiapkan air menggunakan ember besar asal cukup. 3) Tempat memandikan jenazah, jangan terbuka, agak tinggi, kuat serta tahan air. 4) Handuk untuk mengeringkan tubuh dan rambut si jenazah. 5) Kapas, kapur barus, daun bidara, atau wewangian yang lain serta bedak. 6) Kain kafan, dipersiapkan tergantung jenis kelamin. Tambahan (jika diperlukan) : Masker dan kaos tangan untuk memandikan jenazah agar terhindar dari kuman jika si jenazah memiliki penyakit. 2. Orang yang Berhak Memandikan Jenazah Tidak semua orang berhak dalam memandikan jenazah, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kerahasiaan aib atau cacat penyakit yang masih ada di dalam tubuh jenazah tersebut. Tujuan menjaga dan membatasi bagi orang yang ingin memandikan jenazah adalah agar tidak terjadi fitnah yang dapat memalukan keluarga jenazah tersebut. Adapun Orang yang berhak memandikan Jenazah adalah: Secara umum, bila mayit laki-laki, maka yang memandikan lakilaki. Bila perempuan, maka yang memandikan juga perempuan. Boleh bagi pasangan suami-istri, suami memandikan istri yang meninggal, begitu pula sebaliknya.



6



Adapun yang lebih utama memandikan mayit laki-laki adalah orang yang paling mengerti masalah agama dan yang paling punya rasa belas kasih (syafaqah). Sedangkan yang paling utama memandikan jenazah perempuan, adalah orang perempuan yang semahram dengan jenazah. Sebaiknya, yang bertugas memandikan tidak lebih dari 7 orang. 3 orang memangku di atas bagian depan, sedangkan 4 orang yang lain, ada yang menyiramkan air, ada yang menggosok tubuh jenazah dan ada pula yang membantu menyediakan hal-hal yang diperlukan.5 3. Posisi Jenazah Jenazah



hendaknya



diletakkan



pada



posisi



yang



paling



memudahkan untuk dimandikan. Namun yang sunnah adalah, jenazah didudukkan agak miring ke belakang. Posisi ini memudahkan orang yang memandikan untuk membersihkan kotoran yang ada pada jenazah. 4. Tata Cara Memandikan Jenazah Cara Dalam Memandikan Jenazah6 1) Letakkan mayat di tempat mandi yang disediakan. 2) Yang memandikan jenazah hendaklah memakai sarung tangan. 3) Dipakaikan kain basahan seperti sarung agar auratnya tidak terlihat 4) Istinjakkan mayat terlebih dahulu. 5) Kemudian bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari tangan dan kaki dan rambutnya, sebaiknya memakai sarung tangan. 6) Mayat didudukkan atau disandarkan pada sesuatu, lalu mengeluarkan kotoran dalam perutnya dengan menekan perutnya secara perlahanlahan agar semua kotorannya keluar, lantas dibersihkan dengan tangan kirinya, dianjurkan memakai sarung tangan yang sudah diganti. Dalam hal ini boleh memakai wangi-wangian agar tidak terganggu bau kotoran jenazah. 7) Siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga. Zeld Husein, as Salatu “alal Mazahibil Arba’’ah, (Bogor: PT Pustaka Utera Antar Nusa, 1994), hlm. 429 6 Abdul Karim, Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah.(Jakarta: Amzah, 2004), hlm 120 5



7



8) Kemudian siram dengan air yang bersih seluruh anggota mayat sambil berniat Lafaz niat memandikan jenazah lelaki :



“Aku sengaja (niat) memandikan mayit ini karena Alloh Ta’ala “



Lafaz niat memandikan jenazah perempuan :



“Aku sengaja (niat) memandikan mayit ini karena Alloh Ta’ala “ 9) Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih. 10) Siram sebelah kanan 3 kali. 11) Siram sebelah kiri 3 kali. 12) Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan sebelah belakang. 13) Memiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah kirinya. 14) Siram kembali dari kepala hingga ujung kaki. 15) Setelah itu siram dengan air kapur barus. 16) Setelah itu jenazahnya diwudukkan . Lafaz niat mewudukkan jenazah lelaki :



"aku berniat mewudukkan jenazah (lelaki) ini kerana Allah s.w.t" Lafaz niat mewudukkan jenazah perempuan :



8



"aku berniat mewudukkan jenazah (perempuan) ini kerana Allah s.w.t" Cara mewudukkan jenazah ini yaitu dengan mencucurkan air ke atas jenazah itu mulai dari muka dan terakhir pada kakinya, sebagaimana melaksanakan wuduk biasanya. 17) Setelah selesai dimandikan dan diwudukkan dengan baik, dilap menggunakan lap pada seluruh badan mayat. Hal-hal penting yang berkaitan dengan mayit antara lain : 1) Selama memandikan, diharamkan melihat aurat mayit. 2) Hukum memandikan mayit adalah wajib, sedangkan niatnya adalah sunnah. Sebaliknya mewudhu'i mayit hukumnya adalah sunnah sedangkan niatnya wajib. 3) Bila melihat kelainan-kelainan pada mayit, seperti, wajahnya berseriseri atau mengeluarkan bau harum, maka sunnah diceritakan. Bila sebaliknya, maka harus disimpan tidak boleh diceritakan.



D. Mengkafani Jenazah Setelah mayat dimandikan, maka wajib bagi tiap-tiap mukmin untuk mengkafaninya juga. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah. Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut: “Kami hijrah bersama Rasulullah saw. dengan mengharapkan keridhaan Allah SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena diantara kami ada yang meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga. Misalnya, Mash’ab bin Umair dia tewas terbunuh diperang Uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah. Jika kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka tersembul



9



kepalanya. Maka Nabi saw. menyuruh kami untuk menutupi kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.” (HR. Bukhari). Dalam mengafani jenazah ada beberapa hal yang diutamakan atau disunnahkan mengenai kain kafannya, diantaranya: 1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih, kering dan menutupi seluruh tubuh mayat. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut : Artinya: “Dari Jabir berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda: “Apabila salah seorang kamu mengkafani saudaranya, hendaklah dibaikkan kafannya itu.” (HR. Muslim). 2. Kain kafan hendaknya berwarna putih. 3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat perempuan 5 lapis. 4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu. 5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah. “Janganlah kamu berlebih-lebihan (memilih kain yang mahal) untuk kafan karena sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan segera.”(HR. Abu Dawud). Catatan : Kalau kain putih tidak ada, maka boleh mengkafani mayat dengan kain apa



saja



yang



dapat



digunakan



untuk



mengkafaninya,



kemudian



dishalatkannya. 1. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Mengkafani Jenazah a. Jenis Kain Kafan Semua kain yang dipakai oleh mayit ketika masih hidup, boleh dibuat kain kafan. Mayit laki-laki tidak boleh dikafani dengan kain sutra, sedangkan perempuan diperbolehkan. Kain kafan boleh berwarna apa saja. Tetapi yang sunnah adalah kain putih dan yang sudah dicuci. Adapun yang dimaksud perintah, “Hendaknya



10



memperbagus kain kafan”, adalah bukan kain yang berharga mahal, tapi kain yang berwarna putih, tebal dan longgar. b. Ukuran Kafan7 Ukuran kafan bagi mayit laki-laki atau perempuan, minimal satu lembar kain yang dapat menutupi seluruh tubuhnya. Sedangkan yang sunnah adalah : Bagi mayit laki-laki dengan tiga lapis. Untuk mayit perempuan dengan lima lapis, terdiri dari dua lembar kain yang dapat menutupi seluruh tubuh mayit, ditambah dengan gamis, kerudung dan sampir. 2. Tata Cara Mengkafani Jenazah Adapun tata cara mengkafankan jenazah, yaitu : Untuk mayat laki-laki a) Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus. b) Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian. c) Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas. d) Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara yang lembut. e) Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau lima ikatan. f) Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada.



7



Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 4, ( Bandung : PT Alma’arif, 1988), hlm 96-101



11



Untuk mayat perempuan Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang terdiri dari: a) Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan. b) Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala. c) Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung. d) Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki. e) Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha. Tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu: a) Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masingmasing bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus. b) Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas. c) Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya. d) Pakaikan sarung. e) Pakaikan baju kurung. f)



Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.



g) Pakaikan kerudung. h) Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam. i)



Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.



E. Menshalatkan Jenazah 1. Hukum Shalat Jenazah Shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah. Boleh dilakukan oleh orang laki-laki atau perempuan. Namun, selagi ada orang laki-laki, maka yang dapat mengugurkan kewajiban adalah orang laki-laki yang baligh.



12



2. Tempat Shalat Jenazah Shalat jenazah bisa dilaksanakan di mana saja asalkan di tempat yang suci. Diutamakan bertempat di mushalla. Sedangkan pengaturannya adalah sebagai berikut : a. Bentuk Shaf Shalat Jenazah Rasulullah bersabda SAW, : “Tidaklah orang muslim meninggal kemudian ia dishalati oleh tiga shaf dari orang-orang muslim, kecuali ia menghaki masuk surga”.(HR. Abu Daud, Ibnu Majah, At-Tirmidzi). Dalam hal memperoleh fadhilah tiga shaf ini, ulama berbeda pendapat. Ibnu Hajar berpendapat, satu shaf minimal 2 orang. Menurut imam Ramli satu shaf bisa satu orang. Jadi, untuk mendapat fadhilah shaf, minimal mushalli berjumlah 6 orang, atau 3 orang. Bentuk shaf seperti ini penting diatur bila yang menyalati sedikit. b. Posisi Mayit dan Orang yang Menyalati Bila laki-laki, maka kepala mayit sunnah berada di sebelah kiri imam. (nisbat negara Indonesia : arah selatan). Bila mayit perempuan, kepala mayit diletakkan di sebelah kanan imam (utara). Posisi imam, bila mayit laki-laki, maka berada didekat kepala mayit. Bila mayit perempuan, maka didekat pantatnya. c. Makmum masbuq Adalah makmum yang tidak mengikuti bacaan surat al-Fatihah bersama imam. Semisal kita baru takbiratul ihram, sedangkan imam sudah melakukan takbir yang ketiga. Maka, kita harus langsung membaca surat al-Fatihah. Bila imam melakukan takbir keempat, maka kita langsung takbir juga, sekalipun bacaan al-Fatihah belum selesai. Bila imam mengucapkan salam, maka kita melanjutkan shalat dengan takbir ketiga dan seterusnya dengan mengikuti rukun dan bacaan yang sudah ada. 8



8



Maftuh Ahnan, Risalah Shalat Lengkap, (Surabaya : Bintang Usaha Jaya, 2002), hlm 119-123



13



3. Syarat-syarat Shalat Jenazah Bagi yang menyalati, syarat-syaratnya sama seperti shalat yang lain. Sebab pada dasarnya shalat jenazah sama seperti shalat yang lain. a. Shalat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain, yaitu harus menutup aurat, suci dari hadats besar dan kecil, suci badan, pakaian dan tempatnya serta menghadap kiblat. b. Shalat jenazah baru dilaksanakan apabila jenazah sudah selesai dimandikan dan dikafani. c. Jenazah diletakkan disebelah kiblat orang yang menshalatkan., kecuali kalau melaksanakan shalat gaib. 4. Rukun-rukun Shalat Jenazah9 a. Niat b. Berdiri bagi yang mampu c. Takbir empat kali d. Mengucap salam 5. Tata Cara Shalat Jenazah a. Imam berdiri di depan setentang kepala mayat, apabila mayat laki-laki. Jika mayat perempuan, imam berdiri setentang pinggangnya. b. Makmum berdiri di belakang imam bersaf-saf. Jama’ahnya lebih banyak lebih utama. Jika jama’ahnya sedikit, usahakan menjadi tiga saf. Karena Rasulullah Saw. telah bersabda, yang artinya : “Apabila seorang mukmin mati dan dishalatkan oleh sekelompok kaum muslimin hingga tiga saf, maka dosa-dosa si mayat diampuni”. (HR. Lima ahli hadis, kecuali Nasai) c. Setelah saf teratur, d. Niatlah shalat jenazah disertai takbiratul ihram Untuk seorang mayit laki-laki ٍ ‫ت أ َ ْر َب َع تَ ْك ِّبي َْرا‬ ‫الى‬ ِّ ‫لى ه َٰذا ْال َم ِّي‬ َ ‫ت فَ ْر‬ َ ُ‫أ‬ ٰ ‫ض ِّك َفا َي ٍة ِّهللِّ تَ َع‬ ٰ ‫ص ِّلى َع‬ “Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini” Untuk seorang mayit perempuan 9



Abd. Ghoni Asyukur. Shalat Dan Merawat Jenazah. (Bandung: Sayyidah, 1989), hlm 110



14



ٍ ‫لى ٰه ِّذ ِّه ْال َم ِّيت َ ِّة أ َ ْربَ َع تَ ْك ِّبي َْرا‬ ‫الى‬ َ ‫ت فَ ْر‬ َ ُ‫أ‬ ٰ َ‫ض ِّك َفايَ ٍة ِّهللِّ تَع‬ ٰ ‫لى َع‬ ِّ ‫ص‬ “Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini” Untuk seorang mayit anak laki-laki ٍ ‫الط ْف ِّل أَ ْربَ َع ت َ ْك ِّبي َْرا‬ ‫الى‬ ِّ ‫لى ه َٰذا ْال َم ِّي‬ ِّ ‫ت‬ َ ‫ت فَ ْر‬ َ ُ‫أ‬ ٰ ‫ض ِّكفَايَ ٍة ِّهللِّ تَ َع‬ ٰ ‫لى َع‬ ِّ ‫ص‬ “Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini” Untuk seorang mayit anak perempuan ٍ ‫الط ْفلَ ِّة أَََ ْربَ َع ت َ ْكبِّي َْرا‬ ‫الى‬ ِّ ‫ص ِّلى َع ٰلى ٰه ِّذ ِّه ْال َميِّتَ ِّة‬ َ ‫ت فَ ْر‬ َ ُ‫أ‬ ٰ َ‫ض ِّكفَايَ ٍة ِّهللِّ تَع‬ “Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini” Untuk dua orang mayit ٍ ‫ص ِّلى َع ٰلى ٰهذَي ِّْن ْال َم ِّيتَي ِّْن أَََ ْربَ َع تَ ْك ِّبي َْرا‬ ‫الى‬ َ ‫ت فَ ْر‬ َ ُ‫أ‬ ٰ ‫ض ِّكفَايَ ٍة ِّهللِّ ت َ َع‬ “Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada orang-orang mati ini”. Untuk mayit yang banyak ٍ ‫ت ْال ُم ْس ِّل ِّميْنَ أ َ ْربَ َع ت َ ْك ِّبي َْرا‬ ‫الى‬ ِّ ‫ض َر ِّم ْن أَ ْم َوا‬ َ ‫لى َم ْن َح‬ َ ‫ت َف ْر‬ َ ُ‫أ‬ ٰ َ‫ض ِّك َفايَ ٍة ِّهللِّ تَع‬ ٰ ‫لى َع‬ ِّ ‫ص‬ “Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada orang-orang mati ini”. Lafadz Takbir “Allah Maha Besar” e. Takbir empat kali. 1) Takbir Pertama: membaca Surat Al-Fatihah 2) Takbir Kedua: membaca sholawat Nabi ‫لى‬ َ ‫لى آ ِّل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬ ِّ َ‫لى آ ِّل إِّب َْرا ِّهي َْم َو ب‬ ٰ ‫ار ْك َع‬ ٰ ‫لى إِّب َْرا ِّهي َْم َو َع‬ ٰ ‫صلَّيْتَ َع‬ ٰ ‫لى ُم َح َّم ٍد َو َع‬ ٰ ‫ص ِّل َع‬ ٌ ‫لى آ ِّل ِّإب َْرا ِّهي َْم فِّى ْال َعا َل ِّميْنَ ِّإ َّنكَ َح ِّم ْيد ٌ َم ِّج ْيد‬ َ َ‫لى آ ِّل ُم َح َّم ٍد َك َما ب‬ ٰ ‫لى ِّإب َْرا ِّهي َْم َو َع‬ ٰ ‫ار ْكتَ َع‬ ٰ ‫ُم َح َّم ٍد َو َع‬ 1) Sesudah takbir ketiga membaca : Untuk Laki-laki: ُ‫ْف َع ْنه‬ ُ ‫الَل ُه َّم ا ْغ ِّف ْرلَهُ َو ْار َح ْمهُ َو َعافِّ ِّه َواع‬ Untuk Perempuan: ‫ْف َع ْن َها‬ ُ ‫الَل ُه َّم ا ْغ ِّف ْرلَ َها َو ْار َح ْم َها َو َعافِّ َها َواع‬ Lebih sempurnanya ditambah dengan :



15



‫اء َوالث َّ ْلجِّ َو ْالبَ ْر ِّد َون َِّق ِّه ِّمنَ ْال َخ َ‬ ‫طايَا َك َما يُ َنقَّى الثَّ ْوبُ‬ ‫َوأ َ ْك ِّر ْم نُ ُزلَهُ َو َو ِّس ْع َمدْ َخلَهُ َوا ْغس ِّْلهُ بِّ ْال َم ِّ‬ ‫ارا َخي ًْرا ِّم ْن د َ ِّار ِّه ِّوا َ ْهالً َخي ًْرا ِّم ْن أ َ ْه ِّل ِّه َوزَ ْو ًجا َخي ًْرا ِّم ْن زَ ْو ِّج ِّه‬ ‫اْأل َ ْبيَ ُ‬ ‫ض ِّمنَ الدَّن َِّس َوا ْبد ِّْله ُ دَ ً‬ ‫ار‬ ‫ب ْالقَب ِّْر َو ِّم ْن فِّتْ َنتِّ ِّه َو ِّم ْن َعذَا ِّ‬ ‫َوأَد ِّْخ ْلهُ ْال َجنَّةَ َوأ َ ِّعذْهُ ِّم ْن َعذَا ِّ‬ ‫ب النَّ ِّ‬ ‫‪Jika mayit anak kecil ditambah dengan do’a :‬‬ ‫افََ َر ً‬ ‫س َلفًا َواجْ عَ ْلهُ (هاَ) لَ ُه َما ذ ُ ْخ ًرا َوث َ ِّق ْل ِّبه (هاَ)‬ ‫طا َوا ْج َع ْله ُ (هاَ) َل ُهما َ َ‬ ‫اَلل َه َّم اجْ َع ْله ُ (هاَ) َل ُه َم َ‬ ‫جْرهُ (هاَ)‬ ‫َم َو ِّازنَ ُه َما َوأ َ ْف ِّرغِّ ال َّ‬ ‫َحْر ْم ُه َما أ َ َ‬ ‫لى قُلُ ْوبِّ ِّه َما َوالَ ت َ ْفتِّ ْن ُه َما بَ ْعدَه ُ(هاَ) َوالَ ت ِّ‬ ‫صب َْر َع ٰ‬ ‫‪2) Sesudah takbir keempat sebelum salam sunnah membaca :‬‬ ‫ألل ُه َّم الَ تَحْ ِّر ْمنَا أَجْ َرهُ (هَا) َوالَ ت َ ْف ِّتنَّا َب ْعدَهُ (هَا)‬ ‫ان َوالَتَجْ َع ْل فِّى قُلُ ْو ِّبنَا ِّغالًّ ِّللَّ ِّذيْنَ آ َم ُن ْوا َر َّبنَا‬ ‫َوا ْغ ِّف ْر َلنَا َولَهُ ( َل َها) َو ِّإل ْخ َوانِّنَا الَّ ِّذيْنَ َ‬ ‫س َبقُ ْونَا ِّبا ْ ِّإل ْي َم ِّ‬ ‫ؤُوف َّر ِّح ْي ٌم‬ ‫ِّإ َّنكَ َر ٌ‬ ‫‪f. Kemudian salam :‬‬ ‫سالَ ُم‬ ‫اَل َّ‬ ‫(أ َ ْسأَلُكَ‬



‫سالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِّ َوبَ َركَاتُهُ‬ ‫َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِّ َوبَ َركَاتُهُ (أ َ ْسأَلُكَ ْالفَ ْوزَ بِّ ْال َجنَّ ِّة) اَل َّ‬ ‫ب)‬ ‫سا ِّ‬ ‫ار َو ْالعَ ْف َو ِّع ْندَ ْال ِّح َ‬ ‫النَّ َجاةَ ِّمنَ النَّ ِّ‬



‫‪g. Doa setelah Shalat jenazah‬‬ ‫صحْ بِّ ِّه أَجْ َم ِّع ْينَ ‪ 0‬اَلل ُه َّم َربَّنَا‬ ‫ا َ ْل َح ْمد ُ ِّهللِّ َر ِّ‬ ‫لى َ‬ ‫صلَّى هللا َُو َ‬ ‫لى آ ِّل ِّه َو َ‬ ‫ب ْالعَالَ ِّميْنَ َو َ‬ ‫سيِّ ِّدنَا ُم َح َّم ٍد َو َع ٰ‬ ‫سلَّ َم َع ٰ‬ ‫ت َ َقب َّْل ِّم َّنا إِّ َّنكَ أ َ ْنتَ الس َِّّم ْي ُع ْالعَ ِّل ْي ُم اَلل ُه َّم ٰهذَا َع ْبد ُكَ َوا ْب ُن َع ْبدِّكَ خ ََر َج ِّم ْن َر ْوحِّ الدُّ ْنيَا‬ ‫لى ُ‬ ‫ظ ْل َم ِّة ْالقَب ِّْر َو َما ه َُو الَقِّـ ْي ِّه َكانَ يَ ْش َهد ُ أ َ ْن آل إِّ ٰلهَ إِّالَّ أ َ ْنتَ َوحْ دَكَ‬ ‫َو َ‬ ‫سعَ ِّت َه َاو َمحْ ب ُْو ِّب َها َوأ َ ِّحبَّآئِّ ِّه فِّ ْي َها إِّ ٰ‬ ‫س ْولُكَ َوأ َ ْنتَ أ َ ْعلَ ُم ِّب ِّه‪ 0‬اَلل ُه َّم ِّإنَّهُ نَزَ َل ِّبكَ َوأَ ْنتَ َخي ُْر َم ْن ُز ْو ٍل‬ ‫الَش َِّريْكَ لَكَ َوأ َ َّن ُم َح َّمدًا‬ ‫َع ْبد ُكَ َو َر ُ‬ ‫ي َع ْن َعذَا ِّب ِّه َوقَدْ ِّجئْنَاكَ َرا ِّغ ِّبيْنَ ِّإ َليْكَ ُ‬ ‫شفَ َعآ َء َلهُ اَلل ُه َّم إِّ ْن‬ ‫ِّب ِّه َوأ َ ْ‬ ‫ص َب َح فَ ِّقي ًْرا إِّ ٰ‬ ‫لى َرحْ َمتِّكَ َوأ َ ْنتَ َغنِّ ٌّ‬ ‫سا ِّن ِّه َوإِّ ْن َكانَ ُم ِّسيْئا ً فَت َ َج َاو ْز َع ْنهُ أ َ ْل ِّق ِّه ِّب َرحْ َمتِّكَ اْأل َ ْمنَ ِّم ْن َعذَا ِّبكَ َحتَّى‬ ‫َكانَ ُمحْ ِّسنًا فَ ِّزدْ ِّفى ِّإحْ َ‬ ‫سلَّ َم (دعاء‬ ‫الر ِّ‬ ‫لى َجنَّتِّكَ يَآأ َ ْر َح َم َّ‬ ‫سيِّ ِّدنَا ُم َح َّم ٍد َو َ‬ ‫صلَّى هللا ُ َ‬ ‫صحْ بِّ ِّه َو َ‬ ‫لى َ‬ ‫لى آ ِّل ِّه َو َ‬ ‫اح ِّميْنَ َو َ‬ ‫ع ٰ‬ ‫ع ٰ‬ ‫ت َ ْب َعثَهُ إِّ ٰ‬ ‫اينى اونتؤ ميت الكى‪ ،2‬اونتؤ فرمفوان لفظ مذكر دان ضمير مذكر دى كنتى مؤنث)‬



‫‪F. Menguburkan Jenazah‬‬ ‫‪1. Pemberangkatan Jenazah‬‬ ‫‪Minimal jenazah dibawa dengan cara yang tidak mengandung arti‬‬ ‫‪penghinaan pada mayit. Adapun cara membawa yang sempurna adalah :‬‬



‫‪16‬‬



a. Ketika mayit siap diberangkatkan, memberi kesaksian bahwa mayit adalah orang baik. Namun tidak semua mayit boleh disaksikan baik. Untuk mayit yang jelas fasiq, maka tidak boleh disaksikan baik. b. Mayit dibawa dengan memakai keranda (Madura : kathél), dan dibawa oleh beberapa orang sesuai dengan kebutuhan, minimal dua orang. Diutamakan yang membawanya berjumlah ganjil. c. Seperti halnya saat dilahirkan, mayit diberangkat-kan dengan kepala di depan (menghadap ke arah tujuan). d. Sunnah mempercepat langkah kaki lebih dari sekedar berjalan biasa. Namun tidak dengan berlari. e. Membawa mayit hendaknya dengan sopan dan penuh penghormatan. f. Hukum mengantar jenazah ke kuburan sunnah bagi laki-laki, makruh bagi perempuan. 2. Bentuk lubang kubur Bentuk lubang kubur ada 2 macam : a. Apabila tanahnya keras, maka lebih baik berbentuk liang lahad. Yaitu, menggali bagian sisi barat dari lubang kubur, sekitar cukup untuk tempat membaringkan mayit. b. Apabila tanahnya lunak (mudah longsor) atau berpasir, maka berbentuk liang cempuri. Yaitu, menggali sisi tengah dari lubang kubur, dengan ukuran bisa membaringkan mayit, dan di sisi kanan kirinya diberi batu bata. 3. Cara Meletakkan Jenazah kedalam Kubur a. Keranda diletakkan diarah kaki lubang kubur (nisbat negara Indonesia: Selatan). b. Mayit dimasukan kedalam lubang kubur dengan perlahan-lahan. Sedangkan yang menerima, bila mayit perempuan, maka mahram si mayit. Bila laki-laki, maka yang paling dekat hubungannya dengan si mayit. c. Ketika memasukkan mayit, sunnah membaca do’a: ُ ‫لى ِّملَّ ِّة َر‬ ِّ‫س ْو ِّل هللا‬ ٰ ‫بِّس ِّْم هللاِّ َو َع‬



17



Artinya : “Dengan menyebut nama Allah dan atas nama agama Rasulullah”. d. Mayit diletakkan pada tempat yang telah dipersiapkan dan wajib dihadapkan ke arah kiblat. e. Ikatan kain kafan bagian kepala dibuka, lalu wajah dan pipi mayit ditempelkan ke tanah. f. Tubuh mayit sunnah diberi penupang (Madura : lubelu) (bisa dengan batu atau kayu), untuk menjaga agar mayit tidak berubah terlentang atau telungkup. g. Sebelum ditimbuni tanah, tubuh mayit wajib ditutupi dengan papan kayu atau lainnya, agar tanah timbunan tidak langsung mengena mayit. h.



Mayit dibacakan adzan dan iqamah.



i. Lalu lubang kubur ditimbun, dan tanah timbunan ditinggikan satu jengkal atau ± 25 cm. j. Kuburan disiram dengan air dingin, sekalipun tanah telah basah oleh air hujan k. Juga sunnah ditanami atau diberi bunga. l. Kuburan diberi batu nisan m. Setelah proses penguburan selesai, sunnah dibacakan talqin dengan bahasa Arab, dan sunnah diterjemah dengan bahasa yang dimengerti oleh para pengantar jenazah n. Setelah proses pemakaman selesai, para pengantar jenazah sunnah tidak langsung pulang, tetapi diam dulu dan berdzikir atau membaca al-Qur’an mendoakan mayit. 4. Etika orang yang mengantarkan jenazah a) Tafakkur, meresapi arti sebuah kematian. b) Berjalan di depan dan di dekat mayit. c) Dimakruhkan ramai-ramai dan bersuara keras serta membicarakan masalah dunia. d) Sunnah dengan jalan kaki. Megantarkan jenazah ke pekuburan dengan naik kendaraan hukumnya makruh.



18



e) Mengantarkan jenazah sampai proses penguburan selesai secara sempurna. Rasulullah SAW bersabda: ٌ ‫ي َعلَ ْي َها فَلَهُ قِّي َْرا‬ َ ‫ش ِّهدَهَا َحتَّى تُدْفَنَ فَلَهُ قِّي َْرا‬ َ ‫ان" قِّ ْي َل َوما‬ َ ‫ط َو َم ْن‬ َ ‫َم ْن‬ َ ُ‫ش ِّهدَ ْال َجنَازَ ةَ َحتَّى ي‬ ِّ ‫ط‬ َ ‫ص ِّل‬ َ ‫ْال ِّقي َْرا‬ (‫"مثْ ُل ال َجبَلَي ِّْن ْال َع ِّظ ْي َمي ِّْن )متفق عليه‬ ِّ ‫ان قَا َل‬ ِّ ‫ط‬ Artinya : “Barang siapa yang ikut menyaksikan jenazah terus menyalatinya maka ia mendapat pahala satu qirath. Jika sampai menyaksikan penguburannya, maka mendapat pahala dua qirath. Nabi ditanyakan apa maksud dua qirath? Nabi menjawab satu qirath seperti dua gunung yang besar”. (HR. Imam Bukhari-Muslim).



G. Hikmah Pengurusan Jenazah Berdasarkan uraian mengenai tata cara pengurusan jenazah dapat diambil beberapa hikmah, antara lain: 1. Memperoleh pahala yang besar. 2. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim. 3. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa atas musibah yang dideritanya. 4. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati. 5. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya10



10



Cara Penguburan Jenazah. http://novia2.blogspot.co.id/2014/06/makalah-agama-tata-carapengurusan.html. Diakses pada tanggal 24 Februari 2016



19



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf. Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah: 1) Memandikan 2) Mengkafani 3) Menshalatkan 4) Menguburkan Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain: 1) Memperoleh pahala yang besar. 2) Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim. 3) Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa atas musibah yang dideritanya. 4) Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati. 5) Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.



20



B. Saran Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini, pemakalah berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri untuk menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga berharap agar pembahasan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita semua serta dapat mengajarkannya dengan baik ketika telah menjadi seorang guru di masa yang akan datang.



21



DAFTAR PUSTAKA



Ahnan Maftuh. 2002. Risalah Shalat Lengkap. Surabaya : Bintang Usaha Jaya Ghoni Asyukur Abd. 1989. Shalat Dan Merawat Jenazah. Bandung: Sayyidah http://novia2.blogspot.co.id/2014/06/makalah-agama-tata-cara-pengurusan.html. Diakses pada tanggal 24 Februari 2016 Karim Abdul. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah. Jakarta: Amzah Lathif Uwaidah Mahmud Abdul. 2008. Al-Jami ‘u al-Akhamash-shalat. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah Qasim M. Rizal. 2000. Pengamalan Fikih I. Jakarta: Tiga Serangkai Sabiq Sayyid. 1988. Fikih Sunnah 4. Bandung : PT Alma’arif Zeld Husein. 1994. as Salatu “alal Mazahibil Arba’’ah. Bogor: PT Pustaka Utera Antar Nusa