Makalah Jumlah Ismiyyah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH JUMLAH ISMIYYAH ANNASIKH Disusun untuk memenuhi Matakuliah Bahasa Arab



Dosen Pembimbing : Fikri azhari S. Pd. M. Pd



Disusun Oleh : SRI OKTARIANI NIM: 21004075



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) HUBBULWATHAN 2021/2022



KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Jumlah Ismiyyah Annasikh”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih. .



Duri, Desember 2021



Penyusun



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...............................................................................................i DAFTAR ISI..............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1 A. Latar Belakang...............................................................................................1 B. Rumusan Masalah..........................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................2 A. Pengertian Jumlah Ismiyyah Annasikh..........................................................2 B. Sifat Jumlah Ismiyyah Annasikh...................................................................4 C. Kaidah – Kaidah Jumlah Ismiyyah Annasikh................................................4 D. Contoh Jumlah Ismiyyah Annasikh...............................................................5 BAB III PENUTUP....................................................................................................7 A. Kesimpulan....................................................................................................7 B. Saran...............................................................................................................7 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................8



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Umat Islam secara umum sangatlah penting untuk berkomunikasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lain. Indonesia sangat kaya dan beragam bahasa yang digunakan dalam berbicara meliputi: bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa Inggris, Melayu, dan sebagainnya. Namun sebagai penganut agama Islam sangat penting membaca, mengetahui dan memahami bahasa Arab baik subtansinya dari al-Qur’an, hadis nabi maupun kitab agama lain. Oleh karena itu, hadirnya bahasa Arab merupakan bahasa yang berbentuk konsonan berbeda dengan bahasa Indonesia yang meliputi konsonan dan vokal. Belajar bahasa Arab dapat memberikan kemaslahatan umat Islam dan memberikan kemudahan dalam memahami ilmu tafsir dan ilmu lain. Sejak abad ke XV Hijriah suatu abad yang diyakini dan diharapkan menjadi awal kebangkitan umat Islam dan seiring dengan disuarakannya kebangkitan Islam itu, kebutuhan akan kemampuan berbahasa Arab semaking dirasakan oleh kaum muslim, khususnya di Indonesia. B. Rumusan masalah Untuk memudahkan pembahasan isi makalah kami merumuskan masalah menjadi beberapa pertanyaan yaitu 1. Apa pengertian jumlah ismiyyah annasikh? 2. Apa sifat jumlah ismiyyah annasikh? 3. Apa kaidah-kaidah jumlah ismiyyah annasikh? 4. apa contoh jumlah ismiyyah annasikh? C.



1



BAB II PEMBAHASAN



A. Jumlah Ismiyyah Annasikh Jumlah ismiyyah yang sebagai pondasi kokoh bagi nâsikh yang berupa kâna dan inna wa akhwâtuha. Dengan maksud agar perilaku dan fungsi nâsikh pada jumlah ismiyyah dapat memberikan makna sempurna dapat disampaikan oleh penutur dan dipahami oleh mitra tutur apabila tersusun atas kaidah yang baik dan benar. Nasikh bahasa Arab memiliki karakteristik pada jumlah ismiyyah yang menerimanya. Seperti nasikh yang berupa kâna dapat berkategori sebagai fi’il tâm (full verb) pada satu konstruksi jumlah, bisa juga berkategori sebagai fi’il nâqish (incomplete verb) pada konstruksi lain. Yaitu dengan merubah mubtada` yang berkasus nominatif menjadi isim kâna wa akhwâtuha dan merubah khabar mubtada` berjenis mufrad (kata tunggal) berkasus nominatif menjadi berkasus akusatif dan berfungsi sebagai khabar kâna wa akhwâtuha. Khabar kâna wa akhwâtuha yang berjenis jumlah (klausa) atau syibhul jumlah (frase preposisi) menempati posisi khabar kâna wa akhwâtuha yang berkasus akusatif. Nasikh juga bisa berupa partikel inna wa akhwatuha. Yang merubah fungsi struktur jumlah ismiyyah. Keberadaan partikel nasikh inna wa akhwatuha pada jumlah ismiyyah berperilaku atas mubtada dan khabar sebagaimana verba kana wa akhwatuha berperilaku atasnya. Bedanya, partikel inna wa akhwatuha tidak ada bentuk taâm atau naqish. Bentuk perilaku partikel nasikh memberikan makna taukid (penegas) dari makna isim atas khabar. Jumlah ismiyyah tersusun dari mubtada` (subjek) dan khabar (predikat), maka dalam jumlah ismiyyah ada dua unsur



penting di dalamnya, yaitu mubtada` dan khabar.



Hubungan keduanya adalah hubungan menjelaskan dan dijelaskan. Mubtada` sebagai subjek diterangkan oleh khabar sebagai predikat. Keberadaan mubtada` dalam jumlah ismiyyah sangatlah penting, baik dalam keadaan zhâhir (nampak) atau muqaddar (abstrak). Begitu juga dengan keberadaan khabar. Jumlah Ismiyyah adalah kalimat yang susunannya diawali dengan isim (kata benda) dan terdiri dari mubtada' dan khobar.  Contohnya: ٌ‫ اَ ْل ِع ْل ُم نُوْ ر‬artinya "Ilmu adalah cahaya 2



Mubtada' adalah subyek yang memiliki 2 karakter yang harus dipenuhi ketika membuat kalimat. 



Sifat mubtada' yang pertama adalah harus ma'rifat yakni kata khusus, spesifik dan tertentu serta bukan kata umum. Misalnya sebuah nama, kata benda yang awalnya kemasukan huruf alif dan lam, dan sebuah dhomir. Contoh mubtada' sebuah nama: ٌ‫ طَالِب‬,‫س َما ُء‬ ْ َ‫ ا‬,ُ‫اط َمة‬ ِ َ‫ ف‬,‫ َعلِ ٌّي‬,ٌ‫ ُم َح َّمد‬, artinya "Muhammad, Ali, Fatimah, Asma', Murid" dan sebagainya. Contoh mubtada' yang isimnya kemasukan alif lam: ‫سي‬ ِ ‫ اَ ْل ُك ْر‬ ,‫ اَ ْل ِع ْل ُم‬,‫اَ ْل َما ُء‬, artinya "Air, Ilmu, Kursi" dan masih banyak lagi. Yang ketiga contoh mubtada' yang isimnya dhomir: َ‫ اَ ْنت‬,‫ ِه َي‬, ُ‫ نَ ْحن‬,‫ ه َُو‬,‫ اَنَا‬artinya "Saya, Dia (laki laki), Kami, Dia (perempuan), Kamu (laki laki) dan sebagainya.







Sifat mubtada' yang kedua adalah tanda i'robnya berupa Rofa'.



Khobar adalah predikat yang bertugas memberikan keterangan atau penjelasan dari keadaan mubtada'. Sehingga ia berkewajiban mengikut mubtada'. Misalnya jika mubtada' nya mufrad (tunggal) maka khobar juga harus mufrad (tunggal), jika mubtada' mudzakkar maka khobar juga mudzakkar begitu seterusnya.  Contohnya: ٌ‫ ُم َح َّم ٌد طَالِب‬artinya "Muhammad seorang murid". Dari situ kita lihat mubtada' nya " ٌ‫ " ُم َح َّمد‬nama seorang laki laki maka khobarnya " ٌ‫ "طَالِب‬yang huruf akhirnya tidak ada ta' marbutoh (‫ )ة‬alias menunjukkan mudzakkar (laki laki). Contoh lain: ٌ‫ فَا ِط َمةٌ طَالِبَة‬artinya "Fatimah seorang murid". Susunan kata tersebut terdiri dari mubtada' khobar yang bersifat muannats (perempuan).  Adapun khobar juga memiliki 2 sifat yakni: 



Khobar sebagai predikat harus nakiroh (kata umum alias tidak spesifik atau khusus). Misalnya: ٌ‫ نُ ْور‬,‫َاج ٌر‬ ِ ‫ ت‬,‫ َما ِه ٌر‬, artinya "pandai, pedagang, cahaya" dan masih banyak lagi kata kata umum lainnya. 







Sifat khobar yang kedua ialah tanda i'robnya berupa rofa'. Hal ini karena khobar mengikuti mubtada' salah satunya dari segi tanda.



3



B. Sifat Jumlah Ismiyyah Sifat dari jumlah ismiyyah dapat diasosiasikan dengan salah satu sifat dalam aturan tata Bahasa Indonesia yaitu diterangkan-menerangkan. Mubtada’ menjadi yang diterangkan, dan Khobar bersifat menerangkan mubtada’. Sifat kalimat ismiyyah ada dua, yaitu: 



Nominal



Jumlah ismiyyah menjadi kalimat nominal apabila Khobar adalah isim. Sifat khobar adalah menjelaskan identitas dari mubtada’. 



Verbal



Jumlah ismiyyah menjadi kalimat verbal apabila Khobarnya adalah salah satu fi’il, seperti fiil madhi, mudhari, amar. Sifat Khobar berubah menjadi menjelaskan aktivtas dari mubtada’. Pada masing-masing bagian, terdapat ciri-cirinya. Berikut ini ciri-ciri mubtada’. 



Harus berupa isim ma’rifat (isim benda yang dikenalkan)







Isim dapat berupa benda atau dhomir







I’rab mubtada’ adalah rofa’ (bersifat sebagai subjek).



Adapun ciri-ciri Khobar adalah sebagai berikut 



Harus memiliki I’rob rofa’







Harus sama dengan mubtada’ secara jenis kelamin (isim mudzakkar dan muannats) dan jumlah (mutsanna/ jamak).



C. Kaidah-kaidah Dalam jumlah ismiyah terdapat kaidah-kaidah yang pembahasannya sangat panjang dan mendetail. Disini kami hanya akan membahas secara ringkas dan sederhana saja. Kaidah-kaidah tersebut di antaranya adalah 1. Dibaca rofa’ Tanda rofa’ pada isim adalah dhommah, wawu dan  alif Contoh:-al baitu shoghiirun  ‫غير‬ggg‫بيت ص‬ggg‫ (ال‬rumah itu kecil), al muslimuuna mahiiruuna ‫يرون‬ggg‫لمون مه‬ggg‫ ( المس‬orang-orang muslim itu pintar), al tholibaani ‘alimaani ‫ الطالبان عالمان‬ ( dua murid itu pintar). 2. Mubtada’ harus berupa  isim ma’rifat. 4



Yang di maksud isim ma’rifat adalah isim yang sudah jelas maknanya.Isim ma’rifat bisa berupa: -



isim alam ( nama sesuatu)



Contoh:  ahmadun  ‫ ( احمد‬nama orang), Indonesia ‫ اندو نيسيا‬ ( nama Negara), baitun ‫ يبت‬ ( nama tempat) -



isim dhomiir



Isim dhomiir yang bisa menjadi mubtada ’hanyalah isim dhomir yang munfasil yaitu: huwa‫ هو‬ (dia Laki-laki 1), huma‫ هما‬ ( dia laki-laki 2), hum‫ هم‬ ( mereka lakiّ laki banyak), hiya‫ هي‬ ( dia perempuanr 1), huma‫ هما‬ ( dia perempauan 2), hunna‫هن‬ ( merekapr), anta‫ انت‬ ( kamu lakii-laki 1), antuma‫ انتما‬ ( kamu laki-laki 2), antum‫انتم‬ (kalian lakii-laki), anti‫ انت‬ (kamu 1 perempuan), antuma‫ انتما‬ (kamu 2 perempuan), ّ  ( kalian perempuan), ana‫ انا‬ (saya), nahnu‫ نحن‬ ( kami/kita). antunna‫انتن‬ Contoh;n ‫ ( هو طويل‬dia laki-laki 1 tinggi),n‫ انت مدرس‬ ( kamu laki-laki 1 guru) -isim yang kemasukan al Contoh; n ‫ ( الفصل جميل‬kelas itu indah) 3. Khobar berupa isim nakiroh Isim nakiroh adalah isim yang maknanya tida k jelas atau masih umum.Tanda isim nakiroh adalah adanya tanwin. Contoh;n ‫ ( البالط نظيف‬lantai itu bersih) 4. Mubtada’ dan khobar harus bersesuaian dalam hal muannas dan muzakar serta mufrod, musanna dan jama’nya. Contoh;n‫ فاطمة جميلة‬ (fathimah itu cantik)n ‫ ( زيد جميل‬zaid itu ganteng)n‫الكرة صغيرة‬    ( bola itu kecil)i‫اهران‬gg‫ذان م‬gg‫ التلمي‬ (murid dua itu pintar)a‫احكون‬gg‫البون ض‬gg‫ الط‬ ( muridmurid itu adalah orang-orang tertawa)



D. Contoh Jumlah Ismiyyah Berikut ini contoh jumlah ismiyyah dalam Bahasa Arab. Bahasa Arab ‫األم لديها حديقة زهرة كبيرة‬ ‫إلهام يعترف بأنه كان مخطئا‬ ‫أختي فازت بسباق قراءة القرآن‬



Cara membaca Al-amm ladayha hadiiqati zahrah kabiirah Ilham ya’taraf biannahu kaana makhthaana



Arti Bahasa Indonesia Ibu memiliki kebun bunga yang besar Ilham mengakui bahwa dirinya salah Adik perempuanku Ukhtii faazat bisabaaqa qaraa’ah memenangkan perlombaan al Qur’an membaca Al-Qur’an 5



Khazaaanah fiii alghurfah ‫خزانة في الغرفة الوسطى عضها‬ alwustha ‘adhahaa annaml ‫النمل المتوسط‬ almatuusath Fii alyaumil khaamis sanakuuna ‫في اليوم الخامس سنكون لمشاهدة‬ lamasyaahadah ma’aalam g‫معالم المدينة‬ almadiinah ‫دليل الغسالة ذهب‬



Daliili alghasaalah dzahaba



Lemari di ruang tengah digigit rayap Tanggal 5 nanti kami akan bertamasya Buku panduan pemakaian mesin cuci itu sudah hilang



Ar-rijaalu kaana ladayhi ta’liiqa Lelaki itu mengalungkan sorban min assuurabaana ‘alaa di lehernya raqabatahu Assamaa’a ilal gharabi al aana Langit di sebelah barat kini ‫السماء إلى الغرب اآلن حمراء‬. hamaraa’a berwarna merah. ‫ أخي الصغير جيد في العمل على‬Akhii asshaghiir jaydi fii al’amli Adik lelakiku pandai ‫التصميم الجرافيكي‬. ‘alaa attashmiim aljaraafiikii mengerjakan desain grafis. Al’ulamaa’ yadrisuuna fiiruusaati Ilmuwan mempelajari virus ‫العلماء يدرسون فيروسات جديدة‬. jadiiidah baru. ‫الرجل كان لديه تعليق من‬ ‫السوربان على رقبته‬



6



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Jumlah ismiyyah yang sebagai pondasi kokoh bagi nâsikh yang berupa kâna dan inna wa akhwâtuha. Dengan maksud agar perilaku dan fungsi nâsikh pada jumlah ismiyyah dapat memberikan makna sempurna dapat disampaikan oleh penutur dan dipahami oleh mitra tutur apabila tersusun atas kaidah yang baik dan benar. Jumlah ismiyyah tersusun dari mubtada` (subjek) dan khabar (predikat), maka dalam jumlah ismiyyah ada dua unsur



penting di dalamnya, yaitu mubtada` dan khabar.



Hubungan keduanya adalah hubungan menjelaskan dan dijelaskan. Mubtada` sebagai subjek diterangkan oleh khabar sebagai predikat. Keberadaan mubtada` dalam jumlah ismiyyah sangatlah penting, baik dalam keadaan zhâhir (nampak) atau muqaddar (abstrak). Begitu juga dengan keberadaan khabar. Jumlah Ismiyyah adalah kalimat yang susunannya diawali dengan isim (kata benda) dan terdiri dari mubtada' dan khobar.  Contohnya: ٌ‫ اَ ْل ِع ْل ُم نُوْ ر‬artinya "Ilmu adalah cahaya. B. Saran Setelah mempelajari teori tentang Jumlah Ismiyah, diharapkan kepada para pembaca agar mengetahui secara teoritis tentang Jumlah Ismiyah, dan mampu menerapkan dikalangan masyarakat, atau dimanapun kita berada. Disarankan pula kepada para pembaca agar terus menerus mempelajari ilmu-ilmu dalam menggunakan bahasa arab, karena Umar bin Khattab Radhiyallohu ‘Anhu pernah berkata: “Belajarlah bahasa Arab, karena sesungguhnya bahasa Arab itu adalah bagian dari agama kalian”. Selain itu, Imam Syafi’i pernah berkata : “Wajib bagi setiap muslim mempelajari bahasa Arab dengan mengerahkan kemampuannya, hingga ia dapat bersyahadat dengannya, dapat membaca al-Qur’an dengannya, dapat mengucapkan dzikir-dzikir yang diwajibkan baginya (dalam shalat) berupa takbir, tasbih, tasyahud dan lain-lainnya.” (Ar-Risalah 48-50, Ithaful Ilfi hal. 15)



7



DAFTAR PUSTAKA



Abu, Bakar Muhammad. Metode Khusus Pengajaran Bahasa Arab. Surabaya: Usaha Nasional. 1981 http://ilmislam.blogspot.co.id/2010/10/tata-bahasa-arab-1-jumlah-ismiyah.html http://sulufiyyah.blogspot.co.id/2009/11/mubtada-dan-khobar.html



8