Makalah k3 Penanggulangan Kebakaran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH K3 ALAT PEMADAM KEBAKARAN



Disusun oleh : Kelompok 5



Ega Assyifa Ghefirananda



(061940411982)



Tasya Aldira



(061940410263)



Triska Ladini



(061940410264)



Kelas : 1 EGB



Instruktur : Endang Supraptiah,S.T., M.T.



PROGRAM STUDI D4 TEKNIK ENERGI JURUSAN TEKNIK KIMIA



POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 2019



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmatNya sehingga makalah tentang “ Penanggulangan K3 dalam Proses Kebakaran” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat guna menunjukkan partisipasi kami dalam meyelesaikan tugas pembuatan makalah sebagai salah satu penunjang nilai mata kuliah K3 ( Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi kepada nahasiswa prodi DIV Energi sebagai bekal pengalaman nyata. Dan tentunya makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu kepada Dosen kami diperkenankan memberikan masukan demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa mendatang.



Palembang 18, November 2019



Penyusun



i



DAFTAR ISI Kata Pengantar………………………………………………………………………....i Daftar isi…………………………………………………………………………….....ii Pendahuluan……………………………………………………………………………1 Latar belakang………………………………………………………………………….1 Rumusan Masalah……………………………………………………………………...2 Pembahasan Pergertian………………………………………………………………………………3 Pengetahuan Dasar Api………………………………………………………………...4 Faktor Penyebab Terjadinya Kebakaran……………………………………………….6 Klasifikasi Kebakaran………………………………………………………………….8 Proses Terjadinya Kebakaran………………………………………………………….10 Pola Meluasnya Kebakaran……………………………………………………………11 Bahaya Dan Dampak Kebakaran……………………………………………………....12 Media Pemadam Api…………………………………………………………………...13 Alat Pemadam Api……………………………………………………………………..16 Detector Pemadam Api…………………………………………………………………18 Penanggulangan Kebakaran…………………………………………………………….21 Strategi Pengendalian Bahaya Kebakaran……………………………………………....24 Teknik Penanggulangan Kebakaran…………………………………………………….25 Penutup Kesimpulan dan Saran…………………………………………………………………..27 Daftar Pustaka…………………………………………………………………………..28



ii



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran adalah masalah yang tidak dikehendaki kedatangannya. Kebakaran adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat tidak terkendalinya sumber energi. Penyebab kebakaran beragam dari yang kecil sampai ke masalah yang besar. Di Indonesia sendiri kebakaran merupakan masalah yang berat, disamping itu juga dikarenakan pengaruh iklim yang dapat membantu masalah tersebut.



Ditinjau dari segi pengamanan (security) kejadian kebakaran merupakan salah satu unsur gangguan keamanan, sedangkan dari segi keselamatan (safety) merupakan kerugian (loss), baik kerugian besar maupun kecil seperti contoh kehilangan harta, benda bahkan nyawa. Seperti halnya gangguan keamanan atau kejadian kecelakaan yang terjadi secara tiba- tiba dan sulit diramalkan. Demikian juga kejadian kebakaran yang tidak ditanggulangui akan mendatangkan kerugian. Oleh karena itu kebakaran harus dicegah dan apabila masih terjadi harus dipadamkan sedini mungkin.



Selain itu untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan akibat kebakaran Pemerintah mengerluarkan UU No. 1 Tahun 1970 “ dengan perundangan ditetapkan persyaratan keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran”. Yang dikuatkan dengan keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.186/MEN/1999 tentang unit penanggulangan kebakaran ditempat kerja disebutkan dalam pasal ayat 1 “ pengurus atau perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, menyelengarakan latihan penanggulangan kebakaran ditempat kerja”



1.2 Rumusan Masalah 1)



Apa yang dimaksud api dan kebakaran?



2)



Apakah yang dimaksud dengan mencegah dan menanggulangi kebakaran?



3)



Apakah potensi/penyebab kebakaran itu?



4)



Bagaimanakah cara mencegah kebakaran?



1



1.3Tujuan a)



Menjelaskan pengertian api dan kebakaran



b)



Menjelaskan tentang unsur-unsur api serta pemadamannya dan proses terjadinya



c)



Menyebutkan dan menjelaskan klasifikasi kelas kebakaran



d)



Menyebutkan tahapan-tahapan pengembangan api/kebakaran



e)



Menyebutkan dan menjelaskan potensi/penyebab kebakaran



f)



Menyebutkan pencegahan dan penanggulangan kebakaran



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Bekerja di sebuah laboratorium ataupun di perusahaan – perusahaan industri jelas tak bisa lepas dari kemungkinan kecelakaan kerja atau bahaya yang salah satunya adalah kebakaran. Aspek bahaya ini menjadikan pekerja laboratorium ataupun diperusahaan membuat dan menciptakan suatu sistem keselamatan kerja. Selain itu perlu dipahami pula bagaimana proses terjadinya kebakaran, bahan-bahan kimia apa saja yang mudah terbakar serta bagaimana cara penanggulangannya secara benar. Bahasan ini akan kami uraikan secara lengkap mulai dari definisi api dan kebakaran. Api adalah suatu fenomena yang dapat diamati dengan adanya cahaya dan panas serta adanya proses perubahan zat menjadi zat baru melalui reaksi kimia oksidasi eksotermal. Api terbentuk karena adanya interaksi beberapa unsur/elemen yang pada kesetimbangan tertentu dapat menimbulkan api. Sedangkan,kebakaran yaitu peristiwa bencana yang ditimbulkan oleh api, yang tidak dikehendaki oleh manusia dan bisa mengakibatkan kerugian nyawa dan harta. Definisi umumnya kebakaran adalah suatu peristiwa terjadinya nyala api yang tidak dikehendaki, sedangkan defenisi khususnya adalah suatu peristiwa oksidasi antara tiga unsur penyebab kebakaran. Definisi kebakaran menurut DEPNAKER yaitu suatu reaksi oksidasi eksotermis (terjadi karena pemanasan) yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan Ditinjau dari jenis api, dapat dikategorikan menjadi jenis api jinak dan liar. Jenis api jinak artinya api yang masih dapat dikuasai oleh manusia, sedang jenis api liar tidak dapat dikuasai. Inilah yang dinamakan kebakaran. Proses kebakaran atau terjadinya api sebenarnya bisa kita baca dari teori segitiga api yang meliputi elemen bahan, panas dan oksigen. Tanpa salah satu dari ketiga unsur tersebut, api tidak akan muncul. Oksigen sendiri harus membutuhkan diatas 10% kandungan oksigen di udara yang diperlukan untuk memungkinkan terjadinya proses pembakaran.



a.



Tiga unsur penting dalam kebakaran antara lain ;



1. Bahan bakar dalam jumlah yang cukup. Bahan bakar dengan bahan padat, cair atau uap/gas. 2.



Zat pengoksidasi/oksigen dalam jumlah yang cukup.



3.



Sumber nyala yang cukup untuk menyebabkan kebakaran. 3



b.



Hal-hal yang perlu diketahui untuk mencegah kebakaran/peledakan ;  Sifat-sifat dan bahan-bahan yangdapat terbakar dan meledak.  Proses terjadinay kebakaran dan peledakan  Tata cara penanganan dalam upaya mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya kebakaran dan peledakan. Sedang mengenai sumber panas bisa muncul dari beberapa sebab antara lain :



Sumber Api Terbuka yaitu penggunaan api yang langsung dalam beraktifitas seperti : masak, las, dll.  Listrik Dinamis yaitu panas yang berlebihan dari sistem peralatan/rangkaian listrik seperti : setrika, atau karena adanya korsleting.  Listrik Statis yaitu panas yang ditimbulkan akibat loncatan ion negatif dengan ion positif seperti : peti.  Mekanis yaitu panas yang ditimbulkan akibat gesekan/benturan benda seperti : gerinda, memaku, dll.  Kimia yaitu panas yang timbul akibat reaksi kimia seperti : karbit dengan air. Bisa terjadi juga kecenderungan terjadi reaksi kimia akibat adanya elemen ke empat. Inilah yang biasa dinamakan tetrahidral api.



2.2



Pengetahuan Dasar Api



Seperti telah dikemukakan diatas reaksi terjadinya api dari tiga jenis unsur yaitu : 1. Fuel (Bahan Bakar) yakni semua jenis benda yang dapat terbakar Jenis bahan bakar Bahan bakar umumnya dubagi atas 3 jenis antara lain jenis bahan bakar padat, bahan bakar gas, dan cair.  Bahan bakar padat yang terbakar akan meninggalkan sisa berupa abu atau arang setelah selesai terbakar. Contohnya: kayu, batu bara, plastik, gula, lemak, kertas, kulit dan lain-lainnya.  Bahan bakar cair contohnya: bensin, cat, minyak tanah, pernis, turpentine, lacquer, alkohol, olive oil, dan lainnya.  Bahan bakar gas contohnya: gas alam, asetilen, propan, karbon monoksida, butan, dan lain-lainnya.



4



Sifat umum bahan bakar Setiap jenis bahan bakar mempunyai sifat - sifat khusus,tetapi pada prinsipnya semua jenis bahan bakar mempunyai sifat-sifat umum antara lain mudah terbakar dan dapat terbakar.



2. Oksigen Pengertian Oksigen Suatu jenis gas yang sangat diperlukan dalam proses kehidupan bagi semua mahluk. Prosentase Oksigen diudara Udara terdiri dari atas bermacacm - macam gas dengan komposisi sebagai berikut  Gas Nitrogen/N2  Gas Oksigen/O2  Gas Karbondioksida/CO2



: kurang lebih 78 % : kurang lebih 21% : kurang lebih 1%



Jumlah gas oksigen yang prosentasinya 21% inilah yang selalu dibutuhkan untuk proses kehidupan. Fungsi Oksigen yang terjadinya Api (Pembakaran) Gas oksigen merupakan salah satu unsur yang harus ada,sehingga tanpa oksigen api tidak dapat terjadi pada keadaan normal, dimana jumlah presentase oksigen diudara adalah 21% merupakan jumlah yang memadai untuk proses terjadinya api. Dan jumlah minimal prosentase oksigen di udara yang masih dapat membantu dalam proses terjadinya api adalah 15%.



3. Source of Igition (sumber nyala) Pengertian Sumber Nyala dan Sumber Panas  Sumber Panas ialah semua benda atau kejadian yang menimbulkan panas.  Sumber nyala ialah semua benda atau kejadian yang menimbulkan Panas pada suatu tingkat temperatur tertentu dan telah dianggap berbahaya bagi timbulnya api/kebakaran. Terjadinya sumber nyala  Ada beberapa faktor penyebab terjadinya sumber nyala, antara lain  Sumber nyala terjadi karena proses/peristiwa Alam  Sumber nyala terjadi karena proses/peristiwa Kimia  Sumber nyala terjadi karena proses/peristiwa Listrik  Sumber nyala terjadi karena proses/peristiwa Mekanik  Sumber nyala terjadi karena proses/peristiwa Nuklir 5



2.3 Faktor Penyebab Terjadinya Kebakaran Secara umum, kebakaran disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor manusia dan faktor teknis. Faktor Manusia Sebagian besar kebakaran yang disebabkan oleh faktor manusia timbul karena kurang pedulinya manusia tersebut terhadap bahaya kebakaran dan juga kelalaian. Sebagai contoh:  Pekerja  Pengelola



: Kelalaian, kurangnya disiplin, dan sebagainya. : Minimnya pengawasan terhadap keselamatan kerja.



Contoh:  Merokok di sembarang tempat, seperti ditempat yang sudah ada tanda “Dilarang Merokok”.  Menggunakan instalasi listrik yang berbahaya, misalnya sambungan yang tidak benar, mengganti sekering dengan kawat.  Melakukan pekerjaan yang berisiko menimbulkan kebakaran tanpa menggunakan pengamanan yang memadai, misalnya mengelas bejana bekas berisi minyak atau bahan yang mudah terbakar.  Pekerjaan yang mengandung sumber gas dan api tanpa tanpa mengikuti persyaratan keselamatan, misalnya memasak menggunakan tabung gas LPG yang bocor dan lain-lain. Faktor Teknis Faktor Teknis lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai halhal yang memicu terjadinya kebakaran, misalnya:  Fisik/mekenis : Peningkatan suhu/panas atau adanya api terbuka  Kimia : Penanganan, pengangkutan, penyimpanan yang tidak sesuai  Listrik : Hubungan arus pendek/korsleting. Contoh:  Tidak pernah mengecek kondisi instalasi listrik, sehingga banyak kabel yang terkelupas yang berpotensi terjadi korsleting yang bisa memicu terjadinya kebakaran.  Menggunakan peralatan masak yang tidak aman, misalnya menggunakan tabung yang bocor, pemasangan regulator yang tidak benar, dan lainlain.  Menempatkan bahan yang mudah terbakar didekat api, misalnya meletakkan minyak tanah atau gas elpiji didekat kompor. 6







Menumpuk kain-kain bekas yang mengandung minyak tanpa adanya sirkulasi udara. Bila kondisi panas, kondisi seperti ini bisa memicu timbulnya api.



Faktor Alam/Bencana Alam  Petir  Gunung Meletus  Gempa bumi, dsb Faktor Non Fisik Lemahnya peraturan perundang – undangan yang ada, serta kurangnya pengawasan terhadap pelaksanaannya (Perda No. 3 Tahun 1992).  Adanya kepentingan yang berbeda antar berbagai instansi yang berkaitan dengan usaha – usaha pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran.  Kondisi masyarakat yang kurang mematuhi peraturan perundang – undangan yang berlaku sebagai usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran.  Lemahnya usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan yang dikaitkan dengan faktor ekonomi, dimana pemilik bangunan terlalu mengejar keuntungan dengan cara melanggar peraturan yang berlaku.  Dana yang cukup besar untuk menanggulangi bahaya kebakaran pada bangunan terutama bangunan tinggi. Faktor Fisik  Keterbatasan jumlah personil dan unit pemadam kebakaran serta peralatan.  Kondisi gedung, terutama gedung tinggi yang tidak teratur.  Kondisi lalu lintas yang tidak menunjang pelayanan penanggulangan bahaya kebakaran.



Berikut penggolongan penyebab kebakaran : 



  



Alat, disebabkan karena kualitas alat yang rendah, cara penggunaan yang salah, pemasangan instalasi yang kurang memenuhi syarat. Sebagai contoh : pemakaian daya listrik yang berlebihan atau kebocoran. Alam, sebagai contoh adalah panasnya matahari yang amat kuat dan terus menerus memancarkan panasnya sehingga dapat menimbulkan kebakaran. Penyalaan sendiri, sebagai contoh adalah kebakaran gudang kimia akibat reaksi kimia yang disebabkan oleh kebocoran atau hubungan pendek listrik. Kebakaran disengaja, seperti huru – hara, sabotase dan untuk mendapatkan asuransi ganti rugi. 7



2.4 Klasifikasi Kebakaran 1. Klasifikasi di Indonesia Klasifikasi/Pengelompokkan kebakaran menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 04/MEN/1980 Bab I Pasal 2, ayat 1 adalah sebagai berikut Kebakaran Kelas A adalah kebakaran yang menyangkut benda-benda padat kecuali logam. Contoh : Kebakaran kayu, kertas, kain, plastik, dsb. Alat/media pemadam yang tepat untuk memadamkan kebakaran kelas ini adalah dengan : pasir, tanah/lumpur, tepung pemadam, foam (busa) dan air. Kebakaran Kelas B, kebakaran bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar. Contoh : Kerosine, solar, premium (bensin), LPG/LNG, minyak goreng. Alat pemadam yang dapat dipergunakan pada kebakaran tersebut adalah Tepung pemadam (dry powder), busa (foam), air dalam bentuk spray/kabut yang halus. Kebakaran Kelas C. Kebakaran instalasi listrik bertegangan. Seperti : Breaker listrik dan alat rumah tangga lainnya yang menggunakan listrik. Alat Pemadam yang dipergunakan adalah : Karbondioksida (CO2), tepung kering (dry chemical). Dalam pemadaman ini dilarang menggunakan media air. Kebakaran Kelas D. Kebakaran pada benda-benda logam padat seperti : magnesum, alumunium, natrium, kalium, dsb. Alat pemadam yang dipergunakan adalah : pasir halus dan kering, dry powder khusus.



2. Klasifikasi di Eropa Klasifikasi di Eropa sesudah tahun 1970 mengacu pada Comite Europian de Normalisation sebagai berikut: Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D



: Bahan bakarnya bila terbakar meninggalkan abu : Bahan bakar cair. Contoh : bensin,solar,spritus dll : Bahan bakar gas. Contoh : LNG,LPG,dan lain-lain : Bahan bakar logam. Contoh: magnesium,potassium,dll



3.Klasifikasi Amerika National Fire Protection Association (NFPA) Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D



: Bahan bakarnya bila terbakar meninggalkan abu : Bahan bakar cair atau yang sejenis : Kebakaran karena listrik : Kebakaran logam 8



4.Klasifikasi Amerika U.S Coast Guard Kelas A : Bahan bakar padat Kelas B : Bahan bakar cair dengan titik nyala lebih kecil dari 1/0 derajat Fahrenheit dan tidak larut dalam air misalnya: bensin, benzene, dan lain-lain Kelas C : Bahan bakar cair dengan titik nyala lebih kecil dari 170 derajat Fahreinheit dan larut dalam air misalnya: etanol, aceton, dan lain-lain Kelas D : Bahan bakar cair dengan titik nyala lebih besar dari 170 derajat Fahreinheit dan tidak larut dalam air, misalnya: minyak kelapa,minyak pendinginan trafo dan lain sebagainya. Kelas E : Bahan bakar cair dengan titik nyala sama dengan atau lebih tinggi dari 170 derajat Fahreinheit dan larut dalam air, misalnya: gliserin,etilin,dan lain-lain Kelas F : Bahan bakar logam misalnya: magnesium,titanium, dan lain-lain Kelas G : Kebakaran listrik



Tabel Klasifikasi Kebakaran RESIKO Kelas A



MATERIAL Kayu, kertas dan kain



Kelas B Bensis, minyak tanah dan Varnish



Kelas C KelasD



Asetelin,methane, propane dan gas alam Uranium,magnesium dan titanium



ALAT PEMADAM Dry Chemichal Multiporse dan ABC Soda Acid Dry Chemichal Foam (serbuk bubuk), BCF (Bromoclorodiflour Methane), CO2, dan gas Hallon Dry Chemichal, CO2, gas Hallon dan BCF Metal x, metal guard, dry sand dan bubuk pryme



Dari keempat jenis kebakaran tersebut yang jarang ditemui adalah kelas D, biasanya untuk kelas A, B dan C alat pemadamnya dapat digunakan dalam satu tabung/alat, kecuali bila diperlukan jenis khusus.



9



2. 5



Proses Terjadinya Kebakaran



Terjadinya kebakaran adalah merupakan suatu proses yang berkelanjutan,dimana proses tersebut juga merupakan peristiwa reaksi kimia, dengan unsur - unsur yang terlibat didalamnya antara lain : Adanya bahan bakar atau benda - benda yang dapat terbakar. Adanya gas Oksigen/O2 yang jumlah prosentasinya cukup memadai untuk proses pembakaran. Adanya sumber nyala yang dapat menimbulkan kebakaran. Rantai Reaksi Kimia Rantai reaksi kimia adalah peristiwa dimana ketiga elemen yang ada saling bereaksi secara kimiawi, sehingga yang dihasilkan bukan hanya pijar tetapi berupa nyala api atau peristiwa pembakaran. CH4 + O2 + (X)panas ----> H2O + CO2 + (Y)panas Dalam proses kebakaran terjadi rantai reaksi kimia, dimana setelah terjadi proses difusi antara oksigen dan uap bahan bakar, dilanjutkan dengan terjadinya penyalaan dan terus dipertahankan sebagai suatu reaksi kimia berantai, sehingga terjadi kebakaran yang berkelanjutan. Proses kebakaran berlangsung melalui beberapa tahapan, yang masing – masing tahapan terjadi peningkatan suhu, yaitu perkembangan dari suatu rendah kemudian meningkat hingga mencapai puncaknya dan pada akhirnya berangsur – angsur menurun sampai saat bahan yang terbakar tersebut habis dan api menjadi mati atau padam. Pada umumnya kebakaran melalui dua tahapan, yaitu : Tahap Pertumbuhan (Growth Period) Tahap Pembakaran (Steady Combustion) Pada suatu peristiwa kebakaran, terjadi perjalanan yang arahnya dipengaruhi oleh lidah api dan materi yang menjalarkan panas. Sifat penjalarannya biasanya kearah vertikal sampai batas tertentu yang tidak memungkinkan lagi penjalarannya, maka akan menjalar kearah horizontal. Karena sifat itu, maka kebakaran pada gedung – gedung bertingkat tinggi, api menjalar ketingkat yang lebih tinggi dari asal api tersebut. Saat yang paling mudah dalam memadamkan api adalah pada tahap pertumbuhan. Bila sudah mencapai tahap pembakaran, api akan sulit dipadamkan atau dikendalikan.



10



Tabel Laju Pertumbuhan Kebakaran Klasifikasi Pertumbuhan



Waktu Pertumbuhan / Growth Time(detik) > 300 150 – 300 80 – 150 < 80



Tumbuh Lambat (Slow Growth) Tumbuh Sedang (Moderete Growth) Tumbuh Cepat (Fast Growth) Tumbuh Sangat Cepat (Very Fast Growth) 2.6 Pola Meluasnya Kebakaran



Dari segi cara api meluas dan menyala, yang menentukan ialah meluasnya kebakaran. Bedanya antara kebakaran besar dan kebakaran kecil sebetulnya hanya terletak pada cara meluasnya api tersebut. Perhitungan secara kuantitatif tentang cara meluasnya kebakaran sukar untuk ditentukan. Tetapi berdasarkan penyelidikan – penyelidikan, kiranya dapat diperkirakan pola cara meluasnya kebakaran itu sebagai berikut : Konveksi (Convection) atau perpindahan panas karena pengaruh aliran, disebabkan karena molekul tinggi mengalir ke tempat yang bertemperatur lebih rendah dan menyerahkan panasnya pada molekul yang bertemperatur lebih rendah.  Panas dan gas akan bergerak dengan cepat ke atas (langit – langit atau bagian dinding sebelah atas yang menambah terjadinya sumber nyala yang baru).  Panas dan gas akan bergerak dengan cepat melalui dan mencari lubang – lubang vertikal seperti cerobong, pipa – pipa, ruang tangga lubang lift, dsb.  Bila jalan arah vertikal terkekang, api akan menjalar kearah horizontal melalui ruang bebas, ruang langit – langit, saluran pipa atau lubang – lubang lain di dinding.  Udara panas yang mengembang, dapat mengakibatkan tekanan kepada pintu, jendela atau bahan – bahan yang kurang kuat dan mencari lubang lainnya untuk ditembus. Konduksi (Conduction)atau perpindahan panas karena pengaruh sentuhan langsung dari bagian temperatur tinggi ke temperatur rendah di dalam suatu medium.  Panas akan disalurkan melalui pipa – pipa besi, saluran atau melalui unsur kontruksi lainnya diseluruh bangunan.  Karena sifatnya meluas, maka perluasan tersebut dapat mengakibatkan keretakan di dalam kontruksi yang akan memberikan peluang baru untuk penjalaran kebakaran. 11



Radiasi (Radiation) atau perpindahan panas yang bertemperatur tinggi kebenda yang bertemperatur rendah bila benda dipisahkan dalam ruang karena pancaran sinar dan gelombang elektromagnetik. Permukaan suatu bangunan tidak mustahil terbuat dari bahan – bahan bangunan yang bila terkena panas akan menimbulkan api.  Karena udara itu mengembang ke atas, maka langit – langit dan dinding bagian atas akan terkena panas terlebih dahulu dan paling kritis. Bahan bangunan yang digunakan untuk itu sebaiknya ialah yang angka penigkatan perluasan apinya (flame-spread ratings) rendah.  Nyala mendadak (flash-over)yang disebabkan oleh permukaan dan sifat bahan bangunan yang sangat mudah termakan api, adalah gejala yang umum di dalam suatu kebakaran. Kalau suhu meningkat sampai ± 425° C atau gas – gas yang sudah kehausan zat asam tiba – tiba dapat tambahan zat asam, maka akan menjadi nyala api yang mendadak, dan membesarnya bukan saja secara setempat tetapi meliputi beberapa tempat.  Sama halnya dengan cerobong sebagai penyalur ke luar dari gas – gas panas yang mengakibatkan adanya bagian kosong udara di dalam ruangan (yang berarti pula menarik zat asam), semua bagian – bagian yang sempit atau lorong – lorong vertikal di dalam bangunan bersifat sebagai cerobong, dan dapat memperbesar nyala api, terutama jika ada kesempatan zat asam membantu pula perluasan api tersebut.



2.7 Bahaya Dan Dampak Kebakaran Peristiwa kebakaran memberikan efek bahaya antara lain : Asap Asap adalah kumpulan partikel zat carbon ukuran kurang dari 0,5 micron sebagai dari pembakaran tak sempurna dan bahan yang mengandung karbon. Efeknya iritasi/rangsangan pada mata, selaput lendir pada hdung, dan kerongkongan. Panas Panas adalah suatu bentuk energi yang pada 300 F dapat dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapt bertahan/bernafas hanya dalam waktu yang singkat.Efeknya tubuh kehilangan cairan dan tenaga, luka bakar/terbakar pada kulit dan pernafasan, mematikan jantung. Nyala/Flame Nyala/Flame bisa timbul pada proses pembakaran sempurna dan membentuk cahaya berliku.



12



Gas BeracunGas beracun antara lain :  Karbon Monoksida tidak berasa, tidak berbau, tidak berasa NAB 50ppm.  Sulfur Dioksida (SO2) sangat beracun, menyebabkan gejalalambat diri, kerusakan sistem pernafasan seperti bronchitis.  Hidrogen Sulfida (H2S) >NAB 10 ppm.  Ammonia (MH3) >NAB 10ppm.  Hidrogen Sianida (HCN) >NAB 10ppm.  Acrolein (C3H4O) >NAB 0,1ppm.  Gas hasil pembakaran zat sellulosa (kertas, kayu, kain) seperti karbon monoksida, formaldehida, asam formiat, asam karboksitat, metilalkohol, asam asetat, dll.  Gas hasil pembakaran plastik seperti karbon monoksida, asam klorida dan sianida, nitrogen eksida, dll.  Gas hasil pembakaran scliena seperti hidrogen sianida, gas amonia.  Gas hasil pembakaran karet seperti karbon monoksida, sulfur dioksida, dan asap tebal.  Gas hasil pembakaran wool seperti karbon monoksida, hidrogen sulfida, sulfur dioksida, dan hidrogen sianida.  Gas hasil pembakaran hasil minyak bumi seperti karbon monoksida, karbon dioksida, axcolin, dan asp tebal. 2.8Media Pemadaman Api Media pemadam api menurut Jenisnya dibagi menjadi 3 bagian yaitu : Jenis padat Jenis cai Jenis gas



: misalnya pasir,kain,selimut api, tepung kimia (dry chemical) : misalnya air, busa : misalnya gas asam arang (CO2), Halon 1102



Beberapa jenis media pemadam tersebut diterangkan sebagai berikut : Metode Pemadaman Api Pasir Pasir efektif digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas B yaitu tumpahan minyak atau ceceran minyak. Tujuan utama dari penggunaan psir ini berfungsi untuk membatasi menjalarnya kebakaran, namun untuk kebakaran kecil dapat digunakan untuk menutupi permukaan bahan yang terbakar sehingga memisahkan udara dari proses nyala yang terjadi, sehingga nyala padam.



13



Tepung Kimia Menurut kelas kebakaran yang dipadamkan tepung kimia dibagi menjadi sebagai berikut :  Tepung kimia reguler (untuk kebakaran kelas B dan C). Misalnya : Purple K, Plus 50 C, Monnex, Super K.  Tepung kimia serbaguna (multipurpose), untuk kebakaran kelas ABC. Misalnya :Monoamonium Phosphate (MAP).  Tepung khusus untuk kebakaran logam (kelas D), misalnya : Met-L-X, TEC, Lith X Powder dll. Ciri-ciri tepung kimia (dry powder) adalah :   



 



Butiran relatif seragam dengan diameter 15-60 mikron Tidak beracun Untuk mencegah sifat higrokopis (mengisap air) dan penggumpalan, serta untuk memberikan daya pengaliran yang lebih baik, maka ditambah “Logam Stearate” serta bahan – bahan tambahan (additives tambahan). Walaupun cocok untuk kebakaran kelas C (listrik), tetapi dapat merusak instalasi atau peralatan elektronik karena meninggalkan kotoran/kerak. Bagi manusia, segi bahayanya adalah dapat merusak pandangan dan mengganggu pernafasan.



Cara kerja tepung kimia dalam memadamkan api :  



Secara fisis, yaitu pemisahan atau penyelimutan bahan bakar dengan udara. Secara kimia, yaitu memutus rantai reaksi pembakaran, dimana partikel – pertikel tepung kimia tersebut akan mengikat radikal hidroksil dari api.



Air Air cocok untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B. Dalam pemadaman kebakaran air yang paling banyak dipergunakan. Hal tersebut karena air mempunyai keuntungan sebagai berikut :  Mudah didapat dalam jumlah yang banyak  Murah  Mudah disimpan, diangkut dan dialirkan  Dapat dipancarkan dalam berbagai bentuk  Mempunyai daya 'menyerap panas' yang besar, yang menjadi ciri utama dari media pemadam air.  Mempunyai daya mengembang uap yang tinggi.



14



Kelemahan air sebagai media pemadam, antara lain :   



Menghantar listrik sehingga tidak cocok untuk kelas C. Berbahaya bagi bahan-bahan kimia yang larut dalam air atau yang eksotherm (menghasilkan panas). Dapat terjadi 'Slop Over' bila digunakan untuk memadamkan minyak secara langsung.



Cara kerja air dalam pemadaman api adalah secara fisis :  



Pendinginan, air mempunyai daya serap yang besar. Panas yang diserap dari 15°C sampai 100°C adalah 84,4 kcl/kg (152 BTU/1bbs). Penyelimutan, karena air yang terkena panas akan berubah menjadi uap (steam), dan uap air tersebut kemudian mengurangi kadar oksigen dalam air (dillution).



Busa (Foam) Busa adalah kumpulan dari gelembung – gelembung cairan (bubbles) yang mengapung diatas permukaan zat cair dan mengalir pada permukaan bahan padat. Dari bentuk fisik busa tersebut maka sangat efektif untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B, terutama pada permukaan yang terbakar sangat luas, sehingga sulit bagi media pemadam lain untuk menjangkau tipe kebakaran tersebut. Media pemadam ini terdiri atas 2 jenis yaitu busa kimia maupun busa mekanik. Ditujukan terutama untuk memadamkan kebakaran kelas B, dan secara terbatas juga untuk kebakaran kelas A.  Busa Kimia Busa ini terbentuk karena adanya proses (reaksi) kimia antara larutan Aluminium Sulfat dengan larutan natrium bikarbonat. Reaksinya adalah : A12(SO4)3 + 6NaHCO3→ 2A1(OH)3+3Na2SO4 + 6CO2  Busa Mekanik Busa ini terbentuk karena adanya proses mekanis yaitu berupa adukan dari bahan – bahan pembentuk busa yang terdiri dari cairan busa, air bertekanan, dan udara. Untuk melaksanakan proses pembentukan busa ini dipergunakan alat – alat pembentuk busa. Proses pembentukan busa adalah sebagai berikut : Air dicampurkan degan cairan busa sehingga membentuk larutan busa (Foam Solution). Kemudian udara dicampurkan pada larutan busa dengan proses mekanis yaitu adanya pengadukan atau peniupan udara maka terbentuklah busa mekanis. Bahan baku busa mekanis antara lain : Fluoro Protein (FP70), Fluorocarbon Surfactant (AFFF), Hydrocarbon Surfactant (Louryl Alcohol). 15



Karbon dioksida Karbon dioksida dipakai sebagai media memadamkan api karena sifatnya yang dapat mengganggu proses oksidasi pada bahan yang terbakar. Bila oksigen berkurang sampai kurang dari 15 % maka proses kebakaran akan berhenti. Karbon oksida mempunyai sifat yang tidak konduktif maka bias dipakai untuk kebakaran jenis C (listrik bertegangan), namun demikian tidak cocok untuk pemakaian kebakaran yang sudah meluas atau ditempat terbuka.



Gas halon Halon merupakan keluarga dari senyawa halogenated hydrocarbon yang semua atau sebagian atom hidrogennya diganti dengan fluorine, ehlorine, atau bromide. Senyawa hydrocarbon yang paling sering digunakan adalah metana atau ethane. Material ini memadamkan api dengan cara menekan terjadinya reaksi rantai kebakaran. Sayang bahwa halon merusak atmosfer sehingga tidak dipergunakan lagi sebagai media pemadam kebakaran. Sebagai penggantinya dipakai gas pasca halon. 2.9 Alat Pemadam Api Berikut ini berbagai perbedaan jenis alat pemadam kebakaran beserta fungsinya dan beberapa jenis bahan yang terbakar. Alat Pemadam Api dapat dibedakan menjadi beberapa jenis sesuai dengan jenis bahan yang terbakar seperti: Jenis Api kelas A, bahan yang terbakar adalah Benda Padat (Kain, Kayu, Kertas) Jenis Api kelas B, bahan yang terbakar adalah Benda Cair (Minyak, Bensin, Solar) Jenis Api kelas C, bahan yang terbakar adalah Benda Gas (Elpiji, Tinner) Jenis Api kelas D, bahan yang terbakar adalah Logam (Magnesium, Misiu) Jenis Api kelas E, bahan yang terbakar adalah Elektrikal (Dinamo, Motor Listrik)



16



Berikut ini pembagian jenis Alat Pemadam Kebakaran beserta Fungsinya:  APAR atau Alat Pemadam Api Ringan



Merupakan alat pemadam kebakaran yang mudah untuk dibawa dan dapat dioperasikan satu orang, yang dilengkapi Alat Pengukur Tekanan (Pressure Gauge) yang berfungsi untuk menunjukkan tekanan pada tabung. Hal tersebut dapat membantu memudahkan kita untuk dapat mengontrol kinerja dari tabung pemadam. Untuk ukurannya Alat Pemadam Api Ringan memiliki berat dari 19Kg. Khusus untuk Tabung Pemadam Api berisi Carbon Dioxide memiliki berat 2-7Kg (Standar).



Ada empat Alat Pemadam Api Ringan seperti: 



Foam







Dry Chemical Powder







CO2 (Carbon Dioxide)







Clean Agent



 APAR FOAM 



Kelas Kebakaran A – Benda Padat (Kain, Kayu, Kertas)







Kelas Kebakaran B – Benda Cair (Minyak, Bensin, Solar)







Kelas Kebakaran D – Logam (Magnesium, Misiu)



17











APAR DRY CHEMICAL POWDER 



Kelas Kebakaran A – Benda Padat (Kain, Kayu, Kertas)







Kelas Kebakaran B – Benda Cair (Minyak, Bensin, Solar)







Kelas Kebakaran C – Benda Gas (Elpiji, Tinner)







Kelas Kebakaran E – Electrikal (Dinamo, Motor Listrik)



APAR CO2 



Kelas Kebakaran B – Benda Cair (Minyak, Bensin, Solar)







Kelas Kebakaran C – Benda Gas (Elpiji, Tinner)







Kelas Kebakaran D – Logam (Magnesium, Misiu)







Kelas Kebakaran E – Electrikal (Dinamo, Motor Listrik)



2.10 Detektor Pemadam Kebakaran



Detector pemadam kebakaran adalah suatu alat yang berfungsi mendeteksi secara dini kebakaran, agar kebakaran yang terjadi tidak berkembang menjadi lebih besar. Dengan terdeteksinya cikal bakal kebakaran, maka intervensi untuk mematikan api dapat segera dilakukan. Sehingga dapat meminimalisasi kerugian sejak awal. Jika dianalogikan detector pemadam kebakaran adalah alat bantu seperti panca indera kita. Untuk merasakan bau kita memiliki hidung, kalau untuk merasakan adanya kebakaran digunakanlah detector pemadam kebakaran. Deteksi kebakaran dilakukan pada kemunculan asap, kemunculan panas, dan adanya kobaran api.



Berdasarkan hal tersebut di atas, maka detector pemadam kebakaran dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain : 1. Heat Detector/Detektor Panas Heat detector adalah pendeteksi kenaikan panas. Jenis ROR adalah yang paling banyak digunakan saat ini, karena selain ekonomis juga aplikasinya luas. Area deteksi sensor bisa mencapai 50m2 untuk ketinggian plafon 4m. Sedangkan untukplafon lebih tinggi, area deteksinya berkurang menjadi 30m2. Ketinggian pemasangan max. hendaknya tidak melebihi 8m. ROR banyak digunakan karena detector ini bekerja berdasarkan kenaikan 18



temperatur secara cepat di satu ruangan kendati masih berupa hembusan panas. Umumnya pada titik 55oC – 63oC sensor ini sudah aktif dan membunyikan alarm bell kebakaran. Dengan begitu bahaya kebakaran (diharapkan) tidak sempat meluas ke area lain. ROR sangat ideal untuk ruangan kantor, kamar hotel, rumah sakit, ruang server, ruang arsip, gudang pabrik dan lainnya.



Prinsip kerja ROR sebenarnya hanya saklar bi-metal biasa. Saklar akan kontak saat mendeteksi panas. Karena tidak memerlukan tegangan (supply), maka bisa dipasang langsung pada panel alarm rumah. Dua kabelnya dimasukkan ke terminal Zone-Com pada panel alarm. Jika dipasang pada panel Fire Alarm, maka terminalnya adalah L dan LC. Kedua kabelnya boleh terpasang terbalik, sebab tidak memiliki plus-minus. Sedangkan sifatkontaknya adalah NO (Normally Open).



2. Fixed Temperature Detector Fixed Temperature detector termasuk juga ke dalam Heat Detector. Berbeda dengan ROR, maka Fixed Temperature detector baru mendeteksi pada derajat panas yang langsung tinggi. Oleh karena itu cocok ditempatkan pada area yang lingkungannya memang sudah agak-agak “panas”, seperti: ruang genset, basement, dapur-dapur foodcourt, gudang beratap asbes, bengkel las dan sejenisnya. Alasannya, jika pada area itu dipasang ROR, maka akan rentan terhadap False Alarm (Alarm Palsu), sebab hembusan panasnya saja sudah bisa menyebabkan ROR mendeteksi. Area efektif detektor jenis ini adalah 30m2 (pada ketinggian plafon 4m) atau 15m2 (untuk ketinggian plafon antara 4 – 8m). Seperti halnya ROR, kabel yang diperlukan untuk detector ini cuma 2, yaitu L dan LC, boleh terbalik dan bisa dipasang langsung pada panel alarm rumah merk apa saja. Sifat kontaknya adalah NO (Normally Open).



19



3. Smoke Detector/Detektor Asap Smoke detector adalah alat yang berfungsi mendeteksi asap. Ketika detector mendeteksi asap maka detektor akan segera mengirimkan sinyal sehingga fire alarm berbunyi. Smoke detektor sendiri memiliki beberapa type kerja : 



Photoelectric / optical yaitu mendeteksi asap menggunakan sensor cahaya. cahaya (infra red) diarahkan ke sensor photoelectric, apabila ada asap maka cahaya tidak sepenuhnya diterima sensor photoelectric. kejadian ini ditangkap sebagai sinyal yang kemudian diteruskan ke fire alarm. Dari pengalaman lapangan diketahui kelemahan dari detektor ini adalah sering kali menimbulkan false alarm yang diakibatkan oleh debu.







Ionization yaitu detektor model ini menggunakan metode ionization chamber. kelemahan dari detektor ini adalah setelah habis umur pakainya, detektor dikategorikan limbah radioaktif, karena didalam detektor ini terdapat ameresium.



4. Flame Detector/Detektor Nyala Detektor nyala adalah alat yang sensitif terhadap radiasi sinar ultraviolet yang ditimbulkan oleh nyala api. Tetapi detector ini tidak bereaksi pada lampu ruangan, infra merah atau sumber cahaya lain yang tidak ada hubungannya dengan nyala api (flame).Flame detector memiliki tiga jenis type yaitu sensor optik, ionisasi dan thermocouple. 5. Gas Detector/Detektor Gas Sesuai dengan namanya detector ini mendeteksi kebocoran gas yang kerap terjadi di rumah tinggal. Alat ini bisa mendeteksi dua jenis gas, yaitu: LPG : Liquefied Petroleum Gas. LNG : Liquefied Natural Gas. Dari dua jenis gas tersebut, Elpiji-lah yang paling banyak digunakan di rumahrumah. Perbedaan LPG dengan LNG adalah: Elpiji lebih berat daripada udara, sehingga apabila bocor, gas akan turun mendekati lantai (tidak terbang ke udara). Sedangkan LNG lebih ringan daripada udara, sehingga jika terjadi kebocoran, maka gasnya akan terbang ke udara. 20



Perbedaan sifat gas inilah yang menentukan posisi detector.Untuk LPG, maka letak detector adalah di bawah, yaitu sekitar 30 cm dari lantai dengan arah detector menghadap ke atas. Hal ini dimaksudkan agar saat bocor, gas elpiji yang turun akan masuk ke dalam ruang detector sehingga dapat terdeteksi. Jarak antara detector dengan sumber kebocoran tidak melebihi dari 4m. Untuk LNG, maka pemasangan detectornya adalah tinggi di atas lantai, tepatnya 30cm di bawah plafon dengan posisi detector menghadap ke bawah. Sesuai dengan sifatnya, maka saat bocor gas ini akan naik ke udara sehingga bisa terdeteksi. Jarak dengan sumber kebocoran hendaknya tidak melebihi 8m.



2.11 Penanggulangan Kebakaran Kejadian kebakaran dapat menimbulkan bermacam-macan akibat, antara lain korban jiwa dan harta benda. Tentunya kejadian tersebut tidak kita inginkan, oleh karena itu dipikirkan tindakan dalam penanggulangannya. Penggulangn kebakaran adalah usaha yang dilakukan untuk memandamkan api serta memcegah meluasnya kebakaran. Pada umumnya penanggulangan bahaya kebakaran dapat dibagi menjadi 3 tingkatan meliputi: 1. Mencegah Terjadinya Kebakaran Merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan guna mencegah terjadinya kebakaran. Tindakan-tindakan tersebut harus dilakukan oleh setiap orang untuk itu diharapkan pengertian dan kesadaran agar dapat dilaksanakan apa yang menjadi tujuan, maka perlu adanya pengarahan dan bimbingan mengenai pencegahan bahaya kebakaran kepada semua orang khususnya yang berada dilingkungan kerja. 2. Perlindungan Bahaya Kebakaran Merupakan tindakan yang dilakukan guna melindungan dari bahaya kebakaran sehingga tidak turut terbakar dalam batas waktu tertentu atau mencegah meluasnya kebakaran ketempat lain sebelum penanggulangan lebih lanjut. 3. Pemadaman Kebakaran Merupakan salah satu tindakan dalam penanggualangan kebakaran bersifat represif.



21



Jika terjadi kebakaran, Langkah-langkah Penanggulangan Kebakaran pertama yang harus dilakukan adalah :Memadamkan secara langsung dengan alat pemadam api yang sesuai yang diletakkan pada tempat terdekat. 1. Jika api tidak padam, panggil teman terdekat dan segera hubungi kepala gedung (fire marshall). 2. Bunyikan alarm / tanda bahaya kebakaran jika api belum padam. 3. Apabila alarm otomatis berbunyi, bantu evakuasi (pengosongan gedung) melalui pintu darurat dan segera lakukan pemadam dengan alat pemadam yang tersedia. 4. Hubungi unit pemadam kebakaran untuk minta bantuan dengan identitas yang jelas. 5. Amankan lokasi dan bantu kelancaran evakuasi (pengosongan gedung) dan bantu kelancaran petugas pemadam 6. Beritahu penolong atau petugas pemadam tempat alat pemadam api dan sumber air. 7. Utamakan keselamatan jiwa dari pada harta benda Langkah-langkah Penanggulangan Kebakaran : Penyelamatan Diri 1. Buat rencana penyelamatan diri, dengan menentukan sedikitnya dua jalur keluar dari setiap ruangan. Ini bisa melalui pintu ataupun jendela, jadi perhatikan apakah pembatas ruangan akan mengganggu rencana ini. Buatlah denah penyelamatan diri. 2. Persiapkan petunjuk arah di pintu darurat. 3. Saat kebakaran, sebenarnya asap yang membuat orang menjadi panik dan tidak dapat bernafas dengan leluasa. Merangkaklah atau merunduk di bawah, tutup mulut dan hidung dengan kain yang dibasahi. 4. Keluarlah dari pintu atau jendela yang terdekat menuju ke tempat yang aman. Pastikan bahwa pintu dapat dengan cepat dibuka pada kondisi darurat, demikian pula jika harus melalui jendela. 5. Apabila terjebak api, pastikan balut tubuh anda dengan selimut tebal yang dibasahi. Ini hanya dilakukan sebagai pilihan terakhir apabila tidak ada jalan lain kecuali menerobos kobaran api. 22



Penanggulangan Kebakaran : A. Tindakan Pencegahan / Preventif Segala upaya yang dilakukan agar kebakaran tidak terjadi kebakaran : 1. Memberikan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan 2. Menempatkan barang-barang yang mudah terbakar di tempat yang aman dan jauh dari api 3. Tidak merokok dan melakukan pekerjaan panas di tempat barang-barang yang mudah terbakar 4. Tidak membuat sambungan listrik sembarangan 5. Tidak memasang steker listrik bertumpuk-tumpuk 6. Memasang tanda-tanda peringatan pada tempat yang mempunyai resiko bahaya kebakaran tinggi 7. Menyediakan apar ditempat yang strategi 8. Matikan aliran listrik bila tidak digunakan 9. Buang puntung rokok di asbak dan matikan apinya 10. Bila akan menutup tempat kerja, periksa dahulu hal-hal yang dapat menyebabkan kebakaran B. Tindakan Pemadaman / Represif Tindakan yang dilakukan untuk memadamkan kebakaran sebagai upaya memperkecil kerugian yang ditimbulkan dan mencegah agar kebakaran tidak meluas Teknik dan taktik penanggulangan kebakaran A. Teknik penanggulangan kebakaran Kemampuan maksimal dalam menggunakan peralatan yang tersedia guna memadamkan kebakaran. B. Taktik penanggulangan kebakaran Kemampuan maksimal tentang cara-cara yang digunakan dalam rangka pemadaman kebakaran. 23



2.12 Strategi Pengendalian Bahaya Kebakaran Dari segi strategi pemadaman ada 2 cara penting yang perlu diperhatikan yaitu teknik dan taktik pemadaman kebakaran.



1. Teknik penanggulangan kebakaran Teknik pemadaman kebakaran yaitu kemampuan mempergunakan alat dan perlengkapan pemadaman kebakaran sebaik-baiknya.



Agar



menguasai



teknik



pemadaman kebakaran maka seseorang harus mempunyai pengetahuan tentang penanggulangan kebakaran, bersikap positif terhadap penanggulangan kebakaran, terlatih dan terampil dalam menggunakan berbagai alat serta perlengkapan kebakaran. Beberapa fenomena kebakaran yang terjadi dapat dipelajari bagaimana menguasai teknik pemadaman antara lain menempatkan regu pemadam kebakaran yang sudah terlatih sanggup menguasai situasi kebakaran, dapat mempergunakan peralatan dan perlengkapan pemadam kebakaran dengan cepat dan benar, menguasai dengan baik pengetahuan tentang pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran. 2. Taktik Penanggulangan Kebakaran Taktik pemadaman kebakaran adalah kemampuan menganalisis situasi sehingga dapat melakukan tindakan dengan cepat dan tepat tanpa menimbulkan kerugian yang besar. Taktik ini terkait dengan analisis terhadap unsur-unsur pengaruh angin,warna asap kebakaran,lokasi kebakaran dan bahaya-bahaya lain yang mungkin bisa terjadi akkibat kebakaran. Terhadap model-model instalasi listrik unit kebakaran yang dipelajari misalnya alat pemadam api ringan, peralatan pemadaman api instalasi tetap, peralatan pemadamanapi yang bergerak dan sekarang sudah banyak ragam alat pemadam yang lebih baik.



24



2.12 Teknik Penanggulangan Kebakaran Pemadaman kebakaran yang dilakukan harus memperhatikan tentang keefektifan agar tidak membahayakan keselamatan diri sendiri. Karena seringkali saat pemadaman yang dilakukan tanpa perhitungan yang tepat, justru akan membahayakan pemadam tersebut. Untuk itu agar pemadaman lebih efektif, maka perlu diperhatikan mengenai hal-hal yang mengenai teknik pemadaman api. Beberapa teknik pemadaman kebakaran, antara lain : a. Isolasi Suatu teknik pemadaman dengan cara menghilangkan unsur oksigen (menghentikan suplay oksigen). Contoh : Kebakaran minyak yang dipadamkan dengan menutup menggunakan karung goni basah, Kebakaran minyak yang dipadamkan dengan menggunakan menyemprotkan busa APAR, Kabakaran minyak di lantai yang dipadamkan dengan menggunakan pasir. b. Starvation Suatu teknik pemadaman dengan cara menghilangkan/memutuskan suplay bahan yang terbakar (menghilangkan bahan / bendanya). Contoh : Pipa saluran gas/minyak yang pada ujungnya terbakar maka kran saluran ditutup. c. Sistem Urai Suatu teknik pemadaman kebakaran dengan menggunakan alat pemadam api modern, dimana saat media pemadam disemprotkan maka media tadi akan mengikat panas sekaligus akan menutup/menyelimuti benda yang terbakar sehinga udara/oksigen tidak bisa masuk/hilang. d. Cooling/Pendinginan Suatu teknik pemadam kebakaran dengan mengurai (menurunkan suhu/panas) sehingga benda yang terbakar suhunya dibawah titik nyala, sekaligus memutus reaksi rantai pembakaran. Contoh : kebakaran rumah yang dipadamkan dengan disemprot/disiram. e. Emusification/Pengumpulan Suatu teknik pemadam kebakaran dengan memberikan unsur lain pada bahan yang terbakar sehingga terjadi pengumpulan yang selanjutnya volum api bisa terkurangi bahkan sampai padam



25



f. Pelarutan Suatu teknik pemadaman kebakaran dengan menyiram air pada bahan yang terbakar sehingga bahan tersebut larut dalam air akibatnya titik nyala bahan yang terbakar akan semakin tinggi sehingga api akan mudah dipadamkan



26



BAB III PENUTUP 3.1



Kesimpulan



Api sangat berbahaya bagi manusia maupun alam karena bersifat merusak dan memusnahkan suatu benda. Dari materi yang telah kami sampaikan bahwa kebakaran merupakan kecelakaan yg disebabkan oleh beberapa faktor ; Karena manusia, alam, maupun kedua – duanya. Kebakaran bisa dicegah melalui beberapa cara, di antaranya yaitu mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan, misalnya menaruh barang mudah terbakar seperti alkohol atau bahan bakar bensin ke tempat yang teduh dan jauh dari sumber panas. Jika semua itu kita lakukan maka kelak kecelakaan seperti kebakaran pun tak akan pernah terjadi. 3.2



Saran



Kita dapat melakukan upaya tindakan preventif untuk mencegah bahaya kebakaran. Diantaranya adalah : Menjauhkan barang mudah terbakar jauh dari sumber panas atau cahaya matahari. Menggunakan peralatan K3 sebagai upaya perlindungan dari segala bahaya termasuk bahaya kebakaran. Menyediakan Fire Extinguisher atau alat pemadam api di setiap ruangan untuk menghambat penyebaran api jika terjadi kecelaan kebakaran. Selalu mengikuti prosedur dalam melakukan pekerjaan dan tidak ceroboh. Memisahkan barang mudah terbakar ke tempat terbuka agar jauh dari barang – barang berharga dan orang – orang di sekitarnya. Dan bila terjadi kebakaran kelak keselamatan orang – orang dan barang berharga berada di tempat yang aman. Biasakan bersikap hati – hati, waspada dan tidak ceroboh dalam menggunakan barang atau bahan yang mudah terbakar.



27



DAFTAR PUSTAKA



http://nurwahyudi29.blogspot.com/2017/04/k3-faktor-penyebab-kebakaran-dan.html https://pemadamapi.wordpress.com/definisi-pengertiankebakaran/#:~:targetText=Kebakaran%20adalah%20suatu%20reaksi%20oksidasi,bakar%20dal am%20jumlah%20yang%20cukup http://faridsaifulloh.blogspot.com/2017/08/pencegahan-dan-penanggulangan-kebakaran.html https://kazethelight.wordpress.com/2013/10/03/materi-k3-mencegah-dan-menanggulangikebakaran-oleh-djoko-kustono/ https://www.agenpemadamapi.com/berbagai-jenis-alat-pemadam-kebakaran-dan-fungsinya/ modul kuliah Keselamtan dan kesehatan(K3) Politeknik Negeri Sriwijaya



28