Makalah Kalimat Bahasa Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KALIMAT BAHASA INDONESIA Dosen: Nadir La Djamudi, S.Pd., M.Pd Mata Kuliah: Bahasa Indonesia



Disusun Oleh: Muh musyaid Saputra



19320014



PROGRAM STUDI AKUTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAUBAU 2019/2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayahNya saya dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang diharapkan. Dalam makalah ini saya akan membahas tentang “Kalimat dalam Bahasa Indonesia”. Dan juga saya berterima kasih kepada Bapak Nadir La Djamudi, S.Pd., M.Pd selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia di universitas dayanu ikhsanuddin. Makalah ini disusun sebagai soal ujian akhir pada mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini juga dapat menambah wawasan kita. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan. Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu dan teman-teman yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.



                                                                             BauBau, 05 Juli 2020



                                                                                                            Penulis



1



DAFTAR ISI Kata Pengantar.............................................................................................



1



Daftar Isi........................................................................................................



2



Bab I Pendahuluan.......................................................................................



3



1.1 Latar Belakang...................................................................................



3



1.2 Rumusan Masalah.............................................................................



3



1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................



3



Bab II Pembahasan......................................................................................



4



2.1 Pengertian Kalimat.............................................................................



4



2.2 Unsur Pembentuk Kalimat.................................................................



5



2.3 Struktur Kalimat.................................................................................



6



2.4 Jenis Kalimat......................................................................................



8



Bab III Penutup.............................................................................................



15



3.1 Kesimpulan........................................................................................



15



Daftar Pustaka..............................................................................................



16



2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berbahasa baik secara lisan maupun tulisan, kita sebenarnya tidak boleh berbicara secara lepas. Akan tetapi, kata-kata tersebut terangkai mengikuti kaidah yang berlaku sehingga terbentuklah rangkaian kata yang lazim disebut dengan kalimat. Kalimat tersebut berfungsi sebagai wadah yang mengungkapkan gagasan, pikiran dan pendapat. Ketika berbahasa seringkali kita tidak memperhatikan unsur dan pola dasar kalimat dengan benar. Hal ini mengakibatkan kalimat yang terbentuk tidak mengikuti kaidah penulisan kalimat yang benar, sehingga kalimat menjadi tidak efektif. Dalam merangkai sebuah kalimat banyak hal yang perlu diperhatikan dimulai dari unsurunsur kalimat, pola dasar kalimat dan tanda bacanya. Berdasarkan hal tersebut, makalah ini membahas tentang pengertian kalimat, unsur-unsur kalimat, pola dasar kalimat, sehingga sebuah kalimat yang terbentuk dapat menjadi kalimat efektif. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan kalimat? 2. Apa saja yang termasuk kedalam Unsur-unsur kalimat? 3. Apa saja yang termasuk kedalam pola dasar kalimat? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Memahami pengertian kalimat dan mengetahui unsur-unsur yang membentuk kalimat. 2. Mampu mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat pada sebuah kalimat. 3. Memahami berbagai macam pola dasar pembentuk sebuah kalimat dan mampu mengidentikasi pola dasar pada suatu kalimat. 4. Mampu memproduksi kalimat berdasarkan unsur dan pola dasar yang tepat.



3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Kalimat Menurut Tim Penulis Bahasa Indonesia UNEJ (2007:79) kalimat adalah suatu bagian yang selesai dan menunjukkan pikiran yang lengkap. Maksud dari pernyataan ‘selesai’ adalah kalimat itu diawali dan diakhiri dengan kesenyapan untuk bahasa lisan sedangkan untuk bahasa tulis kalimat itu diawali atau dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, dan tanda tanya. Adapun yang dimaksud dengan menunjukkan pikiran yang lengkap adalah informasi yang diberikan merupakan pikiran yang utuh. Kalimat dapat juga diartikan sebagai rangkaian dari kata-kata yang berfungsi sebagai subjek dan predikat. maksudnya, sekurang-kurangnya kalimat itu memiliki subjek atau pokok kalimat dan predikat dan dapat ditambah dengan objek atau keterangan. Jika tidak memiliki unsur-unsur subjek dan predikat, pernyataan itu bukanlah sebuah kalimat, melainkan hanya sebagai frasa. Menurut Cook (1971:1) kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir yang terdiri dari klausa). Sementara itu, Alisyabana (1978:1) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan bentuk bahasa yang terkecil, yang mengucapkan suatu pikiran yang lengkap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran yang lengkap. Dengan mengaitkan peran kalimat sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan, kalimat didefinisikan sebagai “Susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap”. Sedangkan Chaer (2009:44) dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa) bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Sehingga disimpulkan, bahwa yang penting atau yang menjadi dasar kalimat



adalah konstituen dasar dan intonasi final, sedangkan konjungsi hanya ada kalau 4 diperlukan. Intonasi final yang ada yang memberi ciri kalimat ada tiga, yaitu intonasi deklaratif, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik; intonasi interogatif, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda tanya; dan intonasi seru, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda seru. Sebuah kalimat dapat mengandung satu klausa atau lebih. Hal ini menyangkut berbagai hubungan yang terdapat antara satu klausa dengan klausa yang lain di dalam kalimat majemuk setara atau bertingkat. 2.2 Unsur Pembentuk Kalimat 



Subjek (S) Unsur yang pertama adalah subjek yang fungsinya sebagai penunjuk pelaku yang melakukan atau terlibat dalam kalimat tersebut. biasanya subjek yang ada di dalam kalimat berupa objek atau benda, misalnya manusia, barang, binatang, tumbuhan maupun kata benda abstrak, seperti asap, gas, dan lain – lain. Contoh : Budi, aku, saya, mereka, keledai, cita – cita, dan lain – lain.







Predikat (P) Bersama dengan subjek, predikat menjadi unsur yang paling penting dalam sebuah kalimat. Tanpa adanya kedua unsur tersebut maka bisa dipastikan kata-kata itu bukanlah kalimat, tetapi sebuah frasa. Fungsi dari predikat ini adalah untuk menyatakan kegiatan yang dilakukan oleh subjek, di dalam sebuah kalimat. Biasanya hal ini berupa kata-kata kerja baik yang transitif ataupun yang intransitif. Contoh : Memakan, lari, menangis, bernyanyi, dan lain – lain.







Objek (O) Unsur yang lainnya dalam kalimat adalah objek. Fungsi dari unsur yang satu ini adalah untuk menyatakan korban atau pihak yang dikenai oleh subjek melalui predikat. Objek juga bisa melakukan tindakan pada subjek, yang bila diubah ke dalam kalimat yang pasif. Sama dengan subjek, objek juga dinyatakan dengan kata benda baik benda yang konkret maupun yang abstrak. Contoh : Uang, Tanaman, Gagasan, Ani, dan lain – lain.



5 



Pelengkap (Pel) Pelengkap adalah unsur kalimat yang melengkapi unsur yang lainnya, seperti misalnya subjek atau objek. Fungsi dari unsur ini adalah untuk menambahkan arti dan keterangan. Contoh : Pelengkap objek   : Saya membeli buku yang baru terbit di toko buku. Pelengkap subjek : Gadis yang berambut pirang itu menemui aku di kelas pagi ini.







Keterangan (Ket) Fungsi dari unsur ini adalah sebagai penambah keterangan dalam sebuah kalimat. Unsur keterangan biasanya diletakkan di depan atau di belakang kalimat. Ada beberapa jenis unsur keterangan, diantaranya yaitu : Keterangan waktu    : Kemarin, besok, bulan lalu, dua hari yang lalu, tahun depan, dan lain – lain. Keterangan tempat   : di sana, di rumah, di toko, dan lain – lain. Keterangan cara       : Dengan cepat, sangat lambat, sangat serius, secara diam – diam. Keterangan alat        : Menggunakan cangkul, dengan sepeda, mengendarai mobil, dan lain – lain. Keterangan tujuan    : Supaya  pintar, agar naik kelas, dan lain – lain. Keterangan penyerta : Bersama ibu, dengan ayah, berdua dengan kakak, dan lain – lain.



2.3 Struktur Kalimat Semua kalimat yang biasa kita gunakan, beberapa diantaranya berasal dari struktur ataupun pola dari kalimat dasarnya saja.



Sesuai



dengan



kebutuhan



tiap



individu,



kalimat



dasar



tersebut



dapat



dikembangkan lagi berdasarkan dengan kaidah yang berlaku. 6 Adapun pola dasar dari kalimat bahasa Indonesia, yakni: 1. Kalimat dasar berpola SP Kalimat dasar berpola SP hanya memiliki dua unsur yakni subjek dan predikat. Pada umumnya, predikat dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, maupun kata bilangan. Contoh: Mobil itu besar Mobil itu sebagai subjek, dan besar sebagai predikat. 2. Kalimat dasar berpola SPO Pola kalimat SPO biasa digunakan di dalam kehidupan sehari-hari. Contoh: Gilang mengemudikan mobil. Gilang sebagai subjek, mengemudi sebagai predikat, dan mobil sebagai objek. 3. Kalimat dasar berpola SPPel Contoh: Keluarganya pergi liburan. Keluarganya merupakan subjek, pergi sebagai predikat, dan liburan sebagai pelengkap. 4. Kalimat dasar berpola SPOPel Contoh: Supir taxi mengemudikan taxinya ugal-ugalan. Supir taxi sebagai subjek, mengemudikan sebagai predikat, taxinya sebagai objek, dan ugal-ugalan sebagai pelengkap. 5. Kalimat dasar berpola SPK Contoh: Gilang bermain malam hari. Gilang sebagai subjek, bermain sebagai predikat, dan malam hari sebagai keterangan. 6. Kalimat dasar berpola SPOK Contoh: Setiawan mencuci bajunya pagi tadi.



Setiawan sebagai subjek, mencuci sebagai predikat, bajunya sebagai objek, pagi tadi sebagai keterangan. 7 7. Kalimat dasar berpola S-P-O-Pel-K Kalimat dasar dengan pola ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan juga keterangan. Subjek dapat berwujud nomina atau frasa nominal, predikat berwujud verba dwitransitif, objek berwujud nomina atau frasa nominal, pelengkap berwujud nomina atau frasa nominal serta keterangan berwujud frasa berpreposisi. Contoh: Bapak membelikan Gilang sepatu olahraga di Moro Mall. 8. Kalimat dasar berpola S-P-Pel-K. Kalimat dasar dengan menggunakan pola ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap serta keterangan. Dalam pola ini, subjek berwujud nomina atau frasa nominal, predikat berwujud verba intransitif, kata sifat serta pelengkap berwujud nomina atau adjektiva dan juga keterangan berwujud frasa berpreposisi. Contoh: Aku sedih ketika kamu masuk rumah sakit. 2.4 Jenis Kalimat Jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan berbagai kriteria atau sudut pandang. Oleh sebab itu, dalam kepustakaan linguistik serta beberapa buku tata bahasa bisa kita dapati banyak sekali istilah untuk menamakan jenis-jenis kalimat. Adapun jenis-jenis kalimat, simak ulasan di bawah: 1. Kalimat Dilihat dari Segi Maknanya Jika ditinjau dari segi maknanya atau nilai komunikatifnya, maka kalimat dibagi menjadi lima kategori yakni kalimat berita, perintah, tanya, seru, dan kalimat emfatik. Untuk lebih jelasnya perhatikan penjelasan di bawah: a. Kalimat Berita Kalimat berita juga sering disebut sebagai kalimat deklaratif, yang merupakan kalimat yang isinya memberitakan sebuah informasi kepada sang pembaca ataupun pendengar.



Jika pada suatu hari, kita dapati sedang bercerita mengenai suatu kecelakaan yang kita tahu, maka kita sedang memberitakan kejadian itu. Contoh kalimat berita: 8 



Tadi pagi ada kecelakaan di depan sekolah.







Kecelakaan yang terjadi tadi pagi mengakibatkan kemacetan yang cukup parah.







Banjir yang terjadi di Pekalongan tingginya hingga selutut orang dewasa.







Terjadi kebakaran di daerah Jakarta Timur.



Dapat kita lihat, contoh kalimat berita di atas sangat bermacam-macam. Ada yang menampakan inversi, ada yang berbentuk pasif, dan lainnya. Namun, jika dilihat dari nilai komunikatifnya, kalimat tersebut semuanya sama yakni merupakan sebuah kalimat berita. Maka dapat disimpulkan bahwa kalimat berita dapat berbentu apa saja, asal isinya mengandung suatu berita. Jika dituliskan, kalimat berita harus selalu diakhiri dengan tanda titik. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat berita diakhiri dengan nada yang cenderung turun. b. Kalimat Perintah Kalimat perintah juga disebut sebagai kalimat imperatif yang merupakan kalimat yang artinya mampu memberikan perintah untuk melakukan suatu hal.Pada umumnya, kalimat perintah memiliki bentuk taktransitif atau transitif (baik aktif maupun pasif). Kalimat yang predikatnya adjektiva terkadang bisa juga mempunyai bentuk perintah, tergantung pada macam adjektivanya. Sebaliknya, jika kalimat yang bukan verbal atau adjektival tidak mempunyai bentuk perintah. Contoh kalimat perintah: 



Buatlah suatu kalimat dengan pola SPOK!







Tutuplah pintu itu!



Jika dituliskan, kalimat perintah seringkali diakhiri dengan tanda seru (!), meski tanda titik juga bisa digunakan. Sedangkan dalam bentuk lisan, nada yang dilontarkan agak naik sedikit. c. Kalimat Perintah Taktransitif



Adapun kaidah yang diikuti dalam membuat kalimat perintah traktransitif: Menghilangkan subjek, biasanya dapat berupa pronomina persona kedua. Mempertahankan bentuk verba seperti apa adanya. Menambhakan partikel – 9 lah jika dikehendaki untuk sedikit memperhalus isinya. Contoh: 



Kamu berjalan kakilah sekali-kali!







Naiklah sepeda sekali-kali!







Berliburlah ketempat nenekmu!



Baik verba traktransitif yang berwujud kata dasar (naik), ataupun yang turunan (berlibur), tidak mengalami perubahan apa-apa. d. Kalimat Perintah Transitif Aktif Kaidah yang digunakan untuk membuat kalimat perintah yang verbanya transatif aktif kaidahnya mirip dengan yang digunakan oleh kalimat perintah traktransitif kecuali mengenai bentuk verbanya. Dalam kalimat transitif, verbanya harus diubah ke dalam bentuk perintah terlebih dahulu dengan menanggalkan prefiks meng- dari verbanya. Berikut contoh kalimat berita dan perintah: 



Kamu Mencari pekerjaan apa saja (kalimat berita).







Carilah pekerjaan apa saja (kalimat perintah).







Kamu membelikan adikmu tas baru (kalimat berita).







Belikanlah adikmu sepatu baru (kalimat perintah).



Perlu diperhatikan bahwa yang dihilangkan hanya prefiksnya saja, sementara sufiksnya masih tetap dipertahankan. Jika prefiksnya disusun atas dua unsur, seperti memper- atau member- , maka hanya mem-nya yang dihilangkan. e. Kalimat Perintah Bentuk Pasif Kalimat perintah juga dapat disampaikan ke dalam bentuk pasif. Bentuk verba yang digunakan masih tetap dalam keadaan pasif. Sementara urutan katanya tidak berubah. Jika dituliskan, kalimatnya akan disertai penggunaan tanda seru (!). Sementara jika diucapkan, maka nada yang digunakan cenderung naik. Contoh kalimat perintah bentuk pasif: 



Kontrak itu harus dikirim sekarang!







Surat harus diketik serapi-rapinya, ya!



Pemakainan kalimat perintah bentuk pasif di dalam bahasa Indonesia sangatlah umum digunakan. Hal tersebut berhubugan dengan keinginan si 10 pembicara untuk meminta seseorang melakukan sesuatu untuknya, namun tidak dengan secara langsung.  Penghalus Kalimat Perintah Disamping kalimat bentuk pasif yang sebelumnya dibahas, dalam bahasa Indonesia juga terdapat sejumlah kata yang digunakan untuk menghaluskan perintah. Kata tersebut diantaranya seperti: coba, tolong, dan silahkan yang seringkali digunakan.  Bentuk ingkar pada kalimat perintah Kalimat perintah juga dapat dibuat menjadi



bentuk ingkar dengan



penggunaan kata “jangan”. Sebagaimana kata “tolong” dan “coba”, kata “jangan” juga diimbuhi dengan partikel -lah di dalam kalimat perintah. Contoh: 



Janganlah membuang sampah sembarangn.







Janganlah dekat-dekat dengan tiang listrik itu.



f. Kalimat Tanya Kalimat tanya juga sering disebut sebagai kalimat interogatif, yang isinya  kalimat dengan maksud untuk menanyakan sesuatu ataupun seseorang. Jika seseorang ingin mengetahui jawaban dari suatu hal, maka orang tersebut harus menanyakan kepada orang lain, dan kalimat yang digunakan orang tersebut adalah kalimat tanya. Adapun lima cara yang digunakan untuk membentuk sebuah kalimat tanya: 



Menambahkan kata apa-kah.







Membalikan urutan katanya.







Menggunakan kata “bukan” atau “tidak”.







Mengubah intonasi kalimat.







Dengan menggunakan kata tanya.



g. Kalimat Seru



Kalimat seru juga disebut sebagai kalimat interjektif, yang merupakan kalimat untuk menyampaikan rasa kagum terhadap sesuatu. Sehingga dalam penggunaannya menggunakan tanda seru.



11 2. Berdasarkan Diathesis Kalimat a. Kalimat Aktif Kalimat aktif merupakan kalimat yang dimana subjeknya langsung melakukan pekerjaan terhadap objeknya. Pada umumnya, kata kerja yang digunakan ditandai dengan awalan me-. Namun tak sedikit, predikat di dalam kalimat aktif tidak disertai dengan imbuhan, sebagai contoh makan dan minum. Contoh kalimat aktif: Gilang menggunakan botol untuk menciptakan suara. b. Kalimat Pasif Dalam kalimat pasif, kata kerja yang digunakan cenderung memakai kata diatau ter-. Contoh kalimat pasif: Bangunan disana dikerjakan dengan sangat baik oleh para arsitektur ternama. 3. Berdasarkan Urutan Kata a. Kalimat Normal Kalimat berpola dasar yang dimana subjek pada kalimatnya mendahului predikatnya. b. Kalimat Inverse Kaliam inverse merupakan kalimat kebalikan dari kalimat normal. Dimana predikat yang digunakan mendahului objek. c. Kalimat Minor Kalimat minor memiliki satu inti fungsi gramatikalnya. Bentuk kalimat minor contohnya kalimat tambahan, kalimat jawaban, kalimat salam, panggilan ataupun judul. d. Kalimat Mayor Kalimat mayor hanya memiliki subjek dan predikat saja. Objek, pelengkap dan juga keterangan dapat ditambahkan sesuka hati. Sama halnya dengan yang ada di pola dasar pertama.



4. Berdasarkan Struktur Gramatikalnya a. Kalimat Tunggal Dalam kalimat tunggal hanya memiliki subjek dan predikatnya saja. Jika dilihat dari unsur penyusunnya, maka kalimat yang panjang di dalam bahasa 12 Indonesia dapat diubah ke dalam bentuk yang lebih sederhana. Contoh kalimat tunggal: Ibu-ibu bersalaman Dapat kita lihat, pola kalimat di atas hanya memiliki subjek dan predikat saja, sehingga dapat dikategorikan ke dalam kalimat tunggal. b. Kalimat Majemuk Dalam kehidupan sehari-hari, tak jarang kita menggabungkan beberapa pertanyaan



ke



dalam



satu



kalimat



guna



memudahkan



dalam



hal



berkomunikasi. Sehingga, menghasilkan penggabungan struktur kalimat yang di dalamnya terdapat beberapa kalimat dasar. Penggabungan itulah yang disebut sebagai kalimat majemuk. Kalimat majemuk juga terbagi ke dalam beberapa jenis, diantaranya sebagai berikut: 



Kalimat Majemuk Setara Struktur dari kalimat majemuk setara memiliki dua atau lebih kalimat tunggal yang apabila dipisahkan dapat berdiri sendiri. Kata penghubung atau konjungsi yang digunakan kalimat majemuk setara pada umumnya menggunakan kata dan, serta, tanda koma (,), tetapi, lalu, kemudian, atau. Contoh kalimat majemuk setara: Indonesia tergolong negara berkembang tetapi Singapura telah digolongkan negara maju.







Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat majemuk bertingkat memiliki dua kalimat yang satunya sebagai induk kalimat yang dapat berdiri sendiri atau bebas serta anak kalimat kebalikan dari induk kalimat. Kata penghubung atau konjungsi yang digunakan kalimat majemuk bertingkat yakni ketika, sejak, karena, oleh sebab itu, hingga, sehingga, maka, jika, asalkan, apabila, meskipun, walaupun, andai kata, seandainya, agar supaya, seperti, kecuali, dengan.



Contoh kalimat majemuk bertingkat: Ilmuwan masih saja mencari asal usul bulan (induk kalimat) meskipun hingga sekarang masih belum ada kepastian yang jelas (anak kalimat). 



Kalimat Majemuk Campuran Kalimat majemuk campuran merupakan dua jenis kalimat majemuk (setara dan bertingkat) yang digabungkan menjadi satu kalimat. 13 Contoh kalimat majemuk campuran: Sebab hujan turun dengan derasnya, mereka tidak dapat pulang dan menunggu di sekolah.



5. Berdasarkan Unsur Kalimat a. Kalimat Lengkap Kalimat lengkap mengikuti pola dasar dari suatu kalimat baik yang sudah dikembangkan ataupun tidak. Penggunaan unsur-unsurnya juga jelas. Sehingga dapat mudah dipahami. Contoh kalimat lengkap: Warna hijau melambangkan kesuburan. b. Kalimat tidak Lengkap Kalimat tidak lengkap atau tidak sempurna ini hanya mempunyai salah satu dari unsurnya saja. Pada umumnya, kalimat seperti ini hanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, setuan, larangan, sapan dan lain sebagainya. Contoh kalimat tidak lengkap: Kapan pulang? 6. Berdasarkan Pengucapan a. Kalimat Langsung Kalimat langsung secara detail menirukan sesuatu yang disampaikan orang lain.  Tanda baca kutip juga digunakan dalam penulisan kalimat langsung. Kutipan dalam kalimat langsung dapat berupa kalimat tanya, kalimat berita ataupun kalimat perintah. Contoh kalimat langsung: “Letakkan sapumu!” bentak pak satpam. b. Kalimat Tak Langsung Kalimat yang melaporkan kembali mengenai kalimat yang disampaikan orang lain. Kutipan dalam kalimat tak langsung semuanya berbentuk berita.



Contoh kalimat tak langsung: Bapak Gilang berkata padaku bahwa lebih baik membaca daripada main-main.



14 BAB III PENUTUP 3.1.



Kesimpulan



Kalimat adalah serangkaian kata yang tersusun secara bersistem sesuai dengan kaidah yang berlaku untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan yang relatif lengkap. Dalam merangkai kata tersebut di perlukan unsur-unsur dan pola dasar kalimat agar kalimat yang terbentuk menjadi efektif. Ada lima unsur yang membentuk sebuah kalimat,sebagai berikut: 1. Subjek. 2. Prediket. 3. Objek. 4. Pelengkap. 5. Keterangan. Kelima unsur tersebut disusun dalam sebuah pola dasar sehingga dapat membentuk sebuah kalimat yang efektif. Berikut adalah pola dasar pembentuk kalimat: a. SPOK (Subjek-Prediket-Objek-Keterangan). b. SPOPel (Subjek-Prediket-Objek-Pelengkap). c. SPO (Subjek-Prediket-Objek). d. SPPel (Subjek-Prediket-Pelengkap). e. SPK (Subjek-Prediket-Keterangan). f. SP (Subjek-Prediket) Prediket berupa Verba . g. SP (Subjek-Prediket) Prediket berupa Nomina. h. SP (Subjek-Prediket) Prediket berupa Adjektiva.



15 DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Presindo Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Faizah, Hasnah. 2008. Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Pekanbaru: Cendikia Insani Hs, Widjono. 2012. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo Nursalim. 2011. Pengantar Kemampuan Berbahasa Indonesia Berbasis Kompetensi. Pekanbaru: Zanafa Publishing Putrayasa, Ida Bagus. 2006. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama Rahardi, R. Kunjana. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk KarangMengarang. Jakarta: Erlangga Ramlan. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V. KARYONO Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa Wijayanti, Sri Hapsari, dkk. 2013. Bahasa Indonesia Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA



16