Makalah Kalimat Efektif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Sebuah kalimat yang telah memenuhi syarat-syarat gramatikal mungkin belum efektif. Efektivitas kalimat menuntut lebih dari syarat-syarat gramatikal dan kelaziman pemakaian bahasa. Kalimat efektif bukan saja menyampaikan pesan berita dan amanat yang sederhana, tetapi kalimat itu pun merakit peristiwa gagasan ke dalam bentuk yang lebih kompleks dan kesatuan pikiran yang utuh. Penulis harus secara hati-hati mempergunakan segala kemampuan dan kekuatan yang terdapat dalam bahasa dan menjalin ke dalam pikiran yang utuh, baik pikiran yang sederhana maupun pikiran yang kompleks. Kalimat efektif dapat dipergunakan dalam bentuk lisan dan tertulis. Tulisan ini akan mengarah pada kalimat efektif dalam bentuk tulisan. Jadi, efektif dalam penulisan. Penulisan yang dimaksud di sini ialah penulisan ilmiah dalam bentuk karya ilmiah seperti makalah (paper dalam segala kemungkinan bentuknya), laporan ilmiah, esai, kritik, skripsi, tesis, atau disertasi.



B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan diangkat yaitu mengenai Kalimat efektif dan kalimat tidak efektif



C. Tujuan 1. Untuk Mengetahui Kalimat efektif dan kalimat tidak efektif 2. Untuk memenuhi tugas bahasa indonesia



1



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Kalimat Efektif Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula. Susunan kalimat yang efektif itu didukung oleh (1) kesepadanan dan kesatuan antara struktur bahasa dan cara atau jalan pikiran yang logis, (2) kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai untuk tujuan-tujuan efektivitas tertentu, (3) penekanan pikiran utama dalam kalimat, (4) kehematan dalam pilihan kata, dan (5) kevariasian dalam penyusunan kalimat. 1. Kesepadanan dan Kesatuan Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah kemaksimalan struktur bahasa mendukung gagasan yang dikandung. Pada umumnya dalam tulisan terdapat pokok pikiran yang hendak disampaikan dan komentar tentang atau terhadap pokok pikiran itu. Kesatuan dalam tulisan ialah perpautan antara penataan kalimat dan jalan pikiran penulis. Apa yang hendak dikatakan sebaiknya ditata dalam kalimat dengan cermat agar informasi dan maksud penulis mencapai sasarannya. Untuk itu, perhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Setiap kalimat mayor harus mempunyai ‘subjek’ dan ‘predikat’ Dalam penulisan tampak kalimat-kalimat yang panjang tidak mempunyai subjek atau predikat. Ada pula kalimat yang secara gramatikal mempunyai subjek yang diantarkan oleh preposisi. Perhatikan kalimatkalimat di bawah ini. a. Untuk rencana ini memerlukan penelitian lebih lanjut. b. Di dalam keputusan itu menunjukkan kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum.



2



c. Pada tahun ini merupakan tahun terakhir masa dinasnya sebagai pegawai negeri. Kalimat-kalimat tersebut mempunyai subjek yang diantarkan oleh preposisi yaitu untuk rencana ini, di dalam keputusan itu, dan pada tahun ini. Jadi, kalimat-kalimat tersebut harus diperbaiki sebagai berikut. 1) Rencana ini memerlukan penelitian lebih lanjut. 2) Keputusan



itu



menunjukkan



kebijaksanaan



yang



dapat



menguntungkan umum. Tahun ini merupakan tahun terakhir masa dinasnya sebagai pegawai negeri. 2. Ide pokok harus terdapat di dalam ‘induk kalimat’ Sering dijumpai ide pokok terdapat di dalam anak kalimat atau klausa bergantung. Jika seorang penulis hendak menggabungkan dua kalimat dan salah satu kalimat harus digantungkan pada yang lain, penulis itu harus melihat dan memilih kalimat yang mengandung pikiran utama menjadi induk kalimat. Perhatikan contoh berikut ini. a. Ia ditembak mati ketika ia masih dalam tugas militer. b. Ia masih dalam tugas militer ketika ia ditembak mati. Ide pokok dalam kalimat (4) ialah ia ditembak mati sedangkan ide pokok dalam kalimat (5) ialah ia masih dalam tugas militer. Karena itu, dalam kalimat (4) ia ditembak mati menjadi induk kalimat dan dalam kalimat (5) ia masih dalam tugas militer menjadi induk kalimat. 3. Perhatikanlah penggabungan kalimat dengan kata penghubung ‘dan’ dan ‘yang’ Sering seorang penulis hendak menggabungkan dua kalimat atau klausa menjadi satu kalimat. Penggabungan itu akan menghasilkan satu kalimat dengan dua klausa atau lebih. Kalimat itu akan disebut kalimat dengan klausa setara atau kalimat dengan klausa bertingkat.



3



Jika dua kalimat digabungkan dengan kata penghubung dan, hasilnya adalah satu kalimat dengan dua klausa setara dan sama penting. Jika, dua kalimat itu digabungkan dengan kata penghubung yang, hasilnya satu kalimat dengan klausa bertingkat. Dalam struktur demikian ada induk kalimat dan anak kalimat. Ide pokok akan terdapat di dalam induk kalimat. Karena itu, seorang penulis harus secara sadar menggabungkan dua kalimat menjadi satu kalimat. Hal itu perlu dilakukan untuk mencapai efektivitas kalimat. Perhatikan contoh berikut ini. a. Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan kita masih rendah. b. Perbaikannya adalah tugas utama Perguruan Tinggi. c. Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan kita masih rendah yang perbaikannya adalah tugas utama Perguruan Tinggi. Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan kita masih rendah dan perbaikannya adalah tugas utama Perguruan Tinggi. Hasil penggabungan kalimat (6) dan (7) ialah kalimat (8) dan (9). Penggabungan



kalimat



(8)



dengan



kat



penghubung



yang



dan



menggabungkan kalimat (9) dengan kata penghubung dan. Karena dua kalimat itu mengandung ide pokok yang sama penting, penggabungan (9) itulah yang efektif dan bukan penggabungan (8). 4. Perhatikan penggabungan yang menyatakan ‘sebab’ dan ‘waktu’ Dalam penulisan untuk mencapai efektivitas komunikasi perlu dibedakan dan diperhatikan dengan sadar perbedaan antara hubungan sebab dan hubungan waktu. Hubungan sebab bagi seorang penulis mungkin merupakan hubungan waktu bagi pembaca. Perhatikan contoh berikut ini. a. Ketika banjir besar melanda kampung itu, penduduk melarikan diri ke tempat-temapt yang lebih tinggi. b.



Karena banjir besar melanda kampung itu, penduduk melarikan diri ke tempat-tempat yang lebih tinggi.



4



Kalimat (10) dan (11) tidak perlu diperbaiki. Hal itu bergantung pada jalan pikiran seorang penulis apakah ia hendak mementingkan hubungan waktu atau hubungan sebab. Yang perlu diperhatikan ialah pilihan penggabungan itu harus sesuai dengan konteks. a. Ketika ia masih kecil, ia dilarang bergaul dengan kami. Kalimat (12) itu perlu diperbaiki karena secara umum hubungan itu lebih menyatakan hubungan sebab. b. Sebab ia masih kecil, ia dilarang bergaul dengan kami. 2. Kesejajaran Kesejajaran dalam suatu tulisan ialah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau konstruksi bahasa yang sama dalam susunan serial. Pikiran dan gagasan yang sama biasanya dinyatakan dengan sebuah frasa dalam kalimat, maka pikiran-pikiran yang lain dan sama harus dinyatakan pula dengan frasa. Jika satu gagasan dinyatakan dengan bentuk nomina, verba, dan sebagainya, gagasan yang lain serial dan sama dinyatakan pula dengan nomina, verba, dan sebagainya.Perhatikan contoh berikut ini. Apabila pelaksanaan pembangunan lima tahun kita jadikan titik tolak, maka menonjollah beberapa masalah pokok yag minta perhatian dan pemecahan. Reorganisasi administrasi departemen-departemen adalah yang pertama. Masalah pokok yang kedua yang menonjol ialah pemborosan dan penyelewengan. Ketiga karena masalah pembangunan ekonomi yang kita jadikan titik tolak, maka kita ingin juga mengemukakan faktor lain. Yaitu bagaimana mobilisasi potensi nasional secara maksimal dalam partisipasi pembangunan ini. Jika kita perhatikan fragmen di atas tampak bahwa reorganisasi administrasi, pemborosan dan penyelewengan, serta mobilisasi potensi nasional merupakan masalah pokok yang mempunyai hubungan satu sama lain. Dengan menggunakan konstruksi yang sejajar ketiganya dapat



5



dihubungkan dengan secara baik. Ketiga gagasan itu dinyatakan dalam bentuk nomina. 3. Penekanan dalam kalimat Untuk memberikan penekanan seorang penulis harus memberikan posisi tertentu kepada bagian yang ditekankan. Perhatikan perubahan susunan kalimat berikut ini. 1. Hanafi menjawab dengan tersenyum simpul. 2. Dengan tersenyum simpul Hanafi menjawab. 3. Dengan tersenyum simpul menjawab Hanafi. 4.



Menjawab Hanafi dengan tersenyum simpul.



5. Hanafi dengan tersenyum simpul menjawab. 4. Kehematan Kehematan dalam kalimat efektif merupakan kehematan dalam pemakaian kata, frasa, atau bentuk-bentuk bahasa. Kehematan ini menyangkut soal gramatika dan soal semantik atau makna kata. Kehematan tidak berarti bahwa kata yang perlu atau yang menambah nilai-nilai artistik boleh dihilangkan. 1. Hindari pengulangan subjek kalimat Dalam penulisan seorang penulis sering mengulang satu subjek atau dalam bentuk yang lain. Hal ini terjadi karena kalimat terlalu panjang sehingga seorang penulis lupa atau tidak sadar bahwa subjek itu telah disebutkan. Perhatikan contoh berikut ini. Tenaga ahli sangat kurang jumlahnya untuk proyek ini. Dalam kalimat (16) terjadi pengulangan subjek dengan bentuk anafora –nya. Sebaiknya kalimat itu diperbaiki menjadi kalimat (16a) berikut ini. Jumlah tenaga ahli sangat kurang untuk proyek ini. 2. Hindari penggunaan kata ‘hari, tanggal, bulan, tahun’ Demi kehematan kata hari, tanggal, bulan, dan tahun tidak perlu ditulis dalam hubungan dengan waktu suatu peristiwa terjadi. Perhatikan contoh berikut ini.



6



a. Ia lahir pada hari Senin tanggal 11 bulan Desember tahun 1956. b. Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus tahun 1945. Kalimat (17) dan (18) diperbaiki menjadi kalimat (17a) dan (18a) berikut ini. c. Ia lahir pada Senin 11 Desember 1956.( Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan 17 Agustus 1945. 5. Kevariasian Kelincahan dalam penulisan tampak dalam struktur kalimat yang dipakai. Ada kalimat yang pendek. Akan tetapi, penulisan yang mempergunakan kalimatkalimat yang pendek saja akan menimbulkan kebosanan dan monoton. Begitu juga, kalimat yang panjang pun akan membuat pembaca kehilangan pegangan ide pokok dan mungkin menimbulkan kelelahan pada pembaca. Jadi harus ada variasi. 1. Variasi dalam pembukaan kalimat Ada beberapa kemungkinan untuk membuka kalimat demi efektivitas lewat variasi. Sebuah kalimat dibuka dengan (1) frasa keterangan tempat atau waktu, (2) frasa verba, (3) klausa nonfinal (anak kalimat), dan sebagainya. Prhatikan contoh berikut ini. a. Obahorok, kepala suku dari lembah Balim, telah menawan hati saya. b. Dengan gagah ia telah tampil di Jakarta, kota metropolitan yang angkuh ini. Dengan perkasa dialah menghadap presidennya. Mang Usil dari Kompas menganggap ini sebagai satu isyarat sederhana untuk bertransmigrasi. Di hotelnya, ia bisa memesan nasi goeng, steak dan lainlain. Obahorok memilih menyantap tales. 2. Variasikan susunan kalimat ‘subjek-predikat-objek’ Demi efektivitas buatlah variasi dalam susunan kalimat. Pola dasar subjek-predikat-objek tidak perlu selalu dipakai. Pakailah susunan inversi. Perhatikan contoh beikut ini.



7



a. Oleh penduduk desa Sugihwaras peristiwa ini dianggap hanya rentetan peristiwa kesewenang-wenangan Kepala Desa mereka. b. Bagi orang banyak, terutama orang kota, peristiwa itu tentunya tidak akan kunjung dapat dimengerti. c. Dalam pengaduan mereka kepada DPR Pusat mereka membeberkan peristiwa itu satu per satu. 6. Kepaduan (koherensi) Yang dimaksud koherensi adalah hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata, frasa, klausa, serta tanda baca yang membentuk S-P-O-Pel-Ket dalam kalimat. a. Contoh kalimat yang unsurnya tidak koheren: 1. Kepada setiap pengendara mobil di Kota Jakarta harus memiliki surat izin mengemudi. (tidak mempunyai subjek/subjeknya tidak jelas). 2. Saya punya rumah baru saja diperbaiki. (struktur tidak benar/rancu) 3. Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. (unsur SP-O tidak berkaitan erat) 4. Yang saya sudah saya sarankan kepada mereka adalah merevisi anggaran daripada itu proyek. (salah dalam pemakaian kata dan frasa). a.



Contoh kalimat yang unsur-unsurnya koheren: 1. Setiap pengendara mobil di Kota Jakarta harus memiliki surat izin mengemudi. 2. Rumah saya baru saja diperbaiki. 3. Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk. 4. Yang sudah saya sarankan kepada mereka adalah merevisi anggaran proyek itu.



7. Kelogisan Yang dimaksud dengan kelogisan ialah mengupayakan agar ide kalimat masuk akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang



8



sistematis (runtut/teratur dalam penghitungan angka dan penomoran). Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda baca, kata, dan frasa, dapat menjadi salah karena maknanya tidak masuk akal atau lemah dari segi logika. Perhatikan contoh kalimat yang lemah dari segi logika berbahasa berikut ini: a. Kambing sangat senang bermain hujan. (padahal kambin tergolong anti air). b. Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki. (apa hubungan tinggal di asrama putra dengan mempunyai anak lelaki?). c. Uang yang bertumpuk itu terdiri atas pecahan ratusan, puluhan, sepuluh ribuan, lima puluh ribuan, dua puluh ribuan. (tidak runtut dalam merinci sehingga lemah dari segi logika). d. Kepada Bapak Deka, waktu dan tempat kami persilahkan. (waktu dan tempat tidak perlu dipersilahkan)). e. Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan, selesailah makalah ini tepat pada waktunya. (berarti “moda cukuplah ucapan syukur kepada Tuhan. B. Kalimat Tidak Efektif Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat



yang



terdapat



pada



kalimat



efektif.



Yang perlu diperhatikan oleh para siswa dalam membuat karya tulis, baik berupa essay, artikel, ataupun analisis yang bersifat ilmiah adalah penggunaan bahasa secara tepat, yaitu memakai bahasa baku. Hendaknya disadari bahwa susunan kata yang tidak teratur dan berbelit-belit, penggunaan kata yang tidak tepat makna, dan kesalahan ejaan dapat membuat kalimat tidak efektif. Berikut akan kita lihat kalimat-kalimat yang tidak efektif dan kita akan mencoba membetulkan kesalahan pada kalimat-kalimat itu. Beberapa jenis kesalahan dalam menyusun kalimat antara lain:



9



1. Pleonastis. Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu. 2. Salah pemilihan kata 4. Salah nalar 5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi) 6. Kata depan yang tidak perlu Ada beberapa hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang efektif, antara lain: 1. Kurang padunya kesatuan gagasan. Setiap tuturan terdiri atas beberapa satuan gramatikal. Agar tuturan itu memiliki kesatuan gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap dan mendukung satu ide pokoknya 2. Kurang ekonomis pemakaian kata. Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam tuturan. Sebaiknya kita menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari sudut maknanya 3. Kurang logis susunan gagasannya. Tulisan dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat pada contoh berikut: Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam itu sangat bermanfaat untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam hidupnya memerlukan zat putih telur, manusia untuk melanjutkan hidupnya perlu akan zat putih telur. 4. Pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya. Pemakaian bahasa tidak baku hendaknya dihindari dalam ragam bahasa keilmuan. 5. Konstruksi yang bermakna ganda.



10



Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah, namun kadang-kadang mengandung tafsiran ganda (ambigu) sehingga tergolong kalimat yang kurang efektif. 6. Penyusunan kalimat yang kurang cermat. Penyusunan yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang terkandung di dalam kalimat tidak runtut sehingga kalimat menjadi kurang efektif. 7. Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar. Dalam kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu akan lebih efektif jika diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat perincian satu diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat, perincian lainnya juga diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat juga (sejajar). Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan serta perbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif. Berikut ini 13 Sebab Ketidakefektifan Kalimat Penggunaan dua kata yang sama artinya dalam sebuah kalimat : -



Sejak dari usia delapan tauh ia telah ditinggalkan ayahnya. (Sejak usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya.)



-



Hal



itu



disebabkan



karena



perilakunya



sendiri



yang



kurang



menyenangkan. (Hal itu disebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan. -



Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan hidup. (Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.)



-



Pada era zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat. (Pada zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat.)



-



Berbuat baik kepada orang lain adalah merupakan tindakan terpuji. (Berbuat baik kepada orang lain merupakan tindakan terpuji.)



2. Penggunaan kata berlebih yang ‘mengganggu’ struktur kalimat :



11







Menurut berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah. Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah. / Menurut berita yang saya dengar, kurikulum akan segera diubah.)







Kepada yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal. Yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.)



3. Penggunaan imbuhan yang kacau : -



Yang meminjam buku di perpustakaan harap dikembalikan. (Yang meminjam buku di perpustakaan harap mengembalikan. / Buku yang dipinjam dari perpustakaan harap dikembalikan)



-



Ia diperingati oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya. (Ia diperingatkan oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya



-



Operasi yang dijalankan Reagan memberi dampak buruk. (Oparasi yang dijalani Reagan berdampak buruk)



-



Dalam pelajaran BI mengajarkan juga teori apresiasi puisi. (Dalam pelajaran BI diajarkan juga teori apresiasi puisi. / Pelajaran BI mengajarkan juga apresiasi puisi.)



4. Kalimat tak selesai : -



Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi. (Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial, selalu ingin berinteraksi.)



-



Rumah yang besar yang terbakar itu. (Rumah yang besar itu terbakar.)



5.



Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku : -



Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk. (Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk.)



12



Kata-kata lain yang sejenis dengan itu antara lain menyolok, menyuci, menyontoh, menyiptakan, menyintai, menyambuk, menyaplok, menyekik, menyampakkan, menyampuri, menyelupkan dan lain-lain, padahal seharusnya mencolok, mencuci, mencontoh, menciptakan, mencambuk, mencaplok, mencekik, mencampakkan, mencampuri, mencelupkan. -



Pertemuan itu berhasil menelorkan ide-ide cemerlang. (Pertemuan itu telah menelurkan ide-ide cemerlang.)



-



Gereja itu dilola oleh para rohaniawan secara professional. (Gereja itu dikelola oleh para rohaniwan secara professional.) -



tau



 tahu



- negri



 negeri



-



kepilih



 terpilih



- faham



 paham



-



ketinggal  tertinggal



- himbau



 imbau



-



gimana



 bagaimana



- silahkan



 silakan



-



jaman



 zaman



- antri



-



trampil



 terampil



- disyahkan  disahkan



 antre



6. Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ dan ‘yang mana’ : -



Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik. (Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat baik.)



-



Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih. (Rumah sakit tempat orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.)



-



Manusia membutuhkan makanan yang mana makanan itu harus mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh. (Manusia membutuhkan makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.) Penggunaan kata ‘daripada’ yang tidak tepat :



6. -



Seorang daripada pembatunya pulang ke kampung kemarin. (Seorang di antara pembantunya pulang ke kampung kemarin.)



13



-



Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar daripada pengawasannya. (Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar dari pengawasannya.)



-



Tendangan daripada Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh. (Tendangan Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.)



7.



Pilihan kata yang tidak tepat : -



Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk berbincang bincang dengan masyarakat. (Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan masyarakat.)



-



Bukunya ada di saya. (Bukunya ada pada saya.)



9.



Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti : -



Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai pembicaraan damai antara komunis dan pemerintah yang gagal. Kalimat di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang gagal? Pemerintahkah atau pembicaraan damai yang pernah dilakukan? (Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai kembali pembicaraan damai yang gagal antara pihak komunis dan pihak pemerintah.



-



Sopir Bus Santosa yang Masuk Jurang Melarikan Diri Judul berita di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang dimaksud Santosa? Nama sopir atau nama bus? Yang masuk jurang busnya atau sopirnya? (Bus Santoso Masuk Jurang, Sopirnya Melarikan Diri)



10. Pengulangan kata yang tidak perlu : -



Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun. (Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku.)



14



-



Film ini menceritakan perseteruan antara dua kelompok yang saling menjatuhkan, yaitu perseteruan antara kelompok Tang Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan. (Film ini menceritakan perseteruan antara kelompok Tan Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.)



11. Kata ‘kalau’ yang dipakai secara salah : -



Dokter itu mengatakan kalau penyakit AIDS sangat berbahaya. (Dokter itu mengatakan bahwa penyakit AIDS sangat berbahaya.)



-



Siapa yang dapat memastikan kalau kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang tuanya? (Siapa yang dapat memastikan bahwa kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang tuanya?)



15



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Efektivitas kalimat menuntut lebih dari syarat-syarat gramatikal dan kelaziman pemakaian bahasa. Kalimat efektif bukan saja menyampaikan pesan berita dan amanat yang sederhana, tetapi kalimat itupun merakit peristiwa gagasan ke dalam bentuk yang lebih kompleks dan kesatuan pikiran yang utuh. Kalimat efektif dapat dipergunakan dalam bentuk lisan dan tertulis Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula. Susunan kalimat yang efektif itu didukung oleh (1) kesepadanan dan kesatuan antara struktur bahasa dan cara atau jalan pikiran yang logis, (2) kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai untuk tujuan-tujuan efektivitas tertentu, (3) penekanan pikiran utama dalam kalimat, (4) kehematan dalam pilihan kata, dan (5) kevariasian dalam penyusunan kalimat.



B. Saran Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritikan dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah dimasa yang akan dating.



16



DAFTAR PUSTAKA



Moeliono, Anton M. tanpa tahun. Diktat Kursus Karang-Mengarang Soedjito. 1986. Kalimat Efektif. Bandung: Remaja Karya Parera, J.D. 1986. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga Sugono, Dendy. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia 1. Pusat Bahasa Depdiknas



iii 17