Makalah Karakteristik Lahan Gambut Kelompok 1 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • ilham
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGEMBANGAN LAHAN BASAH “Karakteristik Lahan Gambut”



Disusun oleh : Kelompok 1 Azra Zulnasari Rudy Satriya P Suci Cahya Ferdilla Ilham Akbar Tasia Rizky P Rendy Wijaya



1407112522 1407114532 1407122732 1407122941 1407123589 1407123722



KELAS A



JURUSAN S1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU 2018



KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah begitu banyak melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Karakteristik Lahan Gambut” ini semoga dapat dijadikan suatu pengetahuan dan wawasan bagi yang membacanya. Dalam kesempatan kali ini, penulis membuat tugas makalah ini guna untuk memenuhi tugas dari mata pelajaran Pengembangan Lahan Basah program studi Teknik Sipil S1 pada Fakultas Teknik Universitas Riau. Penulis menyadari bahwa makalah ini tentu saja masih memiliki banyak kekurangan. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa serta pihak yang berkepentingan.



Pekanbaru, Februari 2018



Penulis



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang setengah membusuk oleh sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi. Tanah yang terutama terbentuk di lahan-lahan basah ini disebut dalam bahasa Inggris sebagai peat; dan lahan-lahan bergambut di berbagai belahan dunia dikenal dengan aneka nama seperti bog, moor, muskeg, pocosin, mire, dan lain-lain. Istilah gambut sendiri diserap dari bahasa daerah Banjar. Sebagai bahan organik, gambut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Volume gambut di seluruh dunia diperkirakan sejumlah 4 trilyun m³, yang menutupi wilayah sebesar kurang-lebih 3 juta km² atau sekitar 2% luas daratan di dunia, dan mengandung potensi energi kira-kira 8 miliar terajoule. Gambut terbentuk tatkala bagian-bagian tumbuhan yang luruh terhambat pembusukannya, biasanya di lahan-lahan berawa, karena kadar keasaman yang tinggi atau kondisi anaerob di perairan setempat. Tidak mengherankan jika sebagian besar tanah gambut tersusun dari serpih dan kepingan sisa tumbuhan, daun, ranting, pepagan, bahkan kayu-kayu besar, yang belum sepenuhnya membusuk. Kadang-kadang ditemukan pula, karena ketiadaan oksigen bersifat menghambat dekomposisi, sisa-sisa bangkai binatang dan serangga yang turut terawetkan di dalam lapisan-lapisan gambut. Tanah gambut disebut juga tanah Histosol (tanah organic) asal bahasa Yunani histories artinya jaringan. Histosol sama halnya dengan tanah rawa, tanah organik dan gambut.Histosol mempunyai kadar bahan organik sangat tinggi sampai kedalaman 80 cm (32 inches) kebanyakan adalah gambut (peat) yang tersusun atas sisa tanaman yang sedikit banyak terdekomposisi dan menyimpan air. Jenis tanah Histosol merupakan tanah yang sangat kaya bahan organik keadaan kedalaman lebih dari 40 cm dari permukaan tanah. Umumnya tanah ini tergenang air dalam waktu lama sedangkan didaerah yang ada drainase atau dikeringkan ketebalan bahan organik akan mengalami penurunan (subsidence).



Bahan organik didalam tanah dibagi 3 macam berdasarkan tingkat kematangan yaitu fibrik, hemik dan saprik. Fibrik merupakan bahan organik yang tingkat kematangannya rendah sampai paling rendah (mentah) dimana bahan aslinya berupa sisa-sisa tumbuhan masih nampak jelas. Hemik mempunyai tingkat kematangan sedang sampai setengah matang, sedangkan sapri tingkat kematangan lanjut.



1.2 Rumusan Masalah 1.



Apa definisi dari tanah gambut ?



2.



Bagaimana proses pembentukan tanah gambut ?



3.



Bagaimana karakteristik lahan gambut ?



4.



Bagaimana penyebaran tanah gambut ?



1.3 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : 1.



Untuk mengetahui definisi dari tanah gambut.



2.



Untuk mengetahui proses pembentukan tanah gambut.



3.



Untuk mengetahui karakteristik lahan gambut.



4.



Untuk mengetahui penyebaran tanah gambut.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Tanah Gambut Tanah gambut merupakan jenis jenis tanah yang merupakan penumpukan sisa tumbuhan yang setengah busuk/dekomposisi yang tak sempurna dan mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi. Tanah gambut kebanyakan berada pada lahan yang basah atau jenuh air seperti cekungan, pantai, rawa. Tanah gambut sebagian besar masih berupa hutan gambut yang di dalamnya terdapat bermacam spesies hewan dan tumbuhan. Kemampuan hutan gambut, dapat menyimpan banyak karbon. Kedalaman gambut bisa sampai 10 meter. Selain dapat menyimpan karbon dalam jumlah besar, tanah gambut juga bisa menyimpan air berkali-kali lipat dari beratnya. Sehingga berfungsi sebagai penangkal banjir saat musim hujan tiba dan menyimpan air cadangan tatkala kemarau panjang melanda. Tanah gambut disebut juga tanah Histosol (tanah organic) asal bahasa Yunani histories artinya jaringan. Histosol sama halnya dengan tanah rawa, tanah organik dan gambut. Histosol mempunyai kadar bahan organik sangat tinggi sampai kedalaman 80 cm kebanyakan adalah gambut yang tersusun atas sisa tanaman yang sedikit banyak terdekomposisi dan menyimpan air. Jenis tanah Histosol merupakan tanah yang sangat kaya bahan organik keadaan kedalaman lebih dari 40 cm dari permukaan tanah. Umumnya tanah ini tergenang air dalam waktu lama sedangkan didaerah yang ada drainase atau dikeringkan ketebalan bahan organik akan mengalami penurunan (subsidence). Bahan organik didalam tanah dibagi 3 macam berdasarkan tingkat kematangan yaitu fibrik, hemik dan saprik. Fibrik merupakan bahan organik yang tingkat kematangannya rendah sampai paling rendah (mentah) dimana bahan aslinya berupa sisa-sisa tumbuhan masih nampak jelas. Hemik mempunyai tingkat kematangan sedang sampai setengah matang, sedangkan sapri tingkat kematangan lanjut. Dalam tingkat klasifikasi yang lebih rendah (Great Group) dijumpai tanah-tanah Trophemist dan Troposaprist. Penyebaran tanah ini berada pada daerah rawa belakangan dekat



sungai, daerah yang dataran yang telah diusahakan sebagai areal perkebunan kelapa dan dibawah vegetasi Mangrove dan Nipah. 2.2 Proses Pembentukan Tanah Gambut Gambut terbentuk akibat proses dekomposisi bahan-bahan organik tumbuhan yang terjadi secara anaerob dengan laju akumulasi bahan organik lebih tinggi dibandingkan laju dekomposisinya. Akumulasi gambut umumnya akan membentuk lahan gambut pada lingkungan jenuh atau tergenang air, atau pada kondisi yang menyebabkan aktivitas mikroorganisme terhambat. Vegetasi pembentuk gambut umumnya sangat adaptif pada lingkungan anaerob atau tergenang, seperti bakau (mangrove), rumput-rumput rawa dan hutan air tawar. Di daerah pantai dan dataran rendah, akumulasi bahan organik akan membentuk gambut ombrogen di atas gambut topogen dengan hamparan yang berbentuk kubah (dome). Gambut ombrogen terbentuk dari vegetasi hutan yang berlangsung selama ribuan tahun dengan ketebalan hingga puluhan meter. Gambut tersebut terbentuk dari vegetasi rawa yang sepenuhnya tergantung pada input unsur hara dari air hujan dan bukan dari tanah mineral di bawah atau dari rembesan air tanah, sehingga tanahnya menjadi miskin hara dan bersifat masam. Diemont (1986) merangkum pemikiran Polak (1933), Andriesse (1974) dan Driessen (1978) tentang tahapan-tahapan pembentukan gambut di Indonesia : 1.



Permukaan laut stabil (5000 tahun yang lalu).



2.



Deposisi sedimen pantai dengan cepat membentuk dataran pantai yang luas di pantai tilir Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya, yang ditutupi oleh komunitas hutan mangrove.



3.



Komunitas mangrove menyebabkan daerah stabil yang mengakibatkan perluasan tanah, yang akhirnya membentuk daerah mangrove dan lagoon yang mampu mengurangi kadar garam serta meningkatkan daerah dengan air segar menyebabkan terjadinya hutan gambut tropika atau danau berair segar.



4.



Danau berair segar itu secara bertahap menampung bahan organik yang dihasilkan oleh tumbuhan, berkembang menjadi hutan gambut tropika yang dipengaruhi oleh air gambut (ground water peat) sebagi gambut topogen.



5.



Di atas gambut topogen terbentuk hutan gambut ombrotrophic.



Prinsip Pembentukan tanah gambut : Proses akumulasi bahan organik > dekomposisi bahan organik Daerah iklim sedang dan dingin : Penyebab utama adalah suhu dingin dan kondisi air jenuh sehingga proses oksidas berjalan lambat DaerahTropika : Kelebihan air, kekurangan oksigen Kecepatan pembentukan lapisan gambut : 1.



Proses perkembangan tanah gambut adalah Paludiasi,yaitu penebalan lapisan bahan gambut dalam lahan yang berdrainase jelek di bawah kondisi anaerob.



2.



Kecepatan pembentukan gambut tergantung iklim, vegetasi kemasaman, kondisi aerob dan anaerob, aktivitas mikroorganisme.



3.



Di pantai dekat laut pengaruh kegaraman akan mempercepat pertumbuhan tanah gambut karena proses dekomposisi BO terhambat akibat hanya mikroorganisme yang tahan kegaraman saja yang aktif.



2.3 Karakteristik Lahan Gambut 2.3.1 Karakteristik fisik Karakteristik fisik gambut yang penting dalam pemanfaatannya untuk pertanian meliputi kadar air, berat isi (bulk density, BD), daya menahan beban (bearing capacity), subsiden (penurunan permukaan), dan mengering tidak balik (irriversible drying). Kadar air tanah gambut berkisar antara 100 – 1.300% dari berat keringnya (Mutalib et al., 1991). Artinya bahwa gambut mampu menyerap air sampai 13 kali



bobotnya. Dengan demikian, sampai batas tertentu, kubah gambut mampu mengalirkan air ke areal sekelilingnya (Gambar 1). Kadar air yang tinggi menyebabkan bulk density menjadi rendah, gambut menjadi lembek dan daya menahan bebannya rendah. Bulk density tanah gambut lapisan atas bervariasi antara 0,1 sampai 0,2 g cm-3 tergantung pada tingkat dekomposisinya. Gambut fibrik yang umumnya berada di lapisan bawah memiliki Bulk Density lebih rendah dari 0,1 g/cm3, tapi gambut pantai dan gambut di jalur aliran sungai bisa memiliki bulk density > 0,2 g cm-3 karena adanya pengaruh tanah mineral. Volume gambut akan menyusut bila lahan gambut didrainase, sehingga terjadi penurunan permukaan tanah (subsiden). Selain karena penyusutan volume, subsiden juga terjadi karena adanya proses dekomposisi dan erosi. Dalam 2 tahun pertama setelah lahan gambut didrainase, laju subsiden bisa mencapai 50 cm. Pada tahun berikutnya laju subsiden sekitar 2 – 6 cm tahun-1 tergantung kematangan gambut dan kedalaman saluran drainase. Adanya subsiden bisa dilihat dari akar tanaman yang menggantung (Gambar 2). Rendahnya bulk density gambut menyebabkan daya menahan atau menyangga beban (bearing capacity) menjadi sangat rendah. Hal ini menyulitkan beroperasinya peralatan mekanisasi karena tanahnya yang empuk. Gambut juga tidak bisa menahan pokok tanaman tahunan untuk berdiri tegak. Tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit atau kelapa seringkali hampir roboh atau bahkan roboh (Gambar 3). Pertumbuhan seperti ini dianggap menguntungkan karena memudahkan bagi petani untuk memanen sawit. Sifat fisik tanah gambut lainnya adalah sifat mengering tidak balik. Gambut yang telah mengering, dengan kadar air