Makalah Kehilangan Dan Berduka-NEW [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEHILANGAN BERDUKA



DISUSUN OLEH KELOMPOK 5: 1. 2. 3. 4.



Nining Hidayati Novia Tri Utami Nur Intan Puspita Hati Nola Nadelia Da Gama



Kelas



(C2016097) (C2016099) (C2016101) (C2016137)



: 3C (S1 Ilmu Keperawatan)



STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 Kata Pengantar



Puji syukur penulis ucapkan kehadirat allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya yang telah di limpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KEHILANGAN BERDUKA“ makalah ini di susun untuk memenuhi tugas Keterampilan Dasar Keperawatan. Salam serta shalawat semoga senantiasa tercurah kepada Rasullulah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang istiqomah di jalan Allah hingga akhir zaman. Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.



Surakarta, Oktober 2017 Penyusun,



Daftar Isi



Cover………………………………………………………………………………………….i



Daftar Isi………………………………………………………………………………………ii Kata Pengantar………………………………………………………………………………..iii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………… 1 1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………... 1 1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………. 2



BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang



Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu yang kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi/ego dari diri yang bersangkutan atau disekitarnya. Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004). Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius. Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan duka cita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan duka cita. Ketika merawat klien dan keluarga, perawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).



1.2



Rumusan Masalah 1. Apakah arti dari kehilangan dan berduka? 2. Apa saja jenis-jenis berduka dan kehilangan? 3. Apa saja dampak dan respon dari berduka dan kehilangan? 4. Bagaimana asuhan keperawatan berduka dan kehilangan?



1.3



Tujuan Penulisan



1.



Untuk mengetahui arti dari berduka dan kehilangan.



2.



Untuk mengetahui jenis-jenis berduka dan kehilangan.



3.



Untuk mengetahui dampak dan respon berduka dan kehilangan.



BAB II ISI KONSEP



A. Kehilangan



1.



Definisi kehilangan



Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali. Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehilangan Antara lain : a)



Perkembangan - Anak- anak. 1. Belum mengerti seperti orang dewasa, belum bisa merasakan. 2.Belum menghambat perkembangan. 3.Bisa mengalami regresi. - Orang Dewasa 1. Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang hidup,tujuan hidup. 2. Menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari.



b)



Keluarga.



Keluarga mempengaruhi respon dan ekspresi kesedihan. Anak terbesar biasanya menunjukan sikap kuat, tidak menunjukan sikap sedih secara terbuka. c)



Faktor Sosial Ekonomi.



Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi keluarga, berarti kehilangan orang yang dicintai sekaligus kehilangan secara ekonomi. Dan hal ini bisa mengganggu kelangsungan hidup. d)



Pengaruh Kultural.



Kultur mempengaruhi manifestasi fisik dan emosi. Kultur ‘barat’ menganggap kesedihan adalah sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga hanya diutarakan pada keluarga, kesedihan tidak ditunjukan pada orang lain. Kultur lain menggagap bahwa mengekspresikan kesedihan harus dengan berteriak dan menangis keras-keras. e)



Agama.



Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman. Menyadarkan bahwa kematian sudah ada dikonsep dasar agama. Tetapi ada juga yang menyalahkan Tuhan akan kematian. f)



Penyebab Kematian.



Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan menyebabkan shock dan tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang menganggap bahwa kematian akibat kecelakaan diasosiasikan dengan kesialan. Kebutuhan Keluarga yang Berduka membutuhkan : a)



Harapan



- Perawatan yang terbaik sudah diberikan. - Keyakinan bahwa mati adalah akhir penderitaan dan kesakitan. b)



Berpartisipasi



- Memberi perawatan. - Sharing dengan staf perawatan.



c)



Support



- Dengan support klien bisa melewati kemarahan, kesedihan, denial. - Support bisa digunakan sebagai koping dengan perubahan yang terjadi. d)



Kebutuhan spiritual.



- Berdoa sesuai kepercayaan. - Mendapatkan kekuatan dari Tuhan.



2. Tipe Kehilangan Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: 1) Aktual atau nyata Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai. 2)



Persepsi



Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.



3.



Jenis-jenis Kehilangan



Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu: 1)



Kehilangan seseorang yang dicintai ( ACTUAL LOSS )



Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tipe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang. Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi. Contoh : kehilangan anggota badan , kehilngan suami/ istri , kehilangan pekerjaan. 2)



Kehilangan yang ada pada diri sendiri ( LOSS OF SELF )



Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri



mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang. Contoh : misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh. 3)



Kehilangan objek eksternal



Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut. 4)



Kehilangan lingkungan yang dikenal



Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen. Contoh : pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru. 5)



Kehilangan kehidupan/ meninggal



Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian



4.



Rentang Respon Kehilangan



Denial 1)



Anger



Bergaining



Depresi



Acceptance



Fase denial



a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”. c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah. 2)



Fase anger / marah



a. Mulai sadar akan kenyataan b. Marah diproyeksikan pada orang lain



c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal. d. Perilaku agresif. 3)



Fase bergaining / tawar- menawar.



a. Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan saya “ seandainya saya hati-hati “. 4)



Fase depresi



a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa. b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun. 5)



Fase acceptance



a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang. b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus operasi.



5.



Dampak Kehilangan



1. Pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk berkembang, kadang akan timbul regresi serta rasa takut untuk ditinggalkan atau dibiarkan kesepian. “Lahir sampai usia 2 tahun” Tidak punya konsep tentang kematian. Dapat mengalami rasa kehilangan dan dukacita. Pengalaman ini menjadi dasar untuk berkembangnya konsep tentang kehilangan dan duka cita. ”2 sampai 5 tahun” Menyangkal kematian sebagai suatu proses yang normal. Melihat kematian sebagai sesuatu yang dapat hidup kembali. Mempunyai kepercayaan tidak terbatas dalam kemampuannya untuk membuat suatu hal terjadi. “5 sampai 8 tahun” Melihat kematian sebagai akhir, tidak melihat bahwa kematian akan terjadi pada dirinya. Melihat kematian sebagai hal yang menakutkan. Mencari penyebab kematian. “8 sampai 12 tahun” Memandang kematian sebagai akhir hayat dan tidak dapat dihindari. Mungkin tak mampu menerima sifat akhir dari kehilangan. Dapat mengalami rasa takut akan kematian sendiri.



2. Pada masa remaja atau dewas muda, kehilangan dapat menyebabkan disintegrasi dalam keluarga. Remaja Memahami seputar kematian, serupa dengan orang dewasa. Harus menghadapi implikasi personel tentang kematian. Menunjukkan perilaku berisiko. Dengan serius mencari makna tentang hidup lebih sadar dan tentang masa depan. 3. Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian pasangan hidup dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang ditinggalkan.



A.



Berduka



1.



Definisi Berduka



Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.



2.



Jenis Berduka



a. Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap kehilangan. Misalnya; kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan menari diri dari aktivitas untuk sementara. b. Berduka antisipatif, yaitu proses’melepaskan diri’ yng muncul sebelum kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi. Misalnya; ketika menerima diagnosis terminal,



seseorang akan memulai proses perpisahan dan menyesuaikan berbagai urusan didunia sebelum ajalnya tiba. c. Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya,yaitu tahap kedukaan normal. Masa berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan orang yang bersangkutan dengan orang lain. d. Berduka tertutup, yaitu kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka. Contohnya: Kehilangan pasangan karena AIDS, anak mengalami kematian orang tua tiri, atau ibu yang kehilangan anaknya di kandungan atau ketika bersalin. 3. Teori dari Proses Berduka Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati. 1. Teori Engels Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal. a)



Fase I (shock dan tidak percaya)



Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan. b)



Fase II (berkembangnya kesadaran)



Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi. c)



Fase III (restitusi)



Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang. d)



Fase IV



Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum. e)



Fase V Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.



2. Teori Kubler-Ross Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut: a) Penyangkalan (Denial) Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umum dilontarkan klien. b) Kemarahan (Anger) Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.



c) Penawaran (Bargaining) Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang lain. d) Depresi (Depression) Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah. e) Penerimaan (Acceptance)



Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan sikap penerimaan apabila seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa. 3. Teori Martocchio Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun. 4.Teori Rando Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori: a. Penghindaran Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya. b. Konfrontasi Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling akut. c. Akomodasi Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.



PERBANDINGAN EMPAT TEORI PROSES BERDUKA ENGEL (1964) Shock dan tidak percaya Berkembangnya kesadaran



KUBLER-ROSS (1969)



MARTOCCHIO (1985)



RANDO (1991)



Menyangkal



Shock and disbelief



Penghindaran



Marah



Yearning and protest



Restitusi



Tawar menawar



Idealization



Depresi



Disorganization and despair Identification in



Konfrontasi Akomodasi



Reorganization / the out come 4.



Penerimaan



bereavement Reorganization and restitution



Respons Berduka



Respons berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap berikut(KublerRoss, dalam Potter dan Perry,1997) 1. Tahap Pengingkaran. Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya, atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar-benar terjadi. Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan sering kali individu tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa tahun. 2. Tahap Marah. Pada tahap ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul sering diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang yang mengalami kehilangan juga tidak jarang menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menyerang orang lain, menolak pengobatan, bahkan menuduh dokter atau perawat tidak berkompeten. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah, denyut nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal, dan seterusnya. 3. Tahap Tawar-menawar. Pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan dan dapat mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus atau terang-terangan seolah kehilangan tersebut dapat dicegah. Individu mungkin berupaya untuk melakukan tawar-menawar dengan memohon kemurahan Tuhan. 4. Tahap depresi. Pada tahap ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadangkadang bersikap sangat menurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusan, rasa tidak berharga, bahkan bisa muncul keinginan bunuh diri. Gejala fisik ditunjukkan antara lain menolak makan, susah tidur, letih, dan lain-lain. 5. Tahap Penerimaan. Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat pada objek yg hilang akan mulai berkurang atau bahkan hilang. Perhatiannya akan beralih pada objek yang baru. Apabila individu dapat memulai tahap tersebut dan menerima dengan perasaan damai, maka dia dapat mengakhiri proses kehilangan secara tuntas. Kegagalan untuk masuk ke proses ini akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN



1.



Pengkajian



Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien: apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku. Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang mereka pikir dan rasakan adalah : ·



Persepsi yang adekuat tentang kehilangan



·



Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan



·



Perilaku koping yang adekuat selama proses



a. Faktor predisposisi Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah: 1) Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan. 2) Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik 3)Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi kehilangan. 4)Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang berarti pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sundeen, 1991). 5) Struktur Kepribadian Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang dihadapi. b.



Faktor presipitasi



Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan. Kehilangan kasih sayang secara nyata ataupun imajinasi individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi; 1)



Kehilangan kesehatan



2)



Kehilangan fungsi seksualitas



3)



Kehilangan peran dalam keluarga



4)



Kehilangan posisi di masyarakat



5)



Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai



6)



Kehilangan kewarganegaraan



c.



Mekanisme koping



Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain: Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak tepat.



d.



Respon Spiritual



1)



Kecewa dan marah terhadap Tuhan



2)



Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan



3)



Tidak memilki harapan; kehilangan makna



e.



Respon Fisiologis



1)



Sakit kepala, insomnia



2)



Gangguan nafsu makan



3)



Berat badan turun



4)



Tidak bertenaga



5)



Palpitasi, gangguan pencernaan



6)



Perubahan sistem imun dan endokrin



f.



Respon Emosional



1)



Merasa sedih, cemas



2)



Kebencian



3)



Merasa bersalah



4)



Perasaan mati rasa



5)



Emosi yang berubah-ubah



6)



Penderitaan dan kesepian yang berat



7)



Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda yang hilang



8)



Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan



9)



Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri



g.



Respon Kognitif



1)



Gangguan asumsi dan keyakinan



2)



Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan



3)



Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal



4) Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal adalah pembimbing.



h.



Perilaku



Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti : 1)



Menangis tidak terkontrol



2)



Sangat gelisah; perilaku mencari



3)



Iritabilitas dan sikap bermusuhan



4)



Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang yang telah meninggal.



5)



Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin membuangnya



6)



Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol



7)



Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan



8)



Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi



2.



Analisa data



1)



Merasa putus asa dan kesepian



2)



Kesulitan mengekspresikan perasaan



3)



Konsentrasi menurun Data objektif:



1)



Menangis



2)



Mengingkari kehilangan



3)



Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain



4)



Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan



5)



Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas



3.



Diagnosa keperawatan



Lynda Carpenito (1995), dalam Nursing Diagnostic Application to Clinicsl Pratice, menjelaskan tiga diagnosis keperawatan untuk proses berduka yang berdasarkan pada pada tipe kehilangan. NANDA 2011 diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan kehilangan dan berduka adalah : a)



Duka cita



b)



Duka cita terganggu



c)



Risiko duka cita terganggu



4.



Intervensi



Intervensi untuk klien yang berduka : a)



Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya. Izinkan penyangkalan yang adaptif.



b)



Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima dukungan.



c)



Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan masa lalu saat ini.



d)



Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal.



e)



Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri.



f)



Tawarkan makanan kepada klien tanpa memaksanya untuk makan.



g)



Gunakan komunikasi yang efektif.



1)



Tawarkan kehadiran dan berikan pertanyaan terbuka



2)



Dorong penjelasan



3)



Ungkapkan hasil observasi



4)



Gunakan refleksi



5)



Cari validasi persepsi



6)



Berikan informasi



7)



Nyatakan keraguan



8)



Gunakan teknik menfokuskan



9)



Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan atau menyatakan hal yang tersirat



h.



Bina hubungan dan pertahankan keterampilan interpersonal seperti :



1)



Kehadiran yang penuh perhatian



2)



Menghormati proses berduka klien yang unik



3)



Menghormati keyakinan personal klien



4)



Menunjukan sikap dapat dipercaya, jujur, dapat diandalkan, konsisten



5)



Inventori diri secara periodik akan sikap dan masalah yang berhubungan dengan kehilangan



i.



Prinsip Intervensi Keperawatan pada Pasien dengan Respon Kehilangan



1)



Bina dan jalin hubungan saling percaya



2)



Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian yang menyakitkan dengan pemberian makna positif dan mengambil hikmahnya



3)



Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka



4)



Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka



5)



Beri dukungan terhadap repon kehilangan pasien



6)



Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga



7)



Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy



8)



Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut :



a) ·



Fase Pengingkaran Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.



· Dorong pasien untuk berbagi rasa, menunjukkan sikap menerima, ikhlas dan memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan dan kematian. b)



Fase marah



· Beri dukungan pada pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan. c) · d) ·



Fase tawar menawar Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya. Fase depresi Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.



· e)



Bantu pasien mengurangi rasa bersalah. Fase penerimaan



·



Bantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dihindari.



j.



Prinsip Intervensi Keperawatan pada Anak dengan Respon Kehilangan



1)



Beri dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta menjaga anak selama masa berduka.



2)



Gali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya yang salah.



3)



Bantu anak melalui proses berkabung dengan memperhatikan perilaku yang diperhatikan oleh orang lain.



4)



Ikut sertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi ke rumah duka.



k.



Prinsip Intervensi Keperawatan pada Orangtua dengan Respon Kehilangan (Kematian Anak)



1)



Bantu untuk diakan sarana ibadah, termasuk pemuka agama.



2)



Menganjurkan pasien untuk memegang/ melihat jenasah anaknya.



3)



Menyiapkan perangkat kenangan.



4)



Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila diperlukan.



5)



Menjelaskan kepada pasien/ keluarga ciri-ciri respon yang patologis serta



Tempat mereka minta bantuan bila diperlukan. 5.



Evaluasi



a.



Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontan.



b.



Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap kehilangan.



c.



Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain.



d.



Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah akibat kehilangan.



e.



Klien mampu minum obat dengan cara yang benar.



BAB IV PENUTUP



A.



Kesimpulan



Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.



Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal. Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.



DAFTAR PUSTAKA



Kuliat,Budi Anna (1994).Proses Keperawatan.Jakarta:EGC http://arianawahyusrinaningsih.blogspot.com/2013/06/kehilangan-dan-berduka.html?m=1 http:// galerymakalah.blogspot.co.id/2013/04/makalah-kehilangan-dan-berduka.html?m=1