Makalah Kelas 2 - 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II DI SEKOLAH DASAR NEGERI 091 RENGAS BANDUNG KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN MUARO JAMBI



SKRIPSI



AHMAD MUFTY ALAMSYAH NIM. TPG. 130469



JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH (PGMI) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2017/2018



IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II DI SEKOLAH DASAR NEGERI 091 RENGAS BANDUNG KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN MUARO JAMBI



SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) (Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah)



AHMAD MUFTY ALAMSYAH NIM. TPG. 130469



JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH (PGMI) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2017/2018



MOTTO



ِ َّ‫يا أَيُّها ال‬ ِ ِ‫ين َآمنُوا إِ َذا قِيل لَ ُك ْم تَ َف َّس ُحوا ِِف الْ َم َجال‬ ‫س فَافْ َس ُحوا‬ ‫ذ‬ َ َ َ َ ِ َّ‫ي ْفس ِح اللَّه لَ ُكم وإِ َذا قِيل انْشزوا فَانْشزوا ي رفَ ِع اللَّه ال‬ ‫ين َآمنُوا ِمْن ُك ْم‬ ‫ذ‬ ُُ َ َْ ُ َ َ َ ُ َْ ُ ُ ٍ ‫والَّ ِذين أُوتُوا الْعِْلم درج‬ )١١( ٌ‫ات َواللَّهُ ِِبَا تَ ْع َملُو َن َخبِري‬ َ ََ َ َ َ (Al-Mujadilah ayat 11) Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan.



“ PERSEMBAHAN “ Kusimpuhkan kedua belah kakiku Ku sujudkan kepalaku ke arah kiblatku Ku haturkan do’a kepada Allah SWT, Rabb-ku Karena-Nya lah akhir karya kecil ini terselesaikan sebagai ungkapan rasa puji syukur dan ku untai shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW merangkai pengharapan bagi syafaatnya . Ku persembahkan skripsi ini untuk : Ayahanda Jalaluddin dan Ibunda Nur Asma Untuk curahan do’a cinta dan kasih sayang yang tak terhingga serta Kakak-kakak ku M. Hatta, Zainal Abidin, M. Yusuf, Nurhidayah, M. Fadly dan Sanak Family dan yang teristimewa partnerku Qurrotul Azmiyah Amd.Ak yang selalu memotivasi dan menyemangati serta Sahabat-sahabat karib ku Sahabat canda tawa ku, suka duka Eksa Budiarta, S.Pd, Chairul Amin, S.Pd dan M.Firdaus, S.Pd serta Teman-teman Kukerta Posko Maro Sebo, dan tak lupa juga Teman-teman PGMI Angkatan 2013, khusus nya PGMI A, semua perhatian sumbang saran dan nasihat selama ini yang tak terduga dan tak terkira . Saudara-saudari ku seiman, Maha suci Allah SWT yang telah mempertemukan kita di kampus UIN STS JAMBI Yang menjadi kebanggan kita, biarlah nama-nama kalian semuanya tertulis dilembaran hati ini, ku temukan arti keikhlasan perjuangan bersama kalian “terimakasih ya Allah SWT atas nikmat ukhuwah yang kami rasakan hingga hari ini AMIN . . . “ Allah itu Maha Pengasih Dan Maha Penyayang, Maka Berdo’a lah Kepada-NYA, Yakin lah atas Janji Dan Takdir-NYA“ ( INSYA ALLAH )



KATA PENGANTAR



Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat Rahmat dan RidhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dengan baik. Pelaksanaan penulisan ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam bidang Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, penelitian ini berjudul “Implemntasi Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kelas II Di Sekolah Dasar Negeri 091 Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi ”. Penulisan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat terwujud berkat bantuan dan jasa dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr.H. Hadri Hasan, M.A, Selaku Rekt or UIN STS Jambi 2. Ibu Dr. Hj. Armida. M.Pd,I Bapak Dr. H. Lukman Hakim, M.Pd,I, Bapak Kholid Musyaddad, S.Ag,. M.Ag. Bapak Drs. Ilyas Idris, M.Ag, Selaku Dekan, Wakil Dekan I, II dan III Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. 3. Bapak Drs. Mahluddin, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi 4. Ibu Umil Muhsinin, M.Pd dan Bapak Amirul Mukminin, M.Pd.i selaku pembimbing I dan II yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing saya dalam penyelesaian penelitian ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan pengetahuan penulis. 6. Bapak M. Basri S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN 091 Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi . 7. Ibu Aspriyanti, S.Pd selaku wali kelas II



di SDN 091 Rengas Bandung



Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Maro Jambi. 8. Majlis guru dan karyawan serta para siswa kelas II di SDN 091 Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi 9. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi yang tiada hentihentinya hingga menjadi kekuatan pendorong bagi penulis dalam penyelesaian Penelitian Tindak Kelas ini. 10. Sahabat-sahabat yang seangkatan dan senasib seperjuangan dengan peneliti, semangat dan motivasi dari kalian semua sangat membantu penulis dalam menyelesaikan Penelitian Tindak Kelas ini.



Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini banyak terdapat kelemahan dan kekurangan, oleh karna itu penulis berharap kepada semua pihak untuk kiranya memberikan sumbang saran demi kesempurnaan karya ilmiah ini.



ABSTRAK Nama Jurusan Judul



: Ahmad Mufty Alamsyah : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) : Implementasi Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas II Di Sekolah Dasar Negeri 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi



Skripsi ini membahas tentang Penerapan Model Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II Di Sekoah Dasar Negeri 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peningkatan Hasil belajar siswa pada Pembelajaran Tematik Dengan Tema Bermain di Lingkunganku Kelas II Di SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi dengan Penerapan Metode Pembelajaran Tematik. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II Di SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi, sedangkan objek penelitian adalah penerapan Pembelajaran Tematik, peningkatan Hasil belajar Siswa pada Tema Bermain di Lingkunganku. Data diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kuantitatif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Pembelajaran Tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Peningkatan hasil belajar dapat di diukur dari evaluasi siklus I dan siklus II dengan nilai rata-rata pada siklus I 65,45 dan siklus II 75,00. Untuk tingkat ketuntasan pada siklus I 59,09% sedangkan pada siklus II 81,81%. Dengan demikian hasil penelitian Di SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi telah mencapai ketuntasan belajar. Kata Kunci :Hasil belajar Implementasi penerapan Pembelajaran Tematik



ABSTRACT Name Major Title



: Ahmad Mufty Alamsyah : Teacher Education Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) : Implementation of Thematic Learning to Improve Student Results of Class II In Primary School 091 / IX Rengas Bandung District Jambi Outside District Muaro Jambi



Regency This thesis discusses the Application of Thematic Learning Model to Improve Student Results Class II In Sekoah Basic State 091 / IX Rengas Bandung District Jambi Outside District Muaro Jambi. The purpose of this study is to know the improvement of student learning outcomes on Thematic Learning With Theme Play in my Class II In SDN 091 / IX Rengas Bandung District Jambi Out of Town District Muaro Jambi with Application of Thematic Learning Method. This research is a Classroom Action Research with quantitative descriptive approach. The subject of this research is the second grade students In SDN 091 / IX Rengas Bandung District Jambi Outside City Muaro Jambi Regency, while the object of research is the application of Thematic Learning, improving Student Learning Results on Theme Play in my Circle. Data obtained through observation, interviews, documentation. Data analysis is done by using quantitative analysis consisting of data reduction, data presentation, conclusion or verification. The results showed that the application of Thematic Learning can improve student learning outcomes in the learning process. Increased learning outcomes can be measured from the evaluation of cycle I and cycle II with the average value in cycle I 65.45 and cycle II 75.00. For the level of completeness in cycle I 59.09% while in cycle II 81.81%. Thus the results of research In SDN 091 / IX Rengas Bandung District Jambi Out of Town District Muaro Jambi has reached mastery learning. Keywords: Learning outcomes Implementation of the application of Thematic Learning



DAFTAR ISI



NOTA DINAS ........................................................................................... i PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................................



iii



MOTTO ....................................................................................................



iv



PERSEMBAHAN ..................................................................................... v KATA PENGANTAR ................................................................................ vi ABSTRAK ................................................................................................ viii ABSTRACT .............................................................................................. ix DAFTAR ISI .............................................................................................



x



DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................



1



B. Identifikasi Masalah ........................................................................



7



C. Pembatasan Masalah ....................................................................



7



D. Rumusan Masalah .........................................................................



7



E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 8 F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8



BAB II KAJIAN TEORI A. Model Pembelajaran Tematik ........................................................



9



1. Pengertian Model Pembelajaran Tematik ...............................



9



2. Pengertian Pembelajaran Tematik ..........................................



9



3. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik ...................................... 13 4. Arti Penting Pembelajaran Tematik ......................................... 16 5. Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik ................................... 20 6. Karakteristik Pembelajaran Tematik ........................................ 22 7. Langkah-langkah Pembelajaran Tematik ................................ 23 B. Karakteristik Siswa SD Kelas Rendah ........................................... 36 C. Hasil Belajar ................................................................................... 44 D. Kerangka Berpikir .......................................................................... 48 E. Hipotesis Tindakan ......................................................................... 49 F. Studi Relevan ................................................................................. 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ........................................................................... 53



B. Setting dan Subyek Penelitian ....................................................... 54 C. Prosedur Penelitian ........................................................................ 54 D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ..................................... 58 E. Teknik Analisis Data ....................................................................... 60 F. Kriteria Keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ................. 61



BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 63 B. Temuan Penelitian .......................................................................... 68 C. Deskripsi Data ................................................................................ 69 D. Pembahasan ................................................................................... 84 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 87 B. Penutup ........................................................................................... 88 DAFTAR PUSTAKA CURRICULUM VITAE LAMPIRAN-LAMPIRAN DOKUMENTASI



DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Kondisi Awal Hasil Belajar Siswa ............................................................. 6 Tabel 2.1 Tahab perkembangan kognitif Piaget ..................................................... 42 Tabel 4.1 Keadaan Sarana Pendidikan SDN 091 Rengas Bandung ...................... 65 Tabel 4.2 Data Guru SDN 091/IX Rengas Bandung .............................................. 67 Tabel 4.3 Nilai Ulangan Siswa Kelas II.. ................................................................ 68 Tabel 4.4 Jadwal Perencanaan Siklus I .. .............................................................. 70 Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Siklus I.. ....................................... 72 Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I.. ........................................ 74 Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa Kelas II pada Siklus I.. ............................................ 75 Tabel 4.8 Jadwal Perencanaan Siklus II ................................................................ 78 Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Siklus II ........................................ 80 Tabel 4.10 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II ....................................... 81 Tabel 4.11 Hasil Belajar Siswa Kelas II pada Siklus II ........................................... 83 Tabel 4.12 Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan II ......... 84



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Pemetaan Keterhubungan Kompetensi Dasar dengan Tema .......... 26 Gambar 2.2 Kerangka Berfikir ................................................................................ 49 Gambar 3.1 Siklus Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ...................................... 55 Gambar 4.1 Struktur Organisasi SDN 091/IX Rengas Bandung.. ......................... 66 Gambar 4.2 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan II ............. 85



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran : 1 RPP ......................................................................................... Lampiran : 2 Soal Ujian Formatif (Tes) Siklus I ............................................. Lampiran : 3 Soal Ujian Formatif (Tes) Siklus II ........................................... Lampiran : 4 Kunci Jawaban Ujian Formatif (Tes) Siklus I dan II ................. Lampiran : 5 Foto Dokumentasi Riset ..........................................................



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Pendidikan akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan zaman dan menyesuaikan diri menuju pendidikan yang mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki daya saing. Pendidikan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembangunan bangsa akan menjadi lokomotif dalam pembangunan segala bidang karena mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga dapat memajukan bangsa dan meningkatkan daya saing bangsa. Mewujudkan pendidikan yang bermutu dan kompetitif memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Meningkatkan mutu pendidikan adalah tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan, terutama guru. Guru adalah figur inspirator dan motivator murid dalam mengukir masa depannya (Asmani, 2010: 17). Guru memiliki peranan yang besar dalam mengemban tugas yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru juga memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas dalam bentuk pengabdian. Apabila dikelompokkan, terdapat tiga jenis tugas guru menurut (Uzer, 2010:7 dalam Uno 2010: 20), yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan disekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya. Para siswa akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik. Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan, yaitu guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih peserta didik secara profesional sehingga dapat mengantarkan peserta didiknya ke



pencapaian



mengembangkan



tujuan



pendidikan.



nilai-nilai



hidup.



Mendidik Mengajar



berarti



meneruskan



dan



berarti



meneruskan



dan



mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. (Sholeh, 2006:3) mengatakan bahwa guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki tugas untuk menanamkan nilai serta membangun karakter peserta didik secara berkesinambungan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, guru harus berpedoman kepada kurikulum, yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakannya dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar (UU No. 2 tahun 1989). Agar tugas tersebut dapat diselenggarakan dengan baik, guru harus memahami prinsip dasar pengembangan kurikulum. Dengan pengetahuan tersebut



guru



diharapkan



dapat



merencanakan,



mengembangkan



serta



mewujudkan kurikulum yang berlaku melalui proses belajar mengajar di dalam kelas masing-masing. Implementasi kurikulum dalam proses belajar mengajar di sekolah perlu dilaksanakan dalam program pembelajaran yang dikembangkan secara lebih fungsional agar kualitas pembelajaran dapat dikembangkan secara optimal. Strategi yang digunakan dalam upaya tersebut, secara sistematis perlu memperhitungkan hubungan kurikulum dan proses pembelajaran dengan (a) karakteristik berpikir murid SD, (b) tuntutan pembentukan pengalaman, pemahaman, dan keterampilan secara utuh dan terpadu, (c) pemberian peluang kepada murid menghayati sesuatu yang dipelajari, mengadakan internalisasi, mengadakan refleksi dan mengembangkan pemahaman melalui proses belajar secara individual maupun kelompok, dan (d) berkembangnya dampak pengiring yang bermanfaat dalam mengembangkan pemahaman, keterampilan dan sikap pembelajar. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang untuk para siswa dan kaitan tema antar bidang studi akan sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman tersebut bagi mereka. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan tema antar bidang studi akan meningkatkan peluang bagi terjadinya pembelajaran yang lebih efektif. Kurikulum tingkat satuan pendidikan ini juga memberikan kemudahan kepada guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tematik, diorganisasikan sepenuhnya oleh sekolah dan menyajikan pengalaman belajar sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hidup yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal, yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar dengan melakukan (learning to do), belajar untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together) dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Wina Sanjaya, 2006: 110).



Untuk itu guru perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, dimulai dengan rancangan pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan, karakteristik siswa, materi yang diajarkan dan sumber belajar yang tersedia. Kenyataannya masih banyak ditemui proses pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik, cenderung membosankan sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal. Sejak diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006, maka mata pelajaran pada SD kelas rendah pelaksanaannya menggunakan



model



pembelajaran



terpadu



(Trianto,



2010:



6).



Model



pembelajaran terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan autentik (Depdikbud, 1996: 3 dalam Trianto,2010: 6). Salah satu tipe dari model pembelajaran terpadu adalah pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik dinilai sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Pemilihan model pembelajaran tematik bagi siswa SD kelas rendah dikarenakan perkembangan peserta didik pada siswa SD kelas rendah pada umumnya tingkat perkembangannya masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan dan memahami hubungan antar konsep secara sederhana. Piaget menyatakan



bahwa



menginterpretasikan



setiap dan



anak



memiliki



beradaptasi



dengan



cara



tersendiri



dalam



lingkungannya



(teori



perkembangan kognitif). Pembelajaran tematik



secara



efektif



akan membantu



menciptakan



kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun konsep-konsep yang



saling



berkaitan.



Dengan



demikian pembelajaran ini



memberikan



kesempatan pada siswa untuk memahami masalah yang kompleks dengan cara pandang yang utuh. Dengan pembelajaran tematik ini diharapkan siswa memiliki kemampuan mengidentifikasi yang ada disekitarnya secara bermakna. Belajar akan lebih bermakna apabila peserta didik mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera secara utuh, daripada hanya mendengarkan penjelasan guru saja dan materi diberikan secara terpisahpisah. Penggunaan media pembelajaran adalah salah satu cara untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep abstrak. Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui sebagai interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat di pisahkan (Sardiman, 2001:98). Belajar yang berhasil harus melalui berbagai



macam aktifitas, baik aktifitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktifitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Keaktifan siswa dalam kegiata belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran. Hambatan-hambatan dalam implementasi model pembelajaran tematik yaitu kurangnya pemahaman guru tentang konsep model pembelajaran tematik, guru kesulitan menyamarkan sekat antar mata pelajaran karena masih berdasarkan jadwal pembelajaran, menciptakan suasana aktif dan kreatif di kelas, keterbatasan alat peraga yang mendukung proses pembelajaran, belum tersedia buku pelajaran yang memuat bahan ajar yang sudah terinteegrasi, melaksanakan penilaian secara terintergrasi, dan menyusun format penilaian dalam berbagai aspek. Hal yang demikian juga peneliti temukan di SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabipaten Muaro Jambi adalah kurangnya media pembelajaran. Berdasarkan pengamatan penelti di dalam proses pembelajaran di kelas, guru kurang melakukan variasi metode dan cenderung melakukan mendominasi proses pembelajaran, sehingga siswa kurang memiliki peran. Guru juga tidak menggunakan media dalam kegiatan pembelajaran di kelas, cukup dengan menjelaskan konsep sesuai dengan materi yang ada di buku pelajaran, dalam pembuatan RPP sudah menunjukan RPP model tematik, di tandai dengan sudah di cantumkannya tema. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru masih mengalami kesulitan dalam menyamarkan sekat antar mata pelajaran serta peran guru dalam membentuk karakter siswa masih belum optimal, yaitu di tandai pada saat mengerjakan latihan masih terdapat siswa yang tidak jujur, tidak disiplin, dan tidak bertanggung jawab, namun pada tahap penilaian, guru sudah menerapkan penilaian proses dan hasil. Berdasarkan observasi awal di SDN 091 Rengas Bandung



Kecamatan



Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi yang dilakukan pada tanggal 17 April sampai 26 April 2017 yang dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas II SDN 091 Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi, pembelajaran tematik dengan tema Bermain di Lingkunganku menggunakan Kurikulum K13



tetapi



diperoleh fakta tentang rendahnya hasil belajar siswa pada kelas II pada tema Bermain di Lingkunganku belum mencapai Kriteria Kelulusan Minimal atau KKM. Hasil ini dapat di lihat dari nilai ulangan harian, nilai rata-rata siswa kelas II pada tema peristiwa 60 sedangkan kriteria ketuntasan minimum KKM adalah 70 yang telah disepakati sebelumnya oleh peneliti dan guru kelas, data ini diperoleh



dari guru kelas II SDN 091 Rengas Bandung



Kecamatan Jambi Luar Kota



kabupaten Muaro Jambi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 1.1 Kondisi Awal Hasil Belajar Siswa



No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22



Nama siswa Ahmad Rasyid Al-Zahran Alif Fiemansyah Asri Nur Ayu Candra Cinta Gresta Putri Enggelina Sapitri Fadil Albiano Gladis Morena Putri Heri Setiyono Jingga Loviana Cusyufa Keisya Nella Novrisa Kms. Salman Al Faziri M. Alfarezi M. Expal Sajri M. Irsyad Maulafi M. Rifaldi Monika Safitri Muhadan Al Farizi Muhammad Tio Rizki Nazril Maulana Niken Aulia Mawaddah Suci Jumlah Nilai rata-rata siswa Jumlah siswa yang berhasil Presentase keberhasilan siswa Jumlah siswa yang belum berhasil Presentase siswa yang belum berhasil



Nilai Pra siklus 30 50 80 60 50 70 40 70 50 40 30 50 70 50 50 30 50 70 80 70 50 70 1.210 55.00 8 36.36% 14 63,63%



Ketuntasan √ √ √ √ √ √ √ √ 8



Dari pemaparan di atas dapat di lihat bahwa di SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi masih di temukan masalah dan hambatan dalam penerapan pembelajaran tematik. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengambil judul penelitian tindakan kelas ini, yaitu : Implementasi Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas II Di Sekolah Dasar Negeri 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi.



B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, penulis mengidentifikasi adanya beberapa persoalan yang ada di SDN 091 Rengas Bandung, diantaranya: 1. Pembelajaran di kelas rendah belum menggunakan media pembelajaran. 2. Pembelajaran di kelas rendah masih menggunakan metode pembelajaran yang kurang bervariasi. 3. Pembelajaran di kelas rendah masih didominasi guru, sehingga siswa kurang memiliki peran. 4. Kurangnya



ketersediaan



sarana



dan



prasarana



pendukung



sebagai



kelengkapan dari pelaksanaan Tematik. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, masalah yang akan diteliti dibatasi pada proses implementasi model pembelajar tematik untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas kelas II dengan tema Bermain di Lingkunganku Sub Bermain di Lingkungan Rumah



D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran tematik pada siswa SD kelas II di SDN 091 Rengas Bandung Kecamatan Jambi luar kota Kabupaten Muaro Jambi? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran tematik pada siswa SD kelas II di SDN 091 Rengas Bandung Kecamatan Jambi luar kota Kabupaten Muaro Jambi? 3. Bagaimana penilaian pembelajaran tematik pada siswa SD kelas II di SDN 091 Rengas Bandung Kecamatan Jambi luar kota Kabupaten Muaro Jambi? 4. Bagaimana hasil belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan Tematik kelas II di SDN 091 Rengas Bandung Kecamatan Jambi luar kota Kabupaten Muaro Jambi? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui perencanaan pembelajaran tematik pada siswa SD kelas II di SDN 091 Rengas Bandung Kecamatan Jambi luar kota Kabupaten Muaro Jambi 2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran tematik pada siswa SD kelas II di SDN 091 Rengas Bandung Kecamatan Jambi luar kota Kabupaten Muaro Jambi 3. Mengetahui penilaian pembelajaran tematik pada siswa SD kelas II di SDN 091 Rengas Bandung Kecamatan Jambi luar kota Kabupaten Muaro Jambi



4. Mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan Tematik kelas II di SDN 091 Rengas Bandung Kecamatan Jambi luar kota Kabupaten Muaro Jambi F. Manfaat Penelitian 1. Teoritis a. Menjadi bahan kajian lebih lanjut mengenai implementasi pembelajaran tematik. b. Sebagai bahan acuan untuk berbenah diri dalam menyusun desain model pembelajaran



tematik



sehingga



guru



dapat



melaksanakan



model



pembelajaran tematik secara ideal. 2. Praktis a. Mendapatkan gambaran yang objektif dan informasi mengenai implementasi pembelajaran tematik pada siswa kelas II di SDN 091 Rengas Bandung. b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai rekomendasi kebijakan pihak sekolah berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah. c. Dengan



diketahuinya



diharapkan



guru



pelaksanaan



dapat



pembelajaran



mengantisipasi



hal-hal



tematik yang



kelas



II,



menghambat



pelaksanaan pembelajaran tematik. d. Sebagai refleksi dalam pelaksanaan model pembelajaran tematik yang sudah dilaksanakan selama ini



BAB II KAJIAN TEORI



A. Model Pembelajaran Tematik 1. Pengertian Model Pembelajaran Soekamto, dkk (Trianto, 2011: 142) mendefinisikan model pembelajaran sebagai suatu kerangka konseptual yang melukiskan tahapan yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Joyce & Weil (Rusman, 2012: 133) berpendapat bahwa model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial (Trianto, 2010: 51). Waluyo Adi (2001: 36) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual



yang



menggambarkan



prosedur



dalam



mengorganisasikan



pengalaman pembelajaran. Model pembelajaran ini berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar (guru, dosen, pamong dsb) dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Menurut peneliti, model pembelajaran adalah pedoman yang digunakan pendidik dalam merencanakan kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran ini harus disesuaikan dengan lingkungan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.



2. Pengertian Pembelajaran Tematik Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan pada bagian struktur kurikulum SD/MI bahwa pembelajaran di kelas I sampai dengan kelas III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan di kelas IV sampai dengan kelas VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Istilah



model



pembelajaran



terpadu



sebagai



konsep



sering



dipersamakan dengan integrated teaching and learning, integrated curriculum approach, a coherent curriculum approach. Jadi berdasarkan istilah tersebut,



maka pembelajaran terpadu pada dasarnya lahir dari pola pendekatan kurikulum yang terpadu (integrated curriculum approach) (Trianto, 2011: 147). Beberapa model pembelajaran terpadu adalah the fragmented model, the connected model, the nested model, the webbed model. Pembelajaran terpadu model webbed adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan sesuai kesepakatan guru dan siswa, tetapi dapat pula ditentukan oleh sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi (Trianto, 2011: 115). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran webbed (jaring laba-laba). Model Jaring Laba-Laba (webbed) merupakan model pembelajaran terpadu menggunakan pendekatan tematik. Pendekata ini pengembangannya di mulai dengan menentukan tema. Tema bisa di tetapkan dengan negosiasi antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema di sepakati, di kembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema inidi kembangkan aktivitas belajar yang harus di lakukan siswa. Tokoh yang mengembangakan model ini adalah Lyndon B. Johnson. (Abdul Majid, 2014:76-77). Pembelajaran terpadu menekankan pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Pendekatan ini berawal dari teori pembelajaran yang menolak proses hafalan/latihan sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini diawali oleh para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak (Rusman, 2012: 254). Pendekatan pembelajaran terpadu lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing) (Supraptiningsih, 2009: 6) Salah satu model dalam pembelajaran terpadu yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara menyeluruh, bermakna dan autentik adalah pembelajaran tematik. Model pembelajaran ini mengintegrasikan/mengaitkan beberapa mata pelajaran kedalam suatu tema untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah mereka pahami, fokus perhatian dalam pembelajaran tematik terletak pada proses



yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya (Rusman, 2012: 254). Definisi



lain



disampaikan



tematik merupakan



oleh



(Sukayati, 2009:13), pembelajaran



suatu pendekatan



dalam



pembelajaran



yang



secara sengaja mengaitkan atau memadukan beberapa Kompetensi Dasar (KD) dan indikator dari kurikulum/Standar Isi (SI) dari beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan untuk dikemas dalam satu tema. Definisi mendasar tentang kurikulum terpadu dikemukakan oleh (Humphreys, et al, 1981:11-12 dalam Trianto, 2011: 148) bahwa: studi terpadu adalah studi dimana para siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan mereka dalam berbagai mata pelajaran yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu dari lingkungan mereka. Dia melihat pertautan antara kemanusiaan, seni komunikasi, ilmu pengetahuan alam, matematika, studi sosial, musik, dan seni. Keterampilan-keterampilan pengetahuan dikembangkan dan diterapkan di lebih dari satu wilayah studi. Para pendukung integrasi kurikulum berpendapat bahwa sekolah harus memandang pendidikan sebagai proses pengembangan kemampuan para peserta didik untuk menghadapi persaingan kehidupan yang semakin ketat, bukan hanya pemberian materi yang dibagi-bagi dalam mata pelajaran.



Dengan demikian secara umum, seluruh definisi kurikulum terpadu atau kurikulum interdisipliner mencakup: 1. Kombinasi mata pelajaran; 2. Penekanan pada proyek; 3. Sumber di luar buku teks; 4. Keterkaitan antar konsep; 5. Unit-unit tematis sebagai prinsip-prinsip organisasi; 6. Jadwal yang fleksibel, dan 7. Pengelompokkan siswa yang fleksibel (Indrawati, 2009:18-19 dalam Trianto, 2011: 148)



Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik menurut Supraptiningsih (2009: 6) antara lain: a. Pengalaman



dan



kegiatan



belajar



sangat



sesuai



dengan



tingkat



perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar. b. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik berawal dari minat dan kebutuhan siswa. c. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat benar-benar dipahami siswa.



d. Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa. e. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya. f. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.



Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik ini, siswa akan memahami konsep-konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep-konsep lain yang sudah mereka pahami.



3. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik Secara umum prinsip pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan menjadi beberapa prinsip yang secara rinci akan diuraikan sebagai berikut : a. Prinsip pemilihan dan penggalian tema Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini dimulai dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memerhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta,



1983:40).



Menurut



Kunandar



(2011:339),



tema



merupakan wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Menurutnya, tema dimaksudkan untuk menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Fungsi dari tema dalam pembelajaran tematik adalah sebagai alat untuk menggabungkan beberapa standar kompetensi setiap mata pelajaran yang akan dikaitkan. Tujuan dari adanya tema ini bukan hanya agar siswa mampu menguasai konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran dengan mudah, akan tetapi juga siswa mampu memahami keterkaitannya dengan konsep-konsep dari mata pelajaran lainnya. Dalam pembelajaran terpadu, prinsip penggalian merupakan prinsip utama. Artinya, tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran. Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam menggali tema (Trianto, 2007: 58), yaitu: 1) Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran.



2) Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya. 3) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak. Dengan tema yang sesuai, maka anak akan merasa tertarik untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, sehingga akan diperoleh pembelajaran yang bermakna. 4) Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak. 5) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar. 6) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat. 7) Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan sumber belajar.



Menurut Kunandar (2011: 343) prinsip-prinsip pemilihan tema adalah sebagai berikut: 1) Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan anak kepada tema yang semakin jauh dari kehidupan anak. 2) Kesederhanaan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana, dari tema-tema yang lebih rumit bagi anak. 3) Kemenarikan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang menarik minat anak kepada tema-tema yang kurang menarik minat anak. 4) Keinsidentalan, artinya peristiwa atau kejadian di sekitar anak (sekolah) yang



terjadi



pada



saat



pembelajaran



berlangsung,



hendaknya



dimasukkan dalam pembelajaran, walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih pada hari itu.



Dengan adanya tema ini akan memberikan banyak Keuntungan (Rusman, 2012: 254), diantaranya: 1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, 2. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama, 3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan, 4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa, 5. Siswa dapat lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas, 6. Siswa dapat lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain,



7. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan atau pengayaan.



b. Prinsip pengelolaan pembelajaran Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam seluruh proses pembelajaran. Artinya guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu menurut (Prabowo 2000:56 dalam Trianto 2011: 155), bahwa dalam pengelolaan pembelajaran hendaklah guru dapat berlaku sebagai berikut: 1) Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar. Bukan hanya guru yang aktif, tetapi siswa juga aktif. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan student centered, bukan teacher centered. 2) Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok, sehingga bila setiap individu diberikan tanggung jawab/tugas maka tidak ada individu yang mengganggu individu lainnya dan akan tercipta suasana belajar yang kondusif. 3) Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan.



c. Prinsip evaluasi Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Evaluasi berfungsi untuk melihat seberapa jauh atau seberapa dalam suatu kegiatan dipahami oleh siswa. Dalam hal ini maka dalam melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran tematik, maka diperlukan beberapa langkah positif antara lain: 1) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self evaluation/self assessment) disamping bentuk evaluasi lainnya; 2) Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai (Trianto, 2011: 156).



d. Prinsip reaksi



Dampak pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan pembelajaran karena itu guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna. Pembelajaran tematik memungkinkan hal ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan ke permukaan hal-hal yang dicapai melalui dampak pengiring tersebut (Trianto, 2011: 156). 4. Arti Penting Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh



pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat



menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang di pelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah di pahaminya. Pembelajaran tematik memungkinkan siswa untuk memahami secara langsung apa yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan yang menarik dan dilakukan



secara langsung, seperti pengamatan/observasi, bukan hanya



sekedar pemberitahuandari



guru.



Model



pembelajaran



ini



juga



memandang/mengkaji suatu konsep dari berbagai sisi mata pelajaran, tidak hanya terkotak-kotak pada satu mata pelajaran, sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu konsep secara lebih matang dan kedepannya siswa akan lebih bijaksana dalam menyikapi berbagai hal, tidak hanya melihat sesuatu dari satu sisi. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada



penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by



doing) (Rusman, 2012: 254). Siswa dituntut untuk aktif didalam seluruh kegiatan yang berlangsung saat pelajaran, baik didalam kelas maupun diluar kelas. Oleh karena itu, guru perlu



mengemas



atau



merancang



pengalaman



belajar



yang



akan



mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan konsep antar mata pelajaran menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik).



Dengan pelaksanaan ini, akan diperoleh beberapa manfaat antara lain :



a. Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan. b. Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana, bukan tujuan akhir. c. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. d. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat, karena sesuai dengan tahap perkembangannya, masih melihat segala sesuatu sebagai keseluruhan (Trianto, 2011: 157). Menurut Trianto (2011:158) dalam pembelajaran tematik ada beberapa alasan yang mendasari bahwa pembelajaran tematik memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar, antara lain: a. Dunia anak adalah dunia nyata. Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berfikir nyata. Dalam kehidupan yang mereka jalani, mereka melihat peristiwa yang terjadi di sekitar lingkungannya memuat sejumlah konsep beberapa mata pelajaran yang tidak berdiri sendiri. Anak selalu melihat semua itu dengan keseluruhan tanpa ada pemisahan diantara sejumlah konsep yang berkaitan. b. Proses



pemahaman



anak



terhadap



suatu



konsep



dalam



suatu



peristiwa/objek lebih terorganisasi. Masing-masing anak membangun pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya terhadap konsep baru. Anak mendapat gagasan baru jika pengetahuan yang disajikan selalu berkaitan dengan pengetahuan yang dimilikinya. c. Pembelajaran akan lebih bermakna. Pembelajaran akan lebih bermakna apabila pelajaran yang sudah dipelajari siswa dapat digunakan untuk mempelajari materi berikutnya. d. Memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri. Pembelajaran yang diberikan akan memberi peluang siswa untuk mengembangkan tiga ranah sasaran dalam pendidikan secara bersamaan. Ketiga ranah sasaaran pendidikan itu meliputi, sikap jujur, teliti, tekun, dan terbuka



terhadap



gagasan



ilmiah);



keterampilan



(memperoleh,



memanfaatkan, dan memilih informasi, menggunakan alat, bekerja sama, dan kepemimpinan); dan ranah kognitif (pengetahuan). e. Memperkuat kemampuan yang diperoleh. Kemampuan yang diperoleh dari satu mata pelajaran akan saling memperkuat kemampuan yang diperoleh dari mata pelajaran lain.



f. Efisiensi waktu. Guru dapat lebih menghemat waktu dalam menyusun persiapan mengajar. Tidak hanya siswa, guru pun dapat belajar lebih bermakna terhadap konsep-konsep sulit yang diajarkan. Selain keenam alasan diatas yang mendasari bahwa pembelajaran tematik



memiliki



arti



penting



dalam



kegiatan



belajar



mengajar,



pembelajaran tematik juga memiliki arti penting dalam hubungan antar guru dan siswa. Pembelajaran tematik dapat meningkatkan kerja sama antarguru, guru dengan peserta didik, ataupun peserta didik dengan peserta didik sehingga belajar akan lebih menyenangkan.



Dikatakan juga oleh Kunandar (2011: 343) pembelajaran tematik mempunyai kelebihan yakni: 1) Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik. 2) Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. 3) Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna. 4) Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didiksesuai dengan persoalan yang dihadapi. 5) Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama 6) Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain. 7) Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.



Selain memiliki kelebihan, pembelajaran tematik juga memiliki keterbatasan. Guru dituntut untuk mampu mengemas dan mengembangkan materi dalam kegiatan pembelajaran yang menarik bagi siswa, sedangkan dalam kenyataannya guru kesulitan untuk mengadakan inovasi-inovasi baik dalam segi metode pembelajaran, media-media yang digunakan dalam pembelajaran, maupun dalam memberikan penguatan dalam kegiatan pembelajaran.



5. Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran pada kelas I, II dan III sekolah dasar, yaitu pada mata pelajaran Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam,



Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Kunandar, 2011: 340). Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik yang harus diperhatikan guru adalah sebagai berikut : a. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan. b. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester. c. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri. d. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri. e. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral. f. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan dan daerah setempat (Rusman, 2012: 259).



Dari beberapa hal di atas, menimbulkan beberapa implikasi yang berpengaruh kepada : a. Implikasi bagi guru Sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap berhasilnya penerapan model pembelajaran tematik di sekolah dasar, guru dituntut untuk kreatif dan memiliki jiwa inovatif. Hal pertama yang harus dilakukan guru adalah memahami model pembelajaran tematik, baik secara konseptual maupun secara praktiknya. Kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam menerima suatu bentuk inovasi dalam pembelajaran, guru cenderung dipaksa melaksanakannya tanpa memahami dahulu pembaruan tersebut. Akibatnya, inovasi tersebut hanya berjalan dalam waktu singkat (Rusman, 2012: 281). Hal



lain



yang



perlu



diperhatikan



guru



dalam



pelaksanaan



pembelajaran tematik di sekolah dasar yaitu bahwa pembelajaran tematik ini dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar menjadi lebih bermakna dan utuh. Dalam pelaksanaannya perlu mempertimbangkan antara lain alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang ada di lingkungan sekitar siswa. Pilihlah tema-tema yang terdekat dan familiar dengan anak, namun selalu mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai tema tersebut. b. Implikasi bagi siswa Siswa sebagai objek dan subjek belajar merupakan faktor utama keberhasilan



pelaksanaan



pembelajaran



tematik



di



sekolah



dasar.



Penggunaan cara



baru dalam



penerapan



pembelajaran



model



penyampaian isi kurikulum melalui tematik



perlu



diperkenalkan



dan



dikondisikan sejak dini agar tidak menimbulkan kerancuan-kerancuan yang dapat mengganggu dan berpengaruh negatif terhadap proses dan hasil belajarnya. Siswa sendiri perlu menyadari/disadarkan akan pentingnya pengaitan materi/isi kurikulum pada masing-masing mata pelajaran agar pembelajaran menjadi bermakna bagi kehidupannya. Kesiapan menerima pembelajaran yang mengharuskan adanya keterkaitan antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya merupakan hal mutlak yang harus dipahami oleh siswa dalam membangun pengetahuan yang lebih bermakna dan dapat dipublikasikan (Rusman, 2012: 281). Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya variatif dengan menggunakan berbagai macam metode, misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah; adanya keterkaitan antar mata pelajaran serta dituntut untuk aktif, baik secara individual, pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal.



c. Implikasi terhadap buku ajar Penerapan model pembelajaran tematik di Sekolah dasar menuntut tersedianya bahan ajar, terutama buku ajar yang memadai dan dapat memenuhi kebutuhan pembelajaran yang terintegrasi antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan (Rusman, 2012: 282). d. Implikasi terhadap sarana dan prasarana, sumber belajar, dan media pembelajaran 1) Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar. 2) Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didisain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization). 3) Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa belajar secara konkret.



4) Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen



khusus



yang



memuat



bahan



ajar



yang



terintegrasi



(Supraptiningsih, 2009: 11).



6.



Karakteristik Pembelajaran Tematik Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, menurut Kunandar (2011: 341-342) pembelajaran tematik memiliki karakteristikkarakteristik sebagai berikut: a. Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa dalam kaitannya dengan aktivitas belajar. b. Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang konkret sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak, sehingga konsep-konsep yang diperoleh akan semakin kuat dan lebih mudah diingat oleh siswa. c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang berkaitan dengan kehidupan siswa. d. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. e. Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.



g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Kegiatan pembelajaran di kelas dapat dilaksanakan dengan berbagai metode sehingga akan tercipta kegiatan yang menyenangkan bagi siswa.



7. Langkah-langkah Pembelajaran Tematik Langkah-langkah pembelajaran tematik pada dasarnya mengikuti langkah-langkah pembelajaran terpadu. Secara umum langkah-langkah tersebut mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi (Prabowo, 2000: 6 dalam Trianto, 2011: 168). a. Tahap perencanaan 1) Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan. Tahap ini sebaiknya dilakukan setelah membuat pemetaan kompetensi dasar pada semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar dengan maksud supaya terjadi pemerataan keterpaduan dan pencapaiannya. Pada saat menetapkan beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan dengan pencapaian kompetensi dasar oleh siswa dan kebermaknaan belajar. Karakteristik mata pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan awal ini. 2) Memilih dan menetapkan tema pemersatu Tahap berikutnya yaitu memilih dan menetapkan tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi dasar dan indikator pada setiap mata pelajaran yang akan dipadukan. Dalam memilih dan menetapkan tema terdapat beberapa hal yang perlu pertimbangan, diantaranya: a) Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa serta terkait dengan cara dan kebiasaan belajarnya, b) Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya, c) Penetapan tema dimulai dari lingkungan yang terdekat dan dikenali oleh siswa. Tema-tema pemersatu yang akan dibahas dalam pembelajaran tematik bisa ditetapkan sendiri oleh guru dan/atau bersama siswa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut. Berdasarkan paparan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pemilhan tema, Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak terlalu luas atau terlalu sempit, disesuaikan dengan karakteristik dan lingkungan siswa.



3) Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator Pada tahap ini dilakukan pengkajian atas kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang memungkinkan untuk diajarkan dengan diintegrasikan sesuai tema pemersatu. Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar ditandai oleh perubahan perilaku dapat diukur yang mencakup: sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian (Supraptiningsih, 2009: 21). 4) Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema/topik pemersatu Pada tahap ini dilakukan pemetaan keterhubungan kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran yang akan dipadukan dengan tema pemersatu. Pemetaan tersebut dapat dibuat dalam bentuk bagan dan/atau matriks jaringan tema yang memperlihatkan kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran (Kunandar, 2011: 348). Contoh pemetaan keterhubungan kompetensi dasar dengan tema “Peristiwa” dalam matriks dibawah ini.



B. Indonesia Mulai terlihat senang menggunakan bahasa indonesia dalam mengungkapkan pikirannya kepada teman, guru, orang tua dan anngota keluarga



IPS Memelihara dokumen dan koleksi benda beharga miliknya



MTK Menyebutkankan dan menuliskan daftar kebutuhan siswa sehari-hari seperti menu makan dan minum, alat bermain yang dimiliki ke bentuk tabel



Bermain di Lingkunganku



PKN Menyebutkan sikap menghargai keberagaman karakteristik individu (agama, suku, fisik, psikis, hobby) di rumah



IPA IPA



Mengenal bagian utama hewan dan tumbuhan di sekitar rumah dan sekolah melalui pengamatan



Gambar 1. Pemetaan Keterhubungan Kompetensi Dasar dengan Tema



5) Menyusun silabus pembelajaran tematik Silabus dikembangkan dari jaringan tema. Silabus dapat dirumuskan untuk keperluan satu minggu atau dua minggu, tergantung pada keluasan dan kedalaman kompetensi yang diharapkan. Silabus merupakan penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai kedalam materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator (Kunandar, 2011: 349). Dalam menyusun silabus perlu didasarkan pada matriks/bagan keterhubungan yang telah dikembangkan. Kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam pembelajaran tematik disusun dalam silabus tersendiri. Penyusunan silabus ini dapat dilakukan secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu mengenali karakteristik siswa, kondisi sekolah dan lingkungannya. Namun, jika pada suatu sekolah belum mampu untuk menyusun silabus sendiri, maka dapat bergabung dengan



sekolah



lain



untuk



bersama-sama



menyusun



dan



mengembangkan silabus. Format silabus disusun dalam bentuk matriks dan memuat tentang : a) Mata pelajaran yang akan dipadukan, b) Standar kompetensi, merupakan batas dan arah kemampuan yang harus dimiliki dan dapat dilakukan oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu, kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan siswa untuk suatu mata pelajaran, kompetensi dalam mata pelajaran tertentu yang harus dimiliki siswa, kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam dalam suatu mata pelajaran tertentu. c) Kompetensi dasar, adalah kemampuan minimal pada tiap mata pelajaran yang harus dicapai siswa. Kompetensi dasar merupakan penjabaran dari standar kompetensi. d) Indikator yang akan dicapai, adalah penanda ketercapaian kompetensi dasar. e) Kegiatan



pembelajaran



berisi



tentang



materi



pokok,



strategi



pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan serta alokasi waktu yang dibutuhkan, f) Sarana dan sumber, yaitu diisi dengan media/sarana yang akan digunakan dan sumber-sumber bacaan yang dijadikan bahan atau rujukan dalam kegiatan pembelajaran, g) Penilaian, yaitu jenis dan bentuk evaluasi yang akan dilakukan.



6) Penyusunan rencana pembelajaran tematik Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran tematik perlu disusun suatu rencana pembelajaran. Penyusunan rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik (Supraptiningsih, 2009: 28) meliputi: a) Tema atau judul yang akan dipelajari dalam pembelajaran. b) Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas,



semester



dan



waktu/banyaknya



jam



pertemuan



yang



dialokasikan). c) Standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai. d) Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator. e) Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator). f) Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. g) Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian hasil belajar siswa serta tindak lanjut hasil penilaian). 7) Merumuskan indikator hasil belajar Berdasarkan kompetensi dasar dan sub keterampilan yang telah dipilih dirumuskan indikator. Setiap indikator dirumuskan berdasarkan kaidah penulisan meliputi: audience (peserta didik), behavior (perilaku yang diharapkan), condition (media /alat) dan degree (jenjang/jumlah). 8) Menentukan langkah-langkah pembelajaran Langkah



ini



diperlukan



sebagai



strategi



guru



untuk



mengintegrasikan setiap sub keterampilan yang telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran.



b. Tahap Pelaksanaan Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, guru hendaknya tidak menjadi single actor (Depdiknas, 1996: 6 dalam Trianto, 2011: 169), harus membuat kegiatan yang didalamnya memberikan kesempatan pada siswa untuk berperan aktif dalam seluruh kegiatan. Setiap individu dan kelompok



harus diberikan tugas dan tanggung jawab secara jelas dalam kegiatan yang berhubungan dengan kerjasama dalam kelompok. Dalam melaksanakan pembelajaran tematik di sekolah dasar, guru perlu menguasai berbagai macam kegiatan yang menarik. Dimulai dari kegiatan



membuka



pelajaran,



menjelaskan



isi



tema,



mengajukan



pertanyaan-pertanyaan, memberikan penguatan, mengadakan variasi mengajar, sampai dengan menutup pelajaran. Dalam kegiatan membuka pelajaran, guru perlu memberikan motivasi dan menciptakan suasana pembelajaran yang efektif (Rusman, 2012: 268), menumbuhkan perhatian siswa, membangkitkan motivasi belajar siswa, memberi acuan, dan membuat kaitan-kaitan. Kegiatan pembukaan dilakukan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran untuk mendorong siswa fokus sehingga mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik.



Kegiatan inti difokuskan pada



pengembangan kemampuan baca tulis dan hitung. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil dan individual. Kegiatan penutup berisi kesimpulan dari apa yang telah dipelajari, dapat juga dilakukan tes dan kegiatan tindak lanjut (Rusman, 2012: 270). Dalam memberikan penjelasan mengenai isi tema, informasi harus dijelaskan secara berurutan, sehingga siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang hubungan informasi yang satu dengan yang lain. Kegiatan menjelaskan harus berpengaruh secara langsung terhadap pemahaman siswa terhadap tema yang dipelajarinya. Selain menjelaskan isi tema, perlu juga diperbanyak kegiatan bertanya untuk memperoleh informasi tentang sesuatu objek dan meningkatkan terjadinya interaksi pembelajaran yang efektif. Pemberian penguatan perlu juga untuk memberikan respons terhadap perilaku atau perbuatan siswa yang dianggap positif agar perilaku tersebut dapat berulang kembali atau meningkat pada waktu yang lain. Memberi penguatan bisa dilakukan dalam bentuk verbal dan non-verbal. Penguatan verbal berupa kata-kata atau kalimat pujian, dukungan, pengakuan, atau dorongan yang dapat menguatkan tingkah laku dan penampilan siswa. Bentuk penguatan nonverbal ditunjukkan dengan cara-cara seperti raut wajah



atau



mimik



muka,



gerakan



atau



isyarat



badan



(gestural



reinforcement), gerak mendekati siswa (proximity reinforcement), sentuhan (contact reinforcement), kegiatan yang menyenangkan, simbol atau tanda (token reinforcement), dan penguatan dengan benda/barang.



Agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan tidak membosankan, maka perlu dilakukan variasi pembelajaran yang berkaitan dengan gaya mengajar guru (teaching style) dan penggunaan alat dan media pembelajaran (Rusman, 2012: 274). Dengan lingkungan belajar yang menarik, maka peserta didik akan mampu memahami konsep yang dipelajari. Dalam



kegiatan



pembelajaran



tematik



perlu



juga



diperhatikan



mengenai penggunaan media pembelajaran yang bervariasi. Tanpa media yang bervariasi maka pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik tidak akan berjalan dengan efektif. Media dapat mengonkretkan konsep-konsep yang abstrak, menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat dalam lingkungan belajar, menampilkan objek-objek yang terlalu besar atau terlalu kecil, dan memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat (Rusman, 2012:74).



c. Tahap Evaluasi Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, penilaian pengamatan, penilaian kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio dan penilaian diri. Penilaian



pengamatan



adalah



proses



penilaian



dengan



cara



mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap tingkah laku peserta didik didalam ataupun diluar kelas (Trianto, 2011: 267). Penilaian ini bertujuan untuk megukur minat, sikap dan nilai-nilai yang terkandung dalam diri peserta didik dan melihat proses kegiatan pembelajaran baik individu maupun kelompok. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini dilakukan terhadap apa yang dilakukan oleh peserta didik ketika sedang membuat tugas tertentu (Suharsimi Arikunto, 2012: 242). Unjuk kerja merupakan bagian penting dalam pencapaian kemampuan tertentu, maka guru perlu melakukan identifikasi terhadap apa yang dilakukan oleh peserta didik untuk setiap indikator yang dirumuskan oleh guru dalam RPP. Penilaian portofolio adalah kumpulan benda yang berbentuk bukti fisik sebagai sesuatu yang menunjukkan hasil kinerja peserta didik. Portofolio dapat berbentuk kertaas ulangan harian, kertas ulangan semesteran, buku pekerjaan rumah, buku pekerjaan sekolah, dan bentuk-bentuk lain yang memuat coretan atau grafis sebagai bukti kinerja siswa (Suharsimi Arikunto,



2012: 254). Dengan penilaian portofolio ini, guru dapat melihat kemajuan belajar pada peserta didik. Penilaian sikap adalah penilaian yang digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu (Nana Sudjana, 2005: 80). Penilaian ini mengarah pada aspek-aspek non-intelektual, seperti sikap, minat dan motivasi. Jenis penilaian pembelajaran tematik dilihat dari segi alatnya terdiri atas tes dan bukan tes. Sistem penilaian dengan menggunakan teknik tes disebut penilaian konvensional. Sistem penilaian dengan menggunakan tes kurang dapat menggambarkan kemajuan belajar siswa secara menyeluruh, sehingga diperlukan teknik bukan tes untuk melengkapi gambaran kemajuan belajar siswa. Penilaian dengan menggunakan teknik bukan tes disebut penilaian alternatif (Trianto, 2011: 261). Jenis penilaian dengan teknik non-tes sangat tepat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan siswa secara menyeluruh. Hasil penilaian dengan cara ini berguna sebagai umpan balik bagi peserta didik, memantau kemajuan dan diagnosis, masukan bagi perbaikan program pembelajaran, mencapai kompetensi yang diharapkan dan memberi informasi komunikatif bagi masyarakat. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehinggan menjadi informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan (Trianto, 2010: 123). Depdiknas (2006:14) dalam Trianto (2011: 253) mendefinisikan penilaian



dalam



pembelajaran



tematik



adalah



suatu



usaha



untuk



mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh



tentang



proses



dan



produk



dari



pertumbuhan



dan



perkembangan yang telah dicapai peserta didik melalui kegiatan belajar. Menurut Nana Sudjana (2008: 3) penilaian befungsi sebagai: 1) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya suatu pengajaran. 2) Umpan balik bagi perbaikan proses pembelajaran. 3) Dasar dalam penyusunan laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tuanya. Pada dasarnya penilaian dalam pembelajaran tematik tidak berbeda dari penilaian dalam kegiatan pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, semua ketentuan yang ada dalam penilaian pembelajaran konvensional, bisa berlaku pula dalam pembelajaran tematik dengan memerhatikan beberapa penekanan penilaian terhadap efek pengiring (nurturant effects) seperti kemampuan kerja sama dan tenggang rasa.



Untuk memperoleh hasil yang akurat, dalam melaksanakan penilaian pembelajaran tematik guru perlu memerhatikan beberapa prinsip penilaian, yaitu prinsip integral dan komprehensif, yakni penilaian dilakukan secara utuh



dan



menyeluruh



pengetahuan,



terhadap



keterampilan,



semua



maupun



aspek sikap



pembelajaran, dan



nilai.



baik



Prinsip



kesinambungan, yakni penilaian dilakukan secara berencana, terus menerus,



dan



bertahap



untuk



memperoleh



gambaran



tentang



perkembangan tingkah laku siswa sebagai hasil dari kegiatan belajar. Untuk memenuhi prinsip ini, kegiatan penilaian harus sudah direncanakan bersamaan dengan kegiatan penyusunan program yang telah disusun. Prinsip objektif, yakni penilaian dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang



akurat



dan



dilaksanakan



secara



objektif



sehingga



dapat



menggambarkan kemampuan yang diukur. Objek dalam penilaian pembelajaran tematik mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar siswa. Penilaian proses belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik, sedangkan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik, dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu (Trianto, 2011: 260). Untuk melaksanakan penilaian secara efektif, harus diperhatikan beberapa karakteristik penilaian (Trianto, 2011: 257): a) Mudah dilaksanakan. b) Tidak banyak menyita waktu. c) Tidak memerlukan analisis yang rumit. d) Fleksibel dan dapat diterapkan untuk berbagai topik. e) Hasilnya dapat segera dimanfaatkan. f) Meningkatkan pemahaman guru tentang persepsi siswa pada materi pelajaran g) Dapat meningkatkan pemahaman guru terhadap kebutuhan siswanya. Tahap evaluasi menurut Departemen Pendidikan Nasional (1996:6), hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran terpadu. a) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri disamping bentuk lainnya. b) Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai. Dikatakan juga oleh Trianto (2010: 123) dalam Pelaksanakan penilaian hendaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: a) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.



b) Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya. c) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan peserta didik. d) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta



didik



yang



pencapaian



kompetensinya



dibawah



kriteria



ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan. e) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan, maka evaluasi yang diberikan baik pada keterampilan proses misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan berupa informasi yang dibutuhkan.



Trianto (2011: 256) juga menjelaskan prinsip-prinsip penilaian yang secara keseluruhan harus memerhatikan beberapa hal, antara lain: a. Berorientasi pada kompetensi. Penilaian harus mampu menentukan apakah siswa telah mencapai kompetensi dalam kurikulum. b. Menyeluruh, artinya semua aspek peserta didik dinilai, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. c. Valid, berarti penilaian harus memberikan informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa. d. Adil dan terbuka. Penilaian harus adil terhadap semua siswa, dan terbuka bagi semua pihak. e. Mendidik. Nilai merupakan penghargaan bagi siswa yang berhasil, dan yang belum berhasil diharapkan akan berusaha dan akan terpacu. f. Berkesinambungan. Penilaian dilakukan secara terencana dan terus menerus. g. Bermakna. Penilaian diharapkan dapat benar-benar merupakan gambaran dari siswa.



Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tematik dipengaruhi oleh seberapa jauh pembelajaran tersebut direncanakan sesuai dengan kondisi dan potensi siswa (minat, bakat, kebutuhan dan kemampuan).



Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dikuasai siswa sudah tertulis dalam KTSP pada setiap mata pelajaran yang terpisah satu dengan lainnya. Berkenaan dengan perencanaan pembelajaran tematik, hal pertama yang harus mendapat perhatian guru di Sekolah Dasar yaitu ketelitian dalam mengidentifikasi SK/KD dan menetapkan indikator pada setiap mata pelajaran yang akan dipadukan. Guru harus memahami betul kandungan isi dari masing-masing kompetensi dasar dan



indikator



tersebut



sebelum



dilakukan



pemaduan-pemaduan.



Penerapan sistem guru kelas di sekolah dasar, dimana guru memiliki pengalaman



mengajarkan



seluruh



mata



pelajaran



memberikan



keuntungan dalam penyusunan rencana pembelajaran tematik karena guru bisa lebih cepat melihat keterhubungan kompetensi dasar dan indikator antar mata pelajaran. Dalam merancang pembelajaran tematik di sekolah dasar bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, dimulai dengan menetapkan terlebih dahulu tema-tema tertentu yang akan diajarkan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi dan memetakan kompetensi dasar pada beberapa mata pelajaran yang sesuai dengan tema-tema tersebut. Tema-tema ditetapkan dengan memerhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa, dimulai dari hal yang termudah menuju yang sulit, dari hal yang sederhana menuju yang kompleks, dan dari hal yang konkret menuju ke hal yang abstrak (Kunandar, 2011: 346). Kedua, dimulai dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang memiliki keterkaitan, dilanjutkan dengan penetapan



tema



pemersatu.



Tema



tersebut



ditentukan



setelah



mempelajari kompetensi dasar dan indikator yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran. Penetapan tema dapat dilakukan dengan melihat kemungkinan materi pelajaran pada salah satu mata pelajaran yang dianggap dapat mempersatukan beberapa kompetensi dasar pada beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan. B. Karakteristik Siswa SD Kelas Rendah Selama



pekembangan



kehidupannya,



individu-individu



tidak



statis



melainkan dinamis. Oleh sebab itu, pengalaman belajar yang disajikan pada mereka harus sesuai dengan masa perkembangannya. Pengalaman belajar yang disajikan kepada siswa sekolah dasar harus sesuai dan cocok untuk siswa sekolah dasar, dan berbeda dengan anak usia pra sekolah dasar. Perkembangan merupakan hal yang berkesinambungan dalam fase-fase atau periode tertentu. Dalam setiap fase kehidupan, terdapat berbagai tugas yang harus diselesaikan. Bila seseorang berhasil menyelesaikan tugas yang sesuai pada suatu fase, akan



menjadikan dirinya berkemungkinan besar mampu untuk mengatasi masalahmasalah yang lebih sukar pada fase-fase selanjutnya. Dan sebaliknya, jika ia gagal menyelesaikan masalah pada suatu fase tertentu, kemungkinan akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas selanjutnya. Berikut ini adalah tugas-tugas perkembangan masa kanak-kanak madya yang dikemukakan oleh Havighurst (dalam Dirto Hadisusanto dkk, 1995: 84). 1. Belajar keterampilan-keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainanpermainan biasa. 2. Membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai suatu organisme yang sedang tumbuh. 3. Belajar bergerak dengan teman sebaya. 4. Belajar suatu peran sosial yang sesuai sebagai laki-laki atau wanita. 5. Belajar



keterampilan-keterampilan



yang



fundamental



dalam



membaca, menulis dan berhitung. 6. Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan untuk kehidupan seharihari. 7. Mengembangkan kata hati, moralitas, dan suatu skala nilai. 8. Mengembangkan kemadirian pribadi. 9. Mengembangkan



sikap-sikap



terhadap



lambaga-lembaga



dan



kelompok-kelompok sosial. Mulai umur 6 tahun, seorang anak pertumbuhan badannya relatif seimbang, maka anak menjadi senang bermain keseimbangan dan penguasaan badan. Pada masa ini, anak sudah matang untuk masuk sekolah. Kriteria kematangan anak dalam hal ini antara lain (Abu Ahmadi dkk, 2005: 111): 1. Anak harus sudah dapat bekerja sama dalam suatu kelompok anak-anak lainnya. 2. Anak harus sudah mampu mengamati secara terpisah terhadap bagian-bagian dari objek pengamatan. 3. Anak harus sudah mampu menyadari akan kepentingan orang lain..



Bagi Indonesia, kriteria umur yang ditetapkan adalah ± 7 tahun untuk dapat masuk sekolah dasar. Adapun perkembangan jiwa anak pada masa sekolah ini yang menonjol antara lain (Abu Ahmadi dkk, 2005: 112): 1. Adanya



keinginan



yang



cukup



tinggi,



terutama



yang



menyangkut



perkembangan pikiran anak, biasanya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan atau senang melakukan pengembaraan serta percobaan-percobaan. 2. Energi yang banyak, sehingga kadang kala anak itu tidak mempedulikan bahwa dirinya lelah. 3. Perasaan sosial yang berkembang pesat, sehingga anak menyukai untuk mematuhi peraturan kelompok teman sebayanya (peer group), terkadang anak



lebih mementingkan peer groupnya dibanding pada orang tuanya. Integritas dengan kelompoknya cukup tinggi, ada keterikatan satu sama lain sehingga merasa harus selalu bersama-sama. 4. Sudah dapat berpikir secara abstrak dan memungkinkan anak untuk menerima hal-hal yang berupa teori-teori ataupun norma-norma tertentu, sehingga anak mampu mentaati aturan yang ada di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. 5. Minatnya hanya tertuju kepada hal-hal yang ia sukai sehingga berakibat anak melalaikan tugas belajarnya. Bila tidak ada orang dewasa yang mengingatkan, anak bisa sehari penuh melakukan hal-hal yang ia suka tersebut, mengingat energinya sangat banyak.



Dalam teorinya, Piaget mengemukakan bahwa secara umum semua anak berkembang melalui urutan yang sama, meskipun jenis dan tingkat pengalaman mereka berbeda satu sama lainnya. Perkembangan mental anak terjadi secara bertahap dari tahap yang satu ke tahap yang lebih tinggi. Semua perubahan yang terjadi pada setiap tahap tersebut merupakan kondisi yang diperlukan untuk mengubah atau meningkatkan tahap perkembangan moral berikutnya. Berkaitan dengan perkembangan moral, Piaget mengemukakan dua tahap perkembangan yang dialami oleh setiap individu. Tahap pertama disebut “Heteronomous” atau tahap realisme moral. Dalam tahap ini seorang anak cenderung menerima begitu saja aturan-aturan yang diberikan oleh orang-orang yang



berkompeten.



Tahap



kedua



disebut



“Autonomous



Morality”



atau



independensi moral, dalam tahap ini seorang anak akan memandang perlu untuk memodifikasi aturan-aturan untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada (Aunurrahman, 2009: 58).



Dalam pandangan Piaget (Aunurrahman, 2009: 59) tahap-tahap kognitif mempunyai kaitan yang sangat erat dengan empat karakteristik berikut: 1. Setiap anak pada usia yang berbeda akan menempatkan cara-cara yang berbeda secara kualitatif, utamanya dalam cara berpikir atau memecahkan permasalahan yang sama. 2. Perbedaan cara berpikir antara anak satu dengan yang lainnya sering kali dapat dilihat dari cara mereka menyusun kerangka berpikir yang saling berbeda. Dalam hal ini ada serangkaian langkah yang konsisten dalam kerangka pikirnya, dimana tiap-tiap anak akan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan usianya. 3. Masing-masing cara berpikir akan membentuk satu kesatuan yang terstruktur. Ini berarti pada tiap tahap yang dilalui seorang anak akan diatur sesuai dengan cara berpikir tertentu. Piaget mengakui bahwa cara-cara berpikir atau



terstruktur



tersebut



pada



dasarnya



mengendalikan



pemikiran



yang



berkembang. 4. Tiap-tiap urutan dari tahap kognitif pada dasarnya merupakan suatu integrasi hierarkis dari apa yang telah dialami sebelumnya.



Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian disekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek, seperti mainan, perabot, makanan serta objek-objek sosial seperti diri, orang tua dan teman. Bagaimana cara anak belajar mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek atau peristiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut. Piaget memandang bahwa anak memegang peran aktif didalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas (Desmita, 2005: 46). Anak tidak pasif menerima informasi. Walaupun proses berpikir dan konsepsi dengan dunia sekitar dia, namun anak juga berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punya (Hetherington & Parke, 1975). Piaget memperkenalkan sejumlah ide dan konsep untuk mendeskripsikan dan menjelaskan perubahan-perubahan dalam pemikiran logis yang diamatinya pada anak-anak dan orang dewasa (Ormrod, 2008: 40). 1. Anak-anak adalah pembelajar yang aktif dan termotivasi. Piaget meyakini bahwa anak-anak secara alami memiliki ketertarikan terhadap dunia dan secara aktif mencari informasi yang dapat membantu mereka memahami dunia tersebut. Anak-anak secara terus menerus bereksperimen terhadap hal yang mereka temukan, melakukan tindakan terhadap hal tersebut dan mengamati apa yang terjadi setelahnya. 2. Anak-anak mengonstruksi pengetahuan mereka berdasarkan pengalaman. Anak-anak tidak hanya mengumpulkan hal-hal yang telah mereka pelajari, mereka menggabungkan pengalaman-pengalamannya untuk memahami segala sesuatu yang berada di dunia. Ketika anak berusaha membangun pemahaman mengenai dunia, otak akan membentuk skema (Santrock, 2008:48). 3. Anak-anak belajar melalui dua proses yang saling melengkapi, yaitu asimilasi dan akomodasi. Sekalipun skema-skema anak berubah seiring berjalannya waktu, proses perkembangan skema akan tetap sama. Piaget mengatakan bahwa pembelajaran dan perkembangan kognitif terjadi sebagai hasil asimilasi



dan akomodasi. Asimilasi adalah memasukkan informasi baru kedalam skema yang sudah mereka miliki. Akomodasi terjadi saat anak menyesuaikan skema mereka agar sesuai dengan informasi baru yang mereka dapat. 4. Interaksi anak dengan lingkungan fisik dan sosial adalah faktor yang sangat penting bagi perkembangan kognitif. Eksperimen yang dilakukan anak secara aktif terhadap lingkungan fisik adalah faktor penting bagi pertumbuhan kognitif. Interaksi sosial juga akan membuat anak sadar jika individu yang berbeda akan menginterpretasikan sesuatu secara berbeda. 5. Proses ekuilibrasi mendorong kemajuan ke arah kemampuan berpikir yang semakin kompleks. Ekuilibrasi adalah istilah Piaget untuk menjelaskan bagaimana anak beralih dari satu tahap pemikiran ke tahap berikutnya. Peralihan ini terjadi ketika anak berhadapan dengan keadaan dimana keterampilan yang mereka miliki tidak memadai. Sehingga mereka harus mengubah atau mengorganisasikan ulang skema mereka yang pada akhirnya akan mampu memahami hal yang belum ia pahami sebelumnya.



Menurut Piaget, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi, yaitu menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran anak dan akomodasi, yaitu proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikirannya untuk menafsirkan objek yang dilihatnya. Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu anak secara bertahap dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan di sekitarnya (Rusman, 2012: 251). Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahaptahap atau periode-periode yang terus bertambah dan kompleks (Desmita, 2005: 46). Setiap tahap berkaitan dengan usia terdiri atas cara pikir yang berbeda-beda serta bertumpu pada apa yang telah ada pada tahap sebelumnya. Empat tahap perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sensorimotor, praoperasional, operasional konkret dan operasional formal. Pada setiap tahap tersebut memiliki ciri khas yang unik dan berbeda. Tahap sensorimotor merupakan tahap perkembangan kognitif Piaget yang pertama, berlangsung dari kelahiran hingga kurang lebih usia 2 tahun. Pada permulaan tahap sensorimotor, bayi hanya menunjukkan lebih dari sekedar pola refleks untuk beradaptasi dengan dunia. Pada tahap ini, anak berfokus pada apa yang mereka lakukan dan lihat pada saat itu. Anak mulai melakukan eksperimen dengan lingkungannya dengan prinsip trial and error. Pada penghujung tahap ini, mereka memperlihatkan pola sensori (melihat, mendengar)-motorik (manjangkau,



menyentuh) yang jauh lebih rumit. Tahap ini desebut juga sebagai masa descriminating and labelling. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks, bahasa awal, waktu sekarang, dan ruang yang dekat (Trianto, 2011: 56). Piaget berargumen bahwa benda-benda bersifat permanen merupakan pencapaian kognitif yang sangat penting dalam masa bayi. Hal tersebut melibatkan pemahaman bahwa benda dan kejadian tetap ada meskipun benda/peristiwa tersebut tidak dapat dilihat, didengar atau disentuh. Pencapaian kedua adalah kesadaran bertahap bahwa ada perbedaan atau batas antara diri sendiri dan lingkungan sekitar (Santrock, 2008: 50). Tahap berikutnya adalah tahap praoperasional, yang berlangsung antara usia 2 sampai 7 tahun. Tahap ini disebut juga masa intuitif dengan terbatasnya kemampuan penerimaan rangsang (Trianto, 2011: 56). Pada masa awal praoperasional, keterampilan bahasa anak akan berkembang pesat dan peningkatan penguasaan kosakata sehingga membantu anak dalam berekspresi, walaupun kemampuan berpikir masih statis dan belum mampu berpikir abstrak. Anak juga mulai mampu berkomunikasi secara verbal. Piaget menyatakan bahwa kemampuan berpikir yang sesungguhnya muncul pada dua setengah tahun (Ormrod, 2008: 44). Tahap ketiga adalah tahap operasional konkret (6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun). Disebut juga masa performing operation. Proses berpikir anak pada tahap ini menjadi terorganisasi, sehingga anak mampu berpikir logis, mulai mampu memahami operasi dalam sejumlah konsep (Desmita, 2005: 156). Anak menyadari bahwa apa yang ia rasakan dan persepsinya terhadap suatu hal tidak selalu dialami oleh orang lain. Secara mental, anak mulai mampu melakukan apa yang sebelumnya hanya bisa ia lakukan secara fisik. Tahap perkembangan yang terakhir adalah tahap operasional formal (proportional thinking), usia 11 atau 12 tahun hingga dewasa). Pada tahap ini, anak dan remaja mulai mengambil keputusan berdasarkan pengalaman nyata dan berpikir lebih abstrak, idealis dan logis. Kemampuan matematika pada tahap ini juga cenderung membaik (Ormrod, 2008:47). Tahap-tahap perkembangan menurut Piaget ini diringkas dalam tabel berikut.



Tabel 1. Tahap perkembangan kognitif Piaget Usia/tah Tahap Sensorimotor



un 0-2



Gambaran Bayi bergerak dari tindakan refleks instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia



melalui



pengalaman-pengalaman



pengkoordinasian sensor



dengan



rindakan fisik. Preoperationa l



2-7



Anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya Peningkatan



pemikiran



simbolis



dan



melampaui hubungan informasi sensor dan tindak fisik. Concrete



7-11



Operational



Pada saat ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda kedalam bentuk-bentuk yang berbeda.



Formal



11-15



Operational



Anak remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis. Pemikiran lebih idealistik.



Tahap perkembangan tingkah laku belajar siswa Sekolah Dasar sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungan yang ada di sekitarnya, karena memang proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara individu, dalam hal ini siswa sekolah dasar, dengan lingkungannya. Anak pada usia Sekolah Dasar (7-11 tahun) berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia ini tingkah laku anak yang tampak yaitu: (1) anak mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) anak mulai berpikir secara operasional, (3) anak mampu mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) anak dapat membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) anak dapat memahami konsep substansi, panjang, lebar, luas, tinggi, rendah, ringan dan berat (Rusman, 2012: 251).



Siswa SD kelas rendah berada pada rentang usia 7 sampai 9 tahun. Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan badan, perkembangan motorik menjadi lebih halus dan terkoordinasi. Pertumbuhan fisik pada masa ini cenderung lebih stabil sebelum memasuki remaja. Usia ini berada pada tahap operasional konkret, dimana anak sudah mampu menggunakan pikirannya untuk berpikir logis walaupun masih terbatas. Anak pada usia 6 atau 7 tahun mampu menemukan jalan dari dan ke sekolah karena anak pada tahap ini dapat memahami cara yang lebih baik yang berhubungan dengan ruang. Anak sudah mampu mengelompokkan dan mengurutkan benda sesuai ciri-cirinya. Anak juga sudah dapat memecahlan masalah yang bersifat konkret (Rita Eka izzaty dkk, 2008: 106). Pada masa ini, anak sangat senang bermain, terutama permainan berkelompok. Permainan yang disukai adalah permainan yang menjelajah ke tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi, permainan yang berhubungan dengan membuat sesuatu, bernyanyi dan permainan olahraga. Berhubungan dengan perkembangan kognitifnya, anak sudah mampu berpikir abstrak, sehingga memungkinkan ia memiliki kemampuan untuk memahami aturan yang berlaku di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam hal emosi, tentunya berbeda antara emosi pada masa operasional konkret dengan masa lain. Emosi anak berlangsung relatif lebih singkat, namun kuat dan hebat. Saat emosi, anak akan sangat menampakkan emosinya melaui perilaku yang nampak. Namun tidak semua anak pada masa ini memberikan suatu respon yang sama pada hal yang sama pula (Rina dkk, 2008: 112). Ciri-ciri anak masa kelas rendah menurut Abu Ahmadi dkk (2005: 39) adalah: 1. Keadaan jasmani sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar 2. Suka memuji diri sendiri 3. Saat tidak bisa mnyelesaikan tugas, tugas dianggap tidak penting baginya 4. Menyukai membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain, terutama jika menguntungkan dirinya sendiri 5. Suka meremehkan orang lain 6. Tunduk pada peraturan-peraturan permainan tradisional.



C. Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lin gkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku (Slameto, 1995: 3)



Menurut John Dewey, seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran behavioural approach, mengemukakan bahwa belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (learning is a change of behaviour as a result of experience) ( Muhammad, 1985: 14). Beberapa pakar pendidikan juga mendefinisikan belajar sebagai berikut (Agus, 2009: 2): a.



Robert M. Gagne Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiyah.



b.



Robert M.W Travers Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.



c.



Lee J. Cronbach Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.



d.



Harold Spears Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, men iru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.



e.



M C. Geoch Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan.



f.



William G. Morgan Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Dari penjelasan beberapa ahli, pengertian belajar di atas dapat



disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh dari proses mendapatkan pengetahuan yang sebelumnya belum tau menjadi tau serta pengalaman individu itu sendiri dengan proses berinte raksi pada lingkungan. 2. Pengertian Hasil belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Agus supriono, 2009: 2). Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa: a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep atau lambang.



c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri. d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Menurut Nana Sudjana, hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terancana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan S. Nasution, berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar (Kunandar, 2010: 276) Menurut Bloom, Untuk mengetahui hasil belajar dibedakan menjadi tiga ranah yaitu sebagai berikut (Agus, 2009: 6-7): a. Ranah Kognitif Ranah kognitif yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, análisis, síntesis, dan evaluasi. b. Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Contoh hasil belajar afektif yaitu, kemauan untuk menerima pelajaran dari guru, perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan guru, bertanya, dan lain -lain. c. Ranah Psikomotor Ranah psikomotor yaitu hasil belajar keterampilan, dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni: gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar), keterampilan gerakan-gerakan dasar, kemampuan perseptual (membedakan visual, auditif, dan motoris), kemampuan dibidang fisik (misalnya kekuatan, ketepatan), gerakan-gerakan skill, dan kemampuan yang berkenaan dengan gerakan ekspresif dan interpreatif. Lindgren juga mengemukakan bahwa hasil belajar dapat dilihat melalui kecakapan, informasi pengertian dan sikap (Agus, 2009: 6-7). Hasil belajar merupakan kemampuan siswa yang dilakukan pada saat proses pembelajaran dan dapat dilihat dari nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (subsumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hasil



belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian yang diperoleh dari siswa dalam mata pelajaran PKn khususnya materi Organisasi Pemerintahan Tingkat Pusat. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab oleh siswa, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas.



Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain yaitu faktor internal dan eksternal (Anissatul, 2009: 31): a. Faktor Internal Belajar yang merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku peserta didik, ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa adalah faktor yang berasal dari dalam atau pada diri individu masing-masing. Secara spesifik faktor-faktor internal yang mempengaruhi aktifitas belajar adalah sebagai berikut : 1) Motivasi Motivasi akan muncul dan berhasil apabila seseorang itu mauberusaha, mempunyai keinginan dan memperbaiki diri untuk belajar Lebih baik. 2) Konsentrasi Konsentrasi memusatkan perhatian terhadap belajar yang dicapai. Di dalam aktifitas belajar konsentrasi sangat diperlukan karena apabila seseorang itu tidak konsentrasi dengan apa yang dihadapinya maka belajar tidak maksimal. Oleh karena itu dengan konsentrasi aktivitas yang dilakukan akan memenuhi sasaran untuk mencapai tujuan belajar itu sendiri. 3) Reaksi Dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental, sebagi wujud reaksi. Dengan adanya diri siswa maka proses belajar mengajar akan menjadi hidup, siswa tidak hanya duduk, diam, mendengarkan atau obyek dalam pembelajaran melainkan sebagi subyek dalam belajar. b. Faktor eksternal Selain faktor-faktor di atas juga terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor sosial : 1). Faktor Keluarga Keluarga yang tidak kondusif bisa mengakibatkan siswa menjadi malas untuk belajar. Misalnya, cara orang tua mendisiplinkan atau mendidik anak dalam belajar, adanya hubungan antar anggota keluarga yang tidak baik, suasana rumah, keadaan ekonomi dalam rumah tangga, pengertian orang tua dan latar belakang belakang keluarga. 2). Faktor Sekolah



Kondisi sekolah yang kurang memadai juga berpengaruh buruk terhadap belajar siswa. misalnya metode dalam pembelajaran kurang, kurikulum pembelajaran, hubungan antara guru dengan siswa kurang, kedisiplinan, peralatan sekoalah kurang. 3). Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseharian anak. Bentuk-bentuk masyarakat, media masa (tv, radio, bioskop) cara bergaul anak dengan masyarakat akan berpengaruh dalam belajar siswa.



D. Kerangka Berpikir Pembelajaran tematik dapat berjalan dengan baik apabila dalam setiap tahapan sudah dilaksanakan dengan baik pula. Tahapan tersebut adalah tahap perencanaan, pelaksanaan serta penilaian. Agar dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, maka guru SD kelas II harus memperhatikan kegiatan di setiap tahapan pembelajaran tematik.



 Pembelajaran monoton  Belum di temukan strategi pembelajaran yang tepat  Metode yang di gunakan konvensional  Rendahnya kreativitas belajar siswa.



 Perencanaan pembelajaran tematik  Penjelasan pembelajaran model tematik  Melaksanakan pembelajaran model tematik



Pemecahan Masalah



Evaluasi Awal



TUJUAN / HASIL



TINDAKAN



KONDISI SAAT INI



 Hasil belajar siswa meningkat  Guru mampu melaksanakan pembelajaran model tematik



Penerapan Pembelajaran Model Tematik Evaluasi Akhir



Gambar 2.2 Kerangka berfikir



E. Hipotesis Tindakan Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian. Hipotesis



Tindakan



adalah



suatu



pernyataan



yang



masih



harus



diuji



kebenarannya secara emperik, menurut singaribun hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan, karena ia merupakan instrumen kerja dari teori. (Iskandar, 2009:60) Pandangan para ahli bahwa hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir melalui rumusan masalah penellitian mengikuti format kalimat pertanyaan. (Iskandar, 2009:61) Dikatakan



sementara,



karena



jawaban



yang



diberikan



baru



berdasarkan pada asumsi-asumsi atau teori-teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta emperis yang diperoleh melalui pengumpulan data dan analisis data penelitian. Hipotesis pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Pembelajaran Tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II pada tema peristiwa. Hipotesis Penelitian Tindakan kelas ini menggunakan jenis penelitian Kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah Penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis . Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. . Dalam penelitian kualitatif, identitas dan peran informan serta informasiinformasi yang disampaikan menjadi hal-hal yang berharga sehingga peneliti harus memiliki tanggungjawab untuk memperlakukan identitas diri dan informasi yang disampaikan oleh informan. Identitas dan informasi tersebut dapat dibuka atau tertutup untuk khalayak, tergantung dari kesepakatan antara peneliti dan informan yang tertulis dalam formulir kesepakatan (consent form). Peneliti boleh membuka identitas selama informan sepakat dan peneliti juga harus menghargai keputusan apabila informan ingin identitasnya dilindungi.



F. Studi Relevan 1. Penelitian Yang Relevan Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh:



a. Taufiq Hidayat (2008:56) dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan Keaktifan Blajar Siswa Di Kelas V SD Islam As-Shofa Pekanbaru”.21 Penerapan metode ini berhasil meningkatkan kemampuan siswa, adapun mean keaktifan belajar siswa sebesar 46.5675 sedangkan mean keaktifan belajar siswa sesudah tindakan adalah 51.6771. Selain dengan melihat perbedaan mean, dapat juga dengan berpedoman pada nilai tes t, yaitu dengan cara membandingkan to (to observasi) dengan tt (t tabel), dimana df = 23 diperoleh tt sebesar 2,07 untuk taraf signifikan 5% 2,81 untuk taraf 1% sedangkan to yang diperoleh dari hasil analisis dengan menggunakan spss adalah sebesar 5.290 ini berarti bahwa nilai to lebih besar dari pada tt baik pada taraf signifikan 5% maupun taraf signifikan 1% (2.07 2.81). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nihil yang telah dirumuskan sebelum ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima. Dari perbedaan mean keaktifan



belajar



siswa



dapat



disimpulkan



bahwa



penerapan



pembelajaran tematik untuk eningkatkan keaktifan belajar siswa pada lkelas V SD As-Shofa meningkat b. Elis Mursyida (2011:45) dengan judul” Penerapan Metode make a match Sains Sebagai Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 42 Kota Bengkulu. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu melakukan obsrvasi. Dari analisis data untuk siklus I dapat diperoleh ratarata skor observasi aktivitas siswa yaitu 2,6 termasuk kategori baik sedangkan ratarata skor observasi guru adalah 2,75 termasuk kategori baik dengan ketuntasan belajar klasikal 71,42% (belum tuntas). Untuk siklus 2 dengan 21 Taufik Hidayat, Penerapan Program Make a match Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar IPS Pada Pokok Bahasan JenisJenis Fauna Siswa Kelas V SD Islam As-Shofa, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN: Pekanbaru 2008 rata-rata skor aktivitas siswa 3,4 term asuk kategori sangat baik sedangkan rata-rata skor aktivitas guru yaitu 3,5 termasuk kategori sangat baik dengan ketuntasan belajar klasikal 82,14 %. c. Ari Kurniawati (2013:67) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN Dandang Gendis Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan”. Tehnik pengumpulan data dengan menggunakan observasi dan tes tertulis, dari hasil analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa pada siklus I dalam pembelajaran pembelajaran tematik dengan tema pahlawanku untuk: (a) Keaktifan, kreatifitas, ketelitian, ketangkasan dan sosial kemanusiaan antar teman memiliki kategori cukup baik, yaitu 76,0 mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 92,7 dengan kategori sangat baik. (b) sedangkan hasil



belajar siswa melalui tes adalah 71 % dengan kriteria cukup meningkat. Sedangkan pada siklus 2 menjadi 81 % dengan kriteria baik sekaligus telah mencapai kriteria ketuntasan belajar kelas yaitu 80 %. (c) prosentase tanggapan siswa terhadap pembelajaran tematik 86,2 % dengan kategori baik dan meningkat menjadi 96,1 % pada siklus 2 dengan kriteria sangat baik. d. Widada (2013:50) yang berjudul “Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa” menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah dengan skor rata-rata 26,267. Sedangkan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional memiliki skor rata-rata 25,283. Ternyata skor rata-rata hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model berbasis masalah lebih tinggi dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.



BAB III METODE PENELITIAN



A. Desain Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan bentuk penelitian reflektif dengan



melakukan



tindakan-tindakan



tertentu



untuk



memperbaiki



atau



meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional. (Anas Salahudin, 2011:227). Kardiawarman Mengatakan, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari bahasa ingris Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang di lakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang di terapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. (Paizaluddin & Ermalinda, 2014:6). Pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, penulis dan guru bertukar peran, maksudnya adalah penulis sebagai guru yang memberikan pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai peneliti yang bertindak sebagai pengamat ketika pembelajaran tematik dengan tema peristiwa di lakukan. 1. Jenis penelitian Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR). PTK adalah penelitian yang di lakukan oleh guru dalam kelas



atau



sekolah



tempat



mengajar



dengan



penekanan



pada



penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran. Proses penelitian berbentuk siklus (cycles) yang mengacu pada model elliot’s. Siklus ini berlangsung beberapa kali sehingga tercapai tujuan yang di inginkan pada pembelajaran tematik. Dalam setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok, yaitu perencuanaan (plan), pelaksanaan (action), pengawasan (observe), dan refleksi (reflect). Kegiatan perencanaan awal di mulai dari melakukan pendahuluan. pada penelitian ini juga mendiskusikan cara melakukan tindakan pembelajaran dan bagaimana cara melakukan. Pengamatan selama tindakan penelitian di lakukan peneliti. pengamatan berdasarkan pedoman observasi yang telah di siapkan. Kejadian-kejadian penting selama proses di buat pada catatan pembelajaran. Refleksi dilaksanakan peneliti bersama guru. Kegiatan ini berdiskusi untuk memberi makna menerangkan dan menyimpulkan hasil tindakan yang telah di lakukan. Berdasarkan kesimpulan pada kegiatan refleksi ini suatu perencanaan untuk siklus berikutnya di buat tindakan penelitian di pandang cukup. Evaluasi hasil penelitian di lakukan untuk mengkaji hasil pelaksanaan observasi dan refleksi pada setiap tindakan. 2. Peran peneliti di lapangan



Pada penelitian ini peneliti dan guru kelas berperan sebagai fasilitator yang melakukan bimbingan secara bertahap atau scaffolding. Scaffolding adalah bantuan yang diberikan oleh guru ataupun siswa kepada siswa lainnya untuk belajar dan menyelesaikan masalah. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, dan peringatan, penguraian masalah kedalam langkah langkah pemecahan, pemberian contoh, dan tindakan tindakan lainnya yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri.



B. Setting dan Subyek Penelitian 1.



Tempat dan waktu penelitian: Penelitian ini di laksanakan di Kelas II SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi semester I 4 Juli - 2 Agustus 2017



2.



Subyek penelitian: Subyek



penelitian



ini



peneliti



melakukan



penelitian



Implementasi



pembelajaran tematik pada siswa kelas II SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi.



C. Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang di lakukan guru didalam kelasnya. Melalui refleksi dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai seorang guru, sehingga pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi. Pada Kelas II SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi yang peroses pembelajarannya berlangsung secara monoton tanpa adanya hubungan yang komunikatif antara siswa dengan guru serta siswa dengan siswa yang lainnya, bahkan menimbulkan rasa bosan pada siswa saat mengikuti proses pembelajaran, hal tersebut di sebabakan oleh guru yang melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode belajar yang sering di pakai seperti metode ceramah pada saat proses pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan model Kemmis dan Taggart, yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah pokok yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting) atau evaluasi. Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu siklus PTK yang di gambarkan dalam bentuk spiral. Seperti pada Gambar dibawah ini.



Perencanaan Tindakan - I



Permasalahan



Siklus I



Refleksi - I



Permasalahan baru,hasil reflkesi Perbaikan perencanaan Tindakan - II



Siklus II



Refleksi - II



Pelaksanaan Tindakan - I



Pengamatan/pen gumpulan data- I



Pelaksanaan Tindakan - II



Pengamatan/pen gumpulan dataII



Gambar 3.1 Siklus Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (Trianto, 2011: 73)



Gambar di atas dapat dijelaskan bahwa rancangan/rencana awal, merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum mengadakan penelitian. Peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya



instrumen



penelitian



dan



perangkat



pembelajaran.



Kemudian



pelaksanaan kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya meningkatkan keaktifan belajar dan karakter siswa dengan diterapkannya model pembelajaran tematik. Selanjutnya refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Fungsi dari masing-masing tahapan pada siklus tersebut adalah sebagai berikut :



1. Siklus I Tahap 1 :



Menyusun Rancangan Tindakan Sebelum melaksanakan tindakan kelas guru terlebih dahulu menyusun perencanaan yaitu : a) Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa b) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran c) Membuat media pembelajaran untuk melaksanakan pembelajaran d) Membuat lembar kerja siswa



e) Membuat instrumen pembelajaran dalam siklus PTK f) Tahap 2 :



Menyusun alat evaluasi pembelajaran



Pelaksanaan Tindakan Penelitian tindakan kelas adalah pelaksanaan yang merupakan tindakan



implementasi



atau



penerapan



isi



rancangan,



yaitu



mengenakan tindakan kelas berikut yang dilakukan oleh peneliti: a) Guru menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakn model pembelajaran tematik. b) Guru membagi siswa kedalam kelompok yang beranggotaan  5 orang secara heterogen c) Siswa



diberikan



kesempatan



untuk



mengamati



dan



mendiskusikan sesama teman sekelompoknya pelajaran yang telah diberikan oleh guru sebelumnya d) Guru



memberikan



pertanyaan-pertanyaan



kepada



siswa



berkenaan dengan materi ajar yang diberikan sebelumnya e) Guru memberikan penguatan dan kesimpulan kepada siswa f)



Tahap 3 :



Guru memberikan evaluasi



Pengamatan Pengamatan atau observasi dilakukan pada semua kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam dan mendokumentasikan setiap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pengamatan yang dilkukan oleh peneliti adalah : a) Situasi kegiatan pembelajaran b) keaktifan dan karakter siswa dalam pembelajaran c) Hasil belajar siswa



Tahap 4 :



Refleksi Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Dalam tahap ini hasil yang dicapai belum memenuhi kriteria keberhasilan maka dalam siklus ini akan diperbaiki pada tahap siklus selanjutnya.



2. Siklus II Tahap 1 :



Perencanaan Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Perencaan pembelajaran siklus II masih sama dengan siklus I hanya saja guru lebih dimaksimalkan dalam memotivasi dan membimbing siswa



Tahap 2 :



Pelaksanaan



Peneliti melaksakan pembelajaran dengan menggunakn model pembelajaran



tematik



dan



tentunya



berdasarkan



rencana



pembelajaran hasil siklus I. Di setiap awal pembelajaran disampaikan indikator pembelajaran agar siswa mengetahui sasaran yang akan dicapai dalam proses pembelajaran. Tahap 3 :



Pengamatan Peneliti



melakukan



pengamatan



terhadap



kegiatan



aktivitas



pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tematik selama proses pembelajaran berlangsung. Tahap 4 :



Refleksi Penelitian dan guru melakukan refleksi terhadap siklus II seperti pada siklus I, serta menganalisis untuk membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Tematik tema bermain di Lingkungan Di Kelas II SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi.



D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: a. Tes “Tes merupakan alat pengukur data yang berharga dalam penelitian. Tes ialah seperangkat rangsangan (stimul) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban–jawaban yang dijadikan penetapan skor angka.” (Sugiono,2014:131) Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan tes. Tes ini dilakukan sebanyak satu kali yakni pada akhir di setiap siklus berlangsung dengan melakukan tes soal. Dalam penelitian ini peneliti memberikan kesempatan setiap siswa untuk mengerjakan soal yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti. Tes hasil belajar berfungsi untuk mengukur tingkat kemampuan individu setelah diterapan model pembelajaran PBL. Soal tes dibuat oleh peneliti bekerjasa dengan guru bidang studi sebagai tim ahli. b. Wawancara



Wawancara digunakan untuk mengungkap data yang berkaitan dengan sikap, pendapat, atau wawasan serta untuk menggali beberapa hal yang berkaitan dengan pembelajaran (Sugiono, 2014: 245). Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang peningkatan hasil belajar siswa dan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran tematik dalam pembelajaran tematik tema peristiwa, kesulitan apa saja yang dihadapi guru selama proses pembelajaran.



c. Observasi “Observasi atau Pengamatan adalah proses pengumpulan data dalam penelitian dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian.” (Paizaluddin dan Ermalinda,2014:113) Sutrisno Hadi dalam Sugiono (2009) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Dalam penelitian ini digunakan observasi untuk mengetahui besar aktivitas siswa dan guru dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan



Model



Pembelajaran Tematik



dengan guru



sebagai



observer. d. Dokumentasi “Dokumentasi merupakan “catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya–karya dokumental dari seseorang.” (Sugiono,2014 :329). Dokumentasi digunakan untuk menggambarkan situasi dan kondisi kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Tematik berupa foto-foto kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan di kelas, dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.



2. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: a. Tes Hasil Belajar Pengambilan



data



kuantitatif



dilakukan



dengan



menggunakan



seperangkat alat tes yang berupa tes berbentuk pilihan ganda yang diadakan di setiap akhir siklus pembelajaran. b. Lembar Observasi Ada dua lembar observasi yang disiapkan peneliti sebagai berikut:



1. Lembar observasi aktivitas guru (peneliti) yang dilakukan setiap pertemuan. Yang menjadi observer adalah guru di SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi. Observer mengisi lembar observasi dengan memberikan tanda ceklis (√) apabila peneliti melakukan tindakan sesuai dengan keterlaksanaan metode pembelajaran pada lembar observasi. 2. Lembar observasi aktivitas siswa selama kegiatan belajar kegiatan belajar mengajar berlangsung. Yang menjadi observer adalah guru di SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi. Observer mengisi jumlah siswa yang kreatif maka dapat dilihat persentase keaktifan dan karakter siswa.



E. Teknik Analisis Data Untuk mengetahui keefisien suatu model dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang di capai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta kreativitas siswa selama proses pembelajaran. 1. Data kualitatif Menurut (trianto, 2013) pada data kualitatif yang merupakan hasil observasi aktivitas siswa dapat dihitung melalui: Persentase respon siswa =



x 100%



Dimana : A = proporsi siswa yang memilih (aktif) B = jumlah siswa (keseluruhan) Dengan penilaian :



0 – 19



= tidak aktif



20 – 59 = kurang aktif 60 – 69 = cukup aktif 70 – 79



= aktif



80 – 100 = aktif sekali Sedangkan hasil observasi aktivitas guru diberikan nilai sebagai berikut: 1 = kurang baik 2 = cukup baik 3 = baik 4 = baik sekali 2. Data kuantitatif



Data kuantitatif merupakan proses penghitungan keaktifan belajar siswa pada masing-masing siklus yang dilakukan dengan penghitungan (haris, 2008:78). Skor =



𝐵 𝑁



x 100



Keterangan : B : jumlah butiran dijawab dengan benar N : banyak butiran soal nilai rata-rata hasil belajar siswa Nilai rata-rata hasil belajar siswa dapat dihitung menggunakan rumus: X=



𝑋 𝑁



Keterangan : X : nilai rata-rata ∑X : jumlah semua nilai siswa ∑N : jumlah siswa



Menurut (almiati, 2008) nilai ketuntasan hasil belajar siswa dapat dihitung dengan menggunakan : P=



𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟 𝑥 100% 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎



∑ ( siswa yang tuntas belajar), dengan penilaian : 0 – 19 = Tidak aktif 20 – 59



= Kurang aktif



60 – 69



= Cukup aktif



70 – 79



= Aktif



80 – 100



= Aktif sekali



F. Kriteria Keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila telah terdapat sedikitnya 70% siswa aktif dalam mengikuti pelajaran. Keberhasilan atau ketuntasan belajar dilihat berdasarkan hasil observasi yang dilakukan guru guru terhadap semua siswa yang menjadi obyek penelitian,di SDN 91/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi, siswa dikatakan berhasil atau tuntas apabila terdapat 70% siswa yang berhasil dari kesuluruhan yang mengikuti proses pembelajaran.



BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN



A.



Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1.



Historis a.



Historis Sekolah Berdirinya SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Batang Hari (Sekarang Muaro Jambi) diawali dari keinginan pemerintah untuk adanya lembaga pendidikan formal dengan basis pendidikan IPTEK. Untuk mewujudkan keinginan ini pemerintah melakukan beberapa upaya: a) SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Batang Hari (Sekarang Muaro Jambi) berdiri sejak tahun 1962 dengan kepala sekolah pertama adalah M.Subli dengan masa jabatan dari tahun 1962-1963 b) Selanjutnya SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Batang Hari (Sekarang Muaro Jambi) didirikan dan mulai menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar pada pagi hari. c) Pendirian 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Batang Hari (Sekarang Muaro Jambi) akhirnya dikokohkan dengan no NPSN 10502746 tentang Persetujuan Pendirian dan Pemberian Status Izin Sekolah Dasar di lingkungan pemerintah Kabupaten Batang Hari (Sekarang Muaro Jambi) provinsi



Jambi,



dengan



Nomor



Statistik



Sekolah



(NSS)



1011007011003. (TU SDN 091/IX Rengas Bandung) 2. Geografis Secara geografis



Terletak di Lintang -1.6340000 dan di Bujur



103.6508000 SDN 91X Rengas Bandung berada di desa Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Batang Hari (Sekarang Muaro Jambi) yang beralamat Jl.Lintas Timur RT 04 desa Rengas Bandung. Letak gedung berada dipinggir jalan desa dengan arus transportasi cukup lancar. Sehingga siswa-siswi maupun guru dan staf pegawai cukup mudah untuk mencapai lokasi tersebut hanya saja jalan nya berlobang. 3. Visi dan Misi Sekolah a. Visi “Menuju sekolah yang unggul dalam prestasi berdasarkan IPTEK dan IMTAQ” b. Misi



1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan dengan efektif dan professional untuk mengembangkan potensi siswa. 2) Melaksanakan kegiatan non akademik



dengan intensif



untuk



mengembangkan bakat minat siswa secara optimal. 3) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang di anut dan budaya bangsa, sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak. 4) Menerapkan manajemen partisipasi untuk menciptakan kekompakan, kebersamaan dengan mengutamakan musyawarah. (TU SDN 091/IX Rengas Bandung)



4. Program Pembelajaran SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi merupakan Sekolah Dasar sebagai mana umumnya, dimana proses pembelajarannya telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang mengacu kepada Kurikulum Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas). 1) Mata pelajaran yang diajarkan a) Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) b) Bahasa Indonesia c) Matematika d) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) e) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) f) Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) g) Penjaskes h) Agama i) Pramuka 2) Ekstrakurikuler a) Drum Band 5. Sarana dan Prasarana Dalam usaha meningkatkan proses pembelajaran dan tercapainya tujuan pendidikan yang telah diterapkan, maka harus tersedia faktor-faktor yang



menunjang



terlaksananya



proses



pembelajaran,



sarana



dan



prasarana merupakan salah satu yang mempunyai fungsi sangat penting yang dapat mempermudah dalam pembelajaran dan tercapainya tujuan pendidikan. a. Sarana Pendidikan Sarana pendidikan merupakan tempat berlangsungnya proses pembelajaran dan adapun sarana yang dapat menunjang kelangsungan



proses pembelajaran di SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel IV.1 Keadaan Sarana Pendidikan SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi No Uraian Jumlah Keterangan 1



Ruang kepala sekolah



1 Ruang



Baik



2



Ruang wakil kepala sekolah



1 Ruang



Baik



3



Ruang TU



1 Ruang



Baik



4



Ruang guru



1 Ruang



Baik



5



Ruang UKS



1 Ruang



Baik



6



Ruang Iks



1 Ruang



Baik



7



Ruang Kelas



6 Ruang



Baik



8



Wc guru



1 Ruang



Baik



9



Wc Siswa



1 Ruang



Baik



b. Prasarana Pendidikan Prasarana pendidikan merupakan faktor yang membantu dalam menunjang proses pembelajaran di SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupten Muaro Jambi Adapun prasarana olahraga yaitu : 1). Lapangan Bola Volley 2). Lapangan Bola Kaki 3). Lapangan Badminton



6. Struktur Organisasi Lembaga pendidikan formal sebagai penyelenggara organisasi kerja, di selenggarakan secara sistematis, terpimpin dan terarah pada tujuan yang di harapkan. SDN 091/IX Rengas Bandung telah menata suatu struktur organisasi. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat dalam gambar berikut :



Kepala sekolah M. BASRI S.Pd



Wakil MASRANI S.Pd



Unit Perpustakaan Dewi Ana S.Pd



GURU KELAS II ASPRIYANTI



GURU KELAS I JALINAR



Komite MUKHLISIN



GURU KELAS III SYAYUTI



Tata Usaha HERIYANTO S.Pd.I



GURU POK Rd DARMADI



GURU AGAMA SOFIYANTO



GURU KELAS V SUHERMANTO



GURU KELAS IV Rd. M SUBANDI



GURU KELAS VI M NAPIS



PENJAGA



SISWA



MASYARAKAT SEKITAR Gambar IV.1 Struktur Organisasi SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamtan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi



7. Keadaan Guru Dan Siswa a. Keadaan Guru Pada dasarnya guru sebagai tenaga pengajar di SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi ini, cukup bagus dan berpengalaman karena sudah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diperbantukan sampai saat ini. Tabel IV.2 Data Guru SDN 091/IX Rengas Bandung No 1 2 3 4



NAMA GURU/PEGAWAI M. Basri, S.Pd Batanghari, 12/12/1960 Aspriyanti, S.Pd Kumun Hilir, 09/09/1972 Jalinar S.Pd. Kumun Hilir, 15/11/1966 Masrani S.Pd



L/P



PENDIDIKAN



JABATAN



L



S1



Kepala Sekolah



P



S1



wali Kelas II



P



S1



wali kelas I



L



S1



wali kelas VI



Tanjung Jabung, 20/04/1960 M. Napis, S.Pd. 5 Jambi, 05/02/1979 6 Rd Darmadi, S.Pd Jambi, 06/01/191968 7 Rd M Subandi S.Pd. Jambi, 10/10/1982 8 Sarjana S.Pd.I Senaung,30/08/1970 9 Sofyanto, S.Pdi Kedemangan, 15/06/1973 10. Suhermanto, S.Pd Merlung, 20/09/1962 11. Syayuti, S.Pd Jambi, 19/08/1980



L



S1



Wali kelas VI



L L



S1



Guru Penjas



S1



Wali kelas IV



S1



Guru B. Studi



L



S1 S1



Guru Agama Wali Kelas V



L



S1



Wali Kelas III



P L



b. Keadaan Siswa Semenjak berdirinya Sekolah Dasar Negeri 091/IX Rengas Bandung sampai saat telah mengeluarkan siswa siswi yang dapat mengantarkan mereka ke jenjang yang lebih tinggi, sedangkan jumlah siswa keseluruhan di Sekolah Dasar Negeri 091/IX Rengas Bandung yaitu 119 siswa, yang terdiri dari 23 siswa kelas I, 22 siswa kelas II, 18 siswa kelas III, 25 siswa kelas IV, 23 siswa kelas V, dan 15 siswa kelas VI. B.Temuan Penelitian 1. Kondisi Awal Hasil Belajar Siswa Kondisi awal hasil siswa kelas II dalam pembelajaran tematik dengan Tema Bermain di Lingkunganku di SDN 091/IX Rengas Bandung rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan data hasil MID semester yang diikuti oleh siswa yang peneliti peroleh dari wali kelas II di SDN 09/IX Rengas Bandung, berikut data tersebut: Tabel IV.3 Nilai Ulangan Siswa Kelas II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13



Nama siswa Ahmad Rasyid Al-Zahran Alif Fiemansyah Asri Nur Ayu Candra Cinta Gresta Putri Enggelina Sapitri Fadil Albiano Gladis Morena Putri Heri Setiyono Jingga Loviana Cusyufa Keisya Nella Novrisa Kms. Salman Al Faziri M. Alfarezi



Nilai Pra siklus 30 50 80 60 50 70 40 70 50 40 30 50 70



Ketuntasan √ √ √ √



14 15 16 17 18 19 20 21 22



M. Expal Sajri M. Irsyad Maulafi M. Rifaldi Monika Safitri Muhadan Al Farizi Muhammad Tio Rizki Nazril Maulana Niken Aulia Mawaddah Suci Jumlah Nilai rata-rata siswa Jumlah siswa yang berhasil Presentase keberhasilan siswa Jumlah siswa yang belum berhasil Presentase siswa yang belum berhasil



50 50 30 50 70 80 70 50 70 1.210 55.00 8 36.36% 14 63,63%



√ √ √ √ 8



Data dalam tabel IV.3 di atas terlihat hasil belajar siswa masih sangat rendah. Jumlah siswa yang berhasil hanya 8 orang atau 36.36% dari jumlah keseluruhan siswa 22 orang, sedangkan jumlah siswa yang belum berhasil 14 orang atau 63,63% dari jumlah keseluruhan. Selain itu nilai rata-rata yang diperoleh siswa juga masih rendah yaitu 55,00. Dari sinilah peneliti mulai melakukan penelitian tindakan kelas guna untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa pada tema Bermain Di Lingkunganku kelas II dengan menggunakan Model Pembelajaran Tematik. Prasiklus Pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tematik pada tema Bermain di lingkunganku yang mana guru kurang mengkreasikan dalam penggunaan metode selama proses pembelajaran sebagai alat bantu pemahaman siswa. Sehingga proses pembelajaran berlangsung kurang maksimal dan tidak adanya timbal balik. Oleh karena itu guru harus dapat menerapkan metode yang dapat menarik perhatian siswa dan mendesain proses pembelajaran yang efektif dan efisien secara menarik sehingga



akan terciptanya



timbal balik dalam proses pembelajaran.



Dengan demikian dapat meningkatkan hasil belajar siswa.



C. Deskripsi Data Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 04 September 2017 sampai dengan 25 Oktober 2017. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga pertemuan pemberian tindakan dan satu kali pertemuan tes hasil belajar akhir siklus yang setiap pertemuannya terdiri dari 6x35 menit. Tindakan pembelajaran yang dilakukan pada setiap siklus disesuaikan dengan rencana pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran Tematik dengan Tema Bermain di Lingkunganku dengan menggunakan Model Pembelajaran Tematik di SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar



Kota Kabupaten Muaro Jambi dengan jumlah siswa 22 orang yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 9 siswi perempuan. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini melalui empat tahapan yaitu, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Setelah melalui tahapan-tahapan tersebut maka diperoleh data-data yang berkaitan dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran tematik kelas II SDN 091/IX Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi. a. Siklus I Pelaksanaan tindakan siklus I ini terbagi beberapa tahapan, yakni perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. 1) Perencanaan Perencanaan pembelajaran siklus I yang dilakukan oleh peneliti dengan menganalisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan



disampaikan kepada siswa, pada siklus I ini materi yang akan



diajarkan kepada siswa mengenai Tema Bermain di Lingkunganku dengan sub Tema Bermain di lingkungan Rumah Pelaksanaan pembelajaran dalam kelas menggunakan Model Pembelajaran Tematik, sebelum mengajar guru mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar kesiapan guru dalam mengajar lebih maksimal. Namun dalam hal ini tidak hanya model pembelajaran tersebut



yang



digunakan



tetapi



di



dalam



pembelajaran



akan



dikolaborasikan dengan media gambar. Dengan demikian, rencana proses pembelajaran tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran berlangsung, sehingga hasil belajar yang akan dicapai dapat meningkat. Tabel IV.4 Jadwal Perencanaan siklus I No 1



2



3



Hari / tanggal Senin 04 September 2017 Rabu 06 September 2017 Kamis 07 September 2017



Pertemuan



Materi



Pertemuan I



Bermain di Lingkungan Rumah



Pertemuan II



Bermain di Lingkungan Rumah



Pertemuan III



Uji kompetensi



2) Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I (pertama) terdiri dari 3 kali pertemuan, pertemuan pertama dan kedua dapat dlihat melalui tahapan pelaksanaan pembelajaran yang dilalui oleh guru berkut ini: a) Guru



mengawali



pembelajaran



berupa



absensi



siswa,



mengkondisikan siswa, serta apersepsi. b) Guru kemudian memaparkan informasi atau pengarahan kepada siswa mengenai cara-cara memahami model pembelajaran Tematik. Dan pada kesempatan tersebut guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apa yang belum jelas. c) Guru menjelaskan sedikit tentang materi yang akan dipelajari dan siswa diberi waktu untuk berpikir sebentar. d) Guru meminta siswa secara berkelompok dan mendiskusikan pelajaran yang sudah diberikan mengenai aktivitas-aktivitas bermain dilingkungan rumah selama 5 menit. e) Guru meminta siswa mengamati gambar pada teks percakapan Beni dan Tiur f)



Guru meminta Siswa bertanya jawab tentang keberagaman anggota keluarga menurut jenis kelamin berdasarkan jenis kelamin kelamin tokoh pada teks percakapan



g) Siswa di arahkan guru untuk menceritakan kembali isi percakapan beni dan tiur dengan percaya diri h) Siswa di arahkan guru mengelompokan kegiatan yang bisa di lakukan di rumah dengan percaya diri i)



Guru mengakhiri pertemuan, siswa diberikan tugas rumah untuk menjawab beberapa pertanyaan yang sudah diberikan sesuai materi yang sudah dipelajari.



j)



Guru memberikan arahan kepada siswa untuk belajar pada pertemuan yang kedua



k) Guru menutup pelajaran dan memberikan salam.



Pertemuan



ketiga



mengevaluasikan



hasil



belajar



siswa



dengan



memberikan tes siklus I. Pada pertemuan akhir siklus I, siswa diberikan tes yang diadakan dalam bentuk ulangan formatif untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa



terhadap materi yang telah diajarkan, serta



bagaimana dengan hasil belajar siswa yang diperoleh setelah proses pembelajaran dilaksanakan apakah mengalami penigkatan atau tidak. Tes



ini terdiri dari 10 pilihan ganda yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Tematik lebih ditekankan pada keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung. karena siswa disini dituntut untuk melakukan pengamatan/memperhatikan



bahan



pelajaran



yang



dijelaskan,



membandingkan antara teori dengan kenyataan serta mempraktekkan secara langsung. Model dan alat ini digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar dan mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran karena siswa tidak hanya mendengarkan tetapi juga memperhatikan guru dalam menjelaskan materi tersebut yang pada akhirnya akan membuat hasil belajar siswa menjadi lebih baik. 3) Hasil Observasi a) Hasil observasi aktivitas siswa Berdasarkan hasil observasi yang merupakan gambaran aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berlangsung, secara keseluruhan aktivitas siswa selama dalam proses pebelajaran belum berlangsung optimal, hal ini dapat dilihat dari tabel berikut:



Tabel IV.5 Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Siklus I No



Hasil yang diamati



Jumlah siswa



%



Pendahuluan 1



Siswa memasuki kelas tepat waktu



22



100



2



Siswa siap menerima pelajaran



19



86



3



Siswa



7



31



15



68



berpartisipasi



pertanyaan



dalam



tentang



menjawab



pelajaran



yang



mereka telah pelajari sebelumya 4



Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang indikator dan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti



5



Siswa memperhatikan penjelasan guru



15



68



6



Siswa



20



90



10



45



memperhatikan



gambar



teks



percakapan Beni dan Tiur yang terdapat di buku siswa 7



Siswa



bertanya



jawab



tentang



keberagaman anggota keluarga menurut



8



jenis kelamin .



14



63



Siswa mampu menjawab pertanyaan dari



6



27



5



22



18



81



8



36



guru seputar materi yang telah dijelaskan 9



Siswa



menceritakan



kembali



isi



percakapan Beni dan Tiur dengan percaya diri 10



Siswa memperhatikan penguatan materi



Penutup 11



Siswa mampu mengelompokan kegiatan yang bisa dilakukan di rumah dengan percaya diri



12



Siswa mencatat tugas rumah



22



100



13



Siswa mampu mengumpulkan tugas tepat



18



81



pada waktunya Dari tabel IV.5 di atas terlihat bahwa terdapat hasil siswa yang belum terlaksana degan baik, hasil yang diamat belum sesuai dengan yang diharapkan, hal ini menunjukkan aktvitas belajar siswa masih rendah dan upaya untuk meningkatkan hasil belajar belum terlaksana dengan baik dan belum memuaskan.



b) Hasil observasi aktivitas guru Berdasarkan



observasi



aktivitas



guru



selama



dalam



proses



pembelajaran berlangsung, secara keseluruhan aktvitas guru dalam mengajar belum optimal, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:



Tabel IV.6 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I



No



Tingkat Pengamatan 1 2 3 4



Hasil yang diamati Pendahuluan



1



Guru



memasuki



kelas



tepat



waktu



dan



siswa



agar



siap √



mengucapkan salam 2



Guru



mengkondisikan



mengikuti pelajaran 3



Guru mengajak siswa mengulang kembali √







materi yang telah dipelajari Kegiatan inti 4



Guru menjelaskan materi pelajaran







5



Guru membimbing siswa untuk memperhatikan







gambar teks Beni dan Tiur 6







Guru membimbing siswa untuk tampil kedepan membacakan teks percakapan Beni dan Tiur.



7



Guru memberikan tugas kepada siswa untuk √ mencatat hal-hal pokok teks cerita percakapan Beni dan Tiur di lingkungan rumah



8



Guru



mengarahkan



mengelompokkan



siswa



kegiatan



yang



bisa √



dilakukan dirumah 9



Guru mengajak siswa untuk aktif selama √



proses pembelajaran. 10







untuk



Guru memberikan pertanyaan kepada siswa seputar materi yang telah dijelaskan Penutup



11



Guru



menyimpulkan



materi



yang



telah







dipelajari 12



Guru memberikan tugas tambahan kepada







siswa Keterangan: 1 = Kurang Baik 2 = Cukup Baik 3 = Baik 4 = Baik Sekali



Dari tabel IV.6 di atas dapat dilihat bahwa kegiatan guru dikategorikan kurang baik terhadap 4 poin aktivitas, kategori cukup baik terdapat 4 poin aktivitas, kategori baik terdapat 2 poin aktivitas, dan kategori baik sekali terdapai 2 poin aktivitas.



c) Hasil Belajar Siswa Untuk melihat seberapa besar hasil belajar dan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, pada siklus pertama ini dilaksanakan tes siklus I yang terdiri dari 10 soal ganda. Berikut hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I:



Tabel IV.7 Hasil Belajar Siswa Kelas II pada Siklus I yang diikuti oleh 22 Orang Siswa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22



Nama siswa Ahmad Rasyid Al-Zahran Alif Fiemansyah Asri Nur Ayu Candra Cinta Gresta Putri Enggelina Sapitri Fadil Albiano Gladis Morena Putri Heri Setiyono Jingga Loviana Cusyufa Keisya Nella Novrisa Kms. Salman Al Faziri M. Alfarezi M. Expal Sajri M. Irsyad Maulafi M. Rifaldi Monika Safitri Muhadan Al Farizi Muhammad Tio Rizki Nazril Maulana Niken Aulia Mawaddah Suci Jumlah Nilai rata-rata siswa Jumlah siswa yang berhasil Presentase keberhasilan siswa Jumlah siswa yang belum berhasil Presentase siswa yang belum berhasil



Nilai siklus 80 50 70 60 50 70 40 70 80 50 90 50 70 80 80 60 50 70 80 70 50 70 1.440 65.45 13 59.09% 9 40.90%



Ketuntasan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13



Dari tabel IV.7 di atas diketahui bahwa nilai rata-rata siswa masih rendah dan belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini terlihat dari rendahnya nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu 65.45 jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya 13 orang atau 59.09% dari jumlah siswa secara keseluruhan, siswa yang belum berhasil sebanyak 9 orang atau 40.90% dari jumlah siswa keseluruhan, artinya tindakan yang diberikan pada siklus I belum dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II pada tema Bermain di Lingkunganku SDN 091/IX Rengas Bandung, oleh karena itu tindakan harus dilanjutkan pada siklus II. 4. Refleksi Siklus I Berdasarkan hasil lembar observasi siswa dan guru, pelaksaan siklus I dapat dikatakan belum berhasil dan perlu ditingkatkan pada siklus II. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya pemahaman dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran, bahkan masih ada siswa yang belum kosentrasi dan belum memahami sistem pembelajarannya, hal ini



disebabkan adanya kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam strategi dan proses pembelajaran Adapun



kendala



yang



dihadapi



pada



pelaksanaan



proses



pembelajaran pada siklus I di antaranya sebagai berikut: a)



Kendala siswa 1) Siswa kurang fokus dalam proses pembelajaran 2) Siswa kurang memahami maksud dan tujuan materi yang diberikan. 3) Siswa kurang memperhatikan guru dalam menjelaskan materi 4) Siswa kurang berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru



b) Kendala guru a)



Guru kurang optimal dalam memotivasi siswa untuk belajar



b)



Guru



belum



optimal



dalam



membimbing



siswa



dengan



menggunakan Model Pembelajaran Tematik c)



Guru kurang optimal dalam mengawasi dan membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan



d)



Guru kurang optimal dalam membimbing siswa untuk aktif dalam belajar



Untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I dan untuk meningkatkan hasil balajar siswa, maka perlu dilanjutkan pada siklus II dengan melakukan perbaikan-perbaikan sebagai berikut: a. Bagi guru: 1) Guru harus optimal dalam memotivasi siswa belajar 2) Guru lebih optimal dalam membimbing siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Tematik 3) Guru lebih optimal dalam mengawasi dan membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan b. Bagi siswa 1) Siswa harus lebih fokus dalam proses pembelajaran 2) Siswa harus memahami maksuda dan tujan materi yang di berikan 3) Siswa harus memperhatikan guru dalam menjelskan materi 4) Siswa harus berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh guru b. Siklus II Adapun pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dirancang pada siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut:



1. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi siklus I hasil belajar siswa mulai meningkat dan perencanaan pembelajaran siklus II masih sama dengan siklus sebelumnya hanya saja guru lebih dimaksimalkan dalam memotivasi dan membimbing siswa. Pada siklus II materi yang akan diajarkan adalah bermain di lingkunganku. Pelaksanaan pembelajaran dalam kelas menggunakan Model Pembelajaran



Tematik,



sebelum



mengajar



guru



mempersiapkan



Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar kesiapan guru dalam mengajar lebih maksimal. Namun dalam hal ini tidak hanya model pembelajaran tersebut yang digunakan tetapi di dalam pembelajaran akan dikolaborasikan dengan media gambar. Dengan demikian, rencana proses pembelajaran tersebut dapat meningkatkan keaktifan dan keberanian siswa dalam proses pembelajaran berlangsung, sehingga hasil belajar yang akan dicapai dapat meningkat. Tabel IV.8 Jadwal Perencanaan siklus II No



Hari / tanggal



Pertemuan



Materi



1



Senin 11 September 2017



Pertemuan I



Bermain di Lingkunganku



2



Rabu 13 September 2017



Pertemuan II



Bermain di Lingkunganku



3



Kamis 14 September 2017



Pertemuan III



Uji kompetensi



2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II dibagi dalam tiga kali pertemuan, pertemuan pertama dan kedua dapat dlihat melalui tahapan pelaksanaan pembelajaran yang dilalui oleh guru berkut ini: a) Guru



mengawali



pembelajaran



berupa



absensi



siswa,



mengkondisikan siswa, serta apersepsi. b) Guru kemudian memaparkan informasi atau pengarahan kepada siswa mengenai cara-cara memahami model pembelajaran Tematik c) Guru mengarahkan siswa untuk mengamati teks percakapan Beni,Tiur dan Ibu dengan cermat. d) Guru meminta siswa menjelaskan keberagaman anggota keluarga berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki.



e) Guru mengarahkan siswa untuk mengurutkan gambar bermain belanja-belanjaan dengan percaya diri. f)



Guru membimbing siswa untuk menceritakan pengalaman berbelanja yang pernah dilakukan.



g) Guru membimbing siswa untuk melakukan kegiatan bermain blanjabelanjaan dengan bertanggung jawab. h) Guru mengevaluasikan pembelajaran yang sudah diajarkan. i)



Guru mengakhiri pertemuan, siswa diberikan tugas rumah untuk menjawab beberapa pertanyaan yang sudah diberikan sesuai materi yang sudah dipelajari.



j)



Guru memberikan arahan kepada siswa untuk belajar pada pertemuan yang kedua



k) Guru menutup pelajaran dan memberikan salam.



Pada pertemuan ketiga mengevaluasikan hasil belajar siswa dengan memberikan tes siklus II. Pada pertemuan akhir siklus II, siswa diberikan tes yang diadakan dalam bentuk ulangan formatif untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa yang terhadap materi yang telah diajarkan, serta bagaimana dengan hasil belajar siswa yang diperoleh setelah proses pembelajaran dilaksanakan apakah mengalami penigkatan hasil belajar atau tidak. Tes ini terdiri dari 10 soal ganda yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari pada siklus II.



3. Hasil Observasi a) Hasil Observasi Aktivitas Siswa Hasil observasi dari kegiatan siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:



Tabel IV.9 Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Siklus II No



Hasil yang diamati



Jumlah siswa



%



Pendahuluan 1



Siswa memasuki kelas tepat waktu



22



100



2



Siswa siap menerima pelajaran



21



95



3



Siswa



17



77



21



95



berpartisipasi



pertanyaan



tentang



dalam



menjawab



pelajaran



yang



mereka telah pelajari sebelumya 4



Siswa memperhatikan penjelasan guru



tentang indikator dan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti 5



Siswa memperhatikan penjelasan guru



19



86



6



Siswa



teks



20



90



mencoba



menjelaskan



20



90



anggota



keluarga



19



86



20



90



18



81



mengamati



gambar



percakapan pada buku siswa. 7



Siswa



mampu



keberagaman



berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki. 8



Siswa



memperhatikan



evaluasi



guru



tentang jawaban-jawaban yang mereka berikan. 9



Siswa memperhatikan penguatan materi



Penutup 10



Siswa



berpartisipasi



dalam



kegiatan-



kegiatan pembelajaran 11



Siswa mencatat tugas rumah



22



100



12



Siswa mampu mengumpulkan tugas tepat



21



96



pada waktunya Berdasarkan hasil observasi yang tertuang dalam tabel IV.9 di atas dapat dilihat bahwa hasil aktivitas siswa didalam kelas sudah mengalami peningkatan hasil siswa dibandingkan dari siklus I, hal ini dapat dilihat dari hasil siswa yang semula kurang aktif menjadi aktif dan yang aktif menjadi lebih aktif. Hal ini menunjukan adanya perubahan suasana pembelajaran.



b) Hasil Observasi Aktivitas Guru Adapun hasil observasi kegiatan guru selama proses pembelajaran yang berlangsung pada siklus II pada tabel berikut ini: Tabel IV.10 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II No



Tingkat Pengamatan 1 2 3 4



Hasil yang diamati Pendahuluan



1



Guru



memasuki



kelas



tepat



waktu



dan



siswa



agar



siap







mengucapkan salam 2



Guru



mengkondisikan







mengikuti pelajaran √



3



Guru mengajak siswa mengulang kembali materi yang telah dipelajari Kegiatan inti √



4



Guru menjelaskan materi pelajaran



5



Guru membimbing siswa untuk mengamati







gambar teks percakapan pada buku siswa. 6



Guru



meminta



siswa



untuk







menjelaskan



keberagaman anggota keluarga berdasarkan √



sifat-sifat yang dimiliki. 7



Guru mengarahkan siswa untuk mengurutkan gambar bermain belanja-belanjaan dengan √



percaya diri 8



Guru membimbing siswa untuk aktif dalam √



proses pembelajaran 9



Guru membimbing siswa untuk menceritakan √



pengalaman berbelanja yang pernah dilakukan 10



Guru memberikan pertanyaan kepada siswa seputar materi yang telah dijelaskan Penutup



11



Guru



menyimpulkan



materi



yang



telah







dipelajari 12



Guru memberikan tugas tambahan kepada







siswa



Keterangan: 1 = Kurang Baik 2 = Cukup Baik 3 = Baik 4 = Baik Sekali



Dari tabel IV.10 di atas dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran yang



dilakukan



oleh



guru



terdapat



adanya



peningkatan



apabila



dibandingkan dengan hasil observasi tindakan siklus I. Ada 9 poin aktivitas guru yang terdapat dalam tabel telah tercapai dengan baik dan memenuhi kategori baik, akan tetapi masih ada 6 poin yang masih dikategorikan cukup baik. c) Hasil Belajar Siswa



Untuk melihat hasil belajar dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan pada siklus II, dilaksanakan uji siklus



II yang terdiri dari 10 soal ganda. Hasil belajar yang diperoleh siswa dari tes tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel IV.11 Hasil Belajar Siswa Kelas II pada Siklus II yang diikuti oleh 22 Orang Siswa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22



Nama siswa Ahmad Rasyid Al-Zahran Alif Fiemansyah Asri Nur Ayu Candra Cinta Gresta Putri Enggelina Sapitri Fadil Albiano Gladis Morena Putri Heri Setiyono Jingga Loviana Cusyufa Keisya Nella Novrisa Kms. Salman Al Faziri M. Alfarezi M. Expal Sajri M. Irsyad Maulafi M. Rifaldi Monika Safitri Muhadan Al Farizi Muhammad Tio Rizki Nazril Maulana Niken Aulia Mawaddah Suci Jumlah Nilai rata-rata siswa Jumlah siswa yang berhasil Presentase keberhasilan siswa Jumlah siswa yang belum berhasil Presentase siswa yang belum berhasil



Nilai siklus 70 90 80 90 50 70 80 70 90 60 80 60 70 80 80 70 50 70 90 90 70 90 1.650 75.00 18 81.81% 4 18.18%



Ketuntasan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 18



Dari tabel IV.11 di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah mengalami peningkatan. Ini dapat diketahui dari siklus I yang diikuti oleh 22 orang siswa, nilai rata-rata yang diperoleh siswa meningkat dari 65.45 pada siklus I menjadi 75.00 pada siklus II. Dengan



presentase keberhasilan siswa 59.09% pada siklus I, 81.81% pada siklus II. Angka dan presentase tersebut menunjukkan tindakan yang telah dilakukan dapat dikatakan berhasil. 4. Refleksi Siklus II Berdasarkan hasil evaluasi yang diadakan melalui uji siklus II, hasil belajar yang diperoleh siswa telah mengalami peningkatan sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan analisa terhadap nilai-nilai ulangan data observasi pada siklus II dapat diketahui bahwa tindakan yang dilakukan pada siklus ini telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dengan hasil belajar yang diperoleh siswa yang telah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.



D. Pembahasan Hasil penelitian tindakan dengan menggunakan pola 2 (dua) siklus, ternyata penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II melalui penerapan Model Pembelajaran Tematik di SDN 091/IX Rengas Bandung. Untuk melihat jelas peningkatan hasil penelitian pada masing-masing siklus dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, hal ini dapat ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel IV.12 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II Jumlah No



Variabel yang diamati



1



Nilai rata-rata



2



Banyak siswa yang telah berhasil dalam pembelajaran



3



Banyak siswa yang belum berhasil dalam pembelajaran



4



Presentase siswa yang telah berhasil dalam pembelajaran



5



Presentase siswa yang berhasil dalam pembelajaran



belum



Prasiklus



Siklus I



Siklus II



55.00



65.45



75.00



8



13



18



14



9



4



36.36%



59.09%



81.81%



63.63%



40.90%



18.18%



Dari hasil penelitian tabel IV.12 di atas terdapat perubahan nilai rata-rata dari siklus I dan siklus II, hal ini disebabkan karena perubahan pada tindakan masing-



masing siklus berbeda. Tindakan siklus II merupakan perbaikan dari siklus sebelumnya. Dari tabel IV.12 di atas terlihat hasil belajar setiap siklusnya makin meningkat. Pada siklus I nilai rata-rata siswa 65.45, pada siklus II nilai rata-rata 75.00, dengan presentase ketuntasan pada siklus I 59.09% dan siklus II mencapai 81.81% siswa dari jumlah keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran. Dengan demikian ada peningkatan hasil belajar siswa pada tema Bermain di Lingkunganku di SDN 091/IX kelas II dari siklus I sampai siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik dibawah ini:



90



81.81 75



80 70 60



55



63.63 65.45 59.09 Rata-Rata



50 40



40.9



36.36



Persentase siswa yang berhasil Persentase siswa yang belum berhasil



30 18.18



20 10 0 Pra Siklus



Siklus I



Siklus II



Gambar IV.2 Grafik Hasil Belajar Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II



Berdasarkan analisa hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Tematik dapat terlihat hasil pembelajaran yang dicapai siswa meningkat.



Hal



itu



menunjukan



bahwa



penyampaian



pengajaran



dengan



menggunakan Model Pembelajaran Tematik dapat meningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa dalam belajar. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat perubahan nilai rata-rata dari pra siklus hingga siklus I sampai ke tindakan siklus II. Hal ini disebabkan karena perubahan pada tindakan masing-masing siklus berbeda. Tindakan siklus II merupakan perbaikan dari kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan dari siklus sebelumnya.Dari tabel 4.12 terlihat bahwa hasil belajar tiap siklusnya semakin meningkat. Pada pra siklus rata-rata 55.00, siklus I nilai rata-rata siswa 65.45, siklus II nilai rata-rata siswa 75.00 begitu juga persentase siswa yang berhasil dalam pembelajaran tiap siklusnya juga meningkat, dapat kita lihat pada grafik di atas pada



pra siklus 36,36% siswa, pada siklus I 59,09% siswa, dan pada siklus ll 81,81% siswa dari 22 jumlah keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran.Berdasarkan tabel 4.12 dan grafik di atas siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimum KKM. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan Model Pembelajaran Tematik dapat mencapai hasil belajar siswa, semester I Tahun 2017/2018.



BAB V PENUTUP



A. Kesimpulan Kesimpulan dari proses penerapan model pembelajaran Tematik dan Hasil belajar siswa kelas II di SDN 091/IX Rengas Bandung pada pembelajaran Tematik adalah sebagai berikut: 1. Proses penerapan



Model Pembelajaran Tematik menggunakan 3 langkah



yaitu: (1) Tahap Perencanaan a. Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan b. Memilih dan menetapkan tema pemersatu c. Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator d. Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema/topik pemersatu e. Menyusun silabus pembelajaran tematik f.



Penyusunan rencana pembelajaran tematik



g. Merumuskan indikator hasil belajar h. Menentukan langkah-langkah pembelajaran (2) Tahap Pelaksanaan Dalam pelaksanan pembelajaran tematik, guru hendaknya tidak menjadi



single



actor,



guru



harus



membuat



kegiatan



yang



didalamnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam seluruh kegiatan pembelajaran. (3) Tahap Evaluasi Mencakup Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik, penilaian pengamatan, penilaian unjuk rasa, penilaian portofolio, Penilaian sikap. 2. Hasil penelitian menunjukkan ada pencapaian hasil belajar pada siswa kelas II di SDN 091/IX Rengas Bandung terhadap tema Bermain di lingkunganku menggunakan model pembelajaran Tematik. Hal ini dapat diketahui dari perbandingan sebelum menggunakan model pembelajaran Tematik nilai ratarata 55,00. Setelah menggunakan model pembelajaran Tematik nilai rata-rata dapat dijelaskan sebagai berikut: nilai rata -rata kelas pada siklus I yaitu: 65,45 sedangkan nilai rata pada siklus II yaitu: 75,00. Untuk tingkat ketuntasan pada siklus I 59,09% sedangkan pada siklus II 81,81%. Dengan demikian hasil penelitian di SDN 091/IX Rengas Bandung telah mencapai ketuntasan belajar.



Saran Dengan terselesaikannya laporan penelitian ini, peneliti memberikan saransaran berdasarkan hasil kesimpulan dan implikasi pada penelitian ini. Adapun saran yang dapat peneliti kemukakan adalah : 1. Bagi guru a. Guru hendaknya mampu menggunakan metode mengajar dengan baik yang memungkinkan berkembangnya potensi anak. Metode yang baik tidak saja menciptakan situasi kelas yang hidup, tetapi juga mempermudah siswa dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. b. Guru hendaknya mampu menjadi motivator sekaligus menjadi fasilitator bagi siswa-siswanya. Hal ini akan merangsang identifikasi pada diri siswa sehingga mempercepat pemahaman siswa dlam belajar. 2. Bagi Peneliti lain Semoga dengan adanya skripsi ini, peneliti bisa mengambil hikmah dari isi penelitian ini. Dapat dijadikan sumber belajar atau pengalaman ke depannya. B. Penutup Alhamdulillah, selesainya penelitian tindakan kelas ini bukanlah berarti bahwa penulis telah merasa puas serta sempurna tetapi menyadari sepenuhnya bahwa sesuatu yang benar menurut pemikiran penulis belum tentu benar bagi orang lain, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan penulis dalam lapangan ilmu pengetahuan. Untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan penulis demi perbaikan penulisan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)



ini.



Kemudian penulis ingin



mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah bersedia memberikan bantuan kepada penulis dalam penulisan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bisa memberi manfaat serta acuan khususnya untuk mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).



DAFTAR PUSTAKA



Abu Ahmadi & Munawar Sholeh. (2005). Psikologi Perkembangan untuk Fakultas Tarbiyah IKIP SGPLB serta Para Pendidik. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta. Abdul Majid 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: penerbit PT Remaja Rosdakarya. Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda. Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto dan Dwi Siswoyo. (1995). Pengantar Ilmu Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yogyakarta. H. Hamzah B. Uno. (2010). Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Jamal Ma’mur Asmani. (2010). Tips Menjadi Guru Inspirstif, Kreatif dan Inovatif. Yogyakarta: Diva Press. Jeanne Ellis Ormrod. (2008). Sixth Edition Educational Psychology Developing Learners. (Wahyu Indianti dkk. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga. Kunandar. (2011). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Rajawali Pers Mohd. Ansyar dan H. Nurtain. (1991). Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Nana Sudjana. (2002). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Santrock, John W. (2011). Educational Psychology. (Diana Angelica. Psikologi Pendidikan. Terjemahan). Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Sukayati dan Sri Wulandari. (2009). Pembelajaran Tematik di SD. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Supraptingsih,dkk. (2009). Tematik. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu Konsep Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi aksara.



Waluyo Adi. (2000). Perencanaan Pembelajaran. Yogyakarta: FIP UNY Wina Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Kencana.



Jadwal Penelitian Untuk memudahkan dalam melaksanakan kegiatan peelitian maka penelitian maka peneliti menggunakan jadwal yang dapat dilihat di bawah ini :



BULAN/MINGGU I Jenis No



Novembe



Kegiatan



r



Penelitian



2016



II



III



IV



V



Februari



Maret



Juli



Agustus



2017



2017



2017



2017



VI



VII



Septembe



Novembe



r



r



2017



2018



1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1



pengajuan judul











Pengajuan proposal dan 2



penunjukka n







dosen



pembimbin g Konsultasi 3



dan perbaikan







 



proposal Seminar proposal 4



dan perbaikan







hasil seminar Pengesaha 5



n judul dan







izin riset Pengumpul 6



an



dan



penyusuna







n data 7



8



10



Pelaksanaa n siklus I Pelaksanaa n siklus II Analisis dan



  



penyusuna n draf Penyempur 11



naan



dan



pengganda







an 12



Ujian skripsi







KURIKULUM 2013 Perangkat Pembelajaran RENCANA (RPP)



PELAKSANAAN



PEMBELAJARAN



TEMA 2 : BERMAIN DI LINGKUNGANKU



Nama Sekolah



: SDN 091/IX RENGAS BANDUNG



Kelas / Semester



: II / 1



Nama Guru



: Aspriyanti S.Pd



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)



Satuan Pendidikan Kelas / Semester Tema 1 Sub Tema 1 Pembelajaran Ke Alokasi Waktu



A.



: : : : : :



SDN 091/IX Rengas Bandung II / 1 Bermain di Lingkunganku Bermain di Lingkungan Rumah 1 1 Hari



KOMPETENSI INTI (KI) KI 1 : Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan sekolah sekolah. KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.



B.



KOMPETENSI DASAR (KD) Bahasa Indonesia 3.2 Mengenal teks cerita narasi sederhana kegiatan dan bermain di lingkungan dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman. 4.2 Memperagakan teks cerita narasi sederhana tentang kegiatan dan bermain di lingkungan secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penyajian Matematika 3.3 Mengenal kesamaan dua ekspresi menggunakan benda konkret, simbol atau penjumlahan/pengurangan bilangan hingga satu angka. 4.5 Memecahkan masalah nyata secara efektif yang berkaitan dengan penjumlahan, pengurang, perkalian, pembagian, waktu, berat, panjang, berat benda dan uang, selanjutnya memeriksa kebenaran jawabannya.



PPKn 3.3. Memahami makna keberagaman karakteristik individu di rumah dan di sekolah. 4.3 Berinteraksi dengan beragam teman di lingkungan rumah dan sekolah. SBdP 3.1 Mengenal bahan dan alat serta tekniknya dalam membuat karya seni rupa. 4.1 Menggambar ekspresi dengan mengolah garis, warna, bentuk dan tekstur berdasarkan hasil pengamatan di lingkungan sekitar C.



INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI Bahasa Indonesia 3.2.5 Mengidentifikasi berbagai aktivitas bermain di lingkungan sekitar. 3.2.8 Mencatat hal-hal pokok aktivitas bermain dengan topik tertentu. 4.2.2 Menulis cerita narasi sederhana tentang aktivitas bermain di lingkungan sekitar dengan EYD yang benar Matematika 3.3.1 Menetukan suku yang belum diketahui dari kalimat metematika yang berkaitan dengan penjumlahan (ruas kanan 1 suku, ruas kiri 2 suku). 4.5.1 Memberikan alasan yang berkaitan dengan nilai kebenaran suatu kesamaan. PPKn 3.3.1 Menyebutkan keberagaman anggota keluarga berdasarkan jenis kelamin 3.3.2 Menyebutkan keberagaman anggota keluarga berdasarkan kegemaran 4.3.1 Menceritakan keberagaman dengan anggota keluarga. (berbeda jenis kelamin, kegemaran dan sifat/karakter) SBdP 3.1.1 Mengidentifikasi bahan-bahan dalam membuat karya seni rupa. 4.1.1 Menggambar ekpresif dengan memanfaatkan beragam media di lingkungan sekitar.



D.



TUJUAN PEMBELAJARAN 



Dengan mengamati gambar tentang kegiatan bermain di lingkungan rumah, siswa dapat mengidentifikasi berbagai aktivitas bermain di lingkungan rumah dengan cermat.



E.



F.







Dengan membaca teks percakapan, siswa dapat menyebutkan keberagaman anggota keluarga berdasarkan jenis kelamin dengan percaya diri.







Dengan teks percakapan Tiur dan Beni, siswa dapat melengkapi cerita berdasarkan isi percakapan dengan cermat.







Dengan tanya jawab, siswa dapat menyebutkan keberagaman anggota keluarga berdasarkan kegemaran dengan percaya diri.







Dengan cerita yang telah dilengkapi, siswa dapat mencatat hal-hal pokok aktivitas bermain di lingkungan rumah dengan cermat.







Dengan melengkapi cerita tentang dirinya sendiri, siswa dapat menceritakan keberagaman anggota keluarga yang berbeda jenis kelamin, kegemaran dan sifat (karakter) berdasarkan teks percakapan dengan percaya diri.







Dengan penugasan guru, siswa dapat mengelompokkan bendabenda yang digunakan pada aktivitas bermain di lingkungan rumah dengan cermat dan bertanggungjawab.







Dengan contoh cerita narasi bermain rumah kartu, siswa dapat menulis cerita narasi sederhana tentang aktivitas bermain di lingkungan rumah dengan menggunakan tulisan tegak bersambung dan EYD yang tepat.







Dengan mengamati contoh, siswa dapat menentukan suku kata yang belum diketahui dari kalimat matematika yang berkaitan dengan penjumlahan (ruas kanan 1 suku, ruas kiri 1 suku) dengan percaya diri.







Dengan bimbingan guru, siswa dapat memberi alasan yang berkaitan dengan nilai kebenaran suatu kesamaan dengan percaya diri.







Dengan penugasan guru, siswa dapat mengidentifikasi bahan-bahan yang digunakan dalam membuat karya senirupa gambar ekspresif dengan cermat.







Dengan penugasan guru, siswa dapat menggambar ekspresif aktivitas bermain di rumah dengan memanfaatkan beragam media di lingkungan sekitar dengan mengolah garis, warna, bentuk, dan tekstur dengan cermat dan bertanggungjawab.



MATERI PEMBELAJARAN 



Mengidentifikasi berbagai aktivitas bermain di rumah.







Mengidentifikasi karakteristik masing-masing individu di rumah







Gambar ekpresif dari berbagai media di lingkungan rumah.







Suku kata dari kalimat matematika berkaitan dengan penjumlahan.



PENDEKATAN & METODE PEMBELAJARAN 



Pendekatan



: Saintifik







Metode



: Permainan/simulasi, diskusi, tanya jawab, penugasan dan ceramah



G.



KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Pendahuluan  Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing.  Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.  Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan yaitu tentang ”Bermain di lingkunganku”.  Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengomunikasikan dan menyimpulkan. Inti



 Siswa menyimak penjelasan guru tentang aktivitas Beni bermain di rumah (mengamati).  Siswa mengamati gambar Beni dan Tiur menyusun rumah kartu di atas meja di ruang TV (mengamati).  Siswa membuat pertanyaan berdasarkan gambar Beni dan Tiur menyusun rumah kartu di atas meja di ruang TV (menanya).  Siswa menukarkan dan mendiskusikan jawaban pertanyaan yang dibuatnya dengan teman sebangku (mengumpulkan informasi).  Siswa mengidentifikasi berbagai aktivitas bermain di lingkungan rumah berdasarkan gambar yang diamati (mengumpulkan informasi).  Siswa mengamati gambar pada teks percakapan Beni dan Tiur (mengamati).  Siswa membaca teks percakapan Beni dan Tiur (mengamati).  Siswa bertanya jawab tentang keberagaman anggota keluarga menurut jenis kelamin berdasarkan jenis kelamin tokoh pada teks percakapan (menanya).  Siswa bertanya jawab menyebutkan keberagaman anggota keluarga berdasarkan isi percakapan Beni dan Tiur (menanya).  Siswa diarahkan guru untuk menceritakan kembali isi percakapan Beni dan Tiur dengan percaya diri.  Siswa melengkapi cerita berdasarkan isi percakapan Beni dan Tiur. (mengumpulkan informasi).  Siswa mencatat hal-hal pokok dari teks cerita percakapan Beni dan Tiur di lingkungan rumah yang sudah dilengkapi (mengumpulkan



Alokasi Waktu 10 menit



150 menit



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan 















 



 











Penutup



Alokasi Waktu



informasi). Siswa menceritakan kebersamaan dengan anggota keluarga yang berbeda jenis kelamin, kegemaran dan sifat (karakter) dengan melengkapi cerita tentang dirinya sendiri (mengomunikasikan). Siswa diarahkan oleh guru mengelompokkan kegiatan yang bisa dilakukan di rumah dan benda-benda yang diperlukan dengan percaya diri. (mengumpulkan informasi) Siswa mengelompokkan benda-benda yang digunakan pada aktivitas bermain di lingkungan rumah (mengumpulkan informasi). Siswa menulis cerita narasi sederhana tentang aktivitas bermain di lingkungan sekitar dengan tulisan tegak bersambung (mengomunikasikan). Siswa mengamati gambar kelereng merah dan biru di dalam buku (mengamati). Siswa menentukan suku kata yang belum diketahui dari kalimat matematika yang berkaitan dengan penjumlahan (ruas kanan 1 suku, ruas kiri 1 suku) (mencoba). Siswa memberi alasan yang berkaitan dengan nilai kebenaran suatu kesamaan (mencoba). Siswa diarahkan guru berkreasi membuat gambar ekspresi dengan percaya diri (mengomunikasikan). Siswa mengidentifikasi bahan-bahan yang digunakan dalam membuat karya senirupa gambar ekspresif (mengumpulkan informasi). Siswa menggambar ekspresif aktivitas bermain dengan anggota keluarga dengan memanfaatkan beragam media di lingkungan sekitar dengan mengolah garis, warna, bentuk, dan tekstur (mengomunikasikan).



 Bersama-sama siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil belajar selama sehari  Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi)  Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran yang telah diikuti.  Melakukan penilaian hasil belajar  Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran)



15 menit



H.



I.



SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN 



Buku Siswa Tema : Bermain di Lingkunganku Kelas 2 (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014).







Gambar Beni bermain menyusun rumah kartu dengan Tiur.







Gambar Beni berbaring di tempat tidur dan Tiur disampingnya.







Gambar tumpukan rumah kartu.







Gambar kelereng merah dan kelereng biru.







Gambar berbagai garis, warna, bentuk dan tekstur.



PENILAIAN 1. Permainan yang kurang tepat dilakukan di dalam rumah adalah …. a. menggambar dan melukis b. betengan c. congklak d. menempel dan menggambar 2. Daun yang bisa digunakan untuk bahan makanan adalah …. a. daun cincau b. daun pisang c.daun jati d. daun kelapa 3. Bagian tumbuhan kelapa yang bisa dijadikan minuman adalah … a. batang b. daun c. buah d. akar 4. Uang satyo Rp. 500 di belikan kertas gambar dengan hargaRp. 275 berapa sisa uang satyo sekarang? a. 300 b. 225 c. 175 d. 275 5. Rendi tidak memiliki kakak dan adik rendi di sebut ..... a. anak tunggal b. anak sulung c. anak bungsu d. anak emas*. 6 .Adik laki'laki ayah dan ibu disebut …. a. paman b. bibi c. buyut d. kakek 7. Orang yang bekerja mencari ikan disebut dengan …. a. petani b. pelaut c. nelayan d. dokter , 8. 13+22 = n. Bilangan yang tepat untuk mengganti nilai n adalah ... a. 34 b.46 c. 36 d.42 9. Kerjasama yang baik akan meningkatkan … a. permusuhan b. persatuan dan kesatuan c. kebencian d. persengkokolan 10. Tari kecak berasal dari daerah ….. a. bali



b. maluku c. rian d. sumatra



Remedial Memberikan remedial bagi siswa yang belum mencapai kompetensi yang ditetapkan. Pengayaan Memberikan kegiatan kegiatan pengayaan bagi siswa yang melebihi target pencapaian kompetensi.



Mengetahui Kepala Sekolah,



Guru Kelas 2



(M. BASRI )



( ASPRIYANTI).



Soal (Siklus I) Tematik Kelas 2 Tema Bermain di Lingkunganku! Nama Kelas



: : II



Berilah tanda silang (x) pada salah satu huruf a, b, c atau d untuk jawaban yang benar! 1. Permainan yang kurang tepat dilakukan di da



b. pelaut



lam rumah adalah ….



c. nelayan



a. menggambar dan melukis



d. dokter ,



b. betengan



8. 13+22 = n. Bilangan yang



c. congklak



tepat untuk mengganti nilai n adalah ...



d. menempel dan menggambar



a. 34



2. Daun yang bisa digunakan untuk bahan maka



b.46



nan adalah ….



c. 36



a. daun cincau



d.42



b. daun pisang



9.kerjasama yang baik akan meningkatkan..



c.daun jati



a. permusuhan



d. daun kelapa



b. persatuan dan kesatuan



3. Bagian tumbuhan kelapa yang bisa dijadikan minuman adalah … a. batang



c. kebencian d. persengkokolan 10. Tari kecak berasal dari daerah …..



b. daun



a. bali



c. buah



b. maluku



d. akar



c. rian



4. Uang satyo Rp. 500 di belikan kertas gambar dengan hargaRp. 275 berapa sisa uang satyo sekarang? a. 300 b. 225 c. 175 d. 275 5. Rendi tidak memiliki kakak dan adik rendi di sebut ..... a. anak tunggal b. anak sulung c. anak bungsu d. anak emas 6 .Adik laki'laki ayah dan ibu disebut …. a. paman b. bibi c. buyut d. kakek 7.Orang yang bekerja mencari ikan disebut deng an …. a. petani



d. sumatra



Soal (Siklus II) Tematik Kelas 2 Tema Bermain di Lingkunganku! Nama Kelas



: : II



Berilah tanda silang (x) pada salah satu huruf a, b, c atau d untuk jawaban yang benar! 1. Permainan yang kurang tepat dilakukan di da lam rumah adalah ….



d. dokter , 8. 13+22 = n. Bilangan yang



a. menggambar dan melukis



tepat untuk mengganti nilai n adalah ...



b. betengan



a. 34



c. congklak



b.46



d. menempel dan menggambar



c. 36



2. Daun yang bisa digunakan untuk bahan maka nan adalah ….



d.42 9.kerjasama yang baik akan meningkatkan..



a. daun cincau



a. permusuhan



b. daun pisang



b. persatuan dan kesatuan



c.daun jati



c. kebencian



d. daun kelapa



d. persengkokolan



3. Bagian tumbuhan kelapa yang bisa dijadikan



10. Tari kecak berasal dari daerah …..



minuman adalah …



a. bali



a. batang



b. maluku



b. daun



c. rian



c. buah



d. sumatra



d. akar 4. Uang satyo Rp. 500 di belikan kertas gambar dengan hargaRp. 275 berapa sisa uang satyo sekarang? a. 300 b. 225 c. 175 d. 275 5. Rendi tidak memiliki kakak dan adik rendi di sebut ..... a. anak tunggal b. anak sulung c. anak bungsu d. anak emas 6 .Adik laki'laki ayah dan ibu disebut …. a. paman b. bibi c. buyut d. kakek 7.Orang yang bekerja mencari ikan disebut deng an …. a. petani b. pelaut c. nelayan



KUNCI JAWABAN SOAL SIKLUS I DAN SIKLUS II



1. b. Betengan



6. a. paman



2. a. Daun cincau



7. c. nelayan



3. c. Buah



8. a. 34



4. b. 225



9. B. Persatuan dan kesatuan



5. a. Anak tunggal



10. a. bali



Proses pembelajaran pada siklus I



Proses pembelajaran pada siklus II