Makalah - KELOMPOK 13 - Rabies [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ‘RABIES’ Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : PENANGANAN PENYAKIT DAERAH TROPIS Dosen Pengampun: Joko Sapto Pramono, S.Kp., MPHM



Disusun Oleh : 1. Sindi Aulia (NIM: P07220121085) 2. Siti Rahmi Damyanti (NIM : P07220121087)



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR PRODI D~III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN TAHUN 2022/2023



KATA PENGANTAR Puji syukur yang saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan karunianya.Saya ingin mengucapkan Terima kasih kepada Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kp., MPHM yang telah memberi kesempatan saya untuk membuat makalah tentang “Rabies”. Makalah ini merupakan salah satu mata kuliah PENANGANAN PENYAKIT DAERAH TROPIS di program study Politeknis Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur. Tidak lupa juga kepada segenap pihakyangtelahmemberikan bimbingan serta arahan selama penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini



Balikpapan,25 Juli 2022



Penyusun



i



Daftar Isi KATA PENGANTAR............................................................................................................i Daftar Isi................................................................................................................................ii BAB I......................................................................................................................................1 PENDAHULUAN..................................................................................................................1 A. Latar Belakang.............................................................................................................1 B. Rumusan Masalah........................................................................................................1 C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................2 BAB II....................................................................................................................................3 PEMBAHASAN....................................................................................................................3 A. Pengertian Penyakit Rabies..........................................................................................3 B. Etiologi Penyakit Rabies..............................................................................................3 C. Tanda-tanda dan Gejala Penyakit Rabies.....................................................................4 1. Cara Penularan Penyakit Rabies...............................................................................8 2. Akibat dan Bahaya Penyakit Rabies........................................................................8 3. Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Rabies..................................................9 4. VAKSINASI RABIES DAN MANFAATNYA TERHADAP ANJING, KUCING, DAN KERA..................................................................................................................13 BAB III.................................................................................................................................14 PENUTUP............................................................................................................................14 A. Kesimpulan................................................................................................................14 B. Saran...........................................................................................................................14 LAMPIRAN-LAMPIRAN GAMBAR-GAMBAR...........................................................15 ASKEP RABIES.................................................................................................................17 DAFTAR PUSAKA………………………………………………………………………28



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rabies adalah infeksi virus akut yang menyerang system syaraf pusat ( SSP ) manusia dan mamalia dengan mortanitas 100%. Penyebab adalah virus rabies yang termasuk genus lyssa virus, famili rhabdoviridae, virus rabies terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewannya atau manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan.Banyak hewan yang bias menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing,hewan lainnya yang juga bias menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, singing, rubah. Penyakit rabies menpunyai gejalah patognomik takut air (hydrophobia), takut sinar matahari ( photophobia ), takut suara , dan takut udara ( aerophobia ). Gejalah tersebut disertai dengan air mata berlebihan ( hiperlakrimasi ) , air liur berlebihan ( hipersalivasi ) , timbul gejala bila ada rangsangan ,kemudian lumpuh dan terdapat tanda bekas gigitan hewan penular rabies. Menurut laporan Departemen Kesehatan Republik Indonesia di Indonesia , kasus gigit rabies ke Indonesia mencapai jumlah 20.926 kasus gigitan per tahun pada tahun 2010 yang terlaporkan kepada dinasdinas kesehatan di seluruh kabupaten Indonesia. B. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian penyakit rabies?. 2. Apakah etiologi (virus penyebab) penyakit rabies?. 3. Bagaimanakah tanda-tanda dan gejala penyakit rabies?. 4. Bagaimana cara penularan penyakit rabies?. 5. Apakah akibat dan bahaya dari penyakit rabies?. 6. Bagaimanakah cara penanggulangan penyakit rabies.



1



C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui apa pengertian penyakit rabies. 2. Mengetahui apa etiologi (virus penyebab) penyakit rabies. 3. Mengetahui tanda-tanda dan gejala penyakit rabies. 4. Mengetahui cara penularan penyakit rabies. 5. Mengetahui akibat dan bahaya dari penyakit rabies 6. Mengetahui cara penanggulangan penyakit rabies.



2



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Penyakit Rabies Rabies adalah penyakit menular khas pada hewan tertentu khusunya anjing dan srigala yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan kepada manusia melalui gigitan hewan yang tertular (Kamus Kedokteran : 295) Rabies adalah penyakit infeksi tingkat akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Virus rabies ditularkan ke manusia melalu gigitan hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar. Rabies disebut juga penyakit anjing gila.



B. Etiologi Penyakit Rabies Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genus Lysavirus. Karakteristik utama virus keluarga Rhabdoviridae adalah hanya memiliki satu utas negatif RNA yang tidak bersegmen.Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan yang berperan sebagai perantara penularan. Spesies hewan perantara bervariasi pada berbagai letak geografis. Hewan-hewan yang diketahui dapat menjadi perantara rabies antara lain rakun (Procyon lotor) dan sigung (Memphitis memphitis) di Amerika Utara, rubah merah (Vulpes vulpes) di Eropa, dan anjing di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Afrika, Asia, dan Amerika Latin memiliki tingkat rabies yang masih tinggi. Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia melalui gigitan. Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan hewan perantara pada kulit yang terluka. Setelah infeksi, virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak dan bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur. Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas/ ganas ataupun rabies jinak/ tenang. Pada rabies buas/ ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif,



3



menggigit dan menelan segala macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung gelisah kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak/tenang, hewan yang terinfeksi mengalami kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total, suka bersembunyi di tempat gelap, mengalami kejang dan sulit bernapas, serta menunjukkan kegalakan. Virus Rabies selain terdapat di susunan syaraf pusat, juga terdapat di air liur hewan penderita rabies. Oleh sebab itu penularan penyakit rabies pada manusia atau hewan lain melalui gigitan. Gejala-gejala rabies pada hewan timbul kurang lebih 2 minggu (10 hari - 8 minggu). Sedangkan pada manusia 2-3 minggu sampai 1 tahun. Masa tunas ini dapat lebih cepat atau lebih lama tergantung pada : -



Dalam dan parahnya luka bekas gigitan.



-



Lokasi luka gigitan.



-



Banyaknya syaraf disekitar luka gigitan.



-



Pathogenitas dan jumlah virus yang masuk melalui gigitan.



-



Jumlah luka gigitan.



Di Indonesia hewan-hewan yang biasa menyebarkan penyakit rabies adalah : -



Anjing



-



Kucing



-



Kera Meskipun sangat jarang terjadi, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara



yang tercemar virus rabies. Dua pekerja laboratorium telah mengkonfirmasi hal ini setelah mereka terekspos udara yang mengandung virus rabies. Pada tahun 1950, dilaporkan dua kasus rabies terjadi pada penjelajah gua di Frio Cave, Texas yang menghirup udara di mana ada jutaan kelelawar hidup di tempat tersebut. Mereka diduga tertular lewat udara karena tidak ditemukan sama sekali adanya tanda-tanda bekas gigitan kelelawar.



C. Tanda-tanda dan Gejala Penyakit Rabies Gejala yang terlihat pada umumnya adalah berupa manifestasi peradangan otak (encephalitis) yang akut baik pada hewan maupun manusia. Pada manusia keinginan untuk menyerang orang lain pada umumnya tidak ada. 4



Masa inkubasi rabies pada anjing dan kucing berkisar antara 10 sampai 8 minggu. Pada sapi, kambing, kuda dan babi berkisar antara 1 sampai 3 bulan. Tanda klinis pada hewan pemamah biak dapat dilibat seperti gelisah, gugup, liar dan adanya rasa gatal pada seluruh tubuh, kelumpuhan pada kaki belakang dan akhirnya hewan mati. Pada hari pertama atau kedua gejala klinis terlihat biasanya temperatur normal, anorexia, eskpresi wajah berubah dari biasa, sering menguak dan ini merupakan tanda yang spesiftk bagi hewan yang menderita rabies. Gejala-gejala rabies pada hewan ada dua : 1. Rabies Ganas a.



Pada anjing, dari ramah menjadi penakut dan tidak menurut lagi pada tuannya.



b.



Selalu bersembunya di tempat gelap dan dingin.



c.



Nafsu makan berkurang.



d.



Suara menjadi parau.



e.



Memakan benda-benda asing, batu, kayu, dsb.



f.



Ekornya ada diantara kedua pahanya.



g.



Menyerang dan mengigit siapa saja (menjadi lebih agresif).



h.



Kejang yang disusul dengan kelumpuhan.



i.



Biasanya akan mati 4-5 hari setelah timbul gejala pertama.



2. Rabies Tenang a.



Pada jenis ini, kejang-kejang berlangsung singkat dan sangat jarang terlihat.



b.



Kelumpuhan sangat menonjol pada rabies jenis ini.



c.



Tidak dapat menelan.



d.



Mulut terbuka dan air liur keluar terus-menerus, disusul kematian dalam waktu singkat.



5



Gejala-gejala rabies pada manusia dibagi menjadi empat stadium : 1. Stadium Prodromal Tidak khas seperti gejala sakit biasa seperti, demam, sakit kepala, malaise, anoreksia, nausea, mual dan rasa nyeri ditenggorokan selama beberapa hari, dsb. 2. Stadium Sensoris Biasanya terasa nyeri di daerah bekas gigitan, paraesthesia, panas, gugup, anxietas. Kemudian disusul dengan gejala cemas, dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsang sensorik. 3. Stadium Eksitasi a. Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi dan pupil dilatasi. b. Bersamaan dengan stadium eksitasi ini penyakit mencapai puncaknya, yang sangat khas pada stadium ini ialah adanya macam-macam phobi, yang sangat terkenal diantaranya ialah hidrofobi (takut dengan air). c. Kontraksi otot-otot Faring dan otot-otot pernapasan dapat pula ditimbulkan oleh rangsang sensorik seperti meniupkan udara kemuka penderita atau dengan menjatuhkan sinar kemata atau dengan menepuk tangan didekat telinga penderita. d. Pada stadium ini dapat terjadi apnoe, sianosis, konvulsa da tahikardi. Tindak-tanduk penderita tidak rasional kadang-kadang maniakal disertai dengan saat-saat responsif. e. Gejala-gejala eksitasi ini dapat terus berlangsung sampai penderita meninggal, tetapi pada saat dekat kematian justru lebih sering terjadi otot-otot melemah, hingga terjadi paresis flaksid otot-otot.



6



4. Stadium Paralitic Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadang-kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang, yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan.



7



1. Cara Penularan Penyakit Rabies Masa inkubasi pada anjing dan kucing kurang lebih dua minggu (10 hari sampai 8 minggu). Pada manusia 2 sampai 3 minggu, yang paling lama satu tahun tergantung pada jumlah virus yang masuk melalui luka gigitan, dalam atau tidaknya luka, luka tunggal atau banyak dan dekat atau tidaknya luka dengan susunan syaraf pusat. Virus ditularkan terutama melalui luka gigitan, oleh karena itu bangsa carnivora adalah hewan yang paling utama (efektif) sebagai penyebar rabies antara hewan dan manusia. Pada hewan percobaan virus masih dapat ditemukan ditempat suntikan selama 14 hari. Virus menuju ke susunan syaraf pusat melalui syaraf perifer dengan kecepatan 3mm per jam (dean dkk, 1963) kemudian virus berkembang biak di sel-sel syaraf terutama di hypocampus, sel purkinye dan kelenjar ludah akan terus infektif selama hewan sakit.



2. Akibat dan Bahaya Penyakit Rabies Rabies hampir selalu berakibat fatal jika post-exposure prophylaxis tidak diberikan sebelum onset gejala berat. Virus rabies bergerak ke otak melalui saraf perifer. Masa inkubasi dari penyakit ini tergantung pada seberapa jauh jarak perjalanan virus untuk mencapai sistem saraf pusat, biasanya mengambil masa beberapa bulan. Setelah mencapai sistem saraf pusat, orang yang terinfeksi rabies akan mulai menunjukkan gejala yang kita kenali sebagai fase prodromal. Tahap awal gejala rabies adalah malaise, sakit kepala dan demam, kemudian berkembang menjadi lebih serius, termasuk nyeri akut, gerakan dan sikap yang tidak terkendali, depresi dan ketidakmampuan untuk minum air (hydrophobia). Akhirnya, pasien dapat mengalami periode mania dan lesu, diikuti oleh koma. Penyebab utama kematian biasanya adalah gangguan pernapasan.



8



3. Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Rabies Untuk melakukan pencegahan penyebaran virus rabies ini, ada baiknya kita mengenali ciri-ciri anjing piaraan maupun anjing liar yang terjangkit virus rabies atau anjing gila. Agar kita tidak menjadi korban gigitan anjing rabies, ada baiknya kita perlu lebih waspada dengan melakukan berbagai upaya pencegahan. Upaya pertama adalah merawat anjing kesayangan kita dengan baik dan rutin melakukan vaksinasi ke dokter hewan minimal 1- 2 kali dalam setahun, mengikat atau memberi kandang anjing piaraan kita. Jangan biarkan anjing kesayangan kita berkeliaran di jalanan dan bergaul dengan anjing-anjing liar agar terhindar dari penularan virus rabies. Agar terhindar dari gigitan binatang yang terjangkit virus rabies, alangkah baiknya dua minggu setelah menggigit orang. Apabila kita tidak berada terlalu dekat dengan binatang seperti anjing, kucing, dan kera liar, karena ketiga hewan ini merupakan hewan yang dapat menularkan panyakit rabies (HPR). Selain itu, kita sebaiknya bisa mengetahui sedini mungkin ciri-ciri anjing yang terjangkit virus rabies atau anjing gila. Ciri-ciri tersebut antara lain terjadi perubahan perilaku pada anjing yang sebelumnya jinak berubah menjadi galak, dan sebaliknya dari galak menjadi jinak. Anjing yang terjangkit penyakit rabies biasanya menggigit benda apa saja baik kayu, karet, besi, dan benda lainnya, mengeluartkan air liur yang menetes berlebihan, melompat-lompat seperti menangkap lalat, takut air dan cahaya, serta senang bersembunyi di tempat gelap dan dingin. Anjing yang sudah gila juga tidak mau menuruti perintah majikannya serta hilang nafsu makan. Anjing yang mengidap rabies, setelah menggigit akan mati maskimal ada informasi hewan tersangka rabies atau menderita rabies, maka Dinas Peternakan harus melakukan penangkapan atau membunuh hewan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila seteh melakukan observasi selama lebih kurang dua minggu ternyata hewan itu masih hidup, maka diserahkan kembali kepada pemiliknya setelah divaksinasi, atau dapat dimusnahkan apabila tidak ada pemiliknya.



9



Sementara ciri-ciri orang terkena penyakit rabies antara lain nafsu makannya hilang yang disertai sakit kepala, tidak bisa tidur, demam tinggi, mual, dan muntahmuntah. Selain itu, penderita rabies juga takut dengan air maupun cahaya, air liur dan mata keluar berlebihan, kejang-kejang yang disusul dengan kelumpuhan sebelum akhirnya meninggal jika tidak segera diobati ke dokter. Langkah yang perlu ditempuh jika kita maupun orang di sekitar kita digigit anjing adalah mengambil langkah cepat yaitu mencuci luka gigitan hewan tersebut dengan sabun selama kurang lebih 5-10 menit di bawah air mengalir atau di guyur. Kemudian memberi luka gigitan dengan alkohol 70 persen atau yodium tincture, serta segera pergi ke puskemas, rumah sakit, atau dokter terdekat untuk mendapatkan pengobatan yang lebih optimal.  PENANGANAN LUKA GIGITAN Setiap luka gigitan oleh hewan yang tertular penyakit rabies harus segera diambil tindakan yang efektif karena penyebaran virus yang cepat. usaha yang paling efektif untuk mengurangi/mematikan virus rabies ialah mencuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau diteregent selama 10-15 menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat merah dan lain-lain). Luka gigitan tidak dibenarkan untuk dijahit, kecuali jahitan situasi. Bila memang perlu sekali untuk dijahit (jahitannya jahitan situasi), maka diberi Serum Anti Rabies (SAR) sesuai dengan dosis, yang disuntikan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin dan sisanya disuntikan secara intra muskuler. Disamping itu harus dipertimbangkan perlu tidaknya pemberian serum/vaksin anti tetanus, anti biotik untuk mencegah infeksi dan pemberian analgetik.  PENCEGAHAN PENULARAN RABIES Pencegahan rabies pada hewan adalah tanggung jawab Dinas Peternakan dan dalam pelaksanaannya akan bekerja sama dengan semua instansi. Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan anjing atau binatang-binatang liar. Bila sudah terjadi maka binatang tersebut harus diobservasi oleh dokter hewan untuk kemungkinan rabies. Bila binatang tersebut menunjukkan tanda-tanda rabies atau 10



bahkan mati dalam waktu 10 hari maka harus dilakukan pemeriksaan laboratorik terhadap otak binatang tersebut untuk memastikan diagnosa. Agar pencegahan dan pemberantasan lebih efektif, maka disusun pedoman khusus berlandaskan pada surat keputusan bersama antara Menteri Kesehatan, Menteri



Pertanian



dan



Menteri



Dalam



Negeri



tentang



pencegahan



dan



penanggulangan rabies. Adapun langkah-langkah pencegahan rabies dapat diihat dibawah ini: -



Tidak memberikan izin untuk memasukkan atau menurunkan anjing, kucing, kera dan hewan sebangsanya di daerah bebas rabies.



-



Memusnahkan anjing, kucing, kera atau hewan sebangsanya yang masuk tanpa izin ke daerah bebas rabies.



-



Dilarang melakukan vaksinasi atau memasukkan vaksin rabies kedaerah-daerah bebas rabies.



-



Melaksanakan vaksinasi terhadap setiap anjing, kucing, dan kera. 70% populasi yang ada dalam jarak minimum 10 km disekitar lokasi kasus. Sedangkan langkah sederhana yang dapat anda lakukan adalah sebagai berikut:







Pastikan bahwa Anda vaksinasi rabies terhadap hewan peliharaan. Dalam beberapa tahun terakhir, rabies pada kucing telah melampaui jumlah kasus rabies pada anjing. Oleh karena itu, mencari tahu dari departemen kesehatan setempat apakah mereka mempunyai klinik vaksinasi untuk kucing dan anjing. Atau yang lain, Anda dapat meminta dokter hewan Anda memberi vaksin kepada hewan peliharaan Anda.







Pastikan Anda tidak membiarkan hewan peliharaan anda untuk menjalankan longgar. Ini akan membantu untuk menjauhkan mereka dari binatang liar, yang bisa menjadi potensi pembawa rabies.







Jika hewan peliharaan Anda telah digigit oleh binatang liar, pastikan Anda memberitahukan departemen kesehatan setempat dan pengendalian hewan segera.



11







Jika Anda melihat binatang liar di daerah Anda, pastikan Anda memberitahukan departemen kesehatan sehingga petugas pengendali binatang dapat memeriksa hal.







Pernah makan binatang liar, terutama yang tampak agresif atau sakit.







Jika hewan liar seperti kelelawar, rakun, rubah, sigung atau Groundhog menggigit orang atau binatang peliharaan, maka harus segera meletakkan. Kemudian kepala binatang itu harus diserahkan kepada negara untuk pemeriksaan laboratorium pengujian. Vaksinasi rabies akan tergantung pada hasil pemeriksaan.







Jika hewan peliharaan Anda jatuh sakit setelah digigit anjing liar atau hewan liar, pastikan Anda segera bawa ke dokter hewan Anda.







Pengobatan. Pengobatan dilakukan dengan memberikan imunisasi pasif dengan serum anti rabies, dan pengobatan yang bersifat suportif dan simtomatik. Luka gigitan dirawat dengan tehnik tertentu dengan tujuan menghilangkan dan menonaktifkan virus. Immunisasi aktif dengan vaksin anti rabies sebelum tandatanda dan gejala muncul sekaligus merupakan usaha pencegahan bila ada kecurigaan binatang yang menggigit mengidap rabies. Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi gigitan oleh hewan yang berpotensi rabies, karena bila tidak dapat mematikan (letal). Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera setelah terkena gigitan. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang berisiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu:







Dokter hewan.







Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi.







Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies pada anjing banyak ditemukan.







Para penjelajah gua kelelawar.



12



4. VAKSINASI RABIES DAN MANFAATNYA TERHADAP ANJING, KUCING, DAN KERA Vaksin rabies dikenal sejak tahun 1879 dibuat pertama kali oleh Victor Galtier. Selanjutnya pada tahun 1884 vaksin tersebut dikembangkan oleh Louis Pasteur membuat vaksin rabies menggunakan virus yang berasal dari sumsum tulang belakang anjing yang terkena rabies kemudian dilintaskan pada otak kelinci dan diatenuasikan dengan pemberian KOH. Pada tahun 1993 Kliger dan Bernkopf berhasil membiakkan virus rabies pada telur ayam bertunas. Cara pembiakan virus tersebut dipakai oleh Koprowski dan Cox untuk membuat vaksin rabies aktif strain flury HEP pada tahun 1955. Dengan berkembangnya cara pengembangbiakan virus dengan biakan sel, Naguchi pada tahun 1913 dan Levaditi pada tahun 1914 berhasil membiakan virus rabies secara in vitro pada biakan gel. Pada tahun 1958 Kissling membiakan virus rabies CVS pada biakan sel ginjl anak hamster. Selanjutnya pada tahun 1963 Kissling dan Reese berhasil membuat vaksin rabies inaktif menggunakan virus rabies yang dibiakan pada sel ginjal anak hamster (BHK). Dengan metoda pembuatan vaksin dengan biakan sel ini dapat dihasilkan titer virus yang jauh lebih tinggi dibandungkan dengan biakan virus memakai otak hewan yang ditulari virus rabies. Disamping itu metode biakan sel dapat menghasilkan virus dengan jumlah yang lebih banyak untuk produksi vaksin rabies dengan skala besar. Pengendalian penyakit rabies dapat dilakukan antara lain dengan jalan mengusahakan agar hewan yang peka terhadap serangan rabies kebal terhadap serangan virus rabies. Oleh karena itu sebagian besar populasi hewan harus dokebalkan melalui vaksin yang berkualitas baik. Vaksinasi idealnya dapat memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi seiring berjalannya waktu kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap rabies harus mendapatkan dosis booster vaksinasi setiap 3 tahun.



13



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Rabies adalah penyakit infeksi tingkat akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genus Lysavirus. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Virus rabies ditularkan ke manusia melalu gigitan hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar. Rabies disebut juga penyakit anjing gila. Gejala yang terlihat pada umumnya adalah berupa manifestasi peradangan otak (encephalitis) yang akut baik pada hewan maupun manusia. Pada manusia keinginan untuk menyerang orang lain pada umumnya tidak ada. Pencegahan rabies dapat dilakukan dengan memvaksinasi hewan peliharaan secara rutin, menghindari memelihar hewan liar di rumah, dan jika berpergian ke daerah yang terjangkit rabies segera ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi rabies. Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi gigitan oleh hewan yang berpotensi rebies, kerena apabila tidak dapat berakibat fatal bahkan mematikan.



B. Saran Adapun saran dari penulis dengan adanya makalah ini, para pembaca dapat mengetahui penyakit rabies dan dapat mencegah penyakit tersebut. Dan terhadap pembaca khususnya yang memiliki hewan peliharaan yakni kucing, anjing, dll agar dapat menjadi seorang pemelihara yang baik dengan selalu melakukan pemeriksaan hewan peliharaan mengingat penyakit-penyakit yang dapat menyerang hewan tersebut yang tidak menutup kemungkinan mendatangkan bahaya terhadap pemelihara itu sendiri.



14



LAMPIRAN-LAMPIRAN GAMBAR-GAMBAR



Gejala rabies pada manusia



struktur rabies virus



Masa inkubasi virus rabies



anjing terkena rabies



15



Cara Pengobatan Tradisional Jika Di Gigit Anjing



Etiologi rabies



16



ASKEP RABIES I. Konsep Dasar Penyakit a. Pengertian Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusatyang disebabkan oleh virus rabiesb. Etiologi b. Etiologi Adapun penyebab dari rabies adalah :   



Virus rabies. Gigitan hewan atau manusia yang terkena rabies. Air liur hewan atau manusia yang terkena rabies.



17



c. Patofisiologi Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkaninfeksi kepada hewan lainnya atu manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan.Virus akan berpindah dari tempatnya masuk melalui saraf-saraf menuju kemedulla spinalis dan otak, dimana mereka berkembangbiak. Selanjutnya virus akanberpindah lagi melalui saraf menuju ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur. Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia.Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing, hewan lainnya yang juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, rubah.Rabies pada anjing masih sering ditemukan di Amerika latin, Afrika dan Asia, karena tidak semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi untuk penyakit ini.hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas atau rabies jinak. pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total.meskipun sangat-sangat jarang, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang tercemar. Telah dilaporkan - kasus yang terjadi pada penjelajah yang menghirup udara di dalam goa dimana banyak terdapat kelelawar. D. Manifestasi Klinis Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi, tetapi masa inkubasinya bervariasi dari 10 hari sampai lebih dari 1 tahun. Masa inkubasi biasanya paling pendek pada orang yang digigit pada kepala, tempat yang tertutup celana pendek, atau bila gigitan terdapat di banyak tempat.Pada 20% penderita,rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur. Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebankan rasa sakit luar biasa. Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba untuk minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita rabies tidak dapat minum. Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang juga disebut hidrofobia (takut air). E. Pemeriksaan Fisik 



palpasi : Apakah ada kaku kuduk atau tidak ?



18



Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Adakah pembesaran lien dan heapr ?  



Auskultasi : Adakah suara napas tambahan ? bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia ? peristaltik usus ?







perkusi : Apakah ada distensi abdomen ?







Infeksi : Amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi intercostale ? Adakah tanda rhisussardonicus, opistotonus, trimus ?



Apakah ada gangguan nervus cranial ? f. Pemeriksaan Penunjang 1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang. 2.Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan. 3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah - daerah otak yang tidak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT. 4. Pemindaian positron emission tomography ( PET) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak. 5. Uji laboratorium   



fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit Panel elektrolit 19







Skrining toksik dari serum dan urin



GDA  Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N