Makalah Kelompok 2 - Peran Motivasi Dan Konsep Diri PDF [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Ferry
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PERAN MOTIVASI DAN KONSEP DIRI DALAM BELAJAR Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Dosen Pengampu : Widyaning Hapsari, M.Psi.



Disusun oleh : Ariyani Widiastuti



(182180125)



Okti Mahendri



(182180129)



Rizki Anita Bella



(182180133)



Puji Ingtiyasningsih



(182180135)



Yogo Setyo T.P.



(182180146)



Feri Istikhomah



(182180151)



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2020



KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah SWT, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Psikologi Pendidikan yang berjudul “Peran Motivasi dan Konsep Diri dalam Belajar”. Shalawat serta salam tetap kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa'atnya di dunia dan akhirat. Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada pembaca makalah ini dengan itu, kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita semua. Penulis sangat memahami bahwasanya dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca.



Purworejo, 12 April 2020



Penyusun



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2 BAB I ......................................................................................................................................... 4 PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4 a.



Latar Belakang ................................................................................................................ 4



b.



Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4



c.



Tujuan ............................................................................................................................. 5



BAB II........................................................................................................................................ 6 PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6 a.



Macam-macam Motivasi dalam Belajar ......................................................................... 6



b.



Faktor-Faktor yang Memengaruhi Motivasi Belajar ...................................................... 7



c.



Peran Motivasi Terhadap Belajar.................................................................................... 9



d.



Jenis-Jenis Konsep Diri................................................................................................. 12



e.



Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ..................................................................... 13



f.



Peran Konsep Diri terhadap Proses Belajar .................................................................. 15



BAB III .................................................................................................................................... 18 PENUTUP................................................................................................................................ 18 a.



Kesimpulan ................................................................................................................... 18



b.



Saran ............................................................................................................................. 18



Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 19



BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Dalam proses belajar setiap siswa harus mempunyai suatu tujuan yang harus dicapai didalamnya, baik tujuan pendek maupun tujuan jangka penjang yang dapat membuat diri mereka mempunyai suatu perubahan yang terjadi setelah mereka mengikuti sebuah proses pendidikan yang diberikan oleh guru mereka. Seorang guru selayaknya memberkan sebuah dorongan yang harus dapat memberikan motivasi terhadap diri mereka untuk meningkatkan prestasi didalam belajar mereka. Dorongan yang seharusnya diberikan oleh seorang guru tidak akan dapat merubah sikap/perilaku individu untuk dapat meningkatkan cara belajar mereka bilamana tidak adanya peran individu didalamnya, karena semuanya akan mempunyai suatu hubungan yang dapat memberikan satu nilai temabah dalam meningkatkan prestasi belajar. Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri. Konsep diri (self concept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya.Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan, maka dari itu sangatlah penting untuk seorang perawat memahami konsep diri. Memahami diri sendiri terlebih dahulu baru bisa memahami orang lain. b. Rumusan Masalah 1. Apa saja jenis-jenis motivasi ? 2. Apa saja faktor yang mempengaruhi motivasi? 3. Bagaimana peran motivasi terhadap proses belajar? 4. Apa saja jenis-jenis konsep diri? 4



5. Apa saja faktor yang dapat berpengaruh pada konsep diri? 6. Bagaimana peran konsep diri dalam proses belajar?



c. Tujuan 1. Mengetahui jenis-jenis motivasi. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi. 3. Mengetahui peran motivasi terhadap proses belajar. 4. Mengetahui jenis-jenis konsep diri. 5. Mengetahui faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada konsep diri. 6. Mengetahui peran konsep diri dalam proses belajar.



5



BAB II PEMBAHASAN a. Macam-macam Motivasi dalam Belajar Motivasi itu kita ketahui bersama ada yang datang dari luar dan dari dalam diri. Sebagimana beberapa ahli psikologi ada yang membagi motivasi menjadi dua, yaitu: 1. Motivasi Intrinsik Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah moti-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudahada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi itu intrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu. Anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai- nilai dan pemahaman yang mendalam yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, prestasi yang tinggi atau hadiah dan sebagainya. Anak yang memiliki motivasi intrinsik tidak memerlukan dorongan dari luar. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus menerus. Sedangkan seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. 2. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya. Misalnya untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar siswa mau belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat siswa dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi dalam berbagai bentuknya. Kesalaan penggunaan bentuk-bentuk motivasi ekstrinsik akan merugikan siswa. Akibatnya motivasi ekstrinsik bukan berfungsi sebagai pendorong, tetapi menjadikan siswa malas belajar. Karena itu, guru harus bisa dan pandai 6



mempergunakan motivasi ekstrinsik ini dengan akurat dan benar dalam rangka menunjang proses interaksi edukatif di kelas. Motivasi ekstrinsik sering digunakan karena bahan pelajarn kurang menarik perhatiaan siswa atau karena sikap tertentu pada guru atau orang tua. Baik motivasi ekstrinsik yang positif maupun motivasi ekstrinsik yang negatif, sama-sama mempengaruhi sikap dan perilaku siswa. Dapat diakui bahwa angka, pujian hadiah dan sebagainya berpengaruh positif untuk merangsang siswa agar giat belajar. Sedangkan ejekan, celaan, hukuman dan lain sebagainya dapat berpengaruh negatif dengan renggangnya hubungan antara guru dengan siswa. Sehingga dampaknya yaitu mata pelajaran yang dipegang oleh guru menjadi tidak disukai oleh siswa. b. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Motivasi Belajar Terdapat enam faktor yang didukung oleh sejumlah teori psikologi dan penelitian terkait yang memiliki dampak terhadap motivasi belajar siswa”. Keenam faktor yang dimaksud yaitu: a. Sikap b. Kebutuhan c. Rangsangan d. Afeksi e. Kompetensi f. Penguatan. Penjelasan tentang faktor motivasi yang awal adalah sikap. Sikap merupakan gabungan konsep, informasi, dan emosi yang dihasilkan dalam diri seseorang untuk merespon orang, kelompok, atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sikap dapat berpengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar siswa karena sikap membantu siswa dalam merasakan dunianya dan memberikan pedoman kepada perilaku yang dapat membantu dalam menjelaskan dunianya. Sikap merupakan produk dari kegiatan belajar. Sikap dapat tetap atau mengalami perubahan sesuai dengan apa yang dipelajari. Siswa akan belajar jika pada dirinya muncul kebutuhan sehingga akan memotivasi dirinya untuk beraktivitas belajar. Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai suatu kekuatan internal yang memandu siswa untuk mencapai tujuan. Hierarki kebutuhan atau tingkatan kebutuhan



7



pemenuhan kebutuhan sesuai tingkatannya. Rangsangan dan afeksi juga akan berpengaruh terhadap faktor seseorang termotivasi dalam belajar. Rangsangan merupakan perubahan pandangan di dalam persepsi atau pengalaman dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif. Rangsangan dapat membuat seseorang bersifat aktif dan terdorong untuk melakukan suatu kegiatan. Misalnya, rangsangan dengan media pembelajaran yang menarik dapat menimbulkan motivasi belajar siswa. Afeksi merupakan pengalaman emosional kecemasan, kepedulian, dan pemilikan dari individu atau kelompok pada waktu belajar. Emosi seseorang berkaitan dengan dorongan-dorongan pada dirinya. Oleh karena itu, afeksi dapat memengaruhi motivasi belajar. Afeksi menjadi motivator intrinsik. Selain itu, kompetensi akan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Kompetensi mengasumsikan bahwa siswa secara alamiah berusaha keras untuk berinteraksi dengan lingkungannya secara efektif. Siswa secara intrinsik termotivasi untuk menguasai lingkungan dan mengerjakan tugas-tugas secara berhasil agar menjadi puas. Seseorang diharuskan memiliki kemampuan yang telah disepakati untuk mencapai tujuan itu. Faktor terakhir yang dapat termotivasinya belajar siswa adalah penguatan. Penguatan



merupakan



peristiwa



yang



mempertahankan



atau



meningkatkan



kemungkinan respon. Penguatan dapat berupa nilai tes tinggi, pujian, penghargaan sosial, dan perhatian. Penguatan dapat berupa penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif dapat meningkatkan perilaku. Penguatan negatif merupakan stimulus aversif (perasan tidak setuju yang disertai dorongan untuk menahan diri) atau peristiwa yang harus diganti atau dikurangi intensitasnya. Perhatian orang tua termasuk penguatan positif yang dapat meningkatkan perilaku atau motivasi belajar.Faktor-faktor lain yang juga memengaruhi motivasi ada enam faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Keenam faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. Cita-cita atau aspirasi pembelajaran. b. Kemampuan pembelajaran. c. Kondisi pembelajaran. d. Kondisi lingkungan pembelajaran. e. Unsur-unsur dinamis belajar. f. Upaya guru dalam membelajarkan pembelajaran. 8



c. Peran Motivasi Terhadap Belajar Motivasi



tidak



dapat



diamati



secara



langsung



akan



tetapi



dapat



diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau faktorfaktor yang lainnya. (Irfan, 2010) Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 2005 : 73) mengatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “felling” dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting, yaitu: 1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem neurophysiological yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun energi itu muncul dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. 2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/felling seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, felling dan emosi dapat menentukan tingkah laku manusia. 3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam individu, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan kebutuhan atau keinginan. Pada hakikatnya motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil. b.



Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. 9



c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. d. Adanya penghargaan dalam belajar. e. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan baik. Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar menurut (Hamzah, 2007 : 27), yaitu: (a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, (d) menentukan ketekunan belajar. a. Peranan Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seseorang anak yang belajar dihadapkan pada sesuatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Sebagai contoh, seoarang anak akan memecahkan materi matematika dengan bantuan tabel logaritma. Tanpa bantuan tabel tersebut anak itu tidak dapat menyelesaikan tugas matematika. Dalam kaitan itu, anak berusaha mencari buku tabel matematika. Upaya untuk mencari tabel matematika merupakan peran motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar dan menentukan hasil belajara.Peristiwa di atas dapat dipahami bahwa sesuatu dapat menjadi penguat belajar untuk seseorang, apabila dia sedang benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu. Dengan perkataan lain, motivasi dapat menentukan hal-hal apa di lingkungan anak yang dapat memperkuat perbuatan belajar. Untuk seorang guru perlu memahami suasana itu, agar dia dapat membantu siswanya dalam memilih faktor-faktor atau keadaan yang ada dalam lingkungan siswa sebagai bahan penguat belajar. Hal itu tidak cukup dengan memberitahukan sumber-sumber yang harus dipelajari, melainkan yang lebih penting adalah mengaitkan isi pelajaran dengan perangkat apa pun yang berada paling dekat dengan siswa



di



lingkungannya. b. Peranan Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Peserta didik akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati 10



manfaatnya bagi peserta didik tersebut. Sebagai contoh peserta didik akan termotivasi belajar elektronik karena tujuan belajar elektronik itu dapat melahirkan kemampuan peserta didik dalam bidang elektronik. Dalam suatu kesempatan misalnya, peserta didik tersebut diminta membetulkan radio yang rusak, dan berkat pengalamannya dari bidang elektronik, maka radio tersebut menjadi baik setelah diperbaikinya. Dari pengalaman itu, peserta didik tersebut makin hari makin termotivasi untuk belajar, karena sedikit peserta didik sudah mengetahui makna dari belajar itu. c.



Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar. Motivasi belajar pada dasarnya sangat berperan dalam menentukan hasil



belajar siswa, hal ini terlihat dari fungsi motivasi itu sendiri. Dalam (Sardiman, 2005 : 85) mengatakan bahwa ada tiga fungsi yang terdapat dalam motivasi, yaitu: 1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2.



Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.



3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab kegiatan tersebut tidak serasi dengan tujuan. 11



d. Jenis-Jenis Konsep Diri Konsep diri merupakan pandangan individu tentang dirinya, meliputi gambaran



tentang diri



dan kepribadian



yang diinginkan,



melalui



pengalaman



dan



yang



interaksi



yang diperoleh



mencakup



aspek



fisik



atau psikologis. Konsep diri merupakan proses pembentukan dan perkembangan diri dari yang tidak baik menjadi baik, dari yang baik menjadi lebih baik. Penjelasan yang dimaksud menjadi lebih baik adalah berupa merancang atau menyusun kegiatan atau target diri yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki, termasuk minat menjadi guru. Konsep diri tumbuh dari interaksi seseorang dengan orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya. Konsep diri bukan hanya timbul dari faktor bawaan dari lahir, melainkan seorang individu yang mengkonsepkan dirinya dari pengalaman-pengalaman atau informasi yang didapatkan sebagai pelajaran yang dapat diambil untuk pertimbangan ketika melakukan suatu kegiatan atau keputusan yang dipilih untuk di masa mendatang. Konsep diri, maka seseorang akan memahami makna dari hidupnya, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang hidup bermasyarakat. Seseorang yang telah memahami tentang dirinya baik itu persepsi dari diri sendiri maupun persepsi dari orang lain, maka ia dapat mengendalikan sikap dan tingkah lakunya dalam lingkungan sekitar. Adapun macam-macam jenis konsep diri, diantaranya: 1. Konsep Diri Positif Konsep



diri



individu baik



positif



dengan



sekali.



bervariasi.



menunjukkan



konsep



Konsep



Individu



diri diri



yang



adanya positif



yang



penerimaan



mengenal



positif



memiliki



konsep



diri



dimana



dirinya



dengan



bersifat diri



stabil positif



dan dapat



memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang



dirinya



sendiri



sehingga



evaluasi



terhadap



dirinya



sendiri menjadi positif dan dapat menerima dirinya apa adanya Jenis konsep diri ini, baik jika di miliki oleh seorang individu karena memiliki: a. Merasa setara dengan orang lain b. Yakin dapat mengatasi segala macam masalah c. Bisa menerima pujian tanpa rasa malu



12



d. Bisa menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan, keinginan, serta perilaku yang tidak semuanya dapat disetujui oleh anggota masyarakat. e. Bisa memperbaiki dirinya sendiri. Maksudnya dia mampu untuk mengungkapkan tentang aspek kepribadian yang tidak disukainya dan akan berusaha untuk dapat mengubahnya. 2. Konsep Diri Negatif Calhoun dan Acocella (1990) membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe, yaitu: a. Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak memiliki perasaan, kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu



siapa dirinya, kekuatan dan



kelemahannya atau yang dihargai dalam kehidupannya. b. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisa terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum



yang dalam pikirannya



merupakan cara hidup yang tepat. Berikut ini beberapa hal yang di miliki oleh seseorang yang memiliki jenis konsep diri negatif, diantaranya yaitu: a. Sangat rerponsif akan pujian b. Peka terhadap kritikan. c. Lebih bersikap hiperkritis. d. Merasa tidak di sukai oleh orang lain. e. Memiliki sikap pesimis disetiap kompetisi. e. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri a. Orang lain Konsep diri dapat dipengaruhi dari luar misalnya dari orang lain yang paling berpengaruh selain diri sendiri tetapi juga orang yang terdekat pada diri kita seperti orangtua, keluarga, dan juga teman. b. Kelompok Rujukan Setiap kelompok memiliki norma yang dapat mengikat emosi para anggotanya yang dapat mempengaruhi konsep diri orang tersebut. c. Usia Kematangan 13



Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep dirinya. d. Penampilan Diri/Keadaan Fisik Penampilan diri juga membuat konsep diri seseorang berubah tergantung pada keadaannya. e. Nama dan Julukan Remaja peka dan merasa malu apabila teman-teman sekelompok menilainya buruk atau bila mereka mempunyai nama julukan yang terkesan mencemooh. f. Hubungan Keluarga Seseorang



yang mempunyai



hubungan baik dengan keluarganya akan



mengidentifikasi diri dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Dalam hal ini dia akan mengembangkan konsep diri yang layak untuk dirinya, begitu juga sebaliknya. g. Jenis Kelamin, Ras, dan Status Dalam sebuah penelitian telah dibuktikan bahwa ketiga hal tersebut sangat berpengaruh dalam konsep diri seseorang. h. Penyakit Kondisi sakit juga dapat mempengaruhi konsep diri. Seseorang wanita yang menjalani operasi mastektomi akan menganggap dirinya kurang menarik, dan ini akan mempengaruhi caranya dalam bertindak dan menilai dirinya sendiri. i. Reaksi orang terhadap orang lain Dalam kehidupan sehari-hari, orang akan memandang individu sesuai dengan pola perilaku yang ditunjukkan individu itu sendiri. j. Tuntutan orang tua terhadap anak Pada umumnya orang tua selalu menuntut anak untuk menjadi individu yang sangat diharapkan mereka. Tuntutan yang dirasakan anak akan dianggap sebagai tekanan dan hambatan jika tuntutan tersebut ternyata tidak dapat dipenuhi oleh anak. k. Kreativitas Remaja yang semasa kanak-kanak di dorong agar kreatif dalam bermain dan dalam tugas-tugas akademis, mengembangkan perasaan individualitas dan idetitas yang member pengaruh yang baik pada konsep dirinya. l. Cita-cita



14



Bila remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistic, ia akan mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-reaksi bertahan dimana ia menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Remaja yang realistik tentang kemampuannya lebih banyak mengalami keberhasilan daripada kegagalan. Ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasaan diri yang lebih besar yang memberikan konsep diri yang lebih baik. m. Stessor Stessor dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian, dan ketakutan. Jika koping individu tidak kuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri, dan kecemasan. n. Teman Sebaya Teman sebaya akan mempengaruhi perubahan konsep diri dalam dua cara yakni, konsep dirinya merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya dan kedua ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan cirriciri kepribadian yang diakui oleh kelompok. f. Peran Konsep Diri terhadap Proses Belajar Salah satu tujuan dalam pembelajaran adalah untuk membebaskan siswa dari kebutuhan mereka terhadap guru, sehingga siswa dapat terus belajar secara mandiri sepanjang hidupnya dan untuk terus belajar secara mandiri maka siswa harus menjadi seorang pembelajar berdasarkan regulasi diri (self regulated learner) (Latipah, 2010). Self regulated learning berperan penting dalam pembelajaran karena membantu mengarahkan siswa pada kemandirian belajar, yakni mengatur jadwal belajar, menetapkan target belajar, mencari informasi yang dibutuhkan secara mandiri, dan menentukan rencana untuk masa depannya. Berangkat dari perspektif sosial kognitif Thoresen dan Mahoney (dalam Zimmerman, 1989) menyatakan bahwa regulasi diri dalam belajar ditentukan oleh tiga faktor yaitu faktor individu, faktor perilaku, dan faktor lingkungan. Pada faktor individu meliputi pengetahuan diri, tujuan yang ingin dicapai, kemampuan metakognisi serta efikasi diri.



Faktor perilaku meliputi behavior self reaction,



personal self reaction serta environment self reaction. Sedangkan faktor lingkungan berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pergaulan dan lain sebagainya.



15



Pada faktor individu dikatakan bahwa pengetahuan tentang diri adalah salah satu contoh yang dapat mempengaruhi regulasi diri dalam belajar. Individu yang mengetahui tentang dirinya berarti mengetahui konsep dirinya. Konsep diri adalah gambaran penuh dari diri manusia, konsep diri adalah apa yang kita percaya tentang siapa kita gambaran total tentang kemampuan dan sifat kita (Santrock, 2005). Selain itu pendapat lain mengatakan bahwa konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan (Agustiani, 2006). Siswa SMA masuk ke dalam kategori usia remaja, remaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa, secara psikologis menurut Allport (dalam Sarwono, 2002) ciri-ciri terbentuknya konsep diri remaja yaitu: 1) Pemekaran diri sendiri yang ditandai dengan kemampuan individu untuk menganggap orang lain sebagai bagian dari dirinya juga (tumbuh perasaan ikut memiliki atau merasakan), 2) Melihat diri sendiri secara objektif yang ditandai dengan mempunyai wawasan tentang diri sendiri, 3) Memiliki falsafah hidup tertentu yang ditandai dengan mengetahui kedudukannya dalam masyarakat dan paham bagaimana harus bertingkah laku. Menurut Burns (dalam Subaryana, 2015) konsep diri dibedakan menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Konsep diri positif dapat disamakan dengan evaluasi diri yang positif seperti penghargaan diri positif. Konsep diri negatif dapat disamakan dengan evaluasi diri yang negatif seperti membenci diri, perasaan rendah diri dan tiadanya perasaan yang menghargai pribadi dan penerimaan diri. Fits (dalam Agustiani, 2006) menyatakan bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Banyak siswa yang mengalami kegagalan dalam pelajaran bukan disebabkan oleh tingkat intelektual yang rendah atau kemampuan fisik yang lemah, melainkan oleh adanya perasaan tidak mampu untuk melakukan tugas (Dhatu & Ediati, 2015). Ketika siswa memiliki konsep diri yang positif mereka akan berani bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya, mandiri, meyakini bahwa keberhasilan maupun kegagalan tergantung dari apa yang telah diusahakan, dan memiliki cita-cita. Namun ketika siswa memiliki konsep diri yang negatif mereka akan takut akan kegagalan, tidak berani mengambil resiko, motivasi belajar dan 16



bekerja rendah, juga kurang berani mengambil resiko terhadap tindakan yang dilakukan (Subaryana, 2015). Berbagai penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pandangan individu terhadap kualitas kemampuan yang individu miliki akan mempengaruhi motivasinya dalam melakukan tugas, dengan konsep diri yang positif diharapkan siswa dapat memotivasi dirinya untuk dapat meregulasi diri dalam kegiatan belajarnya dengan baik. Dalam prosesnya siswa hendaknya melakukan upaya-upaya untuk membentuk pandangan positif, selain siswa dapat membentuk konsep diri yang positif, siswa juga akan mulai terbiasa membentuk kebiasaan belajar seperti memunculkan regulasi diri dalam belajar. Kemudian terdapat juga hasil penelitian jurnal yang dilakukan oleh Novilita dan Suharnan (2013) dengan judul konsep diri adversity quotient dengan kemandirian belajar siswa didapatkan hasil ada hubungan positif antara konsep diri dan tingkat kemandirian belajar siswa dengan nilai 0,604. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa konsep diri yang positif diperlukan untuk sebagai salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi kemandirian belajar, karena dengan memiliki konsep diri yang positif berarti siswa sudah mampu mengenali hubungan yang positif dengan kemandirian belajar. Pada penelitian terdahulu mayoritas peneliti mengangkat tema konsep diri mempengaruhi prestasi belajar, namun sebelum mendapatkan prestasi dalam belajar tersebut siswa akan melewati beberapa proses untuk mencapai hasil prestasi itu sendiri. Ketika proses itu berhasil dijalani dengan baik maka akan menghasilkan prestasi belajar yang baik, namun ketika proses tersebut tidak mampu untuk dilaksanakan dengan baik maka hasilnya juga kurang memuaskan. Proses tersebut adalah regulasi diri siswa dalam belajar. Hal ini karena adanya hubungan antara konsep diri dengan regulasi diri dalam belajar siswa.Hal yang penting dilakukan adalah dengan memberikan informasi kepada pembaca mengenai pentingnya konsep diri dalam membentuk regulasi dalam belajar siswa.



17



BAB III PENUTUP a. Kesimpulan Motivasi belajar pada dasarnya sangat berperan dalam menentukan hasil belajar siswa, hal ini terlihat dari fungsi motivasi itu sendiri. Konsep diri merupakan proses pembentukan dan perkembangan diri dari yang tidak baik menjadi baik, dari yang baik menjadi lebih baik. Kedua hal tersebut tidak terlepas dari kebutuhan seseorang dalam proses belajar. Keberhasilan yang merupakan hasil belajar sangat dipengaruhi oleh motivasi serta konsep diri yang ada pada diri setiap individu. b. Saran Pembelajaran hendaknya mampu meningkatkan motivasi instrinsik peserta didik sebanyak mungkin. Pendidik yang terampil harus mampu menggunakan cara untuk membangkitkan dan memelihara rasa ingin tahu peserta didik di dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu anak menumbuhkan keinginan belajar para siswa, para pendidik perlu memperhatikan metode-metode pembelajaran yang efektif dan tepat sehingga peserta didik dapat menerima ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh pendidik dengan mudah.



18



DAFTAR PUSTAKA Abid, Muhammad Nasikhul. 2017. https://dosenmuslim.com › Macam-macam Motivasi dalam Belajar Menurut Para Ahli Psikologi (diakses pada tanggal 11 April 2020) Ariyanti, Tama. https://www.slideshare.slideshare.net/mobile/TamaAriyanti/faktor-faktoryang-mempengaruhi-konsep-diri (diakses pada tanggal 11 April 2020, 14.20) Indrarani,



Sarwendah.



2014.



https://www.psikologikita.com/?q=psikologi/konsep-diri



(diakses tanggal 10 April 2020) Farah, M., Suharsono, Y., & Prasetyaningrum, S. (2019). Konsep diri dengan regulasi diri dalam belajar pada siswa SMA. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 7(2), 171-183.



Mallyanti, Sindi. "Pengaruh Konsep Diri, Motivasi Berprestasi, Dan Persepsi Profesi Guru Terhadap Minat Menjadi Guru Ekonomi Pada Mahasiswa Pendidikan Ekonomi." (2020). Rosidah, DA. 2018. repo.iain-tulungagung.ac.id…PDF Hasil web BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Motivasi Belajar (diakses tanggal 10 April 2020). https://hesronfree.wordpress.com/2011/06/04/peranan-motivasi-dalam-belajar/ (Diakses pada 10 April 2020) https://www.kompasiana.com/hannatuljannahfuady/5dafbad40d82303a42795f62/pngaruh-motivasidalam-pembelajaran-peserta-didik (diakses pada 10 April 2020)



19