Makalah Kelompok 3 Filsafat Pendidikan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENGERTIAN, PERAN, ORIENTASI DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN SERTA PERANNYA DALAM PENDIDIKAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan



Dosen Pengampu : Dr. Ali Sunarso, M.Pd.



Oleh Kelompok 3 : 1. Alifia Shafa Maharani 0103521018 2. Valentia Febriyanti 0103521019



PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2021



KATA PENGANTAR



Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan penulis kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan paper ini dengan baik. Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah tentang “Pengertian, Peran, Orientasi Dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Serta Perannya Dalam Pendidikan”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.



Semarang, September 2021



Penulis



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ………….................................…………....………………………… i DAFTAR ISI ………………………...............................…………...………………………. ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……………....……………...........................................…….………….. 3 B. Rumusan Masalah ….....……………………...........................................………….…… 4 C. Tujuan.......................................................……...............................................………… . 4 D. Manfaat Makalah............................................................................................................... 5 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Filsafat......................................………......................................………….…. 6 B. Pengertian Pendidikan .....................................................…...............................................9 C. Pengertian Filsafat Pendidikan ...............................................................……………...…10 D. Ruang Lingkup Bahasan Filsafat pendidikan.................................................................…13 E. Peranan dan Fungsi Filsafat Pendidikan............................................................................16



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ……………….......................................…………………………...…….…19 B. Saran .................................................................................................................................19 DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Filsafat berasal dari bahasa yunani kuno philos dan sophia. Philos berarti cinta sophia berarti kebajikan kebaikan atau kebenaran,atau bisa juga diartikan cinta atau hikmah ( Arifin, 1993: 1 ). Termminologi cinta dalam filsafat bukanlah seperti gambaran orang yang duduk terasing dari alamyang diangankannya. Seorang filosof bukanlah seorang yang kurang andil secara gigih dalam upaya menemukan berbagai tanda yang mendalam tentang kehidupan manusia. Berangkat dari pengertian sederhana tersebut,maka filosof adalah orang yang mencintai hikmah dan berusaha mendapatkannya,memusatkan perhatian kepadanya,dan menciptakan sifat positif terhadapnya. Selain itu,filosof juga mencari hakikat sesuatu ,berusaha menentukan sebab dan akibat,dan berupaya melakukan penafsiran-penafsiran atas pengalaman-pengalaman manusia. Menurut Hasbullah Bakry (1970: 9),ilmu filsafat merupakan suatu ilmu yang mempelajari sesuatu secara mendetail,seperti ketuhanan,alam semesta dan manusia,sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikat yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana tentang sikap manusia semestinya ketika telah memperoleh pengetahuan. Disamping itu,ada juga yang mengatakan bahwa filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang dapat di capai dengan budi pekerti (Salam,1998: 5). Dalam kehidupan moderen ini filsafat bisa di artikan sebagai ilmu yang berupaya memahami semua hal yang muncul didalam keseluruhan ruang lingkungan pandangan dan pengalaman umat manusia (Barnadib,1994: 11). Dengan kata lain berfilsafat adalah suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam berbagai bidang kehidupan manusia,menurut Jalaluddin dan Usman Said (1994: 11),jawaban yang dimaksud merupakan suatu hasil pemikiran yang sistemis,menyeluruh,dan mendasar. Jawaban seperti itu juga digunakan dalam memecahkan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan manusia,termasuk aspek pendidikan. Definisi-definisi filsafat tersebut pada perinsipnya menampakkan sesuatu berdasarkan kemampuan nalar manusia. Kebenaran yang dimaksud dalam konteks filsafat adalah kebenaran yang tergantung sepenuhnya pada kemampuan daya nalar manusia. Karena itu,kebenaran menurut plato dan aristoteles adalah apabila pernyataan yang di anggap benar itu bersifat koheren atau konsisten dengan permyataan sebelumya (Jujun, 1984: 20-21). Dengan demikian,kebenaran berfungsi sebagai tolak ukur antara sesuatu peristiwa yang terjadi sebelum 3



dan sesudahnya. Jika cocok dianggap benar dan jika tidak cocok tidak diterima sebagai kebenaran. Kebenaran yang demikian agaknya cenderung mengandung pengertian yang relatif,sebab bergabtung dari faktor ruang dan waktu. Apa yang dianggap benar oleh masyarakat tertentu,belum tentu dinilai suatu kebenaran oleh masyarakat atau bangsa lain walaupun dalam kurun waktu yang sama. Karenanya,wajar apabila pengertian filsafat mengalami perbedaan dalam penafsirannya ( Jalaluddin dan Usman Said, 1994: 8).perkembangan dan perubahan yang terjadi dari zaman ke zaman memiliki corak dan ciri yang berbeda. Kondisi ini cenderung membantu manusia untuk selalu berfikir mencari nilai kebenaran itu. Namun,karena ada perbedaan cara pandang dalam menafsirkan kebenaran tersebut,maka belum ada kesepakatan mengenai hakikat dan definisi filsafat. Menurut situs, Smith dan Nolan ( Jalaluddin dan Umar Said 1994: 8),perbeaan definisi ini paling tidak dapat di pengaruhi oleh berbagai kondisi,antara lain adatistiadat,kebiasaan dan sejarah. Peran filsafat dalam dunia pendidikan adalah memberi kerangka acuan bidang filsafat pendidikan guna mewujudkan cita-cita pendidikan yang diharapkan oleh suatu masyarakat atau bangsa. Karena itu, tak heran filsafat pendidikan yang terdapat pada suatu negara dipengaruhi oleh filsafat hidup yang menjadi anutan bangsa dinegara tersebut. Terkait dengan itu pokok bahasan dalam makalah ini di fokuskan pada pengertian, peran, orientasi dan ruang lingkup filsafat pendidikan serta perannya dalam pendidikan B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penyusun paparkan, maka rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini yaitu: 1. Apa pengertian dari? 2. Apa pengertian dari Pendidikan ? 3. Apa pengertian dari Filsafat Pendidikan ? 4. Bagaimana Ruang Lingkup Bahasan Filsafat pendidikan? 5. Bagaimana Peranan dan Fungsi Filsafat Pendidikan? C. Tujuan Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dipaparkan, adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengertian dari Filsafat. 2. Untuk mengetahui pengertian dari Pendidikan. 3. Untuk mengetahui pengertian dari filsafat Pendidikan 4



4. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Bahasan Filsafat pendidikan. 5. Untuk mengetahui Peranan dan Fungsi Filsafat Pendidikan. D. Manfaat Makalah Dengan makalah ini, penyusun berharap agar : 1. Dapat meningkatkan wawasan para pembaca mengenai pengertian, peran, orientasi dan ruang lingkup filsafat pendidikan serta perannya dalam pendidikan. 2. Dapat memberikan informasi ilmiah serta gambaran mengenai pengertian, peran, orientasi dan ruang lingkup filsafat pendidikan serta perannya dalam pendidikan



5



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Filsafat Filsafat berasal dari bahasa Yunani phillein yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan (Suharlan, 2009;37). Menurut Hasan Shadily (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;15), mengemukakan bahwa filsafat menurut asal katanya adalah cinta akan kebenaran. Dengan demikian, dapat ditarik pengertian bahwa filsafat adalah cinta pada ilmu pengetahuan dan kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi, orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan bijaksana. Menurut Harun Nasution (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;16), mengemukakan bahwa Filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika), bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma, serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan. Menurut Harold Titus (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;16), mengemukakan pengertian filsafat dalam arti sempit maupun dalam arti luas. Dalam arti sempit filsafat diartikan sebagai sains yang berkaitan dengan metodologi atau analisis bahasa secara logis dan analisis makna-makna. Dalam pengertian yang lebih luas, filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan manusia yang berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif tentang alam semesta, hidup, dan makna hidup. Selanjutnya, Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;16). menjelaskan filsafat sebagai pandangan yang menyeluruh dan sistematis. Menyeluruh, karena filsafat bukan hanya pengetahuan, melainkan juga suatu pandangan yang dapat menembus sampai di balik pengetahuan itu sendiri. Dengan pandangan yang lebih terbuka ini, hubungan dan pertalian antara semua unsur yang mengarahkan perhatian dan kedalaman mengenai kebajikan dimungkinkan untuk dapat ditemukan. Sistematis karena filsafat menggunakan berpikir secara sadar, teliti dan teratur sesuai dengan hukum-hukum yang ada. Menurut Rizal dan Misnal (2006;3) ada beberapa pengertian filsafat yang diklasifikasikan yaitu sebagai berikut: 1.



Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.



2.



Filsafat adalah suatu proses kritik untuk pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi.



6



3.



Filsafat adalah usaha menggambarkan keseluruhan. Artinya filsafat berusaha untuk mengkombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam.



4.



Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep.



5.



Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung, yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. Menurut Prof. Hoogeveld (dalam Sadulloh, 2007;54), mendidik adalah membantu anak



supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri. Menurut Prof S. Brojonegoro (dalam Sadulloh, 2007;54), mendidik berarti memberi tuntutan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan, sampai tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani. Pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Setelah anak menjadi dewasa dengan segala cirinya, maka pendidikan dianggap selesai. Pendidikan dalam arti khusus ini menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga (Sadulloh, 2003;54-55). Pada bagian lain Harold Titus (dalam Sadulloh, 2007;18), mengemukakan makna filsafat, yaitu : 1.



Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta.



2.



Filsafat adalah suatu metode berfikir reflektif, dan penelitian penalaran.



3.



Filsafat adalah suatu perangkat masalah-masalah.



4.



Filsafat adalah seperangkat teori dan sistem berfikir. Berfilsafat berarti berfikir, tetapi tidak semua berfikir dapat dikategorikan berfilsafat.



Berfikir yang dikategorikan berfilsafat adalah apabila berfikir tersebut mengandung tiga ciri, yaitu radikal, sistematis, dan universal. Seperti yang dijelaskan oleh Sidi Gazalba (dalam Sadulloh, 2007;18): Berfikir radikal, berfikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung sampai konsekuensi yang terakhir. Berfikir itu tidak separuh-separuh, tidak berhenti di jalan, tetapi terus sampai ke ujungnya. Berfikir sistematis ialah berfikir logis yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggung jawab dan saling 7



berhubungan yang teratur. Berfikir universal tidak berfikir khusus, yang hanya terbatas kepada bagian-bagian tertentu, melainkan mencakup keseluruhan. Dari pengertian secara etimologi, Harun Nasution (dalam Prasetya, 1997;9) memberikan definisi filsafat sebagai berikut: a.



Pengetahuan tentang hikmah;



b.



Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar;



c.



Mencari kebenaran;



d.



Membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas. Adapun pengertian atau definisi yang bermacam-macam itu terungkapkan juga oleh



Drs. Sidi Gazalba (dalam Prasetya, 1997;10), bahwa para filosof mempunyai pengertian atau definisi tentang filsafat sendiri-sendiri. Sebagai contoh ia mengemukakan beberapa pengertian filsafat menurut beberapa ahli, antara lain yaitu sebagai berikut: 1.



Plato, mengatakan bahwa filsafat tidak lain daripada pengetahuan tentang segala yang ada.



2.



Aristoteles, berpendapat bahwa kewajiban filsafat ialah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu yang umum sekali.



3.



Fichte, menyebut filsafat sebagai Wissenschaftslehre: ilmu dari ilmu-ilmu, yaitu ilmu yang umum, yang menjadi dasar segala ilmu.



4.



Kant, mengatakan bahwa filsafat adalah pokok dan pangkal segala pengetahuan dan pekerjaan.



5.



Al-Kindi, sebagai ahli pikir pertama dalam filsafat Islam yang memberikan pengertian filsafat dikalangan umat Islam, membagi filsafat itu dalam tiga lapangan: a) Ilmu Fisika (al-ilmu al-tabbiyyat), merupakan tingkatan terendah; b) Ilmu Matematika (al-ilmu al-riyadil), merupakan tingkatan tengah; c) Ilmu Ketuhanan (al-ilmu al-rububiyyat) merupakan tingkatan tertinggi; Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa filsafat merupakan



kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan. Filsafat berusaha merenungkan dan membuat garis besar dari masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang pelik dari pengalaman umat manusia dengan kata lain filsafat sampai kepada sinopsis tentang pokok-pokok yang ditelaahnya.



8



B. Pengertian Pendidikan Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya. Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, maka berubah pulalah corak pendidikannya agar si anak siap untuuk memasuki lapangan penghidupan ini. Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiannya dalam membimbing, melatih, mengajar, dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan ciri-ciri kemanusiaanya. Dan pendidikan formal disekolah hanyalah bagian kecil saja dari padanya, tetapi merupakan inti dan tidak bisa lepas kaitannya dengan proses pendidikan secara keseluruhannya. Pendidikan itu adalah suatu disiplin dari berbagai macam bagian komponen. Bagianbagian ini telah menjadi demikian bermacam ragam dan berspesialisasi, akan tetapi tidak selalu mengambil tempat yang sama besarnya di dalam segala arah dan segi pada waktu yang sama. Metode pengajaran atau susunan kurikulum umpamanya, telah mengalami perbaikan jauh lebih banyak di dalam beberapa periode sejarah pendidikan daripada lain-lainnya. Barang kali sekarang ini, sebagaimana tidak pernah di masa-masa sebelumnya, para siswa begitu tertarik dengan permasalahan-permasalahan yang secara terus menerus (kekal) bersangkutan dengan filsafat. Proses pendidikan adalah proses perkembangan itu secara alamiah ialah kedewasaan, kematangan dari kepribadian manusia.Pendidikan diartikan sebagai suatu proses usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaan dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai dan dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakiki dan ciri-ciri kemanusiaannya. Dengan kata lain, proses pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan dasar dan kehidupan pribadinya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitarnya agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Selain itu menurut Henderson (dalam Sadulloh, 2007;55), pendidikan 9



merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Warisan sosial merupakan bagian dari lingkungan masyarakat, merupakan alat bagi manusia untuk pengembangan manusia yang terbaik dan intelligent, untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dalam GBHN Tahun 1973 dikemukakan penertian pendidikan, bahwa, “Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup”. Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih di mana kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai, perasaan dan pengetahuan serta keterampilan. C. Pengertian Filsafat Pendidikan Menurut Al-Syaibany (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;19). Filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan. Menurut Imam Barnadib (dalam Jalaluddin



dan Abdullah, 2007;20), filsafat



pendidikan merupakan ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaanpertanyaan dalam bidang pendidikan. Baginya filsafat pendidikan merupakan aplikasi sesuatu analisis filosofis terhadap bidang pendidikan. Lebih lanjut menurut Soegarda Poerwakawatja (dalam Jalaluddin



dan Abdullah,



2007;21), mengatakan bahwa pendidikan dalam arti luas adalah semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan, dan keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkan generasi muda agar dapat memahami fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani. Upaya ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan kedewasaan dan kemampuan anak untuk memikul tanggung jawab moral dari segala perbuatannya. Filsafat pendidikan menurut Al-Syaibany (dalam Sadulloh, 2007;71) adalah : 1. Pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan. Filsafat itu mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan 10



yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis. 2. Selanjutnya, Al-Syaibany (dalam Sadulloh, 2007;72) mengatakan bahwa filsafat pendidikan, seperti halnya filsafat umum, berusaha mencari hakikat serta masalah yang berkaitan dengan proses pendidikan. Filsafat pendidikan berusaha untuk mendalami konsep-konsep pendidikan dan memahami sebab-sebab hakiki dari masalah pendidikan. Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah filosofis dalam bidang pendidikan



yang



menggambarkan



aspek-aspek



pelaksanaan



falsafah



umum



dan



menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan secara praktis. Filsafat pendidikan memiliki perhatian terhadap filsafat klasik. Hanya saja terfokus pada analisis dan penjelasan terhadap problema-problema pendidikan. Ini hanya sebagai satu bentuk dari filsafat umum mengenai kehidupan dan memiliki upaya untuk mengembangkan berbagai masalah filsafat yang berhubungan dengan pendidikan dan sekolah. Hampir setiap hari para pengajar tidak saja berhadapan langsung dengan persoalan-persoalan filsafat pendidikan, tetapi juga masalah pokok yang tidak bersentuhan langsung dengan pendidikan . Keberadaan filsafat dalam ilmu pendidikan, menurut Arifin (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;19), bukan merupakan insidental artinya filsafat itu merupakan teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Filsafat mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menyelidiki aspek-aspek realita dan pengalaman yang banyak didapatkan dalam bidang pendidikan. Filsafat mengkaji permasalahan yang menyangkut nilai yang ditentukan untuk menjadi pandangan hidup manusia. Dengan demikian, filsafat mempunyai ruang lingkup yang lebih luas, menjurus, total, dan komprehensif. Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung (dalam Prasetya, 1997;22), dalam bahasanya mengenai filsafat pendidikan diberi definisi sebagai berikut: a.



Filsafat pendidikan adalah penerapan metode dan pandangan filsafat dalam bidang pengalaman manusia yang disebut pendidikan.



b.



Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadi filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyeleraskan, mengharmoniskan dan menerapkan nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang ingin dicapainya.



11



c.



Filsafat pendidikan adalah aktivitas yang dikerjakan oleh pendidik dan filosof-filosof untuk menjelaskan proses pendidikan, menyelaraskan, mengkritik dan merubahnya berdasar pada masalah-masalah kontradiksi-kontradiksi budaya.



d.



Filsafat pendidikan adalah teori atau ideologi pendidikan yang muncul dari sikap filsafat seseorang pendidik, dari pengalaman-pengalamannya dalam pendidikan dan kehidupan dari kajiannya tentang berbagai ilmu yang berhubungan dengan pendidikan, dan berdasar itu pendidik dapat mengetahui sekolah berkembang. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana



pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Hal tersebut akan mewarnai perbuatan mereka secara arif dan bijak, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya dengan falsafah umum, falsafah bangsa dan negaranya. Pemahaman akan filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan. Filsafat pendidikan juga secara vital berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para guru dapat menemukan berbagai pemecahan pada banyak permasalahan pendidikan. Cara kerja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan kehidupan manusia, di mana pendidikan merupakan salah satu aspek dari kehidupan tersebut, karena hanya manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan membutuhkan filsafat? Karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak terbatasi oleh pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan yang faktual. Filsafat pendidikan itu berdiri secara bebas dengan memperoleh keuntungan karena punya kaitan dengan filsafat umum. Kendati kaitan ini tidak penting, tapi yang terjalin ialah suatu keterpaduan antara pandangan filosofis dengan filsafat pendidikan, karena filsafat sering diartikan sebagai teori pendidikan dalam segala tahap. Filsafat, jika dilihat dari fungsinya secara praktis adalah sebagai sarana bagi manusia untuk dapat memecahkan berbagai problematika kehidupan yang dihadapinya, termasuk dalam problematika di bidang pendidikan. Oleh karena itu, apabila dihubungkan dengan persoalan



12



pendidikan secara luas, dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan arah dan pedoman dasar bagi tercapainya pelaksanaan dan tujuan pendidikan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa filsafat pendidikan dapat dilakukan pada gejala macam dan bentuk pendidikan, termasuk pendidikan Islam, dengan menentukan prinsipprinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang berasal dari ajaran Islam atau sesuai dengan jiwa ajaran Islam yang mengandung kepentingan pelaksanaan dan bimbingan dalam pendidikan. Mengingat antara filsafat dan pendidikan mempunyai keterkaitan erat dan kokoh, maka tugasnya pun seiring yaitu berupaya bersama dalam memajukan hidup umat manusia. Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa filsafat pendidikan merupakan ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan merumuskan kaidah-kaidah norma-norma dan ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya.



D. Ruang Lingkup Bahasan Filsafat pendidikan Filsafat adalah studi secara kritis mengenai masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan manusia dan merupakan alat dalam mencari jalan keluar yang baik agar dapat mengatasi semua permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapi. Dalam pengertian yang luas, filsafat bertujuan memberikan pengertian yang dapat diterima oleh manusia mengenai konsep-konsep hidup secara ideal dan mendasar bagi manusia agar mendapatkan kebahagiaan. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa ruang lingkup filsafat adalah semua lapangan pemikiran manusia yang komprehensif. Sagala sesuatu yang mungkin dan benarbenar ada (nyata), baik material konkret maupun nonmaterial (abstrak). Jadi, objek filsafat itu tidak terbatas (Muhammad Noor Syam, dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;24). Secara makro, apa yang menjadi objek pemikiran filsafat yaitu permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan alam sekitarnya, juga merupakan objek pemikiran filsafat pendidikan. Namun secara mikro, ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi: 1.



Merumuskan secara tegas sifat hakekat pendidikan (the nature of education).



2.



Merumuskan sifat hakekat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan (the nature of man).



3.



Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama, dan kebudayaan.



4.



Merumuskan hubungan antara filsafat pendidikan, dan teori pendidikan. 13



5.



Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan).



6.



Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan (Tim Dosen IKIP Malang, dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;24). Dengan demikian, dari uraian diatas diperoleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi



ruang lingkup filsafat pendidikan itu ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakekat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana melaksanakan pandidikan yang baik dan bagaimana tujuan pandidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan. Keberadaan filsafat berbeda dengan ilmu. Ilmu ingin mengetahui sebab dan akibat dari sesuatu. Sementara filsafat tidak terikat pada satu ketentuan dan tidak mau terkurung hanya pada ruang dan waktu dalam pembahasan dan penyelidikannya tentang hakikat sesuatu yang menjadi objek dan materi bahasannya. Memperhatikan tujuan atau ruang lingkup filsafat yang begitu luas, maka para ahlipun membatasi ruang lingkupnya. Menurut Will Durant (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;25), ruang lingkup studi filsafat itu ada lima: logika, estetika, etika, polik dan metfisika. 1.



Logika. Studi mengenai metode-metode ideal mengenai berfikir (thingking) dan meneliti (research) dalam melakukan observasi, introspeksi, deduksi dan induksi, hipotesis dan analisis eksperimental dan lain-lain, yang merupakan bentuk-bentuk aktivitas manusia melalui upaya logika agar bisa dipahami.



2.



Estetika. Studi tentang bentuk dan keindahan atau kecantikan yang sesungguhnya dan merupakan filsafat mengenai kesenian.



3.



Etika. Studi mengenai tingkah laku yang terpuji yang dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang nilainya tinggi (sophisticated).



4.



Politik. Suatu studi tentang organisasi sosial yang utama dan bukan sebagaimana yang dipikirkan orang, tetapi juga sebagai seni dan pengetahuan dalam melaksanakan pekerjaan kantor.



5.



Metafisika. Suatu studi mengenai realita tertinggi dari hakekat semua benda (ultimate reality of all thing), nyata dari benda (ontologi) dan dari akal pikiran manusia (ilmu jiwa filsafat) serta suatu studi mengenai hubungan kokoh antara pikiran seseorang dan benda dalam proses pengamatan dan pengetahuan (epistemologi).



14



Menurut Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;27), filsafat sebagai ilmu yang mempelajari objek dari segi hakekatnya, memiliki beberapa problema pokok, antara lain: 1.



Realita, yakni kenyataannya yang selanjutnya mengarah kepada kebenaran , akan muncul bila orang mampu mengambil suatu konklusi bahwa pengetahuan yang diperoleh tersebut memang nyata.



2.



Pengetahuan, yakni yang menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apakah pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan tersebut, dan jenis-jenis pengetahuan.



3.



Nilai, yang dipelajari oleh filsafat disebut asksiologi.



Selanjutnya menurut Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;27), dalam pengembangan konsep-konsep pendidikan dapat digunakan sebagai dasar hasil-hasil yang diperoleh dari cabang-cabang diatas. Lebih penting lagi, dalam menyelenggarakan pendidikan perlu mengetahui bagaimana pandangan dunia terhadap pendidikan yang diperlukan masyarakat pada masanya. Hal ini merupakan kajian metafisika. Begitu juga halnya dengan keberdaan epistemologi, aksiologi dan logika dalam dunia pendidikan, tentunya memberi suatu konstribusi yang besar. Sebagaimana filsafat umum, filsafat pendidikan juga memiliki beberapa sumber; ada yang tampak jelas dan tidak jelas. 1. Manusia (people). Manusia kebanyakan mengalami kesulitan-kesulitan dalam proses pendewasaan atau kematangan. 2. Sekolah. Pengalaman seseorang, jenis sekolah, dan guru-guru di dalamnya merupakan sumber-sumber pokok dari filsafat pendidikan. 3. Lingkungan (environment). Lingkungan sosial budaya tempat seseorang tinggal dan dibesarkan adalah sumber yang lain dari filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan, sesuai dengan peranannya merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijakan dan pelaksanaan pendidikan. Sedangkan filsafat, dengan cara kerjanya yang bersifat sistematis, universal dan radikal, yang mengupas dan menganalisis sesuatu secara mendalam, ternyata sangat relevan dengan problema matematika hidup dan kehidupan manusia dan mampu menjadi perekat kembali antara berbagai macam disiplin ilmu yang berkembang saat ini. Sehingga filsafat pendidikan akan menemukan relevansinya dengan hidup dan kehidupan masyarakat dan akan lebih mampu lagi meningkatkan fungsinya bagi kesejahteraan hidup manusia. 15



Dengan demikian, hubungan filsafat dan filsafat pendidikan menjadi begitu penting. Karena masalah pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia. Dalam konteks ini, filsafat pendidikan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Dari uraian di atas, dapat diambil suatu konklusi bahwa filsafat adalah studi kritis tentang masalah-masalah kehidupan yang dilakukan untuk mencari jalan keluar yang lebih baik bagaimana menangani masalah tersebut. Dalam hal ini, filsafat bertujuan memberikan yang lebih dapat diterima tentang konsep-konsep hidup yang meliputi suatu kehidupan yang ideal dan lebih mendasar. Sedangkan filsafat dan pendidikan, keduanya merupakan semacam usaha yang sama. Berfilsafat ialah mencari nilai-nilai ide (cita-cita) yang lebih baik, sedangkan pendidikan menyatakan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan pribadi manusia. Pendidikan bertindak mencari arah yang terbaik, sedangkan filsafat dapat memberi latihan yang pada dasarnya diberikan kepada anak. Hal ini bertujuan untuk membina manusia dalam membangun nilainilai yang kritis dalam watak mereka. Dengan jalan ini, mereka mempunyai cita-cita hidup yang tinggi dengan berubahnya filsafat yang tertanam dalam diri mereka. Dengan demikian, filsafat pendidikan adalah mencari kesatuan pandangan untuk memecahkan berbagai problem dalam lapangan pendidikan. Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan filsafat dan filsafat pendidikan menjadi begitu penting dimana proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia yang dilakukan untuk mencari jalan keluar yang lebih baik bagaimana menangani suatu masalah.



E. Peranan dan Fungsi Filsafat Pendidikan Tidak semua masalah kependidikan dapat dipecahkan dengan mengunakan metode ilmiah semata-mata. Banyak diantara masalah- masalah kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaan- pertanyaan filosofis, yang memerlukan Pendekatan filosofis pula dalam memecahkannya. Analisa filsafat terhadap masalah- masalah kependidikan tersebut, dan atas dasar itu bisa disusun secara sistematis teori- teori pendidikan.disamping itu jawabanjawaban yang telah dikemukakan oleh jenis dan aliran fisafat tertentu sepanjang sejarah terhadap problematika pendidikan yang dihadapinya, menunjukan pandangan- pandangan tertentu, yang tentunya juga akan memperkaya teori-teori pendidikan. Dengan demikian, terdapat hubungan fungsional antara filsafat dengan teori pendidikan. Hubungan fungsional 16



antara filsafat dan teori pendidikan tersebut, secara legih rinci dapapt diuraukan sebagai berikut : a. Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara Pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori- teori pendidikannya, disamping menggunakan metode- metode ilmiah lainnya. Sementara itu dengan filsafat, sebagi pandangan tertentu terhadap sesuatu obyek, misalnya filsafat idelisme, realisme, materialisme dan sebaginya, akan mewarnai pula pandangan ahli pendidikan tersebut dalam teori- teori pendidikan yang dikembangkannya. Aliran filsafat tertentu terhadap teori- teori pendidikan yang di kembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut. Dengan kata lain, teori- teori dan pandangan- pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh fillosof, tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan airan filsafat yang dianutnya. b. Filsafat, juga berpungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata.artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat. Di samping itu, adalah merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup dengan pandangan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan dengan sendirinya akan menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Di sinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam memilih dan mengarahkan teoriteori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori pendidikan tersebut, yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup dari masyarakat. c. Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan kependidikan yang tertentu pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu. Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan arti terhadap data-data kependidikan tersebut, dan untuk selanjutnya menyimpulkan serta dapat disusun teori-teori pendidikan yang realistis dan selanjutnya akan berkembanglah ilmu pendidikan (paedagogik).



17



Di samping hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan teori pendidikan, juga terdapat hubungan yang bersifat suplementer, sebagaimana dikemukakan oleh Ali Saifullah dalam bukunya “Antara Filsafat dan Pendidikan”, sebagai berikut : a. Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikannya. b. Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education) yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan Negara. Definisi di atas merangkum dua cabang ilmu pendidikan yaitu, filsafat pendidikan dan system atau teori pendidikan, dan hubungan antara keduanya adalah bahwa yang satu “supplemen” terhadap yang lain dan keduanya diperlukan oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai pengajar di bidang studi tertentu”. Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan: 1.



Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal (Plato)



2.



Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya ( Aristoteles)



3.



Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas Aquinas)



18



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan filsafat merupakan kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan. Filsafat berusaha merenungkan dan membuat garis besar dari masalah-masalah dan peristiwaperistiwa yang pelik dari pengalaman umat manusia dengan kata lain filsafat sampai kepada sinopsis tentang pokok-pokok yang ditelaahnya. Setelah itu pendidikan merupakan kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih di mana kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai, perasaan dan pengetahuan serta keterampilan. Filsafat pendidikan merupakan ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan merumuskan kaidah-kaidah norma-norma dan ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Hal tersebut akan mewarnai perbuatan mereka secara arif dan bijak, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya dengan falsafah umum, falsafah bangsa dan negaranya. Dan yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan itu ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakekat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana melaksanakan pandidikan yang baik dan bagaimana tujuan pandidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.



B. Saran Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca makalah ini dan dapat menjadi rujukan ataupun media belajar bagi siapa saja yang ingin mempelajari “Pengertian, Peran, Orientasi Dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Serta Perannya Dalam Pendidikan”. Saran penyusun dalam makalah ini yaitu agar sekiranya dosen pembimbing menerima dan bersedia memberikan bimbingan kepada penyusun jika dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kesalahan-kesalahan.



19



DAFTAR PUSTAKA 1.



https://www.academia.edu/30262354/ORIENTASI_UMUM_DAN_PEMAHAMAN_K ONSEP_FILSAFAT_PENDIDIKAN



2.



https://ajopiaman.com/filsafat-pendidikan/



3.



https://prezi.com/ex1gdlmmgbft/pengertian-peran-dan-orientasi-filsafat-pendidikan/



4.



https://van88.wordpress.com/dasar-tujuan-dan-peranan-filsafat/



5.



Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media Group, Jogjakarta, 2007.



6.



Mustansyir, Rizal dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006.



7.



Prasetya, Filsafat Pendidikan, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1997.



8.



Sadulloh, Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Alfa Beta, 2007.



9.



Suhartono, Suparlan, Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2009.



20