Makalah Kelompok 3 - Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KELOMPOK MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN: GUIDED READING, READING ALOUD WITH COMPREHENSION, DAN SIKAP KETERAMPILAN PROSES (Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD Kelas Awal) Dosen Pengampu: Dr. Kurniawati, M. Pd. Fully Rakhmayanti, M.Pd.



Disusun Oleh: Lutvia Ainun Hazizah (2103997) Nur Laeli Asyahidah Ridha Haifarashin Yeyen Sormin



(2100230) (2100717) (2100680)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS DAERAH CIBIRU 2022



KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Model Pembelajaran Membaca Permulaan: Guided Reading, Reading Aloud with Comprehension, Dan Sikap Keterampilan Proses” dapat diselesaikan. Secara garis besar, makalah ini berisi tentang hal yang berhubungan dengan model pembelajaran membaca permulaan. Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Teriring doa semoga amal dan budi baik mereka mendapat Ridho dan berkah dari Allah SWT dan semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin Yaa Rabbal Alamiin. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikannya. Sedangkan apabila ada kelebihan adalah karena berkat rahmat dan hidayah Allah SWT dan uluran tangan dari berbagai pihak. Sebagai pemungkas kata, penyusun hanya dapat berharap semoga makalah ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pengetahuan, khususnya dalam pembelajaran membaca di sekolah dasar. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.



Bandung, 15 Oktober 2022



Penulis i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR......................................................................................................i DAFTAR ISI....................................................................................................................ii BAB I................................................................................................................................1 PENDAHULUAN............................................................................................................1 1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2 1.3 Tujuan......................................................................................................................2 BAB II...............................................................................................................................3 PEMBAHASAN...............................................................................................................3 2.1 GUIDED READING...............................................................................................3 2.2 READING ALOUD WITH COMPREHENSION..................................................7 2.3 SIKAP KETERAMPILAN PROSES....................................................................21 BAB III...........................................................................................................................23 PENUTUP......................................................................................................................23 3.1 Kesimpulan............................................................................................................23 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................24



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuhan Yang Maha Esa menganugerahkan manusia dengan panca indera dengan segala fungsinya. Mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, hidung untuk mencium, lidah untuk mengecap dan kulit untuk meraba. Seluruh indera ini dapat disyukuri dengan difungsikan secara maksimal dan benar. Lebih dari itu, setiap indera punya fungsi yang lebih misalnya mata bukan hanya untuk melihat objek, namun juga penglihatan itu digunakan untuk membaca. Membaca merupakan jendela menuju pengetahuan, dengan membaca seseorang bisa mengelilingi dan mengetahui seisi bumi cukup dengan duduk manis Bersama buku. Akan tetapi, masih banyak manusia yang tidak dapat merasakan nikmatnya tulisan karena ia tak bisa membaca. Padahal, mendapat pengetahuan membaca adalah hak dari setiap individu. Ada banyak faktor yang melatarbelakangi seseorang tidak memiliki keterampilan membaca. Misalnya, kesenjangan ekonomi, tidak ada guru yang mengajari atau bahkan tidak mau belajar membaca karena model pembelajaran yang salah. Minat membaca masyarakat Indonesia sangatlah rendah, hanya 0,001% menurut UNESCO. Peringkat ke-71 dari 77 negara di dunia. Kita perlu segera meningkatkan literasi di Indonesia, karena hal itu akan meningkatkan kualitas dari bangsa Indonesia sendiri. Selain dengan menggunakan semangat membaca bagi ia yang dapat membaca, kita juga perlu memperhatikan mereka yang baru mau mulai belajar membaca dengan memberikan model pembelajaran permulaan yang tepat baik diperuntukkan untuk anak-anak yang baru belajar membaca ataupun orang dewasa yang juga baru belajar membaca. Untuk itu, perlu diketahui model pembelajaran membaca bagi permulaan agar serangkaian prosedur belajar membaca ini dapat memberikan kesan mudah dan menyenangkan sehingga akan lebih banyak orang yang memiliki keterampilan membaca dan mencintai membaca. Maka berangkat dari keresahan yang ada penulis mengangkat sebuah kajian berjudul “Model Pembelajaran Membaca Permulaan: Guided Learning, Reading Aloud With Comprehension dan Sikap Keterampilan Membaca (SKP)”



1



2



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan rumusan masalah, sebagai berikut: 1. Apa yang di maksud model pembelajaran membaca permulaan Guided Reading? 2. Apa yang di maksud model pembelajaran membaca permulaan Reading Aloud with Comprehension? 3. Apa yang di maksud dengan Sikap Keterampilan Membaca (SKP)? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk menjawab rumusan masalah, yaitu: 1. Memahami maksud dari model pembelajaran membaca permulaan Guided Reading 2. Memahami maksud dari model pembelajaran membaca permulaan Reading Aloud With Comprehension 3. Memahami maksud dari Sikap Keterampilan Membaca (SKP).



BAB II



3



4



PEMBAHASAN 2.1 Model Pembelajaran Reading Guide 1. Pengertian Model Pembelajaran Reading Guide Model pembelajaran reading guide adalah salah satu model pembelajaran Paikem (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan) yang di dalamnya guru memberikan bacaan dengan pertanyaan atau kisi-kisi yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Seluruh peserta didik mempelajari bahan bacaan dengan menggunakan pertanyaan atau kisi-kisi yang ada. Model Pembelajaran reading guide terdiri dari 2 kata yaitu, reading dan guide. Reading atau membaca adalah suatu proses menalar (reading is reasoning). Membaca dilakukan untuk mendapatkan dan memproses informasi menjadi pengetahuan dasar untuk dikembangkan sebagai kebutuhan manusia. Sedangkan guide sebagai penuntun/pedoman. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Reading Guide adalah model pembelajaran dengan cara guru melakukan bimbingan suatu bacaan pada siswa yang disertai dengan pertanyaan yang diberikan kepada siswa dan disertai dengan diskusi dengan siswa tentang materi yang diajarkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari pembelajaran tersebut. 2. Tujuan Model Pembelajaran Reading guide Tujuan model pembelajaran Reading Guide adalah untuk membantu siswa fokus dalam memahami materi pelajaran. Reading Guide ini mengutamakan aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari sumber belajar. Proses pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan. Dan yang paling utama siswa dapat lebih fokus pada materi pokok karena mereka diarahkan langsung ke daftar pertanyaa atau kisi-kisi pertanyaan yang diberikan oleh guru, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. 3. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Reading Guide Ada 5 prinsip strategi belajar mengajar dengan penggunaan model reading guide yaitu: a. Motivasi



5



Proses belajar mengajar tidak terlepas dari adanya motivasi, baik motivasi intrinsik yang berasal dari peserta didik seperti keinginan untuk belajar dengan baik dan motivasi ekstrinsik yang berasal dari luar peserta didik seperti dorongan dari orang tua dan guru. b. Kooperatif dan Kompetisi Yang dimaksud untuk pembentukan sikap kerja sama dalam mencapai suatu tujuan bersama seperti diskusi bersama teman tentang suatu materi. c. Korelasi dan Integrasi Berkaitan dengan keterbatasan manusia untuk mengingat apa yang sudah dipelajarinya, seperti siswa saling melengkapi argumen satu sama lain. d. Aplikasi dan Transformasi Merupakan bentuk penerapan teori-teori/kaidah-kaidah yang telah dipelajari oleh siswa. e. Individualisasi Proses individualisasi dilakukan oleh siswa untuk mencari tahu tentang materi dengan banyak membaca buku dan bertanya kepada guru atau orang tua. 4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Reading Guide



6



Langkah-langkah penerapan model pembelajaran reading guide: a. Guru Menentukan bacaan yang akan dipelajari. b. Guru membuat pertanyaan/kisi-kisi/bagan atau skema yang akan dijawab oleh peserta didik melalui bahan bacaan yang telah diberikan. c. Guru membagi bahan bacaan beserta dengan pertanyaan/kisi-kisi/bagan atau skema kepada peserta didik. d. Tugas peserta didik adalah mempelajari bahan bacaan dengan menggunakan pertanyaan/kisi-kisi/bagan atau skema yang telah ada. e. Batasi waktu mereka dalam mencari jawaban tersebut. f. Bahas pertanyaan/kisi-kisi/bagan atau skema dengan menanyakan jawabannya kepada peserta didik. g. Guru memberikan penguatan. h. Guru bersama siswa memberikan klarifikasi atau kesimpulan. 5. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Reading Guide Pada penerapan model pembelajaran reading guide terdapat kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan pada penerapan model pembelajaran reading guide adalah: a. Kelebihan Model Pembelajaran Reading Guide 1. Peserta didik lebih berperan aktif dalam menjawab dan berani mengajukan pertanyaan pada guru. 2. Materi dapat lebih cepat diselesaikan dalam kelas. 3. Memotivasi peserta didik untuk senang membaca. 4. Membangkitkan minat baca peserta didik. 5. Mempermudah guru dalam mengelola kelas.



7



6. Menciptakan suasana kelas yang kondusif



b. Kekurangan Model Pembelajaran Reading Guide 1. Bagi Siswa yang lamban dalam membaca tentunya akan tertinggal dengan temannya. 2. Peserta didik yang tidak berani bertanya maupun menjawab pertanyaan guru, akan semakin tertinggal dalam pencapaian KKM. 3. Guru harus menyiapkan lembar bacaan dan lembar pertanyaan sesuai dengan jumlah peserta didik sehingga dibutuhkan persiapan yang matang. 2.2 Model Pembelajaran Membaca Permulaan: Reading Aloud with Compherension (RAC) A. Pengertian Reading Aloud With Comprehension Model Pembelajaran Reading Aloud with Compherension (RAC) adalah model pembelajaran literasi membaca yang berorientasi pada pengembangan proses dan hasil pembelajaran (Hahn, 2002). Sejalan dengan tujuannya, model ini memiliki fungsi dan peran penting dalam mengembangkan pembelajaran yang baik, yakni pembelajaran membaca yang sesuai konsep membaca yang tepat, mengembangkan kebiasaan memahami bacaan secara cermat dan kreatif, serta pada akhirnya akan berdampak pula pada peningkatan kemampuan membaca siswa. Proses pembelajaran membaca yang berbasis model ini memerlukan kerja guru secara total. Hal ini berarti harus ada keseriusan guru dalam mengembangkan pembelajaran yang harmonis, bermutu, dan bermartabat. Melalui penerapan Model Pembelajaran RAC, pembelajaran dibangun atas kesadaran peran bersama antara guru dan siswa. Sistem kolegalitas, keterbukaan, dan nuansa pengembangan pengetahuan mulai terbentuk melalui penerapan ini. Kondisi ini lebih jauh mendorong terciptanya iklim belajar yang kondusif karena pembelajaran diawali dengan pembentukan sikap positif, baik pada diri guru maupun pada diri siswanya. Siswa pada akhirnya selalu dibiasakan belajar dengan diawali kesadaran mengapa dan untuk apa mereka belajar.



B. Aspek-aspek yang perlu dicermati



8



Dalam membaca nyaring, Guru menjadi jembatan antara bacaan serta anak. Selaku jembatan antara anak serta bacaan, guru berhubungan langsung dengan bacaan serta anak (Huang, 2010). Interaksi langsung guru dengan bacaan memastikan kalau guru menguasai bacaan sembari berperan buat memperhitungkan apakah bacaan tersebut sesuai buat anakanak. Interaksi ini ialah proses berkepanjangan sepanjang membaca nyaring untuk memperhitungkan pemahaman siswa terhadap bacaan serta mempertahankan atensi serta motivasi mereka (Hahn, 2002). Keahlian dalam membaca nyaring merupakan lafal wajib jelas serta pas, kecepatan mata serta suara, intonasi wajib baik, dan sela waktu yang mempunyai kedudukan penting dalam keahlian membaca nyaring sebab bila penjedaannya salah dapat merubah arti teks. Aspek- aspek yang butuh dicermati kala melaksanakan aktivitas membaca nyaring merupakan selaku berikut. 1. Perkataan ataupun lafal wajib jelas. Artinya, huruf serta perkata yang diucapkan wajib benar, pas serta jelas. 2. Sela waktu ataupun perhentiannya wajib pas. Artinya, metode memenggal katakatanya wajib cocok dengan makna yang diartikan. Perhatikan contoh di dasar ini. a. Kucing// makan tikus mati b. Kucing makan// tikus mati c. Kucing makan tikus// mati. 3. Lagu kalimat ataupun tinggi- rendahnya suara wajib pas. Tujuannya supaya arti kalimat itu jelas, apakah itu kalimat berita, tanya, ataupun perintah. Lagu kalimat ataupun tinggi- rendah suara disebut dengan intonasi. 4. Tempo merupakan cepat ataupun lambatnya membaca. Bila sangat cepat membaca, membuat pendengar menjadi tidak paham (Kelana, 2016). Membaca



nyaring



di



sekolah



bawah



menuntut



terdapatnya



keterampilan-



keterampilan yang wajib dipahami siswa. - Kelas 1 meliputi keahlian mempergunakan perkataan yang pas, mempergunakan frase yang pas, mempunyai perilaku yang baik serta menjaga novel dengan baik, serta pula memahami ciri baca simpel semacam titik(.), koma(,), serta ciri tanya(?). - Kelas II meliputi keahlian membaca dengan jelas, membaca dengan penuh perasaan, ekspresi, serta membaca tanpa terbata-bata. -Kelas III meliputi keahlian membaca dengan penuh perasaan, ekspresi serta paham dan memaham bahan teks.



9



- Kelas IV meliputi keahlian menguasai bahan teks pada tingkatan bawah serta kecepatan mata serta suara: 3 patah kata dalam satu detik. - Kelas V meliputi keahlian membaca dengan pemahaman serta perasaan; bermacam- macam kecepatan membaca nyaring cocok teks; serta membaca selalu memandang pada teks. - Kelas VI meliputi keahlian membaca nyaring dengan penuh perasaan ataupun ekspresi serta membaca dengan penuh keyakinan (pada diri sendiri) dengan mempergunakan frase ataupun susunan kata yang pas. Dalam membaca nyaring penglihatan serta ingatan pula ikut aktif (Rahayu et angkatan laut (AL)., 2016). C. Tujuan Reading Aloud With Comprehension Tujuan membaca nyaring merupakan sanggup untuk mempergunakan perkataan dengan jelas, tepat, tidak terbata-bata. Membaca nyaring pula dapat digunakan buat tata cara menghafal, menulis serta pula memahami. Tujuan membaca nyaring untuk menghafal, Partisipan berkomentar kalau membaca nyaring menolong mereka dari menghafal bacaan, dari segi pendidikan bahasa, ibadah agama serta lain- lain. Menurut (Dalman, 2014) tujuan tata cara membaca nyaring ialah supaya seorang sanggup mempergunakan perkataan yang tepat, membaca dengan jelas, serta tidak terbata-bata, membaca dengan tidak terus menerus memandang pada bahan teks, membaca dengan memakai intonasi serta lagu yang pas serta jelas. D. Fungsi Reading Aloud With Comprehension Fungsi dari membaca nyaring: 1. Membaca nyaring bisa membantu meng-improve kosa kata Aspek kosakata meliputi makna kata (yaitu, sinonim, antonim, konotasi, dan denotasi), memperluas penggunaan kata seperti idiom, kombinasi kata, atau kolokasi, dan tata bahasa, kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan (Harmer, 2001). Para ahli berpendapat bahwa aspek-aspek kosa kata ini dipengaruhi secara positif melalui membaca nyaring di antara anak-anak karena gaya berbicara guru yang jelas selama membaca nyaring dapat secara substansial mempengaruhi memori pengenalan kalimat siswa, di mana siswa dapat mengingat kosakata mereka sebelumnya atau mendapatkan kata-kata baru (Batini et al., 2018; Bullinaria, 2014; Cerón, 2014; Draper, 1993; Giroir et al., 2015; Hemmati, Gholamrezapour, & Hessamy, 2015; G. Jacobs & Hannah, 2004; Johnston, 2015; Kindle,



10



2009; Novianti & Abdurahman, 2019; Proença et al., 2017; Trelease, 1989; Yusuf, Yusuf, Yusuf, & Nadya, 2017). 2. Membaca nyaring dapat melatih pengucapan Bullinaria (2014), Gabrielatos (1996), Huang (2010), Kailani (1998), Proença dkk. (2017), dan Wadsworth (2008) mengakui pentingnya membaca nyaring sebagai kegiatan yang memberikan model pengucapan bagi anak-anak ketika mereka mendengarkan guru membaca kata-kata dan mengucapkan seluruh kata dengan tepat. Contoh dari guru dalam kegiatan membaca nyaring akan membantu siswa mengenali pengucapan kata dan kata kolektif (Bullinaria, 2014; Proença et al., 2017). 3. Membaca nyaring untuk meningkatkan pemahaman Gurdon (2019) menekankan bahwa membaca nyaring menumbuhkan pemahaman dengan memaparkan mereka pada teks yang disampaikan dalam mode ganda: saat mereka mendengarkan guru, mereka membaca teks dan sebaliknya. Dualitas ini secara kolaboratif membantu pemahaman siswa terhadap teks karena bacaan guru akan menambah dimensi aksen, intonasi, dan komentar dari guru yang memandu pemahaman siswa ketika mereka membaca teks secara bersamaan (Batini et al., 2018; Giroir dkk., 2015; Huang, 2010; Huda dkk., 2015; Wadsworth, 2008; Yusuf, dkk., 2017). 4. Membaca dengan Keras untuk melatih keterampilan mendengarkan. Anak-anak



mengembangkan



keterampilan



mendengarkan



mereka



dengan



mendengarkan suara di sekitar mereka (Linse & Nunan, 2005). Oleh karena itu, membaca nyaring bisa menjadi kegiatan yang sangat baik untuk mengasah keterampilan mendengarkan siswa. 5. Membaca Keras untuk Mengembangkan Keterampilan Membaca dan Literasi Umum Jacobs & amp; Hannah (2004) dan Batini et.al. (2018) mengklaim bahwa membaca nyaring menempatkan dasar untuk mengembangkan keterampilan membaca. Membaca nyaring dikatakan menawarkan manfaat lebih lanjut untuk keterampilan membaca anak-anak yang lebih muda. Batini dkk. (2018) menganggap interaksi antara guru dan anak-anak saat kegiatan membaca nyaring sebagai langkah awal untuk pemahaman bacaan. Untuk Batini dkk. (2018), membaca nyaring bertindak sebagai kegiatan membaca terbimbing. E. Manfaat dan Kelebihan Reading Aloud With Comprehension



11



Manfaat membaca nyaring: 1. Memberikan contoh kepada siswa proses membaca 2. Mengekspos siswa untuk memperbanyak kosa kata 3. Memberi siswa informasi aktual 4. Mengenalkan siswa tentang literatur yang berbeda-beda 5. Memberikan siswa momen atau waktu untuk menyimak dan menggunakan kapasitas imajinasinya. Kelebihan membaca nyaring dapat meningkatkan keyakinan diri, aktif serta melatih membaca dalam kelompok. Sebaliknya kelemahan membaca nyaring dapat memunculkan kegaduhan di dalam kelas dan menyita banyak tenaga. 2.3 Model Pembelajaran Membaca Permulaan: Sikap Keterampilan Pengetahuan (SKP) Faktor-faktor yang paling



dominan bagi pengembangan kemampuan



membaca



permulaan siswa berbasis pemahaman adalah model pembelajaran yang tepat. Model ini selanjutnya akan membentuk pembiasaan belajar membaca yang baik serta menentukan bahan ajar membaca yang sesuai dengan siswa. Dalam kaitannya dengan bahan ajar, bahan ajar yang baik bagi siswa adalah bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik siswa yang salahnya adalah tingkat kesulitan bahan ajar yang sesuai. Tentang hal ini, Clay (1991) dan Hiebert (1999) sebagai dikutip oleh Rog & Burton (2001) menjelaskan bahwa bahan bacaan yang paling tepat untuk pembaca pemula adalah bahan bacaan atau teks yang disusun dengan menggunakan pilihan kata dan pola bahasa yang bermakna dan alami bagi anak serta kata-kata tersebut digunakan dalam frekuensi tinggi. Selain itu, teks juga harus menarik dan menumbuhkan rasa ingin tahu bagi anak, menggunakan ilustrasi berkualitas tinggi, dan memiliki manfaat sastra. Memilih teks yang memenuhi beberapa aspek di atas bukanlah hal yang mudah. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa hampir



tidak dijumpai penerbit buku yang secara



khususnya memeringkatkan buku yang diterbitkannya sesuai dengan tingkat kemampuan membaca anak. Berdasarkan hal tersebut, guru harus mengetahui berbagai aspek-aspek atau kriteria yang dapat digunakan untuk menjenjangkan buku berdasarkan tingkat kemampuan membaca anak. Melalui kepemilikan pemahaman ini, guru diharapkan mampu memilih dan memilah buku-buku yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran literasi di dalam kelas.



12



Kriteria-kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk memilih dan memilah buku agar sesuai dengan karakteristik anak salah satunya dikemukakan oleh Fountas & Pinnell (2008) menjelaskan beberapa kriteria yang dapat digunakan



untuk menjenjangkan teks.



Kriteria yang dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan jenjang (level) teks tersebut adalah (1) bahasa mencakup aspek kosakata, organisasi teks, gaya bahasa, dan perkiraan isi teks; (2) format teks mencakup aspek kaidah tata-cetak (print) dan ilustrasi; dan (3) konten dan konsep mencakup aspek keakraban isi dan genre teks. Sejalan ditemukannya faktor bahan ajar sebagai faktor utama penentu kemampuan membaca permulaan, guru dituntut memiliki kemampuan memilih dan memilah teks yang sesuai dengan tingkat kecocokan siswanya. Setiap teks memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan jenjang peruntukannya. Materi yang sesuai dengan tingkat keterbacaan teks dan keterpahaman pembacanya, bukan saja dapat meningkatkan minat baca pembacanya, namun juga dapat berimplikasi positif terhadap peningkatan kemampuan literasinya. Berdasarkan uraian di atas, dapat



disimpulkan bahwa faktor penentu bagi



kemampuan membaca permulaan anak meliputi (1) penggunaan model pembelajaran yang tepat, (2) pembelajaran yang berbasis pembiasaan membaca, (3) penggunaan bahan ajar yang sesuai karakteristik anak. Ketiga faktor ini lebih lanjut akan membentuk faktor lapis kedua yakni minat baca, motivasi belajar, dan



sikap anak selama pembelajaran membaca.



Berdasarkan temuan ini, guru seyogianya melaksanakan pembelajaran membaca dengan berbasis faktor-faktor tersebut. Model pembelajaran membaca permulaan berbasis SKP terbukti secara signifikan memberikan kontribusi yang positif terhadap peningkatan kemampuan membaca siswa sekolah dasar. Model pembelajaran



membaca permulaan berbasis SKP tidak



hanya



berfungsi untuk kelas yang siswanya terbatas, melainkan juga untuk kelas yang siswanya banyak. Model pembelajaran membaca permulaan berbasis SKP dikemas melalui aktivitas berpikir. Sejalan kenyataan tersebut, siswa dibiasakan mengolah wacana dengan berbagai strategi yang tepat. Sejalan dengan strategi yang digunakannya tersebut siswa lebih bisa menggali isi wacana secara mendalam dan



kontekstual sehingga pemahamannya pun



menjadi meningkat. Keberhasilan peningkatan kemampuan membaca melalui aktivitas ini sejalan dengan penelitian yang



pernah dilakukan Greenleaf, dkk. (2010: 3)



mengembangkan model pembelajaran



reading apprenticeship yang juga



yang



mengandalkan



13



aktivitas sebagai stimulus



bagi pengembangan kemampuan siswa



dalam membaca



pemahaman. Pembelajaran membaca dengan mengoptimalkan aktivitas autentik pada dasar adalah menciptakan model pembelajaran membaca permulaan berbasis aktivitas siswa. Kondisi ini sama halnya dengan penelitian Greenleaf, dkk. (2010: 3). Oleh sebab itu, wajarlah jika model pembelajaran membaca permulaan berbasis SKP terbukti mampu mengembangkan kemampuan membaca pemahaman awal pembelajaran membaca berbasis aktivitas



siswa. Ahli lain yang mengembangkan yang relevan dengan model pembelajaran



membaca permulaan berbasis SKP adalah Bryant, dkk. (2009:1 ). Bryant, dkk. (2009: 1) berdasarkan hasil penelitiannya



menyimpulkan bahwa interaksi secara



langsung yang



dilakukan siswa terhadap teks bacaan pada tahap prabaca, membaca, dan pascabaca akan membangun pengetahuan siswa atas materi yang dipelajarinya. Sejalan uraian di atas dapat dikatakan permulaan berbasis SKP telah terbukti pula membaca di sekolah. Hal ini disebabkan



bahwa model pembelajaran membaca meningkatkan mutu proses pembelajaran



oleh kenyataan bahwa model pembelajaran



membaca permulaan berbasis SKP pada dasarnya adalah pengembangan pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan



produktif. Melalui penerapan model ini,



diakui guru bahwa



pembelajaran membaca menjadi lebih menarik dan kreatif sehingga siswa tertantang untuk mampu membaca secara lebih baik pada seluruh ragam wacana kelas awal sekolah dasar. Hal ini



sejalan dengan temuan Shanahan and



keberhasilan pembelajaran membaca pada



Lonigan, (2010) yang menyatakan



kelas awal tergantung pada penciptaan



pembelajaran kreatif dan menyenangkan. Model pembelajaran membaca permulaan berbasis SKP dapat digunakan secara efektif dalam meningkatkan sikap membaca permulaan siswa. Model SKP terbukti efektif digunakan untuk membentuk sikap positif bagi siswa dalam membaca pemahaman. Hal ini menyebabkan intensitas membaca siswa menjadi tinggi. Ragam bacaan yang digunakan juga mampu memotivasi siswa untuk senantiasa membaca. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mol et al. (2009) yang menyimpulkan bahan ajar interaktif



mampu mengembangkan kemampuan



membaca siswa. Strategi



pembelajaran membaca di sisi lain juga menjadi faktor keberhasilan pembelajaran membaca yang dilakukan. Hal ini sejalan dengan temuan Walton, P. D., & Walton, L.M. (2002) yang menyatakan strategi membaca yang tepat dan hierarki mampu membangun kemampuan siswa membaca beragam wacana.



14



Sikap sangat membantu bagi pengembangan kemampuan membaca permulaan anak, berdampak pada perlunya membentuk sikap siswa



upaya guru untuk secara intensif dan selama membaca. Oleh sebab itu,



berkesinambungan



pembelajaran membaca



permulaan berbasis efikasi diri dengan bersandar pada berbagai faktor di atas. Aktivitas dan kemampuan membaca



pembiasaan anak membaca yang baik dapat permulaan anak. Salah satu pembiasaan



meningkatkan



membaca pemahaman



permulaan yang baik dapat dilakukan dengan membiasakan anak membuat produk hasil membaca sebagai wujud konkret pemahaman anak atas isi bacaan. Produk ini selanjutnya dipajangkan di dalam dan luar kelas sehingga diyakini motivasi anak semakin meningkat dan



kemampuannya pun akan semakin



berkembang pula. Jika pembelajaran dikelas



memadukan konsep produk membaca dengan model pembelajaran membaca permulaan berbasis SKP dalam rangka mengoptimalkan kemampuan anak dalam membaca permulaan berbasis pemahaman atas isi bacaan.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pada materi ini membahas tentang metode membaca dengan Guided reading, Reading Aloud With Comprehension dan juga Sikap Keterampilan Proses (SKP) yang di mana ketiga metode tersebut memiliki perbedaan. Guided reading merupakan metode pembelajaran yang memberatkan pada unsur membaca dengan bantuan pertanyaan dengan tujuan agar siswa bisa fokus pada pokok materi yang dibahas, karena siswa dibimbing langsung oleh guru. Sedangkan Reading Aloud With Comprehension merupakan aktivitas membaca dengan suara yang keras dan membacanya dengan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca bisa menangkap informasi yang tertuang di dalam teks. Tujuan yang ingin dicapai itu agar siswa dapat berbicara tanpa terbata-bata, jelas dan juga bisa digunakan untuk membantu proses menghafal, menulis serta memahami bacaan. Sikap Keterampilan Proses (SKP) merupakan metode pembelajaran yang memusatkan pada keaktifan dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran agar mendapatkan hasil yang memuaskan. SKP sendiri hampir mirip dengan metode pembelajaran kontekstual. Dengan demikian maka belajar yang baik untuk mencapai hasil yang maksimal tentu saja harus mempunyai ilmu pengetahuan dan saling berkolaborasi dengan keadaan yang ada sehingga dapat memicu keberhasilan siswa dan guru dalam suatu pembelajaran. dengan demikian siswa akan cenderung bereaksi positif terhadap pengakuan dan penghargaan lingkungannya, terutama dari guru maka akan dapat mendorong siswa mencapai prestasi yang lebih tinggi.



15



16



DAFTAR PUSTAKA



Alvianto, V. (2019). MK Pengembangan Media Berbasis TI (MEMBACA NYARING).



17