Makalah Kelompok 4 - Konsep Dasar Teori Akuntansi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TEORI AKUNTANSI



KONSEP DASAR Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi kelas B Dosen Pengampu: Dr. Novita Weningtyas Respati, S.E., M.Si, Ak Disusun oleh: Timotius Evanlie



2010313210026



Carolin Agustina



2010313120023



Yoseph Fernando



2010313210003



Henry Rahman Hakim



2010313210075



Fathur Rohim Hidayat



2010313210037



Muhamad Hairudinsyah



2010313210014



Muhammad Hastomo Arbi



2010313210035



Muhammad Irhamni



1910313110008



PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2022



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan rahmatNya, kami dapat menyelesaikan Makalah Teori Akuntansi ini dengan tepat pada waktunya. Secara garis besar, makalah ini meliputi pembahasan mengenai materi Konsep Dasar Teori Akuntansi. Selain disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Akuntansi, makalah ini pun disusun untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, Dosen Pengampu mata kuliah Teori Akuntansi, dan teman-teman yang telah berkontribusi untuk membantu menyelesaikan makalah ini. Sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik dan rapi. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan makalah ini. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pengajar, mahasiswa, dan pembaca lainnya.



Banjarmasin, 21 September 2022



Penyusun



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ................................................................................................................................................i DAFTAR ISI ...........................................................................................................................................................ii BAB 1 .................................................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN .................................................................................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1 1.3. Tujuan ........................................................................................................................................ 2 BAB 2 .................................................................................................................................................................. 3 PEMBAHASAN .................................................................................................................................................... 3 2.1. Sumber Konsep Dasar ............................................................................................................... 3 2.2. Kesatuan Usaha ........................................................................................................................ 7 2.3. Kontinuitas usaha ................................................................................................................... 10 2.4. Penghargaan Sepakatan ......................................................................................................... 12 2.5. Kos Melekat ............................................................................................................................ 13 2.6.Upaya dan Hasil ....................................................................................................................... 13 2.7 Bukti Terverifikasi Dan Objektif ................................................................................................... 19 2.8 Asumsi ...................................................................................................................................... 20 2.9 Substansi daripada Bentuk ......................................................................................................... 21 2.10 Pengakuan Hak Milik Pribadi ..................................................................................................... 21 2.11 Keanekaragaman Akuntansi Antarentitas ................................................................................... 21 2.12 Konservatisme .......................................................................................................................... 22 2.13 Pengendalian Internal Menjamin Keterandalan ........................................................................... 22 2.14 Manfaat Konsep Dasar .............................................................................................................. 22 BAB 3 ................................................................................................................................................................ 23 PENUTUP .......................................................................................................................................................... 23 Kesimpulan ....................................................................................................................................................... 23 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................................. 24



ii



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Secara umum, akuntansi memiliki konsep dasar yang menjadi acuan dalam penyusunan standar akuntansi yang digunakan dalam praktek akuntansi. Oleh karena itu, hal inilah yang membuat munculnya berbagai konsep-konsep dasar akuntansiyang berbeda-beda. Di dalam pengertian konsep dasar menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Kerangka Dasar Penyajian dan Pelaporan Keuangan (KDPPLK) menyatakan bahwa asumsi dasar akuntansi berdasarkan dasar akrual dan kelangsungan usaha (going cocern). Hal-hal mengenai konsep dasar akuntansi inipun dipelajari dalam kuliah Teori Akuntansi yang perlu diketahui oleh para mahasiswa akuntansi dalam menambah pengetahuan dan acuan dalam pengembangan pendidikan akuntansi yang dipelajari. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai pemahaman konsep dasar akuntansi. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar dan apa saja sumber konsep dasar? 2. Apa yang dimaksud dengan kesatuan usaha? 3. Apa yang dimaksud dengan kontinuitas usaha? 4. Apa yang dimaksud dengan penghargaan sepakatan? 5. Apa yang dimaksud dengan kos melekat? 6. Apa yang dimaksud dengan upaya dan hasil? 7. Apa yang dimaksud bukti terverifikasi dan objektif? 8. Apa yang dimaksud dengan asumsi ,substansi daripada bentuk, pengakuan hak milik pribadi, keanekaragaman akuntansi antarentitas konservatisma, pengendalian internal menajamin keterandalan data?



1



9. Apa saja manfaat konsep dasar? 1.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui konsep dasar dan sumber konsep dasar. 2. Untuk mengetahui kesatuan usaha. 3. Untuk mengetahui kontinuitas usaha. 4. Untuk mengetahui penghargaan sepakatan. 5. Untuk mengetahui kos melekat. 6. Untuk mengetahui upaya dan hasil. 7. Untuk mengetahui bukti terverifikasi dan objektif. 8. Untuk memahami asumsi ,substansi daripada bentuk, pengakuan hak milik pribadi,keanekaragaman akuntansi antarentitas.konservatisma,Pengendalian Internal Menajamin keterandalan data. 9. Untuk memahami manfaat dari konsep dasar.



2



BAB 2 PEMBAHASAN 2.1. Sumber Konsep Dasar Konsep dasar pada umunya merupakan abstraksi atau konseptualisasi karakteristik lingkungan tempat atau wilayah diterapkannya pelaporan keuangan. Berbagai sumber atau penulis mengajukan sehimpunan atau seperangkat konsep dasar yang isinya berbeda-beda. Berikut adalah daftar seperangakat konsep dasar dari beberapa sumber : 1.



Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) IAI mengadopsi kerangka konseptual IASC sehingga sehingga konsep dasar yang dipilih juga mengikuti IASC. Ada dua konsep dasar (dinamakan asumsi pelandas atau underlying assumptions) yang disebut secara spesifik dalam rerangka konseptual IASC. Konsep dasar tersebut adalah :



2.



a.



Basis akrual (Accrual basis)



b.



Usaha berlanjut (Going concern)



Paul Grady Grady (1965) melakukan studi untuk menginventarisasi praktik akuntansi di Amerika untuk mengidentifikasi berbagai faktor lingkungan, kebiasaan, konsep, prinsip, praktik, metoda, dan teknik yang yang membentuk prinsip akuntansi berterima umum Amerika. Grady mengidentifikasi sepuluh konsep dasar yang dianggap melandasi praktik bisnis dan akuntansi di Amerika. Grady mendeskripsi konsep dasar sebagai konsep yang mendasari kualitas kebermanfaatan dan keterandalan informasi akuntansi atau keterbatasan (limitations) yang melekat pada statemen keuangan. Kesepuluh konsep dasar tersebut adalah : a.



Struktur masyarakat dan pemerintah yang mengakui hak milik pribadi (A society and government structure honoring private property right)



b.



Entitas bisnis spesifik (Specific business entities)



c.



Usaha berlanjut (Going concern)



d.



Penyimbolan secara moneter dalam seperangkat akun (Monetery expression



3



in accounts) e.



Konsistensi antara perioda untuk entitas yang sama (Consistency between periods for the same antity)



f.



Keanekaragaman



perlakuan



akuntansi



di



antara



entitas



independent



(Diversity inaccounting among independent entities) g.



Konservatisma (Conservatism)



h.



Keterandalan data melalui pengedalian internal (Dependability of data through internal control)



i.



Materialitas (Materiality)



j.



Ketepatwaktuan



dalam



pelaporan



keuangan



memerlukan



taksiran



(Timepliness in financial reporting requires estimates) 3.



Accounting Principles Board Accounting Principles Board (APB) menyebut konsep dasar sebagai ciri-ciri dasar (basic features) dan memuatnya dalam APB Statement No. 4. APB mengidentifikasi tiga belas konsep dasar yang merupakan karakerisitik lingkungan ditetapkannya akuntansi yaitu: a. Entitas akuntansi (Accounting entity) b. Usaha berlanjut (Going concern) c. Pengukuran sumber ekonomik dan kewajiban (Measurement of economic resources and obligations) d. Periode-periode waktu (Time periods) e. Pengukuran dalam unit uang (Measurement in terms of money) f. Akrual (Accrual) g. Harga pertukaran (Exchange price) h. Angka pendekatan (Approximation) i. Pertimbangan (Judgement) j. Informasi keuangan umum (General-purpose financial information) k. Statemen keuangan berkaitan secara mendasar (fundamentally related financial statements) l. Substansi daripada bentuk (Substance over form)



4



m. Maerialitas (Materiality)



4.



Wolk, Tearney, and Dodd Wolk dan Tearny mendaftar empat konsep yang dianggap sebagi postulat dan beberapa konsep lain sebagai prinsip berorientasi-masukan (input-oriented principles) yaitu recognition, matching, conservatism, disclosure, materiality, dan objectivity dan prinsip berorientasi-keluaran (output-oriented



principles)



yaitu



comparability, consistency, dan uniformity. Keempat konsep yang dikategori sebagai postulat adalah : a. Usaha berlanjut (Going concern) b. Perioda waktu (Time period) c. Entitas akuntansi (Accounting entity) d. Unit moneter (Monetary unit) 5.



Anthony, Hawkins, and Merchant Penulis ini mendaftar sebelas konsep berikut ini yag dijadikan basis dalam membahas isi bentuk, susunan, dan arti penting statemen keuangan. Konsep dasar 1 sampai 5 dikategori sebagai pelandas statemen posisi keuangan (neraca) sedangkan konsep dasar 6 sampai 11 dikategori sebagai pelandas statemen laba-rugi. a. Pengukuran dengan unit uang (Money measurement) b. Entitas (Entity) c. Usaha berlanjut (Going concern) d. Kos (Cost) e. Aspek ganda (Dual aspect) f. Perioda akuntansi (Accounting period) g. Konservatisme (Conservatism) h. Realisasi (Realization) i. Penandingan (Matching) j. Konsistensi (Consistency) k. Materialitas (Materiality)



6.



Paton and Littleton



5



Seperangkat konsep dasar yang dikemukakan Paton dan Littleton (1970) merupakan konsep-konsep dasar yang dikenalkan sebelum sumber-sumber yang disebut sebelumnya. Buku Paton dan Littleton (P&L) yang diterbitkan pertama kali pada tahun 140 tersebut merupakan salah satu karya klasik yang mempengaruhi pemikiran akuntansi sesudah itu. Berikut adalah konsep-konsep dasar yang dikemukakan P&L: a. Entitas bisnis atau kesatuan usaha (The business entity) b. Kontinuitas kegiatan/usaha (Continuity of activity) c. Penghargaan sepakatan (Measured consideration) d. Kos melekat (Cost attach) e. Upaya dan capaian/hasil (Effort and accomplishment) f. Bukti terverifikasi dan objektif (Verifiable, objective evidence) g. Asumsi (Assumptions) Beberapa daftar di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tentang apa yang dimasukkan sebagai konsep dasar oleh berbagai sumber di atas. Perbedaan dapat terjadi karena perbedaan persepsi berbagai sumber tentang faktor lingkungan atau karena perbedaan pendifinisian makna atau status konsep sebagai konsep dasar. Sebagai contoh, Grady menganggap bahwa hak milik peribadi merupakan suatu konsep dasar sedangkan penulis lain menganggap hak milik pribadi adalah suatu faktor lingkungan. P&L tidak memasukkan materialias sebagia konsep dasar mungkin karena mengaggap bahwa materialitas lebih merupakan kriteria pemilihan informasi dan karenanya kurang validitasnya sebagai konsep dasar. Demikian juga, konsep taksiran sering tidak dimasukkan dalam konsep dasr karena konsep taksiran lebih merupakan keterbatasan informasi keuangan dari pada konsep itu sendiri. Suatu konsep dasar acap kali merupakan turunan atau konsekuensi logis dari konsep dasar yang lain sehingga terjadi perbedaan tenatang banyaknya konsepkonsep yang masuk dalam seperangkat konsep dasar. Konsep sistem berpasangan misalnya, sebenranya adalah konsekuensi atau turunan dari konsep entitas bisnis. Demikian juga, konsep perioda waktu dan konsep akrual, keduanya sebenernya adalah turunan konsep dasar penandiangn uoaya dan hasil. Untuk menunjukkan



6



konsep yang maknanya sama sering kali juga digunakan beberapa istilah yang berbeda. Misalnya: kesatuan akuntansi, kesatuan usaha, kesatuan enitas, continuity, going concern, kesinambungan, berlangsung terus, dan kontinuitas usaha. Konsep-konsep dasar yang diuraikan oleh P&L sebenarnya sudah cukup lengkap karena dapat menjelaskan tentang faktor lingkungan dan praktik akuntansi yang berjalan pada jamannya. P&L juga menunjukkan kaitan antara konsep dasar yang satu berkaitan dengan konsep dasar yang lain secara logis sehingga membentuk satu kesatuan. Oleh karena itu, konsep dasar P&L dijadikan bahan bahasan utama kemudian disusul pembahasan komsep dasar lain dengan menunjukkan hubungannya dengan konsep dasar P&L. pembahasan konsep dasar berikut diarahkan untuk menunjukkan pengertian, validitas, implikasi konsep dasar terhadap standar atau praktik akuntansi, dan hal-hal penting lain yang berkaitan dengan kosep dasar bersangkutan. 2.2. Kesatuan Usaha Konsep ini menyatakan bahwa perusahaan dianggap sebagai suatu kesatuan usaha atau badan usaha ekonomik yang berdiri sendiiri bertindak atas nama nya sendiri dan kedudukannya terpisah dari pemilik atau pihak lainnya yang menenamkan dana dalam perusahaan dan kesatuan ekonomik tersebut menjadi suatu perhatian atau sudut pandang akuntansi. Kesatuan usaha menjadi sudut pandang akuntansi berarti bahwa akuntansi berkepentiangan dengan pelaporan keuangan kesatuan usaha bukan pemilik. 1. Batasan Kesatuan Akuntansi memperlakukan badan usaha sebagai suatu kesatuan ekonomik daripada kesatuan yuridis.Batasan kesatuan ekonomik adalah kendali ( control ) oleh satu manajemen.Oleh karena itu .untuk menentukan kesatuan usaha sebagai pusat pertanggungjawaban keuangan,pertimbangan akuntansi adalah apakah secara ekonomik satu kegiatan usaha atau lebih dapat dianggap berdiri sendiri sebagai satu kesatuan.Beberapa buah peseroan secara yuridis terpisah tetapi mempunyai saling hubungan ekonomik sebagai satu kesatuan dibawah satu



7



kendali ( manajemen ) diperlakukan akuntansi sebagai satu kesatuan usaha.Itulah sebabnya standar akuntansi mewajibkan agar statemen keuangan konsolidasi disusun untuk perusahaan induk yang mempunyai beberapa perusahaan anak yang a dibawah kendalianya. 2. Pengertian Ekuitas Karena hubungan antara kesatuan usaha terpisah dengan pemilik dan hubungan tersebut dipandang sebagai implikasi terhadap hubungan bisnis, konsep usaha mempunyai implikasi terhasap pendefinisian ekuitas.Dengan sudut pandang kesatuan usaha secara konseptual ekuitas atau modal meruapakan utang dan kewajibkan perusahaan kepada pemililk. Hal ini berlawanan dengan pendefinisian secara struktural bahwa ekuitas adalah hak residual pemilik terhadap aset bersih sebagaimana didefinisikan dalam kerangka konseptual FASB. 3. Pengertian Pendapatan Konsep kesatuan usaha dapat menjelaskan mengapa pendapatan (dan utang) didefinisikan sebagai kenaikan atau aliran masuk aset.Dengan konsep kesatuan usaha,semua sumber ekonomik yang dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan merupakan aset perusahaan bukan aset pemilik kalau ada aliran aset masuk (misalnya kas) yang terjadi karena perusahaan menjual barang atau menyerahkan jasa maka aset perusahaan akan bertambah.Kas masuk itulah yang disebut pandapatan. Tambahan aset ini pada akhirnya nanti dikembalikan kepada pemilik kalau perusahaan tidak diteruskan atau diberhentikan.. Jadi, pendapatan menambah ekuitas karena dengan konsep kesatuan usaha pendapatan sebagai kenaikan (aliraan masuk) kas menimbulkan kenaikan utang kesatuan usaha kepada pemilik (ekuitas). Dengan demikian, definisi pendapatan menurut FASB konsisten dengan konsep kesatuan usaha. 4. Pengertian Biaya Definisi biaya sebagai penurunan aset atau timbulnya kewajiban dapat dijelaskan dengan konsep kesatuan usaha.Penyerahan produk dalam rangka menciptakan pandapatan, menyebabkan aset (sediaan barang) berkurang. Berkurangnya aset ( sebesar kos barang terjual) inilah yang disebut biaya ). Jadi,



8



dapat dikatakan bahwa biaya mengurangi ekuitas.Penalaran yang sama dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa biaya dapat didefiniskani sebagai timbulnya kewajiban. Penyerahan barang atau produk tidak selalu berasal dari aset tetapi dapat berasal dari kewajiban sehingga biaya dapat dikatakan sebagai timbulnya kewajiban dalam rangka menciptakan pendapatan yang akhirnya mengakibatkan turunnya asset 5. Sistem Berpasangan Hubungan bisnis antara manajemen dan pemilik mengakibatkan manajemen harus selalu melaksanakan pertanggungjawaban harta yang dikelolanya dan sumber aset tersebut. Ini berati bahwa pengaruh transaksi terhadap hubunga bisnis dan posisi keuangan ( termasuk utang - piutang terhadap pihak lain harus selalu ditunjukan. Untuk melaksanakannya dengan mudah dan nyaman dugunakanlah sistem berpasangan. 6. Persamaan Akuntansi Konsep kesatuan usaha memisahkan manajemen dengan penyedia dana (investor



dan



kreditor)



mereka.Pertanggung



dan



jawaban



manajemen menuntut



bertanggung



agar



aset



jawab



kepada



dipercayakan



kepada



manajemen selalu ditunjukan sumber atau asalnya. Hubungan fungsional ini disebut



persamaan



akuntansi.Persamaan



akuntansi



merupakan



cara



mempresentasikan sistem berpasangan. Dengan konsep kesatuan usaha, elemen pendapatan (serta utang) dan biaya (serta rugi) merupakan penyebab perubahan ekuitas. Dengan konsep kesatuan usaha, persamaan akuntansi merupakan persamaan spesifik atau khusus bukan persamaan aljabar.oleh karena itu, susunan pesamaan akuntansi tidak dapt dibolak balik .. 7. Artikulasi Dengan artikulasi, akan selalu ditunjukan bahwa laba dalam statemen labarugi akan sama dengan laba dalam statemen perubahan ekuitas dan jumlah rupiah ekuitas akhir dalam statemen perubahan ekuitas akan sama dengan jumlah rupiah ekuitas dalam neraca .Dengan konsep kesatuan usaha , pendapatan (P) biaya (B) dan Laba (P - B) didefinisikan dengan perubahan aset yang akhirnya



9



mempengaruhi ekuitas.dengan demikian, posisi keuangan awal digabungkan dengan perubahan akan menghasilkan posisi keuangan akhir. Bila terkait dengan fokus pengukuran, pendefinisian pendapatan dan biaya (dengan laba) sebagai perubahan aset atau kewajiaban sering disebut dengan pendekatan aset kewajiban akibat artikulasi, laporan laba- rugi semata-mata merupakan sarana untuk melaporkan perubahan bersih aset dan kewajiban. Pasangan atau lawan pendefinisian elemen statemen dengan pendekatan aset-kewajiban adalah pendekatan pendapatan biaya. Pendekatan ini menekankan pendefinisian, pengakuan,dan pengukuran pendapatan dan biaya sehingg perubahan asset. dan kewjiban dianggap sebagai akiabt atai produk samping pengukuran pendapatan dan biaya. Pendekatan aset - kewajiban dan pendapatan - biaya mengakibatkan , pendefinisian, pengukuran dan pengakuan elemen yang satu merupakan produk samping pendefinisian, pengukuran dan pengakuan elemen lainnya.Hal ini terjadi karena akuntansi menganut .Pendekatan ini, semua perubahan aset bersih paham Artikulasian akibat transaksi dengan nonpemilik dilaporkan melalui statemen laba- rugi dan laba komprehensif sehingga integritas statemen laba - rugi dapat dipertahankan. Oleh karena itu, timbulah suatu gagasan tentang pendekatan nonartikulasian yang memisahkan pengukuran elemen-elemen kedua statemen tersebut. 2.3. Kontinuitas usaha Konsep kontiunitas usaha atau berlanjut menyatakan bahwa kalau tidak ada tandatanda, gejala-gejala, atau rencana pasti di masa datang bahwa kesatuan usaha akan dibubarkan atau dilikuidasi maka akuntansi menggnggap bahwa kesatuan usaha tersebut akan berlangsung terus sampai waktu yang tidak terbatas. Dalam menghadapi ketidakpastian kelangsungan usaha, akuntansi menganut konsep ini atas dasar penalaran bahwa harapan normal atau umum pendirian perusahaan adalah untuk berlangsung terus dan berkembang bukan untuk mati atau dilikuidasi 1. Arti Penting Laporan Perodik Dengan konsep kontiunitas usaha, perusahaan berusaha untuk maju dan



10



berkembang dengan jalan menciptakan laba terus-menerus dalam jangka panjang. Kinerja akhir dapat diketahui secara tuntas dan objektif kalau perusahaan benarbenar dinyatakan berhenti, dinilai pada saat itu, dan kemudian di likuidasi. Kinerja akhir dapat diketahui secara tuntas dan objektif kalau perusahaan benarbenar dinyatakan berhenti, dinilai pada saat itu dan kemudian di likuidasi. Untuk suatu perioda, tingkat mendapatkan laba dengan tingkat sumber ekonomik terntentu disebut dengan tingkat imbalan investasi. Tingkat imbalan tersebut dapat diukur secara periodik. Daya melaba adalah rata-rata dalam jangka panjang tingkat imbalan periodik tersebut. 2. Kedudukan Statemen Laba-Rugi Informasi keuangan yang dituangkan dalam statemen keuangan periodik harus dianggap bersifat tentatif dan bukannya tuntas (final). Informasi keuangan jangka panjang yang terdiri atas serangkaian penggalan-penggalan statemen kronologis akan lebih menggambarkan kinerja secara objektif dan terandalkan dibandingkan dengan statemen untu ksatu penggalan waktu saja.implikasi konsep ini terhadap standar adalah adanya ketentuan penyajian statemen komparatif paling tidak untuk dua perioda berturut-turut. Karena daya melaba jangka panjang menjadi perhatian, fluktuasi laba antarperioda yang disebabkan kejadian atau kondisi istimewa suatu perioda harus dilaporkan seperti apa adanya pada perioda tersebut bukan langsung dilaporkan dalam perubahan ekuitas (laba ditahan). Jadi. Penyusunan statemen laba-rugi all-inclusive dan laba komprehensif sebenarnya dilandasi oleh konsep kontinuitas usaha ini . 3. Fungsi Neraca dan Penilaian Elemennya Dengan konsep kontinuitas usaha , tujuan pelaporan pos neraca adalah untuk menunjukkan sisa potensi-potensi jasa atau sumber-sumber ekonomk yang belum dikonsumsi dalam tahun yang berakhir pada tanggal neraca. Dengan kata lan,



neraca



berfungsi



untuk



menunjukkan



potensi



jasa



yang



masih



dimiliki/dikuasai kesatuan usaha untuk menghasilkan pendapatan dalam periodaperioda berikutnya. Akuntansi menilai pos-pos neraca pada umumnya berdasarkan kos historis.



11



2.4. Penghargaan Sepakatan Konsep ini menyatakan bahwa jumlah/agregat-harga atau penghargaan sepakatan yang terlibat dalam tiap transaksi atau kegiatan pertukaran merupakan bahan olah dasar akuntansi yang paling objektif terutama dalam mengukur sumber ekonomik yang masuk dan sumber pelaporan keuangan diukur atas dasar penghargaan sepakatan tersebut. Konsep ini dilandasi pemikiran bahwa fungsi akuntansi adalah menyediakan informasi yang berpaut dengan kegiatan perusahaan yang sebagian besar terdiri atas transaksi pertukaran dengan perusahaan lain. 1. Istilah yang Tepat Akuntansi bukan mengolah biaya melainkan kos walaupun kos tersebut akhirnya akan melekat pada elemen biaya. Tujuan akuntansi untuk menyediakan jasa berupa data kuantitatif dasar akan mencapai tingkat manfaat yang tinggi karena adanya kesatuan pengertian tentang bahan dasarnya. Kalau sudah ada kesepakatan tentang bahan olah dasar persoalan kemudian adalah bagaimana mengukur besarnya kos yang harus dicatat pertama klai untuk tiap barang atau jasa yang diperoleh. Hal ini akan dibahas lebih lanjut pada waktu pembahasan aset dib bab setelah ini. 2. Jasa di balik kos Dibalik deretan angka-angka akuntansi terkandung potensi jasa yang berwujud fisi maupun non fisis. Potensi jasa tersebut adalah daya ,kemampuan atau kapsitas lain yang kekuatannya (besarnya) paling tidak sama dengan yang sebelumnya dimiliki perusahaan yang direpresentasi dalam bentuk kos. 3. Keterbatasan informasi Akuntansi Informasi akuntansi hanya merupakan sebagian dari informasi yang mungkin dibutuhkan untuk pengambilan keputusan oleh pihak eksternal dan manajemen pada akhirnya keputusan yang dihasilkan akan mencerminkan juga pengaruh data non akuntansi dan akan mewarnai dengan hal0hal yang sangat kualitatif dan subjektif seperti tujuan secara keseluruhan, sasaran jangka pendek, selera pribadi, kepentingan umum, peraturan pemerintah, alasan politik, dan



12



sebagainya 2.5. Kos Melekat Konsep ini menyatakan bahwa kos melekat pada objek yang direpresentasinya sehingga kos bersifat mudah bergerak dan dapat dipecah-pecah atau digabunggabungkan kembali mengikuti objek yang dilekatinya. Jadi untuk barang sebagai hasil akhir kegiatan produksi, kos terkandung adalah kos komponen yang melekat pada barang tersebut sedangkan kos penggantian adalah price-aggregate yang tidak jadi diperoleh kalau barang tersebut tidak ada (nilai keluaran/harga jual) atau priceaggregate yang harus dikorbankan kalau perusahaan tidak memproduksi barang tersebut (nilai masukan). Jadi, kos melekat merupakan konsep dasar untuk mendukung bahwa bahan oleh akuntansi adalah kos yang sesungguhnya telah terjadi. 1. Saat pengakuan Nilai Tambah Kos yang melekat pada barang dan jasa yang telah dikorbankan (keluar dari kesatuan usaha) untuk menimbulkan pendapatan akan menjadi pengukur besarnya biaya (expenses) sedangkan kos yang belum dianggap keluar merupakan himpunan kos yang melekat pada aset dan menunggu pengalokasin dan penggabungan lebih lanjut. Oleh karena itu, kos aset tidak dapat disebut sebagai nilai atau biaya tetapi sekadar kos yang menunggu pengolahan lebih lanjut. 2. Wadah Penggabungan Wadah penggabungan adalah perioda (waktu) dan akan membentuk kos perioda (period cost). Kos perioda yang telah dinyatakan keluar dalam rangka penyerahan produk akan menjadi pengukur biaya, misalnya biaya administrasi. 2.6. Upaya dan Hasil Konsep ini menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka memperoleh hasil berupa pendapatan. Dengan kata lain, tidak ada hasil (pendapatan) tanpa upaya (biaya). Secara konseptual, pendapatan timbul karena biaya bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya. Artinya, begitu kesatuan usaha melakukan kegiatan produktif (yang direpresentasi dengan terhimpunnya kos) maka pendapatan dapat dikatakan telah terbentuk pula walaupun belum terrealisasi. Secara teknis,



13



kesatuan usaha harusnya menghasilkan atau menyediakan barang atau jasa untuk menciptakan pendapatan dengan cara menyerahkan atau menukarkan barang /jasa tersebut. Konsep ini mempunyai beberapa implikasi. 1.



Perlunya Basis Asosiasi Kalau dihubungkan, aliran kas keluar (disposition price-aggregates) merupakan pengukur upaya (effort) dan aliran kos masuk (acquisition price aggregates) merupakan pengukur hasil atau capaian (accomplishment). Selisih antara kedua komponen tersebut akan membentuk laba. Laba mencerminkan keefektifan manajemen dalam mengelola sumber ekonomik dan merupakan informasi penting bagi pihak yang berkepentingan khususnya bagi mereka yang menyediakan sumber ekonomik dan menanggung risiko akhir. Ukuran keefektifan ini akan tepat apabila hasil ditandingkan dengan upaya yang menimbulkan hasil tersebut. Dengan demikian, diperlukan dasar asosiasi (basis of association) yang tepat dan rasional antara kedua komponen tersebut agar laba mempunyai makna atau nilai sebagai pengukur kinerja yang terandalkan.



2. Penakaran Asosiasi Ideal dan Praktis Konsep ini merupakan konsekuensi lebih lanjut dari konsep kontinuitas usaha bahwa untuk menentukan kemajuan perusahaan tidak perlu ditunggu nasib akhir perusahaan itu terjadi. Oleh karena itu, pihak yang berkepentingan dengan perusahaan memerlukan wadah atau penakar kemajuan dari waktu ke waktu. Yang ditakar adalah biaya sebagai upaya dan pendapatan sebagai hasil upaya tersebut. Penakar yang dimaksud disini tidak lain adalah dasar atau wadah penandingan antara biaya dan pendapatan. Penakar yang paling cocok adalah penakar yang dapat menunjukkan secara tepat dan objektif bahwa biaya yang masuk dalam penakar adalah baiaya yang benar-benar menyebabkan timbulnya pendapatan yang masuk dalam penakar tersebut. Kalau penakar sudah ditentukan, masalah berikutnya adalah menentukan berapakah kos yang harus masuk ke dalam penakar sehingga dapat dibaca (dihitung) kos yang dapat diperhitungkan



14



sebagai upaya dan “kos” pendapatan yang dapat diperhitungkan sebagai hasil. Idealnya semua kos dilekatkan pada produk sehingga asosiasi antara biaya dan pendapatan yang ditimbulkan oleh biaya tersebut sangat jelas. Kalau hal ini dimungkinkan (secara teknis dan ekonomik), laba yang dilaporkan perusahaan diukur atas dasar unit barang yang terjual bukan atas dasar perioda akuntansi. Akan tetapi, kondisi yang ideal ini hanya dapat dijumpai untuk jenis perusahaan tertentu seperti perusahaan kontraktor bangunan, perusahaan yang melayani pekerjaan khusus atas dasar kontrak, dan sejenisnya. Keadaan yang umum (typical) dalam dunia usaha adalah bahwa perusahaan menjalankan kegiatan usaha yang terus-menerus. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam mencari dasar pelekatan kos ke produk yang memungkinkan semua kos yang terjadi dapat dialokasi secara cukup teliti ke dalam divisi produksi, administrasi, dan pemasaran atau departemen, atau pusat kos tertentu yang akhirnya seluruh kos membentuk kos produk. Karena tidak semua kos mudah dikaitkan dengan produk, akuntansi beralih kepada



periode



waktu



sebagai



penakar



untuk



dijadikan



dasar



dalam



menandingkan (matching) kos yang telah dikorbankan (biaya) dan pendapatan. Periode akuntansi merupakan penakar pengganti yang memang mudah dilaksanakan, tetapi konsep dasarnya tetap yaitu bahwa untuk mengukur laba yang tepat dalam suatu perioda maka pendapatan dari hasil penjualan sejumlah produk (atau jasa) harus ditandingkan dengan biaya (diukur dengan kos yang keluar dari kesatuan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut. Jadi, akuntansi mengklasifikasi kos yang merepresentasi upaya menjadi kos produk dan kos perioda. Dalam statemen laba-rugi, kos produk mengukur kos barang terjual dan kos perioda mengukur biaya administrasi dan biaya penjualan. 3. Laba Akuntansi versus Ekonomik Konsep ini mempunyai implikasi terhadap interpretasi laba akuntansi. Dengan konsep ini, laba dipandang sebagai residual atau selisih pengukuran dua elemen yang berkaitan yaitu pendapatan dan biaya. Laba yang diperoleh dengan cara seperti ini disebut dengan laba struktual atau formal. Disebut laba formal



15



karena laba diperoleh sebagai hasil penerapan ketentuan-ketentuan formal (dalam hal ini adalah prinsip atau standar akuntansi). Karena perbedaan konsep dasar, pengertian dan tujuan, laba akuntansi dapat berbeda maknanya (bahkan memang demikian) dengan laba ekonomik atau laba material yang sering digunakan dalam ekonomika atau perpajakan. Namun demikian akuntansi juga mengupayakan agar laba akuntansi sedapat-dapatnya merupakan representasi atau produksi laba ekonomik. 4. Kos Actual Dalam



menandingkan



upaya



dengan



hasil,



akuntansi



hanyalah



menandingkan upaya yang benar-benar telah dilakukan oleh suatu kesatuan usaha sehingga laba yang diperoleh adalah selisih biaya dan pendapatan yang diukur dengan kos yang sesungguhnya terjadi. Artinya, kos tersebut timbul karena transaksi, kejadian, atau upaya yang nyata-nyata dilakukan. Untuk mengakui kos harus ada transaksi masa lalu (past transaction). Dengan kata lain, biaya sesungguhnya adalah biaya yang terjadi akibat suatu kegiatan yang nyata (real) sehingga kos hipotesis atau asumsian (hypothetical atau imputed cost) tidak diakui. Contoh kos hipotesis adalah penghematan kos yang terjadi akibat perusahaan membangun sendiri gedung dan bukan menyerahkan ke kontraktor. Harga dari kontraktorr lebih mahal karena memperhitungkan bunga dan laba. Akan tetapi, karena tidak ada transaksi yang melandasi, selisih tersebut sematamata hanya asumsi bukan kos nyata. 5.



Asas Akrual atau Himpun Karena akuntansi mendasarkan diri pada konsep upaya dan hasil dalam menentukan besarnya laba, akuntansi tidak membatasi pengertian biaya atau pendapatan pada biaya yang telah dibayar atau pendapatan yang telah diterima. Akuntansi menekankan substansi suatu kegiatan atau tansaksi yang menimbulkan biaya dan pendapatan. Artinya, akibat suatu transaksi yang menimbulkan biaya atau pendapatan. Karena itu dalam proses penandingan (matching), akuntansi mendasarkan diri pada asas akrual bukannya asas tunai. Konsep dasar akrual yang diajukan APB sebenarnya merupakan turunan konsep dasar ini.



16



Asas akrual adalah asas dalam pengakuan pendapatan dan biaya yang menyatakan bahwa pendapatan diakui pada saat hak kesatuan usaha timbul lantaran penyerahan barang atau jasa ke pihak luar dan biaya diakui pada saat kewaaiban timbul lantaran penggunaan sumber ekonomik yang melekat pada barang dan jasa yang diserahkan tersebut. Sebagai konsekuensi asas ini, akuntansi mengakui pos-pos akruan (accrued) dan tangguhan (deferred). Penghimpunan atau pengakruan (accruing) dan penangguhan (deferring) adalah tahap-tahap yang sangat erat hubungan dengan proses penandingan (matching). Kalau dalam suatu pos aset terdapat bagian kos yang tidak dapat dibebankan (didebit) ke pendapatan pada perioda berjalan maka kos tersebut berstatus sebagai beban tangguhan (deferred charges). Secara konseptual, hampir semua kos aset sebenarnya merupakan pengukur biaya yang ditangguuhkan pembebanannya ke pendapatan untuk menentukan laba perioda tersebut. 6. Pengertian Depresiasi Depresiasi adalah biaya nyata bukan hipotesis. Depresiasi untuk suatu perioda harus diperhitungkan dan diakui sebagai biaya karena jasa yang diberikan oleh aset tetap tidak terjadi sekaligus pada saat pemerolehan atau pemberhentian aset tersebut. Seluruh potensi jasa aset tetap (depresiasi total yang direpresentasi oleh kos aset) jelas akan dimanfaatkan atau dipakai dengan cara tertentu sampai jasa yang terkandung didalamnya habis. Jadi, depresiasi adalah bagian dari kos aset yang telah diperhitungkan sebagai biaya. Sebagai upaya, penentuan besarnya depresiasi tidak bergantung pada besarnya



laba



perusahaan



walaupun



besarnya



biaya



depresiasi



akan



mempengaruhi besarnya laba periodik. Dengan kata lain, besarnya laba merupakan hasil akhir akibat penyerahan barang yang didalamnya melekat berbagai macam jasa termasuk jasa aset tetap. Laba ditentukan dengan mengurangkan semua biaya termasuk depresiasi terhadap jumlah rupiah pendapatan. Dengan konsep upaya dan hasil, biaya akan terhimpun seluruhnya lebih dahulu dan barulah kemudian pendapatan timbul dan akhirnya laba atau rugi akan muncul.



17



7.



Kapasitas Menganggur Biaya depresiasi yang telah dihitung dengan metode tertentu harus tetap merupakan biaya untuk menghasilkan pendapatan walaupun perhitungan tersebut menimbulkan atau bahkan menambah rugi operasi.misalnya suatu perusahaan membeli alat pengangkut (truk) dengan kapasitas angkut lima ton dan menentukan bahwa depresiasi didasarkan atas metode garis lurus. Misalnya adalah kalau truk tersebut. Tidak selalu dipakai atau mengangkut barang kurang dengan lima ton, apakah biaya depresiasi harus dikurangi? Depresiasi total truk tersebut dapat disamakan dengan kos sewa truk terebut dengan tarif sewa atas dasar waktu (misalnya tahun) dan seluruh kos sewa telah dibayar dimuka. Walupun truk tersebut tidak dipakai atau dipakai dibawah kapasitas, biaya sewa tiap tahun tetap terjadi sebesar tarif (kos per tahun yang telah disepakati dan berapapun besarnya biaya ini akan tetap merupkan pengurang pendapat. Meskipun demikian, tidak tertutup kemungkinan untuk memisahkan dalam laporan laba-rugi bagian depresisi tahun berjalan yang merepresantasikan kapasitas menganggur.



8.



Pos-Pos Luar Biasa Sebagai konsekuensi konsep dasar kontiunitas usaha, konsep upaya dan hasil harus dipandang dalam perspektif jangka panjang. Karena perhatian diletakkan pada daya melaba, konsep upaya dan hasil tidak sekadar memgakibatkan pengakruan dan penangguhan untuk perioda berjalan tetap juga untuk jangka (accruing and deferring) panjang. Untuk menentukan laba periodik, konsep menandingkan yang (matching) berorientasi jangka panjang akan memasukkan juga: a) untung luar biasa yaitu timbulnya atau bertambahnya manfaat (windfull gains) ekonomik atau aset yang terjadi tanpa upaya yang jelas dan direncanakan. b) Rugi luar biasa (extraordinary losses) yaitu hilangnya atau berkurangnya manfaat ekonomik atau aset yang terjadi akibat hal-hal yang tidak ada hubungannya atau tidak mudah dihubungkan dengan upaya memperoleh hasil. imbalan investasi. Tingkat imbalan tersebut dapat diukur secara periodik. Daya



18



melaba adalah rata-rata dalam jangka panjang tingkat imbalan periodik tersebut.



2.7 Bukti Terverifikasi Dan Objektif Konsep ini menyatakan bahwa informasi keuangan akan mempunyai tingkat kebermanfaatan dan tingkat keterandalan yang cukup tinggi apabila terjadinya data keuangan didukung oleh bukti-bukti yang objektif dandapat diuji kebenarannya (keabsahannya/keautentikannya). Objektivitas bukti harus dievaluasi atas dasar kondisi yang melingkupi penciptaan, pengukuran, dan penangkpan atau pengakuan data akuntansi. Jadi, akuntansi tidak mendasarkan diri pada objektivitas mutlak melainkan pada objektivitas relatif yaitu objektivitas yang paling tinggi pada waktu transaksi terjadi dengan mempertimbangkan keadaan dan tersedianya informasi pada waktu tersebut.



1. Arti Penting Untuk Pengauditan Di samping penting karena membantu pencapaian karakteristik kualitatif informasi yang tinggi, konsep bukti yang dapat diuji kebenarannya dan objektif itu menjadi penting dalam kaitannya dengan pengauditan untuk menetukan kewajaran statemen keuangan. 2. Objektivitas Bukti Bukti hendaknya diartikan dalam arti luas dan substantif tidak sekadar bukti formal dan material. Itulah sebabnya Sudibyo (2001) membedakan makna antara bukti audit (audit evidence) (evidential matter) dan bahan kebuktian . Bukti menjadi basis rasional dalam melakukan pertimbangan . (judgement) Bukti adalah sarana untuk memastikan kebenaran atau memberikan pembuktian. Bukti “terverifikasi” adalah bukti yang mempunyai sifat tertentu sehingga memungkinkan untuk menjadi bahan pembuktian kebenaran pernyataan. “Objektif” berarti bahwa fakta yang diungkapkan oleh suatu bukti tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi . (personal bias)



3. Objektivitas Relatif Konsep objetivitas dalam penciptaan data akuntansi adalah objektivitas yang disesuaikan dengan keadaan yang ada pada saat penentuan fakta bukan objektivitas mutlak. Bukti yang mendukung perlakuan akuntansi tertentu dapat bersifat sepenuhnya objektif, secara meyakinkan objektif, secara meragukan objektif, atau sama sekali tidak objektif. Dengan konsep relativitas bukti, fakta yang paling objektif akan mendapat bobot paling tinggi untuk dipilih. Relativitas yang sama juga berlaku untuk keterverifikasian bukti.



4. Objektivitas dan Keterverifikasian Jangka Panjang 19



Bukti yang paling kuat dan paling diinginkan adalah bukti yang sepenuhnya objektif. Akan tetapi, jika persyaratan objektivitas semacam ini harus diikuti secara mutlak dalam segala hal maka akuntansi akan menjadi berpandangan jangka pendek bertentangan dengan konsep kontinuitas usaha. Misalnya, penetuan depresiasi yang sepenuhnya objektif hanya dimungkinkan apabila suatu aset tetap diberhentikan dari penggunaan untuk seterusnya. Demikian juga, penentuan kerugian piutang yang sepenuhnya objektif hanya dimungkinkan apabila pelanggan dinyatakan pailit oleh pengadilan. Dalam jangka panjang, ada risiko dari konsep objektivitas relatif yaitu bahwa perlakuan akuntansi atas dasar bukti yang tersedia sekarang menjadi tidak sesuai dengan keadaan dan fakta pada periode masa datang. Akuntansi hendaknya berusaha untuk mendapatkan bukti yang terbaik tanpa mengorbankan realibilitas. Namun, memperoleh bukti yang secara meyakinkan objektif juga memerlukan kos yang tinggi. Dapat disimpulkan, bahwa konsep dasar bukti terverifikasi dan objektif dalam akuntansi mengandung elemen variabilitas sehingga tiap bukti mempunyai tingkat objektivitas. Informasi akuntansi yang disajikan dalam statemen periodik diciptakan dan disediakan atas dasar objektivitas jangka panjang. Degan konsep dasar ini, akuntansi dapat menggunakan taksiran-taksiran dan aproksimasi.



2.8 Asumsi Berikut ini adalah beberapa contoh asumsi yang menjadi landasan nalaran dalam memilih konsep yang relevan : 1. Kontinuitas Usaha (Going Concern) Asumsi ini menganggap bahwa perusahaan akan hidup terus menerus selamanya dalam arti diharapkan tidak akan terjadi likuidasi di masa yang akan datang, sehingga akan tersedia cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahanya. 2. Periode Waktu Laporan Keuangan seharusnya tepat waktu supaya bermanfaat bagi pemakainya. Biasanya perusahaan menggunakan waktu 1 (satu) tahun kalender supaya permasalahan dalam hal pengakuan dan pengalokasian ke dalam periode tertentu dapat di atasi. 3. Kos Sebagai Bahan Olah Asumsi bahwa kos faktor produksi yang diperoleh perusahaan menunjukkan kewajaran pada saat terjadinya transaksi. Asumsi dibalik penalaran tersebut adalah bahwa para pelaku ekonomi bertindak rasional, suatu asumsi yang tidak selalu benar pada tiap keadaan. 4. Mata Uang Stabil Konsep bahwa jumlah rupiah yang tercatat akan tetap menunjukkan nilai dilandasi asumsi bahwa daya beli uang adalah stabil sepanjang masa. Pada saat inflasi, jelas bahwa asumsi tersebut tidak valid lagi untuk tujuan-tujuan tertentu. 5. Tujuan Mencari Laba



20



Perusahaan dipandang sebagai organisasi yang dibentuk untuk menghasilkan laba. Keinginan untuk menghasilkan laba adalah karakteristik nyata yang melekat pada perusahaan komersial pada umumnya.



2.9 Substansi daripada Bentuk Konsep ini menyatakan bahwa dalam menetappkan suatu konsep di tingkat perekayasaan atau dalam menetapkan standar di tingkat penyusun standar, akuntansi akan menekankan makna atau substansi ekonomik suatu objek atau kejadian daripada makna yuridisnya meskipun makna yuridis mungkin menghendaki atau menyarankan perlakuan akuntansi yang berbeda. Sebagai contoh, suatu perusahaan perseorangan walaupun secara yurisdis bukan merupakan suatu badan usaha,akuntansu tetap memperlakukannya sebagai badan usaha.Sewaguna yang secara yurisdis merupakan sewa-menyewa biasa, kalau kontrak tersebut memenuhi criteria tertentu, kontrak tersebut harus dianggap sebagai pembelian sehingga nilai kontrak harus dikapitalisasi.



2.10 Pengakuan Hak Milik Pribadi Konsep ini menyatakan bahwa pengakuan hak milik pribadi harus dilindungi atau diakui secara yurisdis. Tanpa konsep ini, kesatuan usaha tidak dapat memiliki sumber ekonomik atau asset. Pemilikan merupakan salah satu cara untuk memperoleh penguasaan. Struktur akuntansi yang berjalan sekarang ini dilandasi oleh struktur masyarakat dan pemerintahan yang mengakui hak milik pribadi. Dengan pengakuan hak milik pribadi ini, suatu perlindungan harus diberikan kepada mereka yang memiliki hak atas suatu kekayaan. Berdasarkan ubdang undang dasar, beberapa kekeyaan di Indonesia tidak dapat dimiliki secara pribadi yaitu kekayaan alam yang menguasai hajat hidup orang banyak. Salah satu bentuk perlindungan adalah adanya kewajiban untuk mempertanggungjawabkan kekayaan yang dipercayakan pengelolaannya kepada pihak lain. Statemen keuangan yang memuat asset dan kewajiban kesatuan usaha merupakan salah satu bentuk pertanggungjelasan tersebut. Konsep ini sebenarnya lebih merupakan suatu factor lingkungan daripada konsep dasar. Struktur masyarakat dan pemerintahan yang berbeda menghendaki konsep pelaporan dan struktur akuntansi yang berbeda pula.



2.11 Keanekaragaman Akuntansi Antarentitas Konsep ini menyatakan bahwa perbedaan perlakuan akuntansi antarkesatuan usaha merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari karena perbedaan kondisi yang melingkupi dan karakteristik kesatuan usaha individual. Keunikan kesatuan usaha justru menghendaki perlakuan akuntansi yang berbeda agar informasi keuangan lebih menggambarkan keadaan unit usaha yang sebenarnya. Tentu saja, akuntansi juga menghendaki agar statemen keuangan dapat saling diperbandingkan antarperusahaan dalam batas batas yang layak. Oleh karena itu, akuntansi tidak berusaha untuk menekankan keseragaman mutlak tetapi lebih menekankan



21



padapenentuan pedoman-pedoman umum yang memberikan keleluasaan untuk memilih perlakuan yang paling sesuai dengan kondisi masing-masing kesatuan usaha dalam batasbatas yang realistic sehingga pembandingan antarkesatuan usaha masih tetap memberikan makna yang cukup berarti.



2.12 Konservatisme Konservatisme adalah sikap atau aliran dalam menghadapi ketidakpastian untuk mengambil tindakan atau keputusan atas dasar outcome yang terjelek dari ketidakpastian tersebut. Sikap konservatif juga mengandung makna sikap berhati-hati dalam menghadapi risiko dengan cara bersedia mengorbankan sesuatu untuk mengurangi atau menghilangkan risiko. Ilustrasi berikut member gambaran apa yang disebut sikap konservatif. Seseorang yang akan pergi kekantor harus memutuskan untuk membawa paying atau tidak sementara cuaca mendung sekali dan kemungkinan akan turun hujan. Ketidakpastian dk sini adalah hujan atau tidak hujan yang merupakan outcome ketidakpastian tersebut. Membawa paying dianggap terlalu repot sementara hujan tidak disukai orang tersebut. Kalau dia membawa paying dan ternyata tidak jadi hujan, dia merasa repot; kalau dia tidak membawa paying dan ternyata hujan, dia menghadapi risiko sakit. Kalau dia memutuskan membawa paying karena outcome hujan yang dia pilih sebagai dasar keputusanny, dia bersikap konservatif. Sebaliknya, kalau dia tidak membawa paying, dia bersikap optimistic. Kalau akuntansi menganut konsep dasar konservatisme, dalam menyikapi ketidakpastian, akuntansi akan menentukan pilihan perlakuan atau prinsip akuntansi yang didasarkan pada outcome yang dianggap kurang menguntungkan.



2.13 Pengendalian Internal Menjamin Keterandalan Data Konsep ini menyatakan bahwa sistem pengendalian internal yang memadai merupakan sarana untuk memdapatkan keterandalan informasi yang tinggi. Konsep yang diajukan Grady ini dilandasi penalaran bahwa objektivitas dalam akuntansi bukan merupakan objektivitas mutlak dan akuntansi mengakui adanya taksiran-taksiran sehingga keterandalan data hanya dapat dijamin kalau kesatuan usaha mempunyai sistem pengendalian internal yang memadai. Oleh karena itu, pengendalian internal juga merupakan salah satu bentuk bukti yang mendukung keterandalan, objektivitas, dan keterverifikasian angka-angka akuntansi. Sebagai bukt, auditor harus menilai struktur pengendalian internal kesatuan usaha yang diauditnya.



2.14 Manfaat Konsep Dasar Dalam tiap standar yang diterbitkan (Statement of Financial Accounting Standards), misalnya FASB menyertakan bagian yang disebut Basis Penyimpulan yang didalamnya terefleksi konsep dasar yang dianut baik secara eksplisit maupun implicit. Standar harus objektif dan tak memihak berarti bahwa standar harus bebas dari selera dan kepentingan pribadi atau kelompok. Demikian juga, standar akuntansi tidak harus tunduk pada apa yang nyatanya dipraktikkan tetapi harus lebih berorientasi ke masa depan demi perbaikan secara bertahap.



22



BAB 3 PENUTUP Kesimpulan



Konsep dasar akuntansi adalah hal-hal dasar yang membangun informasi akuntansi. Konsep dasar akuntansi sangat dibutuhkan untuk mempelajari bagaimana pengelolahan data keungan dalam organisasi atau perusahaan, Dengan konsep dasar tersebut pengolahan data keuangan bisa dijamin dengan baik. Di Indonesia sendiri terdapat organisasi yang bergerak dalam pembahasan akuntansi di indonseia yaitu IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia). IAI mengadopsi kerangka konseptual IASC sehingga sehingga konsep dasar yang dipilih juga mengikuti IASC. Ada dua konsep dasar (dinamakan asumsi pelandas atau underlying assumptions) yang disebut secara spesifik dalam rerangka konseptual IASC. Konsep dasar tersebut adalah Basis akrual (Accrual basis) dan Usaha berlanjut (Going concern) Apabila seorang akuntan tidak memiliki konsep dasar yang baik terhadap Teori Akuntansi, maka akuntan tersebut tidak bisa membuat laporan keuangan yang benar untuk suatu perusahaan, atau semua entitas yang menggunakan laporan keuangan untuk pengambilan keputusan dalam entitas tersebut.



Manfaat teori akutansi adalah yaitu untuk kerangka acuan dalam penilaian praktek akuntansi. Teori ini juga dapat digunakan sebagai pedoman di dalam pengembangan praktek akuntansi dan juga prosedur yang baru. Teori ini juga bisa dimanfaatkan dalam peramalan atau prediksi sebagai kejadian yang bersifat ekonomis dan akuntansi, di masa dating. Sehingga suatu teori bisa bertahan atau bisa dinilai baik dan buruknya, dengan hanya melihat ataupun melakukan pertimbangan kemampuan teori tersebut dalam menjelaskan ataupun memprediksi kondisi di masa yang akan datang dan juga mampu dalam melaksanakan tingkat resiko yang mungkin saja terjadi.



23



DAFTAR PUSTAKA PUBLISH, K. Y. (2012). KONSEP DASAR (Teori Akuntansi). https://khoyunitapublish.wordpress.com/2012/11/19/konsep-dasar-teori-akuntansi/



24