Makalah Kelompok 4 Maben-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MANAJEMEN BENCANA “MANAJEMEN SDM KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA”



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4 1. Mishbah Aufa



1911212042



2. Muhammad Bagas Adrian



1911212041



3. Nada Nisrina



2011216001



4. Khairanti Partasya



2011216005



5. Nessa Iskandar



1911211047



6. Emlly Tria Ananda



1911212031



7. Panesa Anggraila



1911211040



8. Naufal Agil Nasher



1911213033



9. Dicki Kurnia Pratama



1811213037



DOSEN PENGAMPU : TRISFA AUGIA, M.Sc ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen SDM Kesehatan Dalam Penanggulangan Bencana” ini dengan baik dan tepat waktu. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah membimbing kami, dan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Penulis memohon maaf jika dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran, kritik, ataupun tanggapan yang membangun dari pembaca, agar penulisan makalah selanjutnya dapat lebih baik.



Bandung, 12 Februari 2021



Kelompok 4



2



DAFTAR ISI Kata Pengantar.......................................................................................................2 Daftar Isi.................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4 1.1 Latar Belakang.............................................................................................4 1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4 1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................4 Bab II PEMBAHASAN........................................................................................6 2.1 Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Dalam Penanggulangan Bencana........................................................................................................6 2.2 Pendayagunaan Tenaga Kesehatan............................................................13 BAB III PENUTUP..............................................................................................19 3.1 Kesimpulan...............................................................................................19 3.2 Saran..........................................................................................................19 Daftar Pustaka.....................................................................................................20



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Amstrong, mendefinisikan MSDM secara sederhana yaitu, bagaimana orang- orang dapat dikelola dengan cara yang terbaik dalam kepentingan organisasi (Alan Price, 1997). Sumber Daya Manusia: diisi relawan, tenaga kesehatan, TNI/Polri, tenaga SAR dan desa siaga. Pada saat status keadaan darurat bencana ditetapkan, BNPB dan BPBD mempunyai kemudahan akses yaitu salah satunya di bidangpengerahan sumber daya manusia. Pengerahan sumber daya manusia, peralatan, dan logistik dilakukan untuk menyelamatkan dan mengevakuasi korban bencana, memenuhi kebutuhan dasar, dan memulihkan fungsi prasarana dan sarana vital yang rusak akibat bencana. Pengerahan sumber daya manusia, peralatan, dan logistik ke lokasi bencana harus sesuai dengan kebutuhan. Perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan dalam penanggulangan krisis akibat bencana mengikuti siklus penanggulangan bencana yaitu mulai dari pra, saat, dan pasca bencana. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yaitu : 1. Apa itu perencanaan kebutuhan SDM kesehatan? 2. Bagaimana perencanaan kebutuhan SDM kesehatan dalam penanggulangan bencana? 3. Apa saja masalah pada SDM kesehatan? 4. Bagaimana kompetensi tenaga kesehatan dalam keadaan bencana? 5. Bagaimana pendayagunaan tenaga kesehatan? 1.3 Tujuan Penelitian Makalah ini bertujuan untuk :



4



1. Mendeskripsikan definisi perencanaan kebutuhan SDM kesehatan 2. Mengetahui bagaimana perencanaan kebutuhan SDM kesehatan dalam penanggulangan bencana dilakukan 3. Mengetahui apa saja masalah yang ada pada SDM kesehatan 4. Memahami bagaimana kompetensi tenaga kesehatan dalam keadaan bencana 5. Memahami bagaimana pendayagunaan tenaga kesehatan



5



BAB II PEMBAHASAN 2.1



Perencanaan



Kebutuhan



SDM



Kesehatan



Dalam



Penanggulangan



Bencana Amstrong, mendefinisikan MSDM secara sederhana yaitu, bagaimana orang- orang dapat dikelola dengan cara yang terbaik dalam kepentingan organisasi (Alan Price, 1997). Sumber Daya Manusia: diisi relawan, tenaga kesehatan, TNI/Polri, tenaga SAR dan desa siaga.Pada saat status keadaan darurat bencana ditetapkan, BNPB dan BPBD mempunyai kemudahan akses yaitu salah satunya di bidangpengerahan sumber daya manusia. Pengerahan sumber daya manusia, peralatan, dan logistik dilakukan untuk menyelamatkan dan mengevakuasi korban bencana, memenuhi kebutuhan dasar, dan memulihkan



fungsi



prasarana



dan



sarana



vital



yang



rusak



akibat



bencana.Pengerahan sumber daya manusia, peralatan, dan logistik ke lokasi bencana harus sesuai dengan kebutuhan. Perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan dalam penanggulangan krisis akibat bencana mengikuti siklus penanggulangan bencana yaitu mulai dari pra, saat, dan pasca bencana. 1. Pra Bencana Perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan pada masa pra bencana menyangkut



penempatan



SDM



Kesehatan



dan



pembentukan



Tim



Penanggulangan Krisis akibat Bencana.Dalam perencanaan penempatan SDM Kesehatan untuk pelayanan kesehatan pada kejadian bencana perlu memperhatikan beberapa hal berikut: a. Analisis resiko pada wilayah rawan bencana b. Kondisi penduduk di daerah bencana (geografi, populasi, ekonomi, sosial budaya dan sebagainya) c. Ketersediaan fasilitas kesehatan



6



d. Kemampuan SDM Kesehatan setempat e.



Kebutuhan minimal pelayanan kesehatan di wilayah setempat.



Sementara untuk membentuk Tim Penanggulangan Krisis akibat Bencana perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Waktu untuk bereaksi yang singkat dalam memberikan pertolongan b. Kecepatan dan ketepatan dalam bertindak untuk mengupayakan pertolongan terhadap korban bencana, sehingga jumlah korban dapat diminimalkan c. Kemampuan SDM Kesehatan setempat (jumlah dan jenis serta kompetensi SDM kesehatan setempat) d. Kebutuhan minimal pelayanan kesehatan pada saat bencana. Disamping upaya pelayanan kesehatan (kegiatan teknis medis) diperlukan pula ketersediaan SDM Kesehatan yang memiliki kemampuan manajerial dalam upaya penanggulangan krisis akibat bencana. Untuk mendukung kebutuhan tersebut, maka tim tersebut harus menyusun rencana : a. Kebutuhan anggaran (contingency budget). b. Kebutuhan sarana dan prasarana pendukung. c. Peningkatan kemampuan dalam penanggulangan krisis akibat bencana. d. Rapat koordinasi secara berkala. e. Gladi penanggulangan krisis. 2. Saat dan Pasca Bencana Pada saat terjadi bencana perlu adanya mobilisasi SDM Kesehatan yang tergabung dalam suatu Tim Penanggulangan Krisis yang meliputi Tim Gerak Cepat, Tim Penilaian Cepat Kesehatan (Tim RHA) dan Tim Bantuan Kesehatan. Sebagai koordinator Tim adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota (mengacu Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 979 Tahun 2001). Kebutuhan minimal tenaga untuk masing-masing tim tersebut adalah sebagai berikut :



7



a. Tim Gerak Cepat Yaitu tim yang diharapkan dapat segera bergerak dalam waktu 0-24 jam setelah ada informasi kejadian bencana. Tim Gerak Cepat ini terdiri dari: 1) Pelayanan Medik a) Dokter umum/BSB



: 1 org



b) Dokter Spesialis Bedah



: 1 org



c) Dokter Spesialis Anaestesi



: 1 org



d) Perawat mahli (perawat bedah, gawat darurat)



: 2 org



e) Tenaga DVI



: 1 org



f) Apoteker/Asisten Apoteker



: 1 org



g) Sopir ambulans



: 1 org



2) Surveilans Epidemiolog/Sanitarian



: 1 org



3) Petugas Komunikasi



: 1 org



b. Tim RHA Yaitu tim yang bisa diberangkatkan bersamaan dengan Tim Gerak Cepat atau menyusul dalam waktu kurang dari 24 jam. Tim ini minimal terdiri dari: 1) Dokter umum



: 1 org



2) Epidemiolog



: 1 org



3) Sanitarian



: 1 org



c. Tim Bantuan Kesehatan Yaitu tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah Tim Gerak Cepat dan Tim RHA kembali dengan laporan hasil kegiatan mereka di lapangan. Tim Bantuan Kesehatan tersebut terdiri dari: 1) Dokter Umum 2) Apoteker dan Asisten Apoteker



8



3) Perawat (D3/ S1 Keperawatan) 4) Perawat Mahir 5) Bidan (D3 Kebidanan) 6) Sanitarian (D3 kesling/ S1 Kesmas) 7) Ahli Gizi (D3/ D4 Kesehatan/ S1 Kesmas) 8) Tenaga Surveilans (D3/ D4 Kes/ S1 Kesmas) 9) Entomolog (D3/ D4 Kes/ S1 Kesmas/ S1 Biologi) Kebutuhan tenaga kesehatan selain yang tercantum di atas, disesuaikan dengan jenis bencana dan kasus yang ada, misal: a. Gempa bumi b. Banjir bandang/tanah longsor c. Gunung meletus d. Tsunami e. Ledakan bom/kecelakaan industri f. Kerusuhan massal g. Kecelakaan transportasi h. Kebakaran hutan 3. Kebutuhan Jumlah Minimal SDM Kesehatan a. Untuk jumlah penduduk/pengungsi antara 10.000 – 20.000 orang: 1) Dokter umum



: 4 org



2) Perawat



: 10 – 20 org



3) Bidan



: 8 – 16 org



4) Apoteker



: 2 org



5) Asisten apoteker



: 4 org



6) Pranata laboratorium



: 2 org



7) Epidemiologi



: 2 org



8) Entomolog



: 2 org



9) Sanitarian



: 4 – 8 org



9



10) Ahli gizi



: 2 – 4 org



b. Untuk jumlah penduduk/pengungsi 5000 orang dibutuhkan: 1) Bagi pelayanan kesehatan 24 jam dibutuhkan: dokter 2 orang, perawat 6 orang, bidan 2, sanitarian 1orang, gizi 1 orang, asisten apoteker 2 orang dan administrasi 1 orang. 2) Bagi pelayanan kesehatan 8 jam dibutuhkan: dokter 1 orang, perawat 2 orang, bidan 1 orang, sanitarian 1 orang dan gizi 1 orang. c. Berdasarkan fasilitas rujukan/Rumah sakit, dapat dilihat dalam rumus kebutuhan tenaga di fasilitas rujukan/rumah sakit: 1) Kebutuhan dokter umum= ( ∑ pasien/40) - ∑ dr umum di tempat 2) Kebutuhan dokter spesialis Bedah = [( ∑ pasien dr bedah/5) / 5] - ∑ dr bedah di tempat 3) Kebutuhan dokter spesialis anastesi= [( ∑ pasien dr anastesi/15) / 5] - ∑ dr anastesi di tempat Masalah pada SDM kesehatan Masalah SDM Kesehatan yang dihadapi dalam penanggulangan krisis akibat bencana di Indonesia, antara lain: a. Kurangnya informasi mengenai peta kekuatan SDM Kesehatan di daerah yang terkait dengan bencana. b. Belum semua tenaga setempat termasuk puskesmas mampu laksana dalam penanggulangan bencana. c. Masih sedikitnya peraturan yang mengatur penempatan SDM Kesehatan di daerah rawan bencana. d. Distribusi SDM Kesehatan masih belum mengacu pada kerawanan suatu wilayah terhadap bencana.



10



e. Kurangnya minat SDM kesehatan untuk bertugas di daerah bencana atau konflik karena tidak adanya jaminan keselamatan dan keamanan. f. Belum semua daerah mempunyai Tim Reaksi Cepat penanggulangan krisis akibat bercana. g. Masih adanya daerah yang belum pernah menyelenggarakan pelatihanpelatihan dalam penanggulangan krisis akibat bencana. h. Masih adanya daerah yang belum pernah menyelenggarakan gladi penanggulangan krisis akibat bencana. i. Pelayanan kesehatan pada saat kejadian bencana seringkali terhambat oleh karena masalah kekurangan SDM Kesehatan. j. Dibutuhkan masa pemulihan yang cukup lama bagi SDM Kesehatan yang menjadi korban bencana sehingga mengganggu kelancaran pelaksanaan pelayanan kesehatan di daerah bencana.



Kompetensi Tenaga Kesehatan dalam Kondisi Bencana Kompetensi seorang tenaga kesehatan dalam manajemen bencana merupakan kemampuan mengarahkan dan memobilisasi (respon eksternal multisektoral), dengan mengakses kebutuhan sumber daya lintas instansi kesehatan secara cepat, tepat dan terpadu dalam kondisi bencana. Salah satu syarat sukses penanganan emergency bencana adalah kepemimpinan. Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan adalah kebingungan, kehancuran, kerugian, dan malapetaka. Kepemimpinan yang dimaksud tentu selayaknya dari unsur pemilik otoritas (pemerintah). Keberhasilan semua elemen masyarakat dalam kancah bencana sangat tergantung keberadaan pemimpin. Kepemimpinan dalam penanganan emergency bencana haruslah mampu dengan cepat, tepat, dan berani mengambil keputusan, bersikap tegas, menjalankan sistem instruksi bukan diskusi.



11



Tugas dan Peran setiap team penanganan bencana: 1. Team Pendukung Kelompok ini melakukan analisis kemungkinan-kemungkinan dari resiko yang terjadi di Rumah Sakit. Beberapa tanggung jawab mereka adalah: a. Mengamankan perlengkapan rumah sakit b. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan setelah bencana, termasuk air bersih, makanan dan pengobatan yang dibutuhkan. c. Menggambar dari peta daerah tersebut lokasi dari rumah sakit serta mengidentifikasi tempat yang aman atau yang berbahaya d. Mengaktifkan sistem manajemen bencana di rumah sakit 2. Team Manajemen Informasi Bagian aktifitas dari kelompok manajemen informasi selama bencana, adalah meliputi: a. Waspada terhadap kondisi yang mungkin bisa terjadi saat itu. b. Menyediakan informasi dan panduan untuk pasien dan personal rumah sakit lainnya c. Mengatur informasi dan menghubungkan informasi tersebut pada setiap team pencarian, penampungan, pemadam kebakaran serta team pendukung d. Memeriksa setiap pintu keluar darurat serta jalan-jalan yang saling digunakan e. Kewaspadaan publik melalui media massa f. Memberikan list dari nomer telepon darurat untuk kepentingan pasien yang membutuhkan g. Melaporkan segala akibat dari bencana 3. Team Pencarian Kelompok ini bertujuan untuk pencarian dan penyelamatan pada saat dan selama terjadinya bencana. Kegiatan utama mereka adalah: a. Membangun penyidikan untuk mencari korban dan yang terjebak



12



b. Melakukan observasi dari kerusakan di daerah tersebut dan mencegah orang untuk masuk di daerah tersebut c. Memindahkan dan mengevakuasi yang cedera dari tempat yang berbahaya ke tempat yang aman. 4. Team Penampungan Sementara Kelompok ini termasuk penempatan tenda, tempat penampungan sementara atau tenda darurat setelah bencana. Beberapa aktifitas mereka adalah a. Melakukan list kondisi fisik dari setiap pasien untuk mengidentifikasi siapa diantara mereka yang membutuhkan perawatan lebihdalam kondisi emergency b. Mengidentifikasi list dari pasien yang mana tidak membutuhkan bantuan yang darurat c. Menyediakan asisten atau bantuan pada yang terluka, terutama pada orang yang membutuhkan bantuan alat-alat kesehatan d. Menyediakan alat-alat kesehatan seperti alat-alat kesehatan yang steril, pelayanan kesehatan dan peralatan medis yang bisa dimobiliasikan e. Kebutuhan emergency bagi pasien termasuk suplai air dan distribusi makanan dan obat-obatan diantara pasien dan yang terluka f. Menyediakan tempat penampungan bagi korban, pasien maupun yang terluka pada daerah yang aman 5. Team Pemadam Kebakaran Kemungkinan untuk terjadinya kebakaran ketika terjadi bencana adalah sangat tinggi, kelompok pemadam kebakaran mempunyai tugas sebagai berikut: a. Memeriksa gedung rumah sakit akan kemungkinan terjadinya kebakaran b. Menyiapkan panduan untuk keamanan dari terjadinya kebakaran c. Menyediakan sistem penanggulangan terjadinya kebakaran di Rumah Sakit ketika bencana d. Melatih secara perseorangan untuk menjadi team pemadam kebakaran dan menyarankan mereka untuk tenang ketika terjadi kebakaran



13



e. Melakukan evakuasi di Rumah Sakit apabila terjadi kebakaran 6. Team Pemulihan Bagian dari team pemulihan adalah a. Pemulihan jangka panjang dan membantu menstabilkan kondisi rumah sakit b. Melakukan pelayanan kesehatan ulang di rumah sakit c. Menyediakan bantuan fisik dan psikologis pada pasien, korban yang terluka dan pada mereka yang kehilangan anggota keluarganya 7. Team Rekonstruksi Bagian dari tanggung jawab team rekonstruksi adalah a. Mempertimbangkan area yang rusak dari rumah sakit b b. Merekonstruksi struktur kerusakan yang ada di Rumah Sakit c. Pembangunan jangka panjang dari gedung 2.2 Pendayagunaan Tenaga Kesehatan 1. Distribusi Distribusi dalam rangka penempatan SDM Kesehatan ditujukan untuk antisipasi pemenuhan kebutuhan minimal tenaga pada pelayanan kesehatan akibat bencana. Penanggung jawab dalam pendistribusian SDM kesehatan untuk tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota adalah Kepala Dinas Kesehatan. 2. Mobilisasi Mobilisasi SDM Kesehatan dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan SDM Kesehatan pada saat dan pasca bencana bila: a. Masalah kesehatan yang timbul akibat bencana tidak capat diselesaikan oleh daerah tersebut sehingga memerlukan bantuan dari daerah lain/regional b. Masalah kesehatan yang timbul akibat bencana seluruhnya tidak dapat diselesaikan oleh daerah tersebut sehingga memerlukan bantuan dan regional dan nasional



14



Langkah-Langkah mobilisasi yang dilakukan: a. Menyiagakan SDM Kesehatan untuk ditugaskan ke wilayah yang terkena bencana b. Menginformasikan kejadian bencana dan meminta bantuan melalui: 1) Jalur



administrasi/Depdagri



(puskesmas-camat-bupati-gubernur-



mendagri) 2) Jalur administrasi/Dopkos (puskesmas-Dinkes Kab/Kota-Dinkes Prov-Depkes) 3) Jalur rujukan medik (puskesmas-RS Kab/Kota-RS Prov-RS rujukan wilayah-Ditjen Bina Yanmed/Depkes) Setiap Provinsi dan Kabupaten/Kota diharapkan telah memiliki Public Safety Center (PSC) dan Tim Penanggulangan Krisis Akibat Bencana yang terdiri dani Tim RHA, Tim Gerak Cepat dan Tim Bantuan Kesehatan, hal ini untuk memudahkan pelaksanaan mobilisasi SDM Kesehatan pada saat kejadian bencana. Kepala Dinas Kesehatan setempat bertindak sebagai penanggung jawab pelaksanaan mobilisasi SDM Kesehatan di wilayah kerjanya. Untuk mobilisasi SDM Kesehatan di tingkat regional (lintas provinsi) dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku (sesuai jejaring rujukan medik) dan berkoordinasi dengan Depkes. 3. Peningkatan dan Pengembangan Peningkatan dan pengembangan SDM Kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan untuk penanggulangan bencana. SDM Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugasnya secara professional. Melalui pembinaan yang dilaksanakan secara teratur dan berkesinambungan, diharapkan kinerja SDM Kesehatan dapat meningkat lebih baik. Pembinaan dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: a. Supervisi dan bimbingan teknis secara terpadu untuk menyelesaikan masalah. b. Pendidikan formal dalam bidang penanggulangan bencana.



15



c. Pelatihan/kursus mengenai teknis medis dan penanggulangan bencana d. Melakukan gladi posko secara terstruktur, terprogam, terarah dan terkendaliserta berkala. e. Pertemuan ilmiah (seminar, workshop, dan lain-lain). f. Pembahasan masalah pada rapat intern dalam lingkup kesehatan ataupun secara terpadu lintas sektor di berbagai tingkat administratif. Dalam upaya meningkatkan kompentensi SDM Kesehatan dalam penanggulangan krisis akibat bencana dibutuhkan pelatihan-pelatihan sbb: a. Pelatihan untuk Perawat Lapangan (Puskesmas) di lokasi pengungsian dan daerah potensial terjadi bencana: 1) Keperawatan Kesmas (CHN) khusus untuk masalah kesehatan pengungsi 2) Keperawatan Gawat Darurat Dasar (emergency nursing) 3) PONED (Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergency Dasar) 4) Penanggulangan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak 5) Manajemen Penanggulangan Krisis akibat Bencana (PK-AB) b. Pelatihan untuk perawat di fasilitas rujukan/RS 1) Keperawatan gawat darurat dasar dan lanjutan (PPGD dan BTLS) 2) Keperawatan ICU 3) Keperawtan Jiwa 4) Keperawatan OK 5) Manajemen Keperawaatan di RS 6) Standard Pre Caution 7) Mahir Anastesi 8) PONEK c. Kesehatan Reproduksi : 1) PONED untuk Dokter, Bidan dan Perawat 2) Pelatihan Penanggulangan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Dibawah Umur untuk Dokter, Perawat dan Bidan



16



d. Gizi : 1) Penanggulangan Masalah Gizi dalam Keadaan Darurat untuk petugas Gizi 2) Surveilans Gizi untuk petugas Gizi 3) Konselor Gizi untuk petugas Gizi 4) Tatalaksana Gizi Buruk e. Pelayanan Medik : 1) GELS (General Emergency Life Support) untuk dokter 2) PTC untuk dokter 3) APRC untuk dokter 4) Dental Forensik untuk dokter gigi 5) DVI untuk dokter dan dokter gigi 6) PONEK



(Pelayanan



Obstetri



dan



Neonatal



Emergency



Komprehensif) untuk dokter spesialis obsgyn rumah sakit 7) ALTS untuk dokter 8) ACLTS untuk dokter 9) BLS untuk SDM Kesehatan f. Pelayanan Penunjang Medik : 1) Pelatihan Fisioterapi 2) Pelatihan teknis Labkes untuk Pranata Labkes 3) Pelatihan untuk radiografer g. Pelaynana Kefarmasian : 1) Perencanaan dann Pengelolaan Obat Terpadu 2) Pengelolaan Obat kabupaten/Kota 3) Pengelolaan Obat Puskesmas 4) Pemanfaatan Data Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) 5) Pelatihan Sistem Informasi dan Investigasi Obat Bantuan h. Manajemen Penanggulangan Krisis : 1) Pelayanan Manajemen Penanggulangan Krisis akibat Bencana



17



2) Pelatihan Manajemen Penanggulangan Krisis pada Kedaruratan Kompleks 3) Public Health in Complex Emergency Course 4) Health Emergencies Large Population (HELP) Course 5) Pelatihan Radio Komunikasi i. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan : 1) Pelatihan/kursus dalam dan luar negeri (public health on disaster management) 2) Pelatihan surveilans epidemiologi dalam keadaan bencana 3) Pelatihan kesiapsiagaan penanggulangan bencana di regional center 4) Pelatihan RHA dan rapid respons sanitasi darurat 5) Pelatihan asisten dan ko-asisten entomologi 6) Pelatihan Ahli Epidemiologi Lapangan (PAEL)



18



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Dalam Penanggulangan Bencana. Amstrong, mendefinisikan MSDM secara sederhana yaitu, bagaimana orang- orang dapat dikelola dengan cara yang terbaik dalam kepentingan organisasi (Alan Price, 1997). Sumber Daya Manusia: diisi relawan, tenaga kesehatan, TNI/Polri, tenaga SAR dan desa siaga.Pada saat status keadaan darurat bencana ditetapkan, BNPB dan BPBD mempunyai kemudahan akses yaitu salah satunya di bidangpengerahan sumber daya manusia. Pengerahan sumber daya manusia,



peralatan,



dan



logistik



dilakukan



untuk



menyelamatkan



dan



mengevakuasi korban bencana, memenuhi kebutuhan dasar, dan memulihkan fungsi prasarana dan sarana vital yang rusak akibat bencana.Pengerahan sumber daya manusia, peralatan, dan logistik ke lokasi bencana harus sesuai dengan kebutuhan. Perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan dalam penanggulangan krisis akibat bencana mengikuti siklus penanggulangan bencana yaitu mulai dari pra, saat, dan pasca bencana. Pendayagunaan Tenaga Kesehatan bertujuan untuk Distribusi, Mobilisasi , Peningkatan dan Pengembangan 3.2 Saran Dari penulisan makalah ini, kelompok berharap agar pembaca ataupun pendengar dapat memahami penjelasan tentang Manajemen SDM Kesehatan Dalam Penanggulangan Bencana serta menjadikan makalah ini sebagai satu acuan. Dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kelompok mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah ini dapat ditulis lebih baik lagi.



19



DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana. Jakarta; 2007. Kepmenkes RI No.66 Tahun 2006 tentang Pedoman Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan Dalam Penanggulangan Bencana. Kurniyanti MA. Peran Tenaga Kesehatan Dalam Penanganan Manajemen Bencana ( Disaster Management). J Ilm Kesehat Media Husada. 2012;1(1):85–92. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Standardisasi Data Kebencanaan Wulansari D, Darumurti A, Hartomi Akta Padma Eldo D. Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Manjemen Bencana. J Gov Public Policy. 2017;4(3).



20