Makalah Kelompok 4 - Miliariasis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MILIARIASIS Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Pada Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah Dosen Pengampu : Mala Tri Marliana S.ST., M.Kes



Kelompok : 4 Disusun Oleh : 1. Andra Mories Kusumaningayu



CBR0190002



2. Diah Lailatul Qoidah



CBR0190009



3. Dila Febriyanti



CBR0190010



4. Fransisca



CBR0190016



5. Sriyani



CBR0190024



PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN TAHUN AJARAN 2021/2022



1



KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantinatikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Pada Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah dengan judul “Miliariasis” Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mala Tri Marliana S.ST.,M.Kes selaku dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Pada Bayi, Balita, danAnak Prasekolah yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi tugas yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kuningan, November 2021



Penulis



2



DAFTAR ISI



Cover ..................................................................................................................................1 Kata Pengantar..................................................................................................................2 Daftar Isi.............................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4 A. Latar Belakang....................................................................................................4 B. Rumusan Masalah...............................................................................................4 C. Tujuan ................................................................................................................5 BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................7 A. MILIARIASIS....................................................................................................7 1. Definisi ....................................................................................................7 2. Etiologi.....................................................................................................7 3. Patofisiologi ............................................................................................8 4. Klasifikasi ...............................................................................................8 5. Penatalaksanaan ......................................................................................10 6. Peran Bidan .............................................................................................12 BAB III



PENUTUP...................................................................................................14



A. Kesimpulan.........................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15 3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan Kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi,asuhan kebidanan pada neonatus, bayi baru lahir dan balita adalah perawatan yang diberikan oleh bidan pada neonates, bayi baru lahir dan balita. Neonatus, bayi baru lahir dan balita dengan masalah adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi baru lahir, dan balita. Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Berbagai bentuk upaya pencegahan dan penanggulangan dini terhadap faktor – faktor yang memperlemah kondisi seorang ibu hamil perlu diprioritaskan, seperti gizi yang rendah, anemi dekatnya jarak antara kehamilan dan buruknya personal hygiene. Di samping itu perlu di lakukan pula pembinaan kesehatan prenatal yang memadai dan penanggulangan faktor – faktor yang menyebabkan kematian perinatal yang meliputi: perdarahan, hipertensi, infeksi, kelahiran praterm /bayi berat rendah, asfiksia, dan hipotermia (Muslihatun, 2010). Penyakit miliariasis dan infeksi umumnya dapat menyerang bayi dan anak yang baru lahir. Kulit bayi memang bisa dikatakan sangatlah sensitif, beberapa kendala yang memang dihadapi ada timbulnya miliariasis atau biang keringat di bagian kulit bayi dimana rentanya timbulnya di beberapa bagian seperti pada punggung bayi, bagian kulit leher bayi yang terkadang menimbulkan iritasi akibat dampak keringat yang kurang kita perhatikan sehingga kerap kali bayi merasakan gatal. Salah satu penyakit kulit pada bayi adalah miliaria (biang keringat). Biang keringat dapat dijumpai pada bayi yang kemungkinan disebabkan oleh sel – sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit yang mengakibatkan retensi keringat. Kulit pada neonatus (bayi < 1 bulan) dan bayi (< 1 bulan) merupakan bagian yang mengalami proses pematangan yang cepat, baik struktur anatomi, bio kimiadan fisiologik setelah tahap pembentukan in utero. Pada remaja dan dewasa,kulit sudah matang atau mature kemudian mengalami kemunduran. Miliaria paling umum terjadi di lingkungan tropis dan juga pada bayi barulahir biasa mendapat kekebalan atau imunitas trans plasenta terdapat kuman yangberasal dari ibunya. 4



Sesudah lahir bayi terpapar dengan kuman sering juga berasaldari orang lain. Dalam hal ini bayi tidak mempunyai imunitas sehingga rentanterkena infeksi. Beberapa gejala perubahan tingkah laku bayi baru lahir tersebutdiantaranya ialah malas minum, gelisah atau mungkin tampak letargis, frekuensipernafasan meningkat, berat badan tiba – tiba turun, muntah, dan diare. Suhutubuh dapat meninggi, normal atau dapat pula kurang dari normal. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, 2008)melaporkan tiap tahun terdapat 80% penderita biang keringat (miliaria), diantaranya65% terjadi pada bayi.Indonesia merupakan daerah tropis sehingga sering terjadi biang keringat(Miliaria) khususnya pada bayi berusia kurang dari 6 bulan. Karena cuaca yangpanas sangat berpengaruh untuk terjadinya biang keringat (miliaria). Bayi barulahir akan dibedong untuk menjaga kehangatan tubuhnya agar tidak terjadihipotermi sekitar 34,14% bayi terkena biang keringat (milaria) akibatpembedongan,-pembedongan pada bayi akan memberi efek hangat tetapi bilacuaca panas dapat menyebabkan biang keringat. Keadaan inilah yang seringmenyebabkan biang keringat (miliaria). Milaria dapat terjadi pada bayi – bayiprematur pada minggu pertama pasca persalinan disebabkan oleh sel – sel padabayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit danmengakibatkan retensi keringat, biang keringat terjadi sekitar 40% pada bayi barulahir. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi, jikadibandingkan dengan negara lain di kawasan ASEAN. Berdasarkan HumanDevelopment Report 2010, AKB di Indonesia mencapai 31 per 1.000 kelahiran.Angka itu, 5,2 kali lebih tinggi dibandingkan Malaysia. Juga, 1,2 kali lebih tinggidibandingkan Filipina dan 2,4 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan Thailand.(WHO, 2010). Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena prosesdiferensiasi sel epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus milliariasisterjadi pada 40 – 50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2 – 3 bulan pertama danakan menghilang dengan sendirinya pada 3 – 4 minggu kemudian. Terkadangkasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya.(Vivian, 2010). B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi Miliariasis? 2. Bagaimana etiologi Miliariasis? 5



3. Bagaimana patofisiologi Miliariasis? 4. Apa saja klasifikasi Miliariasis? 5. Bagaimana penatalaksanaan Miliariasis? 6. Bagaimana peran bidan pada kasus Miliariasis? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi Miliariasis. 2. Untuk mengetahui etiologi Miliariasis. 3. Untuk mengetahui patofisiologi Miliariasis. 4. Untuk mengetahui klarifikasi Miliariasis. 5. Untuk mengetahui penatalaksanaan Miliariasis. 6. Untuk mengetahui peran bidan dalam kasus Miliariasis.



6



BAB II TINJAUAN TEORI



A. MILIARIASIS 1) Definisi Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retens keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat. (Vivian, 2010) Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, di tandai adanya vesikel milier, berukuran 1-2 mm pada bagian badan yang banyak berkeringat. Pada keadaan yang lebih berat, dapat timbul papul merah atau papul putih. (Sudoyo, 2009). Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi, leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan punggung), serta tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat juga dikepala. Keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi keringat yang berlebihan, dapat diikuti rasa gatal seperti ditusuk, kulit menjadi kemerahan dan disertai banyak gelembung kecil berair.(Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000). 2) Etiologi Penyebab terjadinya miliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab. Sering terjadi pada cuaca yang panas dan kelembaban yang tinggi. Akibat tertutupnya saluran kelenjar keringat terjadilah tekanan yang menyebabkan pembengkakan saluran atau kelenjar itu sendiri, keringat yang menembus ke jaringan sekitarnya menimbulkan perubahan-perubahan anatomis pada kulit berupa papul atau vesikel. (Vivian, 2010)Faktor faktor penyebab milariasis : a. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang b. Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat c. Aktivitas yang berlebihan d. Setelah menderita demam atau panas



7



e. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum (Lenteraimpian, 2010). 3) Patofisiologi Patofisiologi



terjadinya



milliariasis



diawali



dengan



tersumbatnya



pori-pori



kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum. (Vivian, 2010) Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada 4050% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya. (Vivian, 2010) 4) Klasifikasi a.



Miliaria Kristalina 1) Kelainan kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm berisi cairan jernih disertai kulit kemerahan. 2) Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian pakaian yang tertutup pakaian. 3) Umumnya tidak menimbulkan keluhan dan sembuh dengan sisik halus. 4) Pada keadaan histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal. 5) Asuhan : pengobatan tidak diperlukan, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik serta menggunakan pakaian yang menyerap keringat.



b.



Miliaria Rubra 1) Sering dialami pada anak yang tidak biasa tinggal didaerah panas 2) Kelainan berupa papula/gelembung merah kecil dan dapat menyebar atau berkelompok dengan rasa sangat gatal dan pedih 8



3) Staphylococcus juga diduga memiliki peranan 4) Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis 5) Asuhan : gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik, dapat diberikan bedak salicyl 2% dibubuhi menthol 0,25-2%. c. Miliaria Profunda 1) Timbul setelah miliaria rubra 2) Papula putih, kecil, berukuran 1-3 mm 3) Terdapat terutama di badan ataupun ekstremitas 4) Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel 5) Tidak gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar kemerahan, bentuk ini jarang ditemui 6) Pada keadaan histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang 7) Asuhan : hindari panas dan lembab berlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alcohol. Berdasarkan letak sumbatan, miliaria diklasifikasikan menjadi : (Arif Mansyoer, 2001) a. Miliaria Kristalina Pada miliaria kristalina, sumbatan terjadi pada intra subkorneal. Terlihat vesikel berukuran 1-2 mm terutama pada badan setelah banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas yang bergerombol tanpa tanda radang pada bagian yang tertutup pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan dan sembuh dengan sisik yang halus b. Miliaria Rubra Pada miliaria rubra, sumbatan terjadi pada stratum spinosum. Terlihat papul merah atau papul vesicular ekstrafolikular yang gatal dan pedih pada badan tempat tekanan atau gesekan pakaian. Jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropic. 9



c. Miliaria Profunda Miliaria profunda terjadi bila sumbatan terdapat pada dermis bagian atas, biasanya timbul setelah miliaria rubra, ditandai papul putih, keras berukuran 1-3 mm terutama di badan dan ekstremitas. 5) Penatalaksanaan a. Pencegahan : 1) Bayi atau anak tetap dianjurkan mandi secara teratur paling sedikit 2 kali sehari menggunakan air dingin dan sabun. 2) Bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan menggunakan handuk (lap) basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau kain yang lembut. Setelah itu dapat diberikan bedak tabur. 3) Jangan sekali-kali memberikan bedak tanpa membasuh keringat terlebih dahulu, karena akan memperparah penyumbatan sehingga mempermudah terjadinya infeksi baik oleh jamur maupun bakteri. 4) Hindari penggunaan pakaian tebal, bahan nilon, atau wol yang tidak menyerap keringat (FKUI, 2002). Biang keringat bisa tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin menghindari penghalang penguapan keringat yang menutup pori-pori bayi dengan cara: a) Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari. b) Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti ketiak, leher, paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak keseluruhan tubuh dengan tipis. c) Jaga tubuh bayi agar tetap kering. d) Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan bedak. Sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan diolesi dengan bedak tipis. e) Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat bayi.



10



f) Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi udara kamar yang tidak baik. Untuk itu usahakan udara di dalam kamar bayi mengalir dengan baik sehingga kamar selalu sejuk. g) Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat, sebaiknya gunakan sabun bayi yang cair, sebab sabun cair tidak meninggalkan partikel. Jika menggunakan sabun padat bisa meninggalkan partikel yang dapat menghambat penyembuhan (Pasaribu, 2007). b. Pengobatan 1) Perawatan kulit secara benar 2) Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau bedak kocok setelah mandi 3) Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang terbentukmemperparah sumbatan kelenjar 4) Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan antibiotic 5) Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan bersih, sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk) (lenteraimpian, 2010) Seluruh bentuk miliaria berespon baik terhadap pendinginan penderita dengan pengaturan suhu lingkungan, melepas pakaian yang berlebihan, dan pada penderita demam pemberian anti piretik. Pengobatan yang paling efektif adalah dengan memperhatikan kebersihan lingkungan untuk mengatasi sebab ini. Penting untuk menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik dan menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat. Untuk miliaria kristalina tidak diperlukan pengobatan. Untuk miliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2 % dbubuhi menthol ¼ - 2 %. Losio Febri dapat pula digunakan komposisi sebagai berikut : R/ Acidi salicylici 500 mg Talci 5 mg Oxydi zincici 5 mg Amyli oryzae 5 mg Alkohol (90; vo1%) 25 mg 11



Sebagai antipruritus dapat ditambahkan menthol ½ - 1% atau kamper 1-2% dalam losio feberi. Untuk miliaria dapat digunakan losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25%, dapat pula resorsin 3% dalam alkohol. (Arif Mansyur, 2001) 6)



Peran Bidan Berikut ini merupakan peran bidan dalam kasus milliariasis yang ditinjau dari aspek pelayanan kesehatan promotif, kuratif, rehabilitatif, dan preventif. Diantaranya yaitu : a) Pelayanan Kesehatan Promotive Memberikan informasi kepada ibu dan kelurga mengenai : 1) Perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi. 2) Kebersihan kuku dan tangan anak. Kuku pendek dan bersih sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk. 3) Keringat yang harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian jika basah dan kotor. (Vivian, 2010) b) Pelayanan Kesehatan Preventif 1) Menggunakan pakaian yang tipis dan longgar serta menyerap keringat dan tidak terlalu sempit. 2) Melakukan perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi. 3) Menjaga kebersihan kuku dan tangan anak. Kuku pendek dan bersih sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk. 4) Keringat harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian jika basah dan kotor. (Vivian, 2010) c) Pelayanan Kesehatan Kuratif 1) Topikal bisa diberikan bedak atau bedak kocok pendingin dengan bahan antigatal, dapat ditambah dengan mentol 0,25% sampai 1% kalau gatal. Lanolin anhidrat dan salephidrofilik bisa menghilangkan sumbatan pori sehingga mempermudah aliran keringat yang normal.



12



2) Kasus ringan bisa berespon dengan bedak seperti talkum bayi. Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul akibat infeksi, penderita sebaiknya segeradibawa ke dokter. Dokter



akan



memberikan



obat



minum



serta



krim



atau



salap



bila diperlukan, untuk mengatasi keluhan tersebut. Dan bila timbul bisul jangan dipijat arena kuman dapat menyebar ke sekitar sehingga semakin meluas. (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000) 3) Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering, anjurkan untuk diberi bedak salicil atau bedak kocok setelah mandi. Dan bila membasah jangan berikan bedak karena gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan kelenjar. (Vivian, 2010) d) Pelayanan Kesehatan Rehabilitatif 1) Sedapat mungkin mencegah produksi keringat yang berlebihan, dengan cara menghindari hawa panas dan kelembaban yang berlebihan, misalnya memakai pakaian tipis dan menyerap keringat, mandi dengan air dingin dan menggunakan sabun. Selama berbagai faktor penyebab yang berpengaruh dapat diatasi, kekambuhan dapat dihindari. 2) Biang keringat dapat membaik dalam beberapa hari setelah penderita pindah ke lingkungan yang lebih sejuk, atau ke tempat dengan ventilasi yang lebih baik. (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)



13



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Milliariasis merupakan kondisi penyakit kulit pada bayi (biang keringat), yang disebabkan oleh keluarnya keringat berlebihan disertai tersumbatnya saluran kelenjar keringat, biasanya terjadi pada daerah leher, punggung, dan dada. Berdasarkan beberapa sumbatannya milliariasis ada beberapa klasifikasi antara lain milliariasis kristalina, rubra, dan profunda. Untuk pencegahnnya bayi dianjurkan mandi secara teratur paling sedikit 2 kalisehari menggunakan air dingin dan sabun.Bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan menggunakan handuk (lap) basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau kain yang lembut. Setelah itu dapat diberikan bedak tabur.Jangan sekalikali memberikan bedak tanpa membasuh keringat terlebihdahulu, karena akan memperparah penyumbatan sehingga mempermudah terjadinya infeksi baik oleh jamur maupun bakteri.Hindari penggunaan pakaian tebal, bahan nilon, atau wol yang tidak menyerap keringat (FKUI, 2002).Lalu konsultasikan juga ke bidan atau dokter kulit terdekat agar penanganannya juga tepat dan tidak sembarangan.



14



DAFTAR PUSTAKA



https://eprints.unipdu.ac.id/417/1/BAB%20I.pdf. Diakses pada tgl 4 November 2021 https://perpustakaan.poltekkesmalang.ac.id/assets/file/kti/1502100016/ BAB_II_Tinjauan_Pustaka.pdf. Diakses pada tgl 4 November 2021 https://www.alomedika.com/penyakit/dermatovenerologi/miliaria. Diakses tgl 4 November 2021



15